Lompat ke isi

Ombak Besar di Kanagawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ZandrLacx (bicara | kontrib)
ZandrLacx (bicara | kontrib)
 
(21 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
| artist = [[Hokusai|Katsushika Hokusai]]
| year = 1831
| type = ''[[Ukiyo-e]]'' ([[Cetak blok kayu|Cetakan balok kayu]])
| caption = Cetakan di [[Metropolitan Museum of Art]]
| height_metric = 25,7
Baris 16:
}}
 
{{nihongo|'''''Ombak Besar di Kanagawa'''''|神奈川沖浪裏|Kanagawa-oki Nami Ura|{{Lit}} "Di Bawah Sebuah Ombak di Kanagawa"}}, juga dikenal dengan nama '''''Ombak Besar''''' atau '''''Sang Ombak''''', adalah sebuah [[cetak blok kayu|cetakan balok kayu]] karya seniman ''[[ukiyo-e]]'' Jepang [[Hokusai]], yang kemungkinan dibuat padasaat akhir tahun 1831 pada akhir [[zaman Edo]]. LukisanCetakan tersebut menggambarkan tiga perahu yang bergerak mengarungi lautan yang sedang diterjang badai dan sebuah [[ombak]] besar di lepas pantai [[Teluk Sagami]], [[Prefektur Kanagawa]]. Di latar belakang dapat terlihat [[Gunung Fuji]].
 
LukisanCetakan ini merupakan cetakankarya Hokusai yang paling terkenalpertama dan pertamayang paling terkenal dalam serial ''[[Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji|]];''Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji'']], yang penggunaan [[biru Prusia]]<nowiki/>nya dalam serial tersebut merevolusi cetakan Jepang. Komposisi lukisancetakan ini merupakan perpaduan antara cetakan tradisional Jepang dengan penggunaan [[perspektif (grafis)|perspektif grafik]] yang berkembang di Eropa,. yangPerpaduan ini memberikan keberhasilan baginya di Jepang dan juga nantinya di Eropa, ketika karyanya menginspirasi para [[Impresionis]]. Sejumlah museum di seluruh dunia menyimpan cetakan-cetakan ''Ombak Besar di Kanagawa''; sebagian besar berasal dari koleksi privat cetakan Jepang dari abad ke-19. Hanya sekitar seratus cetakan, dalam berbagai kondisi, yang dipercaya masih bertahan.
 
''Ombak Besar di Kanagawa'' telah disebut sebagai "gambar yang mungkin paling banyak dicetak dalam sejarah kesenian",<ref name="ABC">{{cite web|last1=Wood|first1=Patrick|date=20 July 2017|title=Is this the most reproduced artwork in history?|url=https://www.abc.net.au/news/2017-07-20/hokusai-the-wave:-is-this-the-most-reproduced-artwork/8720070|website=ABC News|language=en-AU|archive-url=https://web.archive.org/web/20201109032529/https://www.abc.net.au/news/2017-07-20/hokusai-the-wave:-is-this-the-most-reproduced-artwork/8720070|archive-date=9 November 2020|access-date=20 May 2022|url-status=live}}</ref> dan juga menjadi "karya seni yang paling terkenal dalam sejarah Jepang".<ref name="wsj">{{cite news|last=Gamerman|first=Ellen|date=18 March 2015|title=How Hokusai's "The Great Wave" Went Viral|url=https://www.wsj.com/articles/how-hokusais-the-great-wave-went-viral-1426698151|work=The Wall Street Journal|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20170112193920/http://www.wsj.com/articles/how-hokusais-the-great-wave-went-viral-1426698151|archive-date=12 January 2017|access-date=11 March 2017|url-status=live}}</ref> Lukisan ini telah memengaruhi beberapa seniman dan musisi ternama, seperti [[Vincent van Gogh]], [[Claude Debussy]], dan [[Claude Monet]]. Rekan-rekan Hokusai, sertaseperti [[Hiroshige]] dan [[Kuniyoshi]], terinspirasi untuk menciptakan karya-karya yang berpusat pada ombak.
 
== Latar belakang ==
Baris 28:
[[Berkas:Ukiyo-e dsc04680.jpg|ka|jmpl|250x250px|Wadah yang digunakan untuk mencetak ''ukiyo-e'']]
 
''Ukiyo-e'' merupakanadalah sebuah genreteknik [[seni grafis]] Jepang yang berkembang dari abad ke-17 hingga abad ke-19. Karya seni ini berupa [[cetak blok kayu|cetakan balok kayu]] dan [[nikuhitsu-ga|lukisan]] yang menggambarkan bermacam-macam subjek seperti wanita; pemeran [[kabuki]] dan pegulat [[sumo]]; adegan sejarah dan cerita rakyat; pemandangan; [[flora Jepang|flora]] dan [[fauna Jepang]]; dan [[shunga|erotika]]. NamaIstilah {{nihongo||浮世絵|ukiyo-e}} berarti "gambar [[Ukiyo|dunia mengambang]]".
 
Setelah [[Edo (Jepang)|Edo]] (sekarang [[Tokyo]]) menjadi pusat kedudukan [[Keshogunan Tokugawa]] pada tahun 1603,{{Sfn|Penkoff|1964|p=4–5}} kelas ''[[chōnin]]'', yang terdiri atas para pedagang dan pekerja memanfaatkan pertumbuhan ekonomi kota tersebut yang pesat,{{Sfn|Singer|1986|p=66}} untuk menikmati hiburan teater kabuki, ''[[geisha]]'', dan [[oiran|prostitusi]] pada berbagai [[distrik lampu merah]] (''[[yūkaku]]'');{{Sfn|Singer|1986|p=66}}{{Sfn|Penkoff|1964|p=4–5}} istilah {{nihongo||浮世|ukiyo|"dunia yang mengambang"}} pun digunakan untuk menggambarkan kehidupan [[Hedonisme|hedonistik]] ini. Karya ''ukiyo-e'' menjadi terkenal pada kalangan kelas c''hōnin'', ketika mereka menjadi cukup kaya untuk menghiasi rumah mereka menggunakan karya-karya tersebut.{{Sfn|Penkoff|1964|p=6}}
 
Karya ''ukiyo-e'' pertama merupakan lukisan-lukisan dan cetakan-cetakan monokromatik karya [[Hishikawa Moronobu]], yang menampilkan wanita, dan muncul pada tahun 1670-an.{{sfn|Kikuchi|Kenny|1969|p=31}} Cetakan berwarna diperkenalkan secara perlahan, dan pada awalnya hanya digunakan untuk komisi-komisi tertentu. Pada tahun 1740-an, seniman-seniman seperti [[Okumura Masanobu]] mulai menggunakan beberapa balok kayu untuk mencetak warna.{{sfn|Kobayashi|1997|p=77}} Saat tahun 1760-an, kesuksesan "[[Nishiki-e|cetakan brokat]]" [[Suzuki Harunobu]] menjadikan cetakan berwarna penuh sebagai produksi standar, dengan balok yang digunakan untuk membuat setiap cetakan berjumlah sepuluh atau lebih. Beberapa seniman ''ukiyo-e'' berspesialisasi dalam membuat lukisan, tetapi sebagian besar dari karya-karya tersebut merupakan cetakan.{{sfn|Kobayashi|1997|p=81}} Seniman-seniman jarang kali memahat balok kayunya sendiri; kegiatan produksi dilakukan oleh beberapa pihak: seniman, yang merancang cetakan; pemahat, yang memotong kayu balok; pencetak, yang menintai dan menempelkan kayu balok pada ''[[washi]]''; dan penerbit, yang membiayai, mempromosikan, dan mendistribusi karya-karya tersebut. Karena pencetakan dilakukan dengan tangan, para pencetak dapat memperoleh efek yang tidak dapat dicapai secara praktis dengan mesin, seperti [[Bokashi (cetakan)|pencampuran atau penggradasian warna]] pada cetakan balok.{{sfn|Salter|2001|p=11}}
 
=== Pencipta ===
{{utama|Katsushika Hokusai}}
[[File:Hokusai_as_an_old_man.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Hokusai_as_an_old_man.jpg|jmpl|415x415px|Potret diri Hokusai, tahun 1839]]
Katsushika Hokusai lahir di [[Katsushika, Tokyo|Katsushika]], Jepang, pada tahun 1760 di sebuah distrik di sebelah timur kota Edo.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=120}} Ia merupakan anak dari seorang [[shogun]] yang juga merupakan seorang pembuat kaca, dan pada umur 14, ia dinamakan ''Tokitarō''.<ref name="epdlp2">{{cite web|title=Katsushika Hokusai|url=https://www.epdlp.com/pintor.php?id=2884|website=El Poder de La Palabra|language=es|archive-url=https://web.archive.org/web/20210617200205/https://www.epdlp.com/pintor.php?id=2884|archive-date=17 June 2021|access-date=3 June 2022|url-status=live}}</ref> Hokusai tidak pernah dianggap sebagai pewaris, dan ada kemungkinan ibunya merupakan seorang [[gundik]].{{sfn|Weston|2002|p=116}}
 
Hokusai mulai melukis saat ia berumur enam tahun, dan saat berumur 12 tahun, ayahnya mengirimnya untuk bekerja di sebuah toko buku. Pada umur 16 tahun, ia bermagang kepada seorang pemahat balok kayu selama tiga tahun, sambil membuat ilustrasinya sendiri. Pada umur 18 tahun, Hokusai diterima sebagai murid [[Katsukawa Shunshō]], salah satu seniman ''ukiyo-e'' yang paling ternama pada zamannya.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=120}} Setelah Shunshō meninggal pada tahun 1793, Hokusai mempelajari gaya [[Seni rupa Jepang|kesenian Jepang]] dan [[Seni rupa Tionghoa|Tiongkok]], serta lukisan [[Kesenian Belanda|Belanda]] dan [[Kesenian Prancis|Prancis]] secara mandiri. Pada tahun 1800, ia mempublikasikan ''Pemandangan Terkenal dari Ibukota Timur'' dan ''Delapan Pemandangan Edo'', dan mulai menerima murid-murid.{{sfn|Weston|2002|p=117}} Pada masa ini ia mulai menggunakan nama Hokusai; semasa hidupnya, ia menggunakan lebih dari 30 nama samaran.{{sfn|Weston|2002|p=116}}
 
Pada tahun 1804, Hokusai menjadimulai terkenal ketika ia menciptakan sebuah gambar biksu Buddha bernama [[Daruma]] yang berukuran {{Convert|240|m2|sqft|abbr=out|adj=off}} untuk sebuah festival di Tokyo.<ref name="epdlp2"/> Karena keadaan finansialnya yang tidak menentu, pada tahun 1812, ia menerbitkan ''Pembelajaran Cepat dalam Menggambar Sederhana'', dan mulai bepergian ke [[Nagoya]] dan [[Kyoto]] untuk menerima murid baru. Pada tahun 1814, ia menerbitkan ''[[manga]]'' pertama dari lima belas ''manga'' yang ia buat; beberapa volume sketsa dari subjek-subjek yang menarik baginya, seperti orang-orang, hewan, dan [[Buddha]]. Ia mempublikasikan serial ''[[Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji]]'' pada akhir tahun 1820-an; serial tersebut menjadi sangat populer, sampai ia harus menambahkan sepuluh cetakan.{{sfn|Weston|2002|p=118}} Hokusai wafat pada tahun 1849 saat berumur 89 tahun.{{sfn|Guth|2011|p=468}}{{sfn|Weston|2002|p=120}}
 
Menurut Calza (2003), beberapa tahun sebelum Hokusai meninggal, ia berkata:
 
{{Blockquote|SejakDari berumurumur enam tahun, saya memiliki ketertarikan untuk menyalin bentuk dari berbagai benda dan sejak berumur lima puluh saya telah menerbitkan banyak gambar, tetapi semua yang saya gambar hingga umur ketujuh puluh, tidak ada yang perlu dianggap penting. Saat berumur tujuh puluh tiga saya mengerti sebagian dari struktur hewan, burung, serangga dan ikan, dan kehidupan dari rerumputan dan tumbuh-tumbuhan. Lalu seterusnya, pada [umur] delapan puluh enam saya harus terus maju; pada [umur] sembilan puluh saya semestinya maju lebih lagi untuk menembus makna rahasianya, dan pada [umur] seratus mungkin saya benar-benar telah sampaimencapai tingkat yang menakjubkan dan agung. Ketika saya sudah berumur seratus sepuluh tahun, setiap titik, setiap garis, akan memperoleh hidupnya sendiri.{{sfn|Calza|2003|p=7}}}}
 
== Deskripsi ==
''Ombak Besar di Kanagawa'' adalah sebuah cetakan ''[[yoko-e]]'' (cetakan dengan format horizontal atau lanskap) yang dicetak menggunakan ukuran ''[[ōban]]'' ({{convert|25|x|37|cm|in|abbr=on}}).{{sfn|Hillier|1970|p=230}}<ref name="metmuseum">{{cite web|title=Under the Wave off Kanagawa (Kanagawa oki nami ura), also known as The Great Wave, from the series Thirty-six Views of Mount Fuji (Fugaku sanjūrokkei)|url=https://www.metmuseum.org/art/collection/search/60013238|website=[[Metropolitan Museum of Art]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20220514165156/https://www.metmuseum.org/art/collection/search/60013238|archive-date=14 May 2022|access-date=14 May 2022|url-status=live}}</ref> Komposisi lukisancetakan ini terdiri dari tiga unsur: lautan yang berbadai, tiga perahu, dan sebuah gunung. Tanda tangan seniman terdapatdapat terlihat di sebelah kiri atas lukisancetakan.
 
=== Gunung ===
[[File:Kanagawa-oki nami-ura - huge wave against human.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Kanagawa-oki_nami-ura_-_huge_wave_against_human.jpg|jmpl|200x200px|Detail dari bagian tengah gambar. Di latar belakang terdapat Gunung Fuji yang berwarna biru dengan puncaknya yang bersalju.]]
Di latar belakang terdapat [[Gunung Fuji]] dan puncaknya yang bersalju;{{sfn|Ornes|2014|p=13245}} Gunung Fuji merupakan figur sentral dalam serial ''Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji'', yang menampilkan gunung tersebut dalam berbagai arah yang berbeda. Dalam ''Ombak Besar di Kanagawa'', Gunung Fuji ditampilkan denganmenggunakan warna biru dengan warna putih sebagai detail, mirip denganseperti warna ombak di latar depan.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=119}} Warna gelap yang mengelilingi Gunung Fuji mengindikasikan bahwa lukisancetakan ini berlatar saatpada pagi hari; Matahari terbit dari depan sudut pandang pengamat dan mulai menyinari puncak gunung yang bersalju. Terdapat [[awan kumulonimbus]] yang melayang di antara pengamat dan Gunung Fuji; walau jenis awan ini seringkali menandakan akan terjadinya badai, tetapi tidak ada hujan di Gunung Fuji maupun di lautan.<ref name=":cartwright2009">{{Harvnb|Cartwright|Nakamura|2009|p=121–122122–123}}</ref>
 
=== Perahu ===
LukisanCetakan tersebutini menampilkanmenunjukkan tiga ''oshiokuri-bune'', perahu cepat yang digunakan untuk membawa ikan hidup dari [[Semenanjung Izu]] dan [[Semenanjung Bōsō]] ke pasar-pasar di [[Pelabuhan Tokyo|pelabuhan Edo]].{{sfn|Kobayashi|1997|p=47}}{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=121}} MenurutBerdasarkan analisis oleh Cartwright dan Nakamura (2009), perahu-perahu tersebut terletak di Teluk Edo (Tokyo), jauh dari [[Yokohama]] di [[Prefektur Kanagawa]]<nowiki/> pada zaman sekarangkini, dengan Edo terletak di sebelah utara dan Gunung Fuji terletak di sebelah barat. Perahu-perahu tersebut mengarah ke selatan, kemungkinan menuju [[Teluk Sagami]] untuk mengumpulkan kargo ikan yang akan dijual di Edo.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=121}} Setiap perahu terdapat 8delapan pengayuh yang sedang memegang dayungnya. Di depan perahu terdapat 2dua anggotakru lebih; terdapat 30 pengayuh dalam gambar, namuntetapi hanya 22 yang terlihat.<ref name=":cartwright2009"Ukuran /> Ukurandari ombak dapat diperkirakan menggunakan perahu-perahu sebagai referensi: pada umumnya panjang ''oshiokuri-bune'' berukuran sekitar {{Convert|12-15|m|ft|abbr=out}}. Hokusai mengurangi skala vertikal sebesar 30%, sehingga tinggi ombak dapat diperkirakan sekitar {{Convert|10-12|m|ft|abbr=out}}.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=123}}
 
=== Lautan dan ombak ===
Baris 63:
| image1 = The Great Wave off Kanagawa - wave.jpg
| alt1 = refer to caption
| caption1 = Detail puncak ombak, yang terlihat mirip dengan sebuah "cakar".
| image2 = Kanagawa-oki nami-ura - 2 waves or 2 Fuji.jpg
| alt2 = refer to caption
| caption2 = Detail dari ombak kecil, yang mempunyai bentuk mirip dengan siluet Gunung Fuji itu sendiri.
}}
 
Lautan mendominasi komposisi lukisancetakan ini, yang berdasarkanberdasar olehpada bentuk ombak yang menjulur keluar dan mendominasi seluruh pemandangan sebelum jatuh. Ombak tersebut membentuk sebuah spiral dengan bagian tengahnya melaluimelewati bagian tengah lukisandari cetakan, yang membuat Gunung Fuji dapat telihat di latar belakang. LukisanCetakan ini terdiri atas beberapa lekukan ombak;, dengan permukaan air menjadi sambungan lekukan dari ombak. Lekukan ombak yang besar menciptakan lekukan lain, yang dibagi menjadi banyak ombak kecil lainnya yang meniru ombak besar pada gambar.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=119}} [[Edmond de Goncourt]], penulis asal Prancis, mendeskripsikan ombak tersebut sebagai berikut:
{{Blockquote|Sebuah papan [menggambar] yang seharusnya disebut ''Sang Ombak''. [Lukisan ini] mirip seperti gambar yang didewakan, [diciptakan] oleh seorang pelukis yang digenggam oleh teror religius dari lautan dahsyat yang mengelilingi negaranya: sebuah gambar yang menunjukkan kemarahan [ombak] yang naik ke langit, warna biru langit yang gelap dalam lekukan interior yang transparan, pecahnya ombak yang menyebar dalam tetesan dalam bentuk cakar hewan.{{sfn|Médicis|Huebner|2018|p=319}}}}
Secara umum ombak tersebut disebut sebagai hasil dari [[tsunami]] atau [[Gelombang raksasa|ombak besar]], namun juga seperti ombak yang raksasa yang menyerupai suatu kerangka yang mengancam para nelayan dengan "cakaran" ombak.{{sfn|Hillier|1970|p=230}}{{sfn|Dudley|Sarano|Dias|2013|p=159}}{{sfn|Ornes|2014}}{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=119}} Interpretasi karya ini mengenang kembali kehebatan Hokusai mengenai fantasi Jepang, yang dibuktikan dengan hantu-hantu dari ''[[Hokusai Manga]]''. Sebuah pengamatan dari ombak di sebelah kiri memperlihatkan "cakaran" lainnya yang akan menerjang para nelayan di belakang garis ombak putih.
 
{{Blockquote|Sebuah papan [menggambar] yang seharusnya disebut ''Sang Ombak''. [Lukisan ini] mirip seperti gambar yang didewakan, [diciptakan] oleh seorang pelukis yang digenggam oleh terorancaman religius dari lautan dahsyat yang mengelilingi negaranya: sebuah gambar yang menunjukkan kemarahan [ombak] yang naik ke langit, warna biru langitgelap yangpada gelapbagian dalam lekukan interior yang transparan, pecahnya ombak yang menyebar dalam tetesan dalam bentuk cakar seekor hewan.{{sfn|Médicis|Huebner|2018|p=319}}}}
Dari 1831 hingga 1832, serial ''[[Hyaku Monogatari]]'' Hokusai yang berjudul ''[[Seratus Cerita Hantu]]'' secara eksplisit menggambarkan tema supranatural.{{sfn|Bayou|2008|pp=144–145}} Lukisan ini mirip dengan banyak karya-karya Hokusai sebelumnya. Siluet ombak tersebut menyerupai sebuah [[Naga Jepang|naga]], yang seringkali digambarkan olehnya, bahkan di Gunung Fuji.<ref>{{harvnb|Honour|Fleming|1991|p=597}}, "Mount Fuji's snow covered cone recurs in them, glimpsed in the most famous from the through of a great wave breaking into spray like dragon-claws over fragile boats".</ref><ref>{{cite web|date=1 June 2017|title=HOKUSAI: BEYOND THE GREAT WAVE|url=https://asianartnewspaper.com/hokusai-beyond-great-wave/|website=Asian Art Newspaper|archive-url=https://web.archive.org/web/20220717010328/https://asianartnewspaper.com/hokusai-beyond-great-wave/|archive-date=17 July 2022|access-date=21 May 2022|url-status=live}}</ref>
 
DariSecara 1831umum hinggaombak 1832tersebut disebut sebagai hasil dari [[tsunami]] atau [[Gelombang raksasa|ombak besar]], serialtetapi juga seperti ombak raksasa yang menyerupai suatu kerangka putih yang mengancam para nelayan dengan "cakaran" busanya.{{sfn|Hillier|1970|p=230}}{{sfn|Dudley|Sarano|Dias|2013|p=159}}{{sfn|Ornes|2014}}{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=119}} Interpretasi karya ini mengenang kembali kehebatan Hokusai mengenai fantasi Jepang, yang dibuktikan dengan hantu-hantu dari ''[[HyakuHokusai MonogatariManga]]''. HokusaiSebuah pengamatan dari ombak di sebelah kiri memperlihatkan "cakaran" lainnya yang berjudulakan menerjang para nelayan di belakang garis busa putih. Gambar ini mengenang kembali karya-karya lama Hokusai, termasuk serial [[Hyaku Monogatari|''Hyaku Monogatari'']]<nowiki/>nya yang berjudul [[Seratus Cerita Hantu]]|''Seratus Cerita Hantu'']] yang diproduksi dari tahun 1831 hingga 1832, yang dengan secara lebih eksplisit menggambarkan tema-tema supranatural.{{sfn|Bayou|2008|pp=144–145}} Lukisan ini mirip dengan banyak karya-karya Hokusai sebelumnya. Siluet ombak tersebut menyerupai sebuah [[Naga Jepang|naga]], yang seringkali digambarkan olehnyaoleh sang seniman, bahkan di Gunung Fuji.<ref>{{harvnb|Honour|Fleming|1991|p=597}}, "Mount Fuji's snow covered cone recurs in them, glimpsed in the most famous from the through of a great wave breaking into spray like dragon-claws over fragile boats".</ref><ref>{{cite web|date=1 June 2017|title=HOKUSAI: BEYOND THE GREAT WAVE|url=https://asianartnewspaper.com/hokusai-beyond-great-wave/|website=Asian Art Newspaper|archive-url=https://web.archive.org/web/20220717010328/https://asianartnewspaper.com/hokusai-beyond-great-wave/|archive-date=17 July 2022|access-date=21 May 2022|url-status=live}}</ref>
 
=== Tanda tangan ===
[[File:The Great Wave off Kanagawa - Title and signature.jpg|thumb|80px|Tanda tangan Hokusai]]
LukisanCetakan ini memiliki dua inskripsi di sebelah kiri atas gambar. Inskripsi yang pertama berada di dalam kotak persegi panjang yang bertuliskan judul serial dan lukisan: "冨嶽三十六景/神奈川冲/浪裏 ''Fugaku Sanjūrokkei / Kanagawa oki / nami ura''", yang berarti "Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji / Lepas pantai Kanagawa / Dibawah ombak". Inskripsi kedua di sebelah kiri kotak berisi tanda tangan seniman tersebut: "北斎改爲一筆 ''Hokusai aratame Iitsu hitsu''", yang berarti "[(Lukisan]) dari kuas Hokusai, yanyang mengubah namanya menjadi litsuIitsu."<ref name="Guimet12">{{cite web|author=|author-link=|title=Hokusai "Mad about his art" from Edmond de Goncourt to Norbert Lagane|url=http://www.guimet.fr/HOKUSAI-Mad-about-his-art-From|publisher=[[Museum Guimet]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20101014144021/http://www.guimet.fr/HOKUSAI-Mad-about-his-art-From|archive-date=14 Oktober 2010|access-date=18 April 2022|url-status=dead}}</ref> Dikarenakan latar belakangnya yang sederhana, Hokusai tidak memiliki nama belakang; nama panggilan pertamanya (Katsushika) diambil dari daerah asalnya. Semasa karirkarirnya, Hokusai, ia menggunakan lebih dari 30 nama samaran dan tidak pernah memulai sebuah serial karya tanpa mengubah namanya, kadangterkadang meninggalkan namanya kepada murid-muridnya.{{sfn|Goncourt|2015|pp=9, 38}}
 
=== Kedalaman dan perspektif ===
Kedalaman dan perspektif (''[[uki-e]]'') pada ''Ombak Besar di Kanagawa'' merupakan aspek yang menonjol, dengan adanya kontras yang kuat antara latar belakang dan latar depan.<ref>{{cite web|title="The Wave" by Hokusai and "The Jingting Mountains in Autumn" by Shitao|url=http://www.cndp.fr/Tice/teledoc/dossiers/dossier_vague.htm|website=CNDP.fr|language=fr|archive-url=https://web.archive.org/web/20091003054137/http://www.cndp.fr/Tice/teledoc/dossiers/dossier_vague.htm|archive-date=3 October 2009}}</ref> Dua massa yang besar mendominasi ruang visual cetakan: Kekuatan ombak besar berkontras dengan ketenangan dari latar belakang yang hampa,<ref name="metmuseum2">{{cite web|title=Under the Wave off Kanagawa (Kanagawa oki nami ura), also known as The Great Wave, from the series Thirty-six Views of Mount Fuji (Fugaku sanjūrokkei)|url=https://www.metmuseum.org/art/collection/search/60013238|website=[[Metropolitan Museum of Art]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220514165156/https://www.metmuseum.org/art/collection/search/60013238|archive-date=14 May 2022|access-date=14 May 2022|url-status=live}}</ref>; hal ini mewujudkan [[simbol yin dan yang]]. Manusia, yang lemah, bersusah diantara keduanya, yang mungkin merupakan sebuah referensi terhadap kepercayaan [[Buddhisme]] (yang mana hal-hal buatan manusia tidaklah kekal), seperti yang direpresentasikan dengan kapal-kapal yang diterjang oleh ombak yang besar, dan [[Shintoisme]] (yang mana alam itu mahakuasa).<ref>{{cite web|last1=Rüf|first1=Isabelle|date=29 December 2004|title=La "Grande vague" du Japonais Hokusai, symbole de la violence des tsunamis|url=http://www.letemps.ch/dossiers/dossiersarticle.asp?ID=147592|website=[[Le Temps]]|language=fr|archive-url=https://web.archive.org/web/20081021101433/http://www.letemps.ch/dossiers/dossiersarticle.asp?ID=147592|archive-date=21 October 2008}}</ref>
 
== Pembuatan ==
Hokusai mengalami berbagai tantangan selama pembuatan ''Ombak Besar di Kanagawa''.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=121}} Pada tahun 1826, saat berumur 60-an, ia mengalami masalah finansial, dan pada tahun 1827, ia mengidap masalah kesehatan yang berat, kemungkinan [[strok]]. Istrinya meninggal pada tahun berikutnya, dan pada tahun 1829 ia harus membantu cucunya keluar dari masalah finansial, sebuah situasi yang mendorong Hokusai ke dalam kemiskinan.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=121}} Meski ia telah mengirim cucunya ke pedesaan dengan ayahnya pada tahun 1830, akibat dari masalah finansial tersebut terus berkelanjutan untuk beberapa tahun berikutnya. Pada masa itu, ia bekerja pada ''Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji''.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=121}} Cartwright dan Nakamura (2009) menafsirkan kesengsaraan Hokusai sebagai sumber dari penggambaran yang kuat dan inovatif pada serial ini. Tujuan Hokusai dalam pembuatan serial ini terlihat untuk menggambarkan kontras antara Gunung Fuji yang suci dan kehidupan yang sekuler.{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=128}}{{multiple image
| width = 200
| direction = vertical
| image1 = Kanagawa-oki Honmoku no zu.jpg
| alt1 = refer to caption
| caption1 = ''Kanagawa-oki Honmoku no zu'', dibuat sekitar tahun 1803
| image2 = Oshiokuri Hato Tsusen no Zu.jpg
| alt2 = refer to caption
| caption2 = ''Oshiokuri Hato Tsusen no Zu'', dibuat sekitar tahun 1805
| image3 = A colored version of the Big wave from 100 views of the Fuji, 2nd volume.jpg
| alt3 = refer to caption
| caption3 = ''Kaijo no Fuji'', dari volume kedua ''100 Pemandangan Gunung Fuji'', tahun 1834
}}Setelah bekerja dan menggambar selama beberapa tahun, Hokusai sampai pada rancangan akhir untuk ''Ombak Besar di Kanagawa'' pada akhir tahun 1831.<ref name="britishmuseum1831">{{cite web|title=The Great Wave – print|url=https://www.britishmuseum.org/collection/object/A_2008-3008-1-JA|website=[[The British Museum]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220531141632/https://www.britishmuseum.org/collection/object/A_2008-3008-1-JA|archive-date=31 May 2022|access-date=20 May 2022|url-status=live}}</ref> Dua karya yang mirip dari sekitar 30 tahun sebelum penerbitan ''Ombak Besar di Kanagawa'' bisa dianggap sebagai pelopor cetakan ini: ''Kanagawa-oki Honmoku no Zu'' dan ''Oshiokuri Hato Tsusen no Zu'', yang mana keduanya menggambarkan sebuah perahu (perahu layar pada cetakan pertama dan perahu dayung pada cetakan kedua) di tengah sebuah badai dan di dasar sebuah ombak besar yang mengancam untuk menelan mereka.{{sfn|Kobayashi|1997|p=47}}{{sfn|Nagata|1995|p=40}} ''Ombak Besar di Kanagawa'' menunjukkan keahlian Hokusai dalam menggambar. Cetakan ini, walau terlihat sederhana bagi pengamat, merupakan hasil dari proses refleksi metodik yang lama. Hokusai menetapkan basis dari metode ini dalam bukunya ''Pembelajaran Cepat dalam Menggambar Sederhana'' yang terbit pada tahun 1812, yang mana ia menjelaskan bahwa segala objek dapat digambar menggunakan hubungan antara lingkaran dan persegi: "Buku ini berisi petunjuk mengenai teknik menggambar hanya menggunakan sebuah penggaris dan kompas ... Metode ini dimulai dengan sebuah garis dan proporsi yang paling dapat dicapai secara alami".{{sfn|Delay|2004|p=197}} Pada pendahuluan bukunya, ia melanjutkan: "Segala bentuk mempunyai dimensinya sendiri yang perlu kita hormati ... Tidak dapat dilupakan bahwa hal-hal tersebut dimiliki oleh alam semesta yang keharmonisannya tidak boleh dirusak".{{sfn|Delay|2004|p=197}}
 
Hokusai kembali kepada gambar dari ''Ombak Besar di Kanagawa'' beberapa tahun kemudian saat ia memproduksi ''Kaijo no Fuji'' untuk volume kedua dari ''Seratus Pemandangan Fuji''. Cetakan ini berisi hubungan yang sama antara ombak dan gunung, dan memiliki semburan busa yang sama. Tidak ada manusia ataupun perahu pada cetakan tersebut, dan pecahan ombak bertepatan dengan terbangnya burung-burung. Walau ombak pada ''Ombak Besar di Kanagawa'' bergerak pada arah yang terbalik dalam pembacaan Jepang – dari kanan ke kiri – ombak dan burung-burung di ''Kaijo no Fuji'' bergerak secara bersamaan.<ref>{{cite web|title=Hokusai|url=http://classes.yale.edu/fractals/panorama/Art/Hokusai/Hokusai.html|website=[[Yale University]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20110908210222/http://classes.yale.edu/fractals/panorama/Art/Hokusai/Hokusai.html|archive-date=8 September 2011}}</ref>
 
== Arah membaca ==
[[File:La_Grande_Vague_inversée.jpg|kiri|jmpl|200x200px|Gambar yang dibalik, yang memberikan interpretasi sesuai dengan cara baca orang Jepang.]]
Orang Jepang menginterpretasi ''Ombak Besar di Kanagawa'' dari kanan ke kiri, memberikan tekanan pada bahaya yang ditunjukkan oleh ombak yang besar.{{sfn|Harris|2008|p=12}} Metode pembacaan ini merupakan cara yang tradisional bagi lukisan-lukisan Jepang, seperti halnya [[Sistem penulisan bahasa Jepang|tulisan Jepang]] yang juga dibaca dari [[Sistem penulisan kanan ke kiri|kanan ke kiri]].{{sfn|Cartwright|Nakamura|2009|p=123}} Dengan menganalisis perahu-perahu yang terdapat di gambar, terutama yang berada di atas, dapat terlihat bahwa [[haluan kapal]] yang ramping dan lancip menghadap sebelah kiri; hal ini mengartikan bahwa penafsiran Jepang benar. Penampilan perahu-perahu tersebut juga dapat dianalisis pada cetakan Hokusai yang berjudul ''Sōshū Chōshi'' dari serial [[Chie no umi|''Chie no umi'']] ("Lautan Kebijaksanaan"), yang mana perahu bergerak melawan arus dengan arah ke sebelah kanan; hal ini ditunjukkan oleh [[keracak]] perahu.{{sfn|Calza|2003|p=484}}
 
== Pengaruh budaya Barat pada karya ==
 
=== Perspektif ===
Konsep cetakan [[Perspektif (grafis)|perspektif]] tiba di Jepang pada abad ke-18. Cetakan-cetakan ini bergantung pada perspektif titik tunggal dibanding latar depan, latar tengah, dan latar belakang tradisional, yang selalu ditolak Hokusai.{{sfn|Ives|1974|pp=74–76}} Objek-objek dalam cetakan tradisional Jepang dan dalam lukisan Timur Jauh secara umum tidak digambar dalam perspektif, tetapi, seperti di Mesir kuno, ukuran-ukuran dari objek dan figur ditentukan pada kepentingan subjek dalam konteks yang ada.{{sfn|Lane|1962|p=237}}
 
Perspektif, yang pertama kali diterapkan dalam lukisan Barat oleh seniman-seniman abad ke-15 seperti [[Paolo Uccello]] dan [[Piero della Francesca]], diperkenalkan kepada seniman-seniman Jepang melalui pedagang Barat, terutama pedagang Belanda, yang tiba di [[Nagasaki]]. [[Okumura Masanobu]] dan terutama [[Utagawa Toyoharu]] membuat upaya pertama untuk meniru penggunaan perspektif Barat, memproduksi ukiran yang menggambarkan kanal-kanal di [[Venesia]] atau reruntuhan [[Romawi Kuno]] dalam perspektif seawal tahun 1750.{{sfn|Delay|2004|p=173}}
 
Karya Toyoharu sangat memengaruhi cetakan lanskap Jepang, yang berkembang dengan karya-karya [[Hiroshige]] – seorang murid Toyoharu secara tidak langsung melalui [[Toyohiro Utagawa|Toyohiro]] – dan Hokusai. Hokusai mengenali perspektif Barat pada tahun 1790-an melalui investigasi [[Shiba Kōkan]], yang pengajarannya ia manfaatkan. Di antara tahun 1805 dan 1810, Hokusai menerbitkan serial ''Cermin dari Gambar-gambar Belanda – Delapan Pemandangan Edo''.{{sfn|Bayou|2008|p=110}}
 
''Ombak Besar di Kanagawa'' tidak akan menjadi sesukses itu di Barat jika para audiens tidak memiliki rasa familieritas dengan karyanya. Karya ini diinterpretasi sebagai permainan Barat dilihat melalui pandangan orang Jepang. Menurut Richard Lane:{{blockquote|Murid-murid dari Barat yang pertama kali melihat cetakan Jepang hampir selalu menetap pada kedua ahli lama [Hokusai dan Hiroshige] dalam mewakili puncak dari kesenian Jepang, sedikit menyadari bahwa sebagian dari apa yang mereka kagumi adalah hubungan tersembunyi yang mereka rasakan terhadap budaya Barat mereka sendiri. Ironisnya, itu adalah karya Hokusai ini dan Hiroshige yang membantu menghidupkan kembali lukisan Barat menuju akhir abad ke-sembilan belas, melalui kekaguman para Impresionis dan Pascaimpresionis.{{sfn|Lane|1962|p=233}}}}
 
=== "Revolusi biru" ===
[[File:Kajikazawa_in_Kai_Province_(Koshu_Kajikazawa).jpg|jmpl|220x220px|''[[Kōshū Kajikazawa]]'', "Kajikazawa di Provinsi Kai", gaya ''[[aizuri-e]]'']]
Selama tahun 1830-an, cetakan Hokusai mengalami sebuah "revolusi biru", saat ia menggunakan pigmen biru tua [[biru Prusia]] secara ekstensif.{{sfn|Bayou|2008|p=144}} Ia menggunakan corak biru ini untuk ''Ombak Besar di Kanagawa''<ref>{{cite web|last1=Graham|first1=John|date=September 1999|title=Hokusai and Hiroshige: Great Japanese Prints from the James A. Michener Collection at the Asian Art Museum|url=http://www.elfornio.com/JGwriting-blocks.html|website=UCSF Weekly|archive-url=https://web.archive.org/web/20090618061832/http://www.elfornio.com/JGwriting-blocks.html|archive-date=18 June 2009}}</ref> dengan [[Nila|indigo]], corak biru yang halus dan cepat luntur yang seringkali digunakan dalam karya ''ukiyo-e'' pada waktu itu.
 
Biru Prusia, juga dikenal dalam bahasa Jepang saat itu sebagai {{Nihongo|2=ベルリン藍|3=Berlin ai|4=disingkat menjadi bero ai (ベロ藍), secara harfiah "indigo Berlin"}},<ref>{{Cite web|title=浮世絵の風景を刷新した「ベロ藍」誕生秘話|url=https://www.adachi-hanga.com/hokusai/page/know_14|website=www.adachi-hanga.com|language=ja|trans-title=The obscure origin of "Berlin indigo", the color that revolutionized scenes in ukiyo-e|archive-url=https://web.archive.org/web/20230804032737/https://www.adachi-hanga.com/hokusai/page/know_14|archive-date=4 August 2023|access-date=4 August 2023|quote=日本ではその発祥地の名前をとって、「ベルリン藍」と呼びました。「ベルリン藍」を省略した「ベロ藍」の呼び名も広く知られています。[In Japan it was called "Berlin indigo", after its place of invention. The abbreviated form "bero ai" is also well known.]|url-status=live}}</ref> mulai diimpor dari [[Holandia]] dari tahun 1820, dan digunakan secara luas oleh Hiroshige dan Hokusai setelah kedatangannya di Jepang dalam jumlah yang besar pada tahun 1829.{{sfn|Bayou|2008|p=130}}
 
10 cetakan pertama di serial tersebut, termasuk ''Ombak Besar di Kanagawa'', merupakan salah satu cetakan Jepang pertama yang menampilkan biru Prusia, yang sangat mungkin disarankan kepada penerbit di tahun 1830. Inovasi ini menjadi keberhasilan langsung.<ref name="Guimet1">{{cite web|title=Hokusai "Mad about his art" from Edmond de Goncourt to Norbert Lagane|url=http://www.guimet.fr/HOKUSAI-Mad-about-his-art-From|website=[[Guimet Museum]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20101014144021/http://www.guimet.fr/HOKUSAI-Mad-about-his-art-From|archive-date=14 October 2010}}</ref> Pada awal Januari 1831, penerbit Hokusai Nishimuraya Yohachi (Eijudō) mengiklankan inovasi ini secara luas,{{sfn|Bayou|2008|p=130}} dan pada tahun selanjutnya menerbitkan 10 cetakan berikutnya dalam serial ''Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji'', dan khas untuk gaya biru dominan [[Aizuri-e|''aizuri-e'']], dengan [[Kōshū Kajikazawa|''Kōshū Kajikazawa'']] ("Kajikazawa di Provinsi Kai") menjadi contoh yang terkemuka.{{sfn|Calza|2003|p=473}} Selain penggunaan ekstensif biru Prusia, sketsa dari 10 cetakan tambahan ini, dikenal secara keseluruhan sebagai ''ura Fuji'' ("Fuji dilihat dari belakang"), merupakan hitam ''sumi'' dengan [[tinta India]].{{sfn|Bayou|2008|p=130}}
 
== Catatan kaki ==

Revisi terkini sejak 13 Juli 2024 19.01

Ombak Besar di Kanagawa
神奈川沖浪裏, Kanagawa-oki Nami Ura
SenimanKatsushika Hokusai
Tahun1831
TipeUkiyo-e (Cetakan balok kayu)
Ukuran25,7 cm × 37,9 cm (10,1 in × 14,9 in)

Ombak Besar di Kanagawa (神奈川沖浪裏, Kanagawa-oki Nami Ura, terj. har. "Di Bawah Sebuah Ombak di Kanagawa"), juga dikenal dengan nama Ombak Besar atau Sang Ombak, adalah sebuah cetakan balok kayu karya seniman ukiyo-e Jepang Hokusai, yang dibuat saat akhir tahun 1831 pada zaman Edo. Cetakan tersebut menggambarkan tiga perahu yang bergerak mengarungi lautan yang sedang diterjang badai dan sebuah ombak besar di lepas pantai Teluk Sagami, Prefektur Kanagawa. Di latar belakang dapat terlihat Gunung Fuji.

Cetakan ini merupakan karya Hokusai yang pertama dan yang paling terkenal dalam serial Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji; penggunaan biru Prusia dalam serial tersebut merevolusi cetakan Jepang. Komposisi cetakan ini merupakan perpaduan antara cetakan tradisional Jepang dengan penggunaan perspektif grafik yang berkembang di Eropa. Perpaduan ini memberikan keberhasilan baginya di Jepang dan nantinya di Eropa, ketika karyanya menginspirasi para Impresionis. Sejumlah museum di seluruh dunia menyimpan cetakan-cetakan Ombak Besar di Kanagawa; sebagian besar berasal dari koleksi privat cetakan Jepang dari abad ke-19. Hanya sekitar seratus cetakan, dalam berbagai kondisi, yang dipercaya masih bertahan.

Ombak Besar di Kanagawa telah disebut sebagai "gambar yang mungkin paling banyak dicetak dalam sejarah kesenian",[1] dan juga menjadi "karya seni yang paling terkenal dalam sejarah Jepang".[2] Lukisan ini telah memengaruhi beberapa seniman dan musisi ternama, seperti Vincent van Gogh, Claude Debussy, dan Claude Monet. Rekan-rekan Hokusai, seperti Hiroshige dan Kuniyoshi, terinspirasi untuk menciptakan karya-karya yang berpusat pada ombak.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Kesenian ukiyo-e

[sunting | sunting sumber]
Wadah yang digunakan untuk mencetak ukiyo-e

Ukiyo-e adalah sebuah teknik seni grafis Jepang yang berkembang dari abad ke-17 hingga abad ke-19. Karya seni ini berupa cetakan balok kayu dan lukisan yang menggambarkan bermacam-macam subjek seperti wanita; pemeran kabuki dan pegulat sumo; adegan sejarah dan cerita rakyat; pemandangan; flora dan fauna Jepang; dan erotika. Istilah ukiyo-e (浮世絵) berarti "gambar dunia mengambang".

Setelah Edo (sekarang Tokyo) menjadi pusat kedudukan Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603,[3] kelas chōnin, yang terdiri atas para pedagang dan pekerja memanfaatkan pertumbuhan ekonomi kota tersebut yang pesat,[4] untuk menikmati hiburan teater kabuki, geisha, dan prostitusi pada berbagai distrik lampu merah (yūkaku);[3] istilah ukiyo (浮世, "dunia yang mengambang") pun digunakan untuk menggambarkan kehidupan hedonistik ini. Karya ukiyo-e menjadi terkenal pada kalangan kelas chōnin, ketika mereka menjadi cukup kaya untuk menghiasi rumah mereka menggunakan karya-karya tersebut.[5]

Karya ukiyo-e pertama merupakan lukisan-lukisan dan cetakan-cetakan monokromatik karya Hishikawa Moronobu yang menampilkan wanita, dan muncul pada tahun 1670-an.[6] Cetakan berwarna diperkenalkan secara perlahan, dan pada awalnya hanya digunakan untuk komisi-komisi tertentu. Pada tahun 1740-an, seniman-seniman seperti Okumura Masanobu mulai menggunakan beberapa balok kayu untuk mencetak warna.[7] Saat tahun 1760-an, kesuksesan "cetakan brokat" Suzuki Harunobu menjadikan cetakan berwarna penuh sebagai produksi standar, dengan balok yang digunakan untuk membuat setiap cetakan berjumlah sepuluh atau lebih. Beberapa seniman ukiyo-e berspesialisasi dalam membuat lukisan, tetapi sebagian besar dari karya tersebut merupakan cetakan.[8] Seniman-seniman jarang kali memahat balok kayunya sendiri; kegiatan produksi dilakukan oleh beberapa pihak: seniman, yang merancang cetakan; pemahat, yang memotong kayu balok; pencetak, yang menintai dan menempelkan kayu balok pada washi; dan penerbit, yang membiayai, mempromosikan, dan mendistribusi karya-karya tersebut. Karena pencetakan dilakukan dengan tangan, para pencetak dapat memperoleh efek yang tidak dapat dicapai secara praktis dengan mesin, seperti pencampuran atau penggradasian warna pada cetakan balok.[9]

Potret diri Hokusai, tahun 1839

Katsushika Hokusai lahir di Katsushika, Jepang, pada tahun 1760 di sebuah distrik di sebelah timur kota Edo.[10] Ia merupakan anak dari seorang shogun yang juga merupakan seorang pembuat kaca, dan pada umur 14, ia dinamakan Tokitarō.[11] Hokusai tidak pernah dianggap sebagai pewaris, dan ada kemungkinan ibunya merupakan seorang gundik.[12]

Hokusai mulai melukis saat ia berumur enam tahun, dan saat berumur 12 tahun, ayahnya mengirimnya untuk bekerja di sebuah toko buku. Pada umur 16 tahun, ia bermagang kepada seorang pemahat balok kayu selama tiga tahun, sambil membuat ilustrasinya sendiri. Pada umur 18 tahun, Hokusai diterima sebagai murid Katsukawa Shunshō, salah satu seniman ukiyo-e yang paling ternama pada zamannya.[10] Setelah Shunshō meninggal pada tahun 1793, Hokusai mempelajari gaya kesenian Jepang dan Tiongkok, serta lukisan Belanda dan Prancis secara mandiri. Pada tahun 1800, ia mempublikasikan Pemandangan Terkenal dari Ibukota Timur dan Delapan Pemandangan Edo, dan mulai menerima murid-murid.[13] Pada masa ini ia mulai menggunakan nama Hokusai; semasa hidupnya, ia menggunakan lebih dari 30 nama samaran.[12]

Pada tahun 1804, Hokusai mulai terkenal ketika ia menciptakan sebuah gambar biksu Buddha bernama Daruma yang berukuran 240 meter persegi (2.600 sq ft) untuk sebuah festival di Tokyo.[11] Karena keadaan finansialnya yang tidak menentu, pada tahun 1812, ia menerbitkan Pembelajaran Cepat dalam Menggambar Sederhana, dan mulai bepergian ke Nagoya dan Kyoto untuk menerima murid baru. Pada tahun 1814, ia menerbitkan manga pertama dari lima belas manga yang ia buat; beberapa volume sketsa dari subjek-subjek yang menarik baginya, seperti orang-orang, hewan, dan Buddha. Ia mempublikasikan serial Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji pada akhir tahun 1820-an; serial tersebut menjadi sangat populer, sampai ia harus menambahkan sepuluh cetakan.[14] Hokusai wafat pada tahun 1849 saat berumur 89 tahun.[15][16]

Menurut Calza (2003), beberapa tahun sebelum Hokusai meninggal, ia berkata:

Dari umur enam tahun, saya memiliki ketertarikan untuk menyalin bentuk dari berbagai benda dan sejak berumur lima puluh saya telah menerbitkan banyak gambar, tetapi semua yang saya gambar hingga umur ketujuh puluh, tidak ada yang perlu dianggap penting. Saat berumur tujuh puluh tiga saya mengerti sebagian dari struktur hewan, burung, serangga dan ikan, dan kehidupan dari rerumputan dan tumbuh-tumbuhan. Lalu seterusnya, pada [umur] delapan puluh enam saya harus terus maju; pada [umur] sembilan puluh saya semestinya maju lebih lagi untuk menembus makna rahasianya, dan pada [umur] seratus mungkin saya benar-benar telah mencapai tingkat yang menakjubkan dan agung. Ketika saya berumur seratus sepuluh tahun, setiap titik, setiap garis, akan memperoleh hidupnya sendiri.[17]

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Ombak Besar di Kanagawa adalah sebuah cetakan yoko-e (cetakan dengan format horizontal atau lanskap) yang dicetak menggunakan ukuran ōban (25 cm × 37 cm (9,8 in × 14,6 in)).[18][19] Komposisi cetakan ini terdiri dari tiga unsur: lautan yang berbadai, tiga perahu, dan sebuah gunung. Tanda tangan seniman dapat terlihat di sebelah kiri atas cetakan.

Detail dari bagian tengah gambar. Di latar belakang terdapat Gunung Fuji yang berwarna biru dengan puncaknya yang bersalju.

Di latar belakang terdapat Gunung Fuji dan puncaknya yang bersalju;[20] Gunung Fuji merupakan figur sentral dalam serial Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji, yang menampilkan gunung tersebut dalam berbagai arah yang berbeda. Dalam Ombak Besar di Kanagawa, Gunung Fuji ditampilkan menggunakan warna biru dengan warna putih sebagai detail, mirip seperti warna ombak di latar depan.[21] Warna gelap yang mengelilingi Gunung Fuji mengindikasikan bahwa cetakan ini berlatar pada pagi hari; Matahari terbit dari depan sudut pandang pengamat dan mulai menyinari puncak gunung yang bersalju. Terdapat awan kumulonimbus yang melayang di antara pengamat dan Gunung Fuji; walau jenis awan ini seringkali menandakan akan terjadinya badai, tetapi tidak ada hujan di Gunung Fuji maupun di lautan.[22]

Cetakan ini menunjukkan tiga oshiokuri-bune, perahu cepat yang digunakan untuk membawa ikan hidup dari Semenanjung Izu dan Semenanjung Bōsō ke pasar-pasar di pelabuhan Edo.[23][24] Berdasarkan analisis oleh Cartwright dan Nakamura (2009), perahu-perahu tersebut terletak di Teluk Edo (Tokyo), jauh dari Yokohama di Prefektur Kanagawa pada zaman kini, dengan Edo terletak di sebelah utara dan Gunung Fuji terletak di sebelah barat. Perahu-perahu tersebut mengarah ke selatan, kemungkinan menuju Teluk Sagami untuk mengumpulkan kargo ikan yang akan dijual di Edo.[24] Setiap perahu terdapat delapan pengayuh yang sedang memegang dayungnya. Di depan perahu terdapat dua kru lebih; terdapat 30 pengayuh dalam gambar, tetapi hanya 22 yang terlihat. Ukuran dari ombak dapat diperkirakan menggunakan perahu-perahu sebagai referensi: pada umumnya panjang oshiokuri-bune sekitar 12–15 meter (39–49 ft). Hokusai mengurangi skala vertikal sebesar 30%, sehingga tinggi ombak dapat diperkirakan sekitar 10–12 meter (33–39 ft).[25]

Lautan dan ombak

[sunting | sunting sumber]
refer to caption
Detail puncak ombak, yang terlihat mirip dengan sebuah "cakar".
refer to caption
Detail dari ombak kecil, yang mempunyai bentuk mirip dengan siluet Gunung Fuji itu sendiri.

Lautan mendominasi komposisi cetakan ini, yang berdasar pada bentuk ombak yang menjulur keluar dan mendominasi seluruh pemandangan sebelum jatuh. Ombak tersebut membentuk sebuah spiral dengan bagian tengahnya melewati bagian tengah dari cetakan, yang membuat Gunung Fuji dapat telihat di latar belakang. Cetakan ini terdiri atas beberapa lekukan ombak, dengan permukaan air menjadi sambungan lekukan dari ombak. Lekukan ombak yang besar menciptakan lekukan lain, yang dibagi menjadi banyak ombak kecil lainnya yang meniru ombak besar pada gambar.[21] Edmond de Goncourt, penulis asal Prancis, mendeskripsikan ombak tersebut sebagai berikut:

Sebuah papan [menggambar] yang seharusnya disebut Sang Ombak. [Lukisan ini] mirip seperti gambar yang didewakan, [diciptakan] oleh seorang pelukis yang digenggam oleh ancaman religius dari lautan dahsyat yang mengelilingi negaranya: sebuah gambar yang menunjukkan kemarahan [ombak] yang naik ke langit, warna biru gelap pada bagian dalam lekukan yang transparan, pecahnya ombak yang menyebar dalam tetesan dalam bentuk cakar seekor hewan.[26]

Secara umum ombak tersebut disebut sebagai hasil dari tsunami atau ombak besar, tetapi juga seperti ombak raksasa yang menyerupai suatu kerangka putih yang mengancam para nelayan dengan "cakaran" busanya.[18][27][28][21] Interpretasi karya ini mengenang kembali kehebatan Hokusai mengenai fantasi Jepang, yang dibuktikan dengan hantu-hantu dari Hokusai Manga. Sebuah pengamatan dari ombak di sebelah kiri memperlihatkan "cakaran" lainnya yang akan menerjang para nelayan di belakang garis busa putih. Gambar ini mengenang kembali karya-karya lama Hokusai, termasuk serial Hyaku Monogatarinya yang berjudul Seratus Cerita Hantu yang diproduksi dari tahun 1831 hingga 1832, yang dengan secara lebih eksplisit menggambarkan tema-tema supranatural.[29] Siluet ombak tersebut menyerupai sebuah naga, yang seringkali digambarkan oleh sang seniman, bahkan di Gunung Fuji.[30][31]

Tanda tangan

[sunting | sunting sumber]
Tanda tangan Hokusai

Cetakan ini memiliki dua inskripsi di sebelah kiri atas gambar. Inskripsi yang pertama berada di dalam kotak persegi panjang yang bertuliskan judul serial dan lukisan: "冨嶽三十六景/神奈川冲/浪裏 Fugaku Sanjūrokkei / Kanagawa oki / nami ura", yang berarti "Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji / Lepas pantai Kanagawa / Dibawah ombak". Inskripsi kedua di sebelah kiri kotak berisi tanda tangan seniman tersebut: "北斎改爲一筆 Hokusai aratame Iitsu hitsu", yang berarti "(Lukisan) dari kuas Hokusai, yang mengubah namanya menjadi Iitsu."[32] Dikarenakan latar belakangnya yang sederhana, Hokusai tidak memiliki nama belakang; nama panggilan pertamanya (Katsushika) diambil dari daerah asalnya. Semasa karirnya, Hokusai menggunakan lebih dari 30 nama samaran dan tidak pernah memulai sebuah serial karya tanpa mengubah namanya, terkadang meninggalkan namanya kepada murid-muridnya.[33]

Kedalaman dan perspektif

[sunting | sunting sumber]

Kedalaman dan perspektif (uki-e) pada Ombak Besar di Kanagawa merupakan aspek yang menonjol, dengan adanya kontras yang kuat antara latar belakang dan latar depan.[34] Dua massa yang besar mendominasi ruang visual cetakan: Kekuatan ombak besar berkontras dengan ketenangan dari latar belakang yang hampa,[35]; hal ini mewujudkan simbol yin dan yang. Manusia, yang lemah, bersusah diantara keduanya, yang mungkin merupakan sebuah referensi terhadap kepercayaan Buddhisme (yang mana hal-hal buatan manusia tidaklah kekal), seperti yang direpresentasikan dengan kapal-kapal yang diterjang oleh ombak yang besar, dan Shintoisme (yang mana alam itu mahakuasa).[36]

Pembuatan

[sunting | sunting sumber]

Hokusai mengalami berbagai tantangan selama pembuatan Ombak Besar di Kanagawa.[24] Pada tahun 1826, saat berumur 60-an, ia mengalami masalah finansial, dan pada tahun 1827, ia mengidap masalah kesehatan yang berat, kemungkinan strok. Istrinya meninggal pada tahun berikutnya, dan pada tahun 1829 ia harus membantu cucunya keluar dari masalah finansial, sebuah situasi yang mendorong Hokusai ke dalam kemiskinan.[24] Meski ia telah mengirim cucunya ke pedesaan dengan ayahnya pada tahun 1830, akibat dari masalah finansial tersebut terus berkelanjutan untuk beberapa tahun berikutnya. Pada masa itu, ia bekerja pada Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji.[24] Cartwright dan Nakamura (2009) menafsirkan kesengsaraan Hokusai sebagai sumber dari penggambaran yang kuat dan inovatif pada serial ini. Tujuan Hokusai dalam pembuatan serial ini terlihat untuk menggambarkan kontras antara Gunung Fuji yang suci dan kehidupan yang sekuler.[37]

refer to caption
Kanagawa-oki Honmoku no zu, dibuat sekitar tahun 1803
refer to caption
Oshiokuri Hato Tsusen no Zu, dibuat sekitar tahun 1805
refer to caption
Kaijo no Fuji, dari volume kedua 100 Pemandangan Gunung Fuji, tahun 1834

Setelah bekerja dan menggambar selama beberapa tahun, Hokusai sampai pada rancangan akhir untuk Ombak Besar di Kanagawa pada akhir tahun 1831.[38] Dua karya yang mirip dari sekitar 30 tahun sebelum penerbitan Ombak Besar di Kanagawa bisa dianggap sebagai pelopor cetakan ini: Kanagawa-oki Honmoku no Zu dan Oshiokuri Hato Tsusen no Zu, yang mana keduanya menggambarkan sebuah perahu (perahu layar pada cetakan pertama dan perahu dayung pada cetakan kedua) di tengah sebuah badai dan di dasar sebuah ombak besar yang mengancam untuk menelan mereka.[23][39] Ombak Besar di Kanagawa menunjukkan keahlian Hokusai dalam menggambar. Cetakan ini, walau terlihat sederhana bagi pengamat, merupakan hasil dari proses refleksi metodik yang lama. Hokusai menetapkan basis dari metode ini dalam bukunya Pembelajaran Cepat dalam Menggambar Sederhana yang terbit pada tahun 1812, yang mana ia menjelaskan bahwa segala objek dapat digambar menggunakan hubungan antara lingkaran dan persegi: "Buku ini berisi petunjuk mengenai teknik menggambar hanya menggunakan sebuah penggaris dan kompas ... Metode ini dimulai dengan sebuah garis dan proporsi yang paling dapat dicapai secara alami".[40] Pada pendahuluan bukunya, ia melanjutkan: "Segala bentuk mempunyai dimensinya sendiri yang perlu kita hormati ... Tidak dapat dilupakan bahwa hal-hal tersebut dimiliki oleh alam semesta yang keharmonisannya tidak boleh dirusak".[40]

Hokusai kembali kepada gambar dari Ombak Besar di Kanagawa beberapa tahun kemudian saat ia memproduksi Kaijo no Fuji untuk volume kedua dari Seratus Pemandangan Fuji. Cetakan ini berisi hubungan yang sama antara ombak dan gunung, dan memiliki semburan busa yang sama. Tidak ada manusia ataupun perahu pada cetakan tersebut, dan pecahan ombak bertepatan dengan terbangnya burung-burung. Walau ombak pada Ombak Besar di Kanagawa bergerak pada arah yang terbalik dalam pembacaan Jepang – dari kanan ke kiri – ombak dan burung-burung di Kaijo no Fuji bergerak secara bersamaan.[41]

Arah membaca

[sunting | sunting sumber]
Gambar yang dibalik, yang memberikan interpretasi sesuai dengan cara baca orang Jepang.

Orang Jepang menginterpretasi Ombak Besar di Kanagawa dari kanan ke kiri, memberikan tekanan pada bahaya yang ditunjukkan oleh ombak yang besar.[42] Metode pembacaan ini merupakan cara yang tradisional bagi lukisan-lukisan Jepang, seperti halnya tulisan Jepang yang juga dibaca dari kanan ke kiri.[25] Dengan menganalisis perahu-perahu yang terdapat di gambar, terutama yang berada di atas, dapat terlihat bahwa haluan kapal yang ramping dan lancip menghadap sebelah kiri; hal ini mengartikan bahwa penafsiran Jepang benar. Penampilan perahu-perahu tersebut juga dapat dianalisis pada cetakan Hokusai yang berjudul Sōshū Chōshi dari serial Chie no umi ("Lautan Kebijaksanaan"), yang mana perahu bergerak melawan arus dengan arah ke sebelah kanan; hal ini ditunjukkan oleh keracak perahu.[43]

Pengaruh budaya Barat pada karya

[sunting | sunting sumber]

Perspektif

[sunting | sunting sumber]

Konsep cetakan perspektif tiba di Jepang pada abad ke-18. Cetakan-cetakan ini bergantung pada perspektif titik tunggal dibanding latar depan, latar tengah, dan latar belakang tradisional, yang selalu ditolak Hokusai.[44] Objek-objek dalam cetakan tradisional Jepang dan dalam lukisan Timur Jauh secara umum tidak digambar dalam perspektif, tetapi, seperti di Mesir kuno, ukuran-ukuran dari objek dan figur ditentukan pada kepentingan subjek dalam konteks yang ada.[45]

Perspektif, yang pertama kali diterapkan dalam lukisan Barat oleh seniman-seniman abad ke-15 seperti Paolo Uccello dan Piero della Francesca, diperkenalkan kepada seniman-seniman Jepang melalui pedagang Barat, terutama pedagang Belanda, yang tiba di Nagasaki. Okumura Masanobu dan terutama Utagawa Toyoharu membuat upaya pertama untuk meniru penggunaan perspektif Barat, memproduksi ukiran yang menggambarkan kanal-kanal di Venesia atau reruntuhan Romawi Kuno dalam perspektif seawal tahun 1750.[46]

Karya Toyoharu sangat memengaruhi cetakan lanskap Jepang, yang berkembang dengan karya-karya Hiroshige – seorang murid Toyoharu secara tidak langsung melalui Toyohiro – dan Hokusai. Hokusai mengenali perspektif Barat pada tahun 1790-an melalui investigasi Shiba Kōkan, yang pengajarannya ia manfaatkan. Di antara tahun 1805 dan 1810, Hokusai menerbitkan serial Cermin dari Gambar-gambar Belanda – Delapan Pemandangan Edo.[47]

Ombak Besar di Kanagawa tidak akan menjadi sesukses itu di Barat jika para audiens tidak memiliki rasa familieritas dengan karyanya. Karya ini diinterpretasi sebagai permainan Barat dilihat melalui pandangan orang Jepang. Menurut Richard Lane:

Murid-murid dari Barat yang pertama kali melihat cetakan Jepang hampir selalu menetap pada kedua ahli lama [Hokusai dan Hiroshige] dalam mewakili puncak dari kesenian Jepang, sedikit menyadari bahwa sebagian dari apa yang mereka kagumi adalah hubungan tersembunyi yang mereka rasakan terhadap budaya Barat mereka sendiri. Ironisnya, itu adalah karya Hokusai ini dan Hiroshige yang membantu menghidupkan kembali lukisan Barat menuju akhir abad ke-sembilan belas, melalui kekaguman para Impresionis dan Pascaimpresionis.[48]

"Revolusi biru"

[sunting | sunting sumber]
Kōshū Kajikazawa, "Kajikazawa di Provinsi Kai", gaya aizuri-e

Selama tahun 1830-an, cetakan Hokusai mengalami sebuah "revolusi biru", saat ia menggunakan pigmen biru tua biru Prusia secara ekstensif.[49] Ia menggunakan corak biru ini untuk Ombak Besar di Kanagawa[50] dengan indigo, corak biru yang halus dan cepat luntur yang seringkali digunakan dalam karya ukiyo-e pada waktu itu.

Biru Prusia, juga dikenal dalam bahasa Jepang saat itu sebagai Berlin ai (ベルリン藍, disingkat menjadi bero ai (ベロ藍), secara harfiah "indigo Berlin"),[51] mulai diimpor dari Holandia dari tahun 1820, dan digunakan secara luas oleh Hiroshige dan Hokusai setelah kedatangannya di Jepang dalam jumlah yang besar pada tahun 1829.[52]

10 cetakan pertama di serial tersebut, termasuk Ombak Besar di Kanagawa, merupakan salah satu cetakan Jepang pertama yang menampilkan biru Prusia, yang sangat mungkin disarankan kepada penerbit di tahun 1830. Inovasi ini menjadi keberhasilan langsung.[53] Pada awal Januari 1831, penerbit Hokusai Nishimuraya Yohachi (Eijudō) mengiklankan inovasi ini secara luas,[52] dan pada tahun selanjutnya menerbitkan 10 cetakan berikutnya dalam serial Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji, dan khas untuk gaya biru dominan aizuri-e, dengan Kōshū Kajikazawa ("Kajikazawa di Provinsi Kai") menjadi contoh yang terkemuka.[54] Selain penggunaan ekstensif biru Prusia, sketsa dari 10 cetakan tambahan ini, dikenal secara keseluruhan sebagai ura Fuji ("Fuji dilihat dari belakang"), merupakan hitam sumi dengan tinta India.[52]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wood, Patrick (20 July 2017). "Is this the most reproduced artwork in history?". ABC News (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2020. Diakses tanggal 20 May 2022. 
  2. ^ Gamerman, Ellen (18 March 2015). "How Hokusai's "The Great Wave" Went Viral". The Wall Street Journal (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 January 2017. Diakses tanggal 11 March 2017. 
  3. ^ a b Penkoff 1964, hlm. 4–5.
  4. ^ Singer 1986, hlm. 66.
  5. ^ Penkoff 1964, hlm. 6.
  6. ^ Kikuchi & Kenny 1969, hlm. 31.
  7. ^ Kobayashi 1997, hlm. 77.
  8. ^ Kobayashi 1997, hlm. 81.
  9. ^ Salter 2001, hlm. 11.
  10. ^ a b Cartwright & Nakamura 2009, hlm. 120.
  11. ^ a b "Katsushika Hokusai". El Poder de La Palabra (dalam bahasa Spanyol). Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 June 2021. Diakses tanggal 3 June 2022. 
  12. ^ a b Weston 2002, hlm. 116.
  13. ^ Weston 2002, hlm. 117.
  14. ^ Weston 2002, hlm. 118.
  15. ^ Guth 2011, hlm. 468.
  16. ^ Weston 2002, hlm. 120.
  17. ^ Calza 2003, hlm. 7.
  18. ^ a b Hillier 1970, hlm. 230.
  19. ^ "Under the Wave off Kanagawa (Kanagawa oki nami ura), also known as The Great Wave, from the series Thirty-six Views of Mount Fuji (Fugaku sanjūrokkei)". Metropolitan Museum of Art. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2022. Diakses tanggal 14 May 2022. 
  20. ^ Ornes 2014, hlm. 13245.
  21. ^ a b c Cartwright & Nakamura 2009, hlm. 119.
  22. ^ Cartwright & Nakamura 2009, hlm. 122–123
  23. ^ a b Kobayashi 1997, hlm. 47.
  24. ^ a b c d e Cartwright & Nakamura 2009, hlm. 121.
  25. ^ a b Cartwright & Nakamura 2009, hlm. 123.
  26. ^ Médicis & Huebner 2018, hlm. 319.
  27. ^ Dudley, Sarano & Dias 2013, hlm. 159.
  28. ^ Ornes 2014.
  29. ^ Bayou 2008, hlm. 144–145.
  30. ^ Honour & Fleming 1991, hlm. 597, "Mount Fuji's snow covered cone recurs in them, glimpsed in the most famous from the through of a great wave breaking into spray like dragon-claws over fragile boats".
  31. ^ "HOKUSAI: BEYOND THE GREAT WAVE". Asian Art Newspaper. 1 June 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 July 2022. Diakses tanggal 21 May 2022. 
  32. ^ "Hokusai "Mad about his art" from Edmond de Goncourt to Norbert Lagane". Museum Guimet. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Oktober 2010. Diakses tanggal 18 April 2022. 
  33. ^ Goncourt 2015, hlm. 9, 38.
  34. ^ ""The Wave" by Hokusai and "The Jingting Mountains in Autumn" by Shitao". CNDP.fr (dalam bahasa Prancis). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 October 2009. 
  35. ^ "Under the Wave off Kanagawa (Kanagawa oki nami ura), also known as The Great Wave, from the series Thirty-six Views of Mount Fuji (Fugaku sanjūrokkei)". Metropolitan Museum of Art (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2022. Diakses tanggal 14 May 2022. 
  36. ^ Rüf, Isabelle (29 December 2004). "La "Grande vague" du Japonais Hokusai, symbole de la violence des tsunamis". Le Temps (dalam bahasa Prancis). Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 October 2008. 
  37. ^ Cartwright & Nakamura 2009, hlm. 128.
  38. ^ "The Great Wave – print". The British Museum (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 May 2022. Diakses tanggal 20 May 2022. 
  39. ^ Nagata 1995, hlm. 40.
  40. ^ a b Delay 2004, hlm. 197.
  41. ^ "Hokusai". Yale University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 September 2011. 
  42. ^ Harris 2008, hlm. 12.
  43. ^ Calza 2003, hlm. 484.
  44. ^ Ives 1974, hlm. 74–76.
  45. ^ Lane 1962, hlm. 237.
  46. ^ Delay 2004, hlm. 173.
  47. ^ Bayou 2008, hlm. 110.
  48. ^ Lane 1962, hlm. 233.
  49. ^ Bayou 2008, hlm. 144.
  50. ^ Graham, John (September 1999). "Hokusai and Hiroshige: Great Japanese Prints from the James A. Michener Collection at the Asian Art Museum". UCSF Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 June 2009. 
  51. ^ "浮世絵の風景を刷新した「ベロ藍」誕生秘話" [The obscure origin of "Berlin indigo", the color that revolutionized scenes in ukiyo-e]. www.adachi-hanga.com (dalam bahasa Jepang). Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 August 2023. Diakses tanggal 4 August 2023. 日本ではその発祥地の名前をとって、「ベルリン藍」と呼びました。「ベルリン藍」を省略した「ベロ藍」の呼び名も広く知られています。[In Japan it was called "Berlin indigo", after its place of invention. The abbreviated form "bero ai" is also well known.] 
  52. ^ a b c Bayou 2008, hlm. 130.
  53. ^ "Hokusai "Mad about his art" from Edmond de Goncourt to Norbert Lagane". Guimet Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 October 2010. 
  54. ^ Calza 2003, hlm. 473.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Templat:British-Museum-object