Babad Tanah Jawi: Perbedaan antara revisi
penjelasan trah hamengku buwono |
Menambah referensi penting Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(87 revisi perantara oleh 49 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Babad-tanah-jawi.jpg| |
[[Berkas:Babad-tanah-jawi.jpg|jmpl|Halaman pembuka ''Babad Tanah Jawi'' yang disalin pada tahun 1862, koleksi [[Perpustakaan Kongres Amerika Serikat]].|354x354px]] |
||
'''Babad Tanah Jawi''' ({{lang-jv|ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ}}, [[bahasa Indonesia]]: ''Sejarah Tanah Jawa'') adalah sebuah [[sastra]] berbentuk tembang [[macapat]] ber[[bahasa Jawa]], yang berisi mengenai sejarah [[pulau Jawa]]. |
|||
Terdapat beragam susunan, isi dan tidak ditemukan salinan yang berusia lebih tua daripada [[abad ke-18]]. Dibuat sebagai karya [[sastra]] bertema [[sejarah]] yang berbentuk [[tembang]]. Sebagai [[babad]] dengan pusat zaman kerajaan [[Mataram]], naskah ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa. |
|||
Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga [[nabi Adam]] dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja [[Hindu]] di tanah Jawa hingga Mataram [[Islam]]. |
|||
Naskah ini juga memuat silsilah cikal bakal raja-raja tanah Jawa, dalam naskah ini penulis memberikan relasi hingga [[nabi Adam]] dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja [[Hindu]] sampai [[Islam]] di tanah Jawa.<ref>{{Cite book|last=Olthof|first=W. L.|date=2017|url=|title=Punika serat Babad Tanah Jawi wiwit saking Nabi Adam doemoegi ing taoen 1647|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=|editor-last=Floberita Aning|editor-first=A. Yogaswara|edition=5|pages=|translator-last=Soemarsono|translator-first=H. R.|trans-title=Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647|url-status=live}}</ref> |
|||
Silsilah raja-raja [[Pajajaran]] yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya [[Majapahit]], [[Demak]], terus berurutan hingga sampai kerajaan [[Pajang]] dan [[Mataram]] pada pertengahan abad ke-18. |
|||
Naskah ini dipakai sebagai salah satu referensi dalam melakukan rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis dan tidak menjadikannya sebagai rujukan primer.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/220090178|title=Babad Tanah Jawi, mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647.|last=L.|first=Olthof, W.|date=2007|publisher=Narasi|isbn=9789791680479|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=220090178}}</ref> |
|||
== |
== Versi == |
||
[[Berkas:Carriyos aneh.jpg| |
[[Berkas:Carriyos aneh.jpg|jmpl|Versi lain (sekitar abad ke-19)]] |
||
Babad Tanah Jawi |
Babad Tanah Jawi dikelompokkan menjadi dua kelompok induk naskah: |
||
* Pertama, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh [[Pamong desa|Carik]] Tumenggung Tirtowiguno (Carik Braja)<ref>{{Cite journal|last=Bakir|last2=Fawaid|first2=Achmad|date=2017|title=KONTESTASI DAN GENEALOGI“KEBANGKITAN” ISLAM NUSANTARA:KAJIAN HISTORIOGRAFIS BABAD TANAH JAWI|url=http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/732338|journal=Jurnal Islam Nusantara|volume=1|issue=1|pages=|doi=}}{{Pranala mati|date=April 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> atas perintah [[Pakubuwana III]]. Induk ini telah beredar pada tahun [[1788]]. Pada tahun [[1874]], [[Johannes Jacobus Meinsma]] menerbitkan versi ''[[gancaran]]'' (prosa) dari induk ini yang dikerjakan oleh Ngabehi Kertapraja.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=rc6LDAAAQBAJ&pg=PA102&dq=meinsma&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiGlcznzpHaAhUFFZQKHT35D7QQ6AEIMTAB#v=onepage&q=meinsma&f=false|title=Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang Diterapkan Kepada Kunjarakarna|last=Molen|first=Willem van der|date=2011|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9789794617878|language=id}}</ref><ref>Meinsma, Johannes Jacobus. "Poenika serat Babad tanah Djawi wiwit saking nabi Adam doemoegi ing taoen 1647": Kaetjap wonten ing tanah Nèderlan ing taoen Welandi 1941, Volume 2</ref> W. L. Olthof pernah mereproduksi ulang versi Meinsma pada tahun 1941. Pada kedua versi tersebut, nama Ngabehi Kertapradja tidak dicantum.<ref name=":0">{{Cite book|last=Kertapradja|first=Ngabehi|date=2014|url=https://books.google.co.id/books?id=jaJ4CAAAQBAJ|title=Babad Tanah Jawi: Edisi Prosa Bahasa Jawa|location=|publisher=Penerbit Garudhawaca|isbn=978-602-7949-46-1|pages=3|language=jw|url-status=live}}</ref> Menurut [[Merle Calvin Ricklefs]], versi Meinsma bukan sumber utama yang bisa diterima untuk riset sejarah, dan sebaliknya mengakui edisi Olthof.<ref>{{Cite web|title=Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram|url=https://www.gramedia.com/products/babad-tanah-jawi-mulai-dari-nabi-adam-sampai-runtuhnya-mataram/|website=www.gramedia.com|access-date=2020-12-18}}</ref> |
|||
Menurut ahli sejarah [[Hoesein Djajadiningrat]], kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada [[1788]]. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh [[P. Adilangu II]] dengan naskah tertua bertarikh [[1722]]. |
|||
* Kedua, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Adilangu II yang hidup di masa [[Pakubuwana I]] dan [[Pakubuwana II]]. Naskah tertuanya bertanggal tahun 1722.<ref name=":0" /> |
|||
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah [[Jawa Kuno]] sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan |
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah [[Jawa Kuno]] sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan, sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar. |
||
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. |
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Dua peneliti dari Belanda, [http://www.biografischportaal.nl/persoon/01569300 Dr. G.A.J. Hazeu] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Dr. Th. G. Th. Pigeaud]], menyebut Babad Tanah Jawi bukan termasuk karya ilmiah. Selain tidak bisa dipertanggung jawabkan, juga tak bisa dipercaya karena bercampur dongeng berbasis pujangga (non ilmiah). Sementara, [[H. J. de Graaf]] menyebut, apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya peristiwa sejarah pada [[abad ke-18]]. Namun, untuk sejarah di luar era itu, [[Andries Cornelies Dirk de Graeff|de Graaf]] tidak menyebutnya sebagai data sejarah karena sarat dengan campuran [[mitologi]], [[kosmologi]], dan [[dongeng]]. |
||
Menjelang [[Perang Dunia II]], [[Balai Pustaka]] juga menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa. |
|||
Selain Graaf, [[Meinsma]] berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada [[1874]] ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini. |
|||
== Penguasa Jawa menurut Babad Tanah Jawi == |
|||
Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa. |
|||
=== Era Jawa Kuno === |
|||
==== Kerajaan Kadiri ==== |
|||
* Prabu Gendrayana |
|||
* Prabu Jayapurusa |
|||
* Prabu Sariwahana |
|||
* Prabu Batara Aji Jayabaya |
|||
* Prabu Jaya Amijaya |
|||
* Prabu Jaya Amisena |
|||
* Prabu Aji Pamasa |
|||
== |
==== Kerajaan Pengging ==== |
||
* Prabu Pancadriya |
|||
* Prabu Anglingdriya |
|||
* Prabu Darmamaya |
|||
==== Kerajaan Janggala ==== |
|||
=== '''I. Dinasti Syailendra''' === |
|||
* Lembu Amiluhur |
|||
* '''[[Sri Indrawarman|Sri Indra Warman]] (752 M - 775 M)''' |
|||
* Raden Panji |
|||
* '''[[Wisnu (raja)|Wisnu Warman]] (775 M - 782 M)''' |
|||
* Kuda Laleyan |
|||
* '''[[Daranindra (Sri Wirarairimathana|Daranindra / Shri Wirarairimathana]] (782 M - 812 M)''' |
|||
* Prabu Banjaransari |
|||
* '''[[Samaratungga|Samara Tungga]] (812 M - 833 M)''' |
|||
* Prabu Mundingsari |
|||
* '''[[Pramodhawardhani|Pramodha Wardhani]] (833 M - 856 M )''' |
|||
* Prabu Sri Pamekas |
|||
==== Kerajaan Majapahit ==== |
|||
=== '''II. Dinasti Sanjaya''' === |
|||
* Raden Sesuruh |
|||
* '''[[Sanjaya, Rakai Mataram|Sanjaya]] (sanjaya)''' (732-7xx) |
|||
* Raden Anom |
|||
* '''[[Rakai Panangkaran|Rakai Panangkaran :]] Dyah Pancapana (syailendra)''' |
|||
* Raden Adaningkung |
|||
* '''[[Rakai Panunggalan]]''' |
|||
* Raden Hayam Wuruk |
|||
* '''[[Rakai Warak]]''' |
|||
* Raden Lembu Amisani |
|||
* '''[[Rakai Garung]]''' |
|||
* Raden Bratanjung |
|||
* '''Rakai Patapan''' (8xx-838) |
|||
* Raden Alit atau Prabu Brawijaya |
|||
* '''[[Rakai Pikatan]]''' (838-855), mendepak Dinasti Syailendra |
|||
* '''[[Rakai Kayuwangi]]''' (855-885) |
|||
* '''Dyah Tagwas''' (885) |
|||
* '''Rakai Panumwangan Dyah Dewendra''' (885-887) |
|||
* '''Rakai Gurunwangi Dyah Badra''' (887) |
|||
* '''Rakai Watuhumalang''' (894-898) |
|||
* '''[[Rakai Watukura Dyah Balitung|Rakai Watukura]] Dyah Balitung''' (898-910) |
|||
* '''[[Mpu Daksa|Daksa]]''' [[Mpu Daksa|(]]910-919) |
|||
* '''[[Dyah Tulodong]]''' (919-921) |
|||
* '''[[Dyah Wawa]]''' (924-928) |
|||
* '''[[Mpu Sindok]]''' (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang) |
|||
=== |
=== Era Jawa Pertengahan === |
||
==== Kerajaan Demak ==== |
|||
* '''[[Mpu Sindok]]''' (929-947) |
|||
* [[Raden Patah]] (1478 – 1518) |
|||
* '''[[Sri Isyana Tunggawijaya|Sri Isyanatunggawijaya]]''' (947-9xx) |
|||
* [[Pati Unus]] (1518 – 1521) |
|||
* '''[[Makutawangsawardhana]]''' (9xx-985) |
|||
* [[Trenggana]] (1521 – 1546) |
|||
* '''[[Dharmawangsa Teguh Anantawikrama]]''' (985-1006) |
|||
* [[Sunan Prawoto|Sunan Prawata]] (1546 – 1547) |
|||
* [[Arya Panangsang]] (1547 - 1554) |
|||
==== Kerajaan Pajang ==== |
|||
=== '''IV. DInasti Kahuripan''' === |
|||
* [[Joko Tingkir|Jaka Tingkir]], bergelar Adiwijaya (1568 – 1582) |
|||
* '''[[Airlangga]]''' (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang |
|||
* [[Arya Pangiri]], bergelar Awantipura (1583 – 1586) |
|||
: ''(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri):'' |
|||
* [[Pangeran Benawa]], bergelar Prabuwijaya (1586 – 1587) |
|||
: === [[Kerajaan Janggala|Janggala]] === |
|||
:: ''(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)'' |
|||
:: |
|||
:: === [[Kerajaan Kadiri|Kadiri]] === |
|||
:: ''(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)'' |
|||
:* '''[[Kamesywara|Kameswara]]''' (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu |
|||
:* '''[[Jayabaya]]''' (1135-1159) |
|||
:* '''Rakai Sirikan''' (1159-1169) |
|||
:* '''[[Sri Aryeswara]]''' (1169-1171) |
|||
:* '''Sri Candra''' (1171-1182) |
|||
:* '''[[Kertajaya]]''' (1182-1222) |
|||
=== |
==== Kerajaan Mataram ==== |
||
* [[Panembahan Senapati]] / R. Ng. Saloring Pasar (1586 – 1601) |
|||
* '''[[Ken Arok]]''' (1222-1227) |
|||
* [[Anyakrawati]] / Sunan Krapyak (1601 – 1613) |
|||
* '''[[Anusapati]]''' (1227-1248) |
|||
* [[Sultan Agung dari Mataram|Anyakrakusuma]] / Sultan Agung (1613 – 1645) |
|||
* '''[[Tohjaya]]''' (1248) |
|||
* [[Amangkurat I]] / Sunan Tegalarum (1645 – 1677) |
|||
* '''[[Wisnuwardhana|Ranggawuni (Wisnuwardhana)]]''' (1248-1254) |
|||
* [[Amangkurat II]] / Sunan Amral (1680 – 1702) |
|||
* '''[[Kertanagara]]''' ( 1254-1292) |
|||
* [[Amangkurat III]] / Sunan Mas (1702 – 1705) |
|||
* [[Pakubuwana I]] / Sunan Ngalaga (1705 – 1719) |
|||
* [[Amangkurat IV]] / Sunan Jawi (1719 – 1726) |
|||
* [[Pakubuwana II]] / Sunan Kumbul (1726 – 1742) |
|||
* [[Amangkurat V]] / Sunan Kuning (1742 – 1743) |
|||
=== Era Jawa Baru === |
|||
=== '''VI. [[Majapahit|Dinasti Mojopahit]]''' === |
|||
[[Perjanjian Giyanti]] membagi [[wangsa Mataram]] menjadi dua kekuasaan, kepada Pakubuwana di Surakarta dan Hamengkubuwana di Yogyakarta. Sedangkan [[Perjanjian Salatiga]] membagi kekuasaan baru dari Pakubuwana, yaitu Mangkunagara. |
|||
* '''[[Raden Wijaya]]''' (''Kertarajasa Jayawardhana'') (1293-1309) |
|||
* '''[[Jayanagara]]''' (1309-1328) |
|||
* '''[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]''' (1328-1350) |
|||
* '''[[Hayam Wuruk]]''' (''Rajasanagara'') (1350-1389) |
|||
* '''[[Wikramawardhana]]''' (1390-1428) |
|||
* '''[[Suhita]]''' (1429-1447) |
|||
* '''[[Kertawijaya|Dyah Kertawijaya]]''' (1447-1451) |
|||
* '''[[Rajasawardhana]]''' (1451-1453) |
|||
* '''[[Girishawardhana]]''' (1456-1466) |
|||
* '''[[Suraprabhawa|Singhawikramawardhana]]''' (Suraprabhawa) (1466-1474) |
|||
* '''[[Girindrawardhana]] Dyah Wijayakarana''' (1468-1478) |
|||
* '''Singawardhana Dyah Wijayakusuma''' (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? – 1486 ) |
|||
* '''[[Girindrawardhana]] Dyah Ranawijaya''' alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun 1513) (1474-1519) |
|||
==== Kesunanan Surakarta ==== |
|||
=== '''VII. Kerajaan Demak''' === |
|||
# [[Pakubuwana II]] / Sunan Kumbul (1745 – 1749) |
|||
# [[Pakubuwana III]] (1749 – 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya. |
|||
* '''[[Pati Unus|Adipati Unus]]''' (1518 – 1521) |
|||
# [[Pakubuwana IV]] / Sunan Bagus (1788 – 1820) |
|||
* '''[[Trenggana|Sultan Trenggono]]''' (1521 – 1546) |
|||
# [[Pakubuwana V]] / Sunan Sugih (1820 – 1823) |
|||
# [[Pakubuwana VI]] / Sunan Bangun Tapa (1823 – 1830) |
|||
# [[Pakubuwana VII]] (1830 – 1858) |
|||
# [[Pakubuwana VIII]] (1859 – 1861) |
|||
# [[Pakubuwana IX]] (1861 – 1893) |
|||
# [[Pakubuwana X]] (1893 – 1939) |
|||
# [[Pakubuwana XI]] (1939 – 1944) |
|||
# [[Pakubuwana XII]] (1944 – 2004) |
|||
# [[Pakubuwana XIII]] (2004 – sekarang) |
|||
==== Kesultanan Yogyakarta ==== |
|||
=== '''VIII. Kasultanan Pajang''' === |
|||
# [[Hamengkubuwana I]] / Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792) |
|||
* '''[[Joko Tingkir|Jaka Tingkir]]''', bergelar '''Sultan Hadiwijoyo''' (1549 – 1582) |
|||
# [[Hamengkubuwana II]] / Sultan Sepuh (2 April 1792 - 1810) periode pertama |
|||
* '''[[Arya Pangiri]]''', bergelar '''Sultan Ngawantipuro''' (1583 – 1586) |
|||
# [[Hamengkubuwana III]] (1810 - 1811) periode pertama |
|||
* '''[[Pangeran Benawa]]''', bergelar '''Sultan Prabuwijoyo''' (1586 – 1587) |
|||
# [[Hamengkubuwana IV]] / Sultan Besiyar (9 November 1814 - 6 Desember 1823) |
|||
* '''R.Aj.Sarakusuma''' , bergelar '''Sultan Sarakusuma''' (1587-1598) |
|||
# [[Hamengkubuwana V]] (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826) periode pertama |
|||
* '''R.M.Sarakusuma''' bergelar '''Sultan Sarakusuma''' (1598-1603) |
|||
# [[Hamengkubuwana VI]] (5 Juli 1855 - 20 Juli 1877) |
|||
* '''R.M.Bardani''' bergelar '''Sultan Bardan'''i (1603-1669) |
|||
# [[Hamengkubuwana VII]] / Sultan Sugih (22 Desember 1877 - 29 Januari 1921) |
|||
* '''R.M.Patranangga''' bergelar '''Sultan Prabu Patranangga''' (1669-1700) |
|||
# [[Hamengkubuwana VIII]] (8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939) |
|||
* '''R.Ranajuda I''' bergelar '''Sultan Ranauda I''' (1700-1731) |
|||
# [[Hamengkubuwana IX]] (18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988) |
|||
* '''R.Ranajuda II''' bergelar '''Sultan Ranajuda II''' (1731-1790) |
|||
# [[Hamengkubawana X]] (7 Maret 1989 - sekarang) |
|||
* '''R.Ngt.Tirtadrana''' bergelar '''Sultan Tirtadrana''' (1790-1842) |
|||
* '''R.Ngt.Kartadiwirja''' bergelar '''Sultan Kartadiwirja''' (1842-1900) |
|||
* '''R.Kartadimadja''' bergelar '''Sultan Kartadimadja''' (1900-1950) |
|||
* '''R.Ngt.Suto Subroto''' bergelar '''Sultan Prabu Mangkir''' (1950-1990) |
|||
* '''R.Haryono''' bergelar '''Sultan Malih Pasang''' (1990-2008) |
|||
* '''R.Ngt.A.Wahyu Ningrat''' bergelar '''Sultan Prabu Hadiwijoyo II''' (2008-sekarang) |
|||
==== Kadipaten Mangkunagaran ==== |
|||
=== '''X. Kerajaan Mataram Islam''' === |
|||
# [[Mangkunagara I]] / Pangeran Sambernyawa (1757 - 1795) |
|||
Daftar ini merupakan '''Daftar penguasa Mataram Baru''' atau juga disebut sebagai '''Mataram Islam'''. '''Catatan''': sebagian nama penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa. |
|||
# [[Mangkunagara II]] / di masa muda bergelar [[Pangeran Surya Mataram]] dan [[Pangeran Surya Mangkubumi]] (1795 - 1835) |
|||
* '''[[Ki Ageng Pamanahan]]''', menerima tanah perdikan Mataram dari '''[[Joko Tingkir|Jaka Tingkir]]''' |
|||
# [[Mangkunagara III]] (1835 - 1853) |
|||
* '''[[Sutawijaya|Panembahan Senopati]]''' (Raden Sutawijaya) (1587 – 1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka. |
|||
# [[Mangkunagara IV]] (1853 - 1881) |
|||
* '''[[Panembahan Hanyakrawati]] ([[Raden Mas Jolang]])''' (1601 – 1613) |
|||
# [[Mangkunagara V]] (1881 - 1896) |
|||
* [[Adipati Martapura|'''Adipati Martapura''']] (1613 selama satu hari) |
|||
# [[Mangkunagara VI]] (1896 - 1916) |
|||
* [[Sultan Agung dari Mataram|'''Sultan Agung''']] '''(Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma)''' (1613 – 1645) |
|||
# [[Mangkunagara VII]] (1916 - 1944) |
|||
* '''[[Amangkurat I]] (Sinuhun Tegal Arum)''' (1645 – 1677) |
|||
# [[Mangkunagara VIII]] (1944- 1987) |
|||
# [[Mangkunagara IX]] (1987 - 2021) |
|||
# [[Mangkunegara X]] (2022 - sekarang) |
|||
== Referensi == |
|||
=== '''XI. Kasunanan Kartasura Hadiningrat''' === |
|||
<references /> |
|||
# '''[[Amangkurat II]] ('''1680 – 1702), pendiri Kartasura. |
|||
# '''[[Amangkurat III]]''' (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka. |
|||
# '''[[Pangeran Puger|Pakubuwana I]]''' (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama '''[[Pangeran Puger]]'''. |
|||
# '''[[Amangkurat IV]]''' (1719 – 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta. |
|||
# '''[[Pakubuwana II]]''' (1726 – 1742), pada tahun 1742 menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu '''[[Trunojoyo|Pangeran]]''' [[Trunojoyo|'''Trunojoyo''']] raja dari tanah Madura , dan Pakubuwana II mendirikan Surakarta (Solo) |
|||
# '''Sunan Amangkurat V (Sunan Mas)''' diangkat melalui kudeta terhadap Pakubuwana II dalam geger pacinan, namun akhirnya dengan bantuan belanda dan pangeran Cakraningrat dari madura, Amangkurat V dibuang ke Srilanka oleh Pakubuwana II |
|||
# '''[[Pakubuwana III]]''' (diangkat oleh Belanda) dan hal ini ditentang oleh Mangkubumi dan Raden Mas Said. Atas ketidak puasannya '''[[Mangkunegara I|Raden Mas Said]]''' mengangkat mertuanya Mangkubumi sebagai penguasa oposisi di Mataram, namun beberapa saat kemudian partai oposisi ini pecah menjadi dua kelompok; 1) kelompok '''Raden Mas Said''' dan 2) kelompok '''Mangkubumi'''. Kemudian muncullah '''[[Perjanjian Giyanti|Perundingan Giyanti]]''' (13 Februari 1755) |
|||
== Dinasti Baru == |
|||
Perjanjian Giyanti telah melahirkan dua dinasti baru yaitu '''[[Pakubuwanan|Dinasti Pakubuwanan]]''' dan '''Dinasti Hamengkubuwanan''' sedangkan '''[[Perjanjian Salatiga]]''' telah melahirkan satu dinasti yaitu '''Dinasti Mangkunegaran'''. Dinasti Pakubuwanan memulai silsilah dari Paku Buwono I dan Dinasti Hamengkubuwanan memulai dengan silsilah Hamengku Buwono I, sedangkan Dinasti Mangkunegaran memulai dengan silsilah Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa. |
|||
Tiga dinasti itu pada upacara dan acara keprotocular-an memiliki partner para Residen yang bertugas di wilayah Kerajaan masing masing. |
|||
=== '''XII. Dinasti Pakubuwana''' === |
|||
# '''[[Pangeran Puger|Pakubuwana I]]''' (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama '''[[Pangeran Puger]]'''. |
|||
# '''[[Pakubuwana II]]''' (1745 – 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745 |
|||
# '''[[Pakubuwana III]]''' (1749 – 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya. |
|||
# '''[[Pakubuwana IV]]''' (1788 – 1820) |
|||
# '''[[Pakubuwana V]]''' (1820 – 1823) |
|||
# '''[[Pakubuwana VI]]''' (1823 – 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga dikenal dengan nama '''Pangeran Bangun Tapa'''. |
|||
# '''[[Pakubuwana VII]]''' (1830 – 1858) |
|||
# '''[[Pakubuwana VIII]]''' (1859 – 1861) |
|||
# '''[[Pakubuwana IX]]''' (1861 – 1893) |
|||
# '''[[Pakubuwana X]]''' (1893 – 1939) |
|||
# '''[[Pakubuwana XI]]''' (1939 – 1944) |
|||
# '''[[Pakubuwana XII]]''' (1944 – 2004) |
|||
# '''Gelar [[Pakubuwana XIII]] ('''2004 – sekarang) diklaim oleh dua orang, '''Pangeran Hangabehi''' dan '''Pangeran Tejowulan.''' |
|||
=== '''XIII. Dinasti Hamengkubuwana''' === |
|||
# '''[[Hamengkubuwana I|Sri Sultan Hamengkubuwono I]]''' (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792 ) |
|||
# '''[[Hamengkubuwana II|Sri Sultan Hamengkubuwono II]]''' ( 2 April 1792 - 1810) periode pertama |
|||
# '''[[Hamengkubuwana III|Sri Sultan Hamengkubuwono III]]''' (1810 - 1811) periode pertama |
|||
# '''[[Hamengkubuwana IV|Sri Sultan Hamengkubuwono IV]]''' ( 9 November 1814 - 6 Desember 1823) |
|||
# '''[[Hamengkubuwana V|Sri Sultan Hamengkubuwono V]]''' (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826) periode pertama |
|||
# '''[[Hamengkubuwana VI|Sri Sultan Hamengkubuwono VI]]''' ( 5 Juli 1855 - 20 Juli 1877) |
|||
# '''[[Hamengkubuwana VII|Sri Sultan Hamengkubuwono VII]]''' ( 22 Desember 1877 - 29 Januari 1921 ) |
|||
# '''[[Hamengkubuwana VIII|Sri Sultan Hamengkubuwono VIII]]''' ( 8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939) |
|||
# '''[[Hamengkubuwana IX|Sri Sultan Hamengkubuwono IX]]''' ( 18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988 ) |
|||
# '''[[Hamengkubawana X|Sri Sultan Hamengkubuwono X]]''' ( 7 Maret 1989 - sekarang) |
|||
=== '''XIV. Dinasti Mangkunegara''' === |
|||
# '''[[Mangkunegara I]]''' atau bernama asli '''Raden Mas Said''' dengan gelar '''[[Mangkunegara I|Pangeran Samber Nyowo]]''' |
|||
# '''[[Mangkunegara II|KGPAA Mangkunegara II]]''' atau '''''R.M Sulomo''''' dengan gelar dimasa muda '''[[Pangeran Surya Mataram]]''' dan juga bergelar '''[[Pangeran Surya Mangkubumi]]''' (1796 - 1835) |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
=== Naskah digital === |
|||
* {{jv}} http://ki-demang.com/index.php/babad-tanah-jawi versi L. van Rijckevorsel & R.D.S. Hadiwidjana (1925), pada Situs Web Ki Dêmang Sókówatèn, di ki-demang.com |
|||
* [https://www.loc.gov/item/2012320671/ ''Babad Tanah Jawi''] (1862) koleksi [[Perpustakaan Kongres Amerika Serikat]] no. DS646.27 |
|||
{{indo-sejarah-stub}} |
|||
Catatan kecil: |
|||
[[Kategori:Babad]] |
|||
Masih berlanjut (muhammad.munari) |
|||
[[Kategori:Sastra Jawa Baru|T]] |
|||
[[Kategori:Sejarah Nusantara]] |
|||
[[Kategori:Sejarah Jawa]] |
[[Kategori:Sejarah Jawa]] |
Revisi terkini sejak 14 Agustus 2024 15.27
Babad Tanah Jawi (bahasa Jawa: ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ, bahasa Indonesia: Sejarah Tanah Jawa) adalah sebuah sastra berbentuk tembang macapat berbahasa Jawa, yang berisi mengenai sejarah pulau Jawa.
Terdapat beragam susunan, isi dan tidak ditemukan salinan yang berusia lebih tua daripada abad ke-18. Dibuat sebagai karya sastra bertema sejarah yang berbentuk tembang. Sebagai babad dengan pusat zaman kerajaan Mataram, naskah ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.
Naskah ini juga memuat silsilah cikal bakal raja-raja tanah Jawa, dalam naskah ini penulis memberikan relasi hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu sampai Islam di tanah Jawa.[1]
Naskah ini dipakai sebagai salah satu referensi dalam melakukan rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis dan tidak menjadikannya sebagai rujukan primer.[2]
Versi
[sunting | sunting sumber]Babad Tanah Jawi dikelompokkan menjadi dua kelompok induk naskah:
- Pertama, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Tumenggung Tirtowiguno (Carik Braja)[3] atas perintah Pakubuwana III. Induk ini telah beredar pada tahun 1788. Pada tahun 1874, Johannes Jacobus Meinsma menerbitkan versi gancaran (prosa) dari induk ini yang dikerjakan oleh Ngabehi Kertapraja.[4][5] W. L. Olthof pernah mereproduksi ulang versi Meinsma pada tahun 1941. Pada kedua versi tersebut, nama Ngabehi Kertapradja tidak dicantum.[6] Menurut Merle Calvin Ricklefs, versi Meinsma bukan sumber utama yang bisa diterima untuk riset sejarah, dan sebaliknya mengakui edisi Olthof.[7]
- Kedua, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Adilangu II yang hidup di masa Pakubuwana I dan Pakubuwana II. Naskah tertuanya bertanggal tahun 1722.[6]
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan, sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Dua peneliti dari Belanda, Dr. G.A.J. Hazeu dan Dr. Th. G. Th. Pigeaud, menyebut Babad Tanah Jawi bukan termasuk karya ilmiah. Selain tidak bisa dipertanggung jawabkan, juga tak bisa dipercaya karena bercampur dongeng berbasis pujangga (non ilmiah). Sementara, H. J. de Graaf menyebut, apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya peristiwa sejarah pada abad ke-18. Namun, untuk sejarah di luar era itu, de Graaf tidak menyebutnya sebagai data sejarah karena sarat dengan campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.
Menjelang Perang Dunia II, Balai Pustaka juga menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.
Penguasa Jawa menurut Babad Tanah Jawi
[sunting | sunting sumber]Era Jawa Kuno
[sunting | sunting sumber]Kerajaan Kadiri
[sunting | sunting sumber]- Prabu Gendrayana
- Prabu Jayapurusa
- Prabu Sariwahana
- Prabu Batara Aji Jayabaya
- Prabu Jaya Amijaya
- Prabu Jaya Amisena
- Prabu Aji Pamasa
Kerajaan Pengging
[sunting | sunting sumber]- Prabu Pancadriya
- Prabu Anglingdriya
- Prabu Darmamaya
Kerajaan Janggala
[sunting | sunting sumber]- Lembu Amiluhur
- Raden Panji
- Kuda Laleyan
- Prabu Banjaransari
- Prabu Mundingsari
- Prabu Sri Pamekas
Kerajaan Majapahit
[sunting | sunting sumber]- Raden Sesuruh
- Raden Anom
- Raden Adaningkung
- Raden Hayam Wuruk
- Raden Lembu Amisani
- Raden Bratanjung
- Raden Alit atau Prabu Brawijaya
Era Jawa Pertengahan
[sunting | sunting sumber]Kerajaan Demak
[sunting | sunting sumber]- Raden Patah (1478 – 1518)
- Pati Unus (1518 – 1521)
- Trenggana (1521 – 1546)
- Sunan Prawata (1546 – 1547)
- Arya Panangsang (1547 - 1554)
Kerajaan Pajang
[sunting | sunting sumber]- Jaka Tingkir, bergelar Adiwijaya (1568 – 1582)
- Arya Pangiri, bergelar Awantipura (1583 – 1586)
- Pangeran Benawa, bergelar Prabuwijaya (1586 – 1587)
Kerajaan Mataram
[sunting | sunting sumber]- Panembahan Senapati / R. Ng. Saloring Pasar (1586 – 1601)
- Anyakrawati / Sunan Krapyak (1601 – 1613)
- Anyakrakusuma / Sultan Agung (1613 – 1645)
- Amangkurat I / Sunan Tegalarum (1645 – 1677)
- Amangkurat II / Sunan Amral (1680 – 1702)
- Amangkurat III / Sunan Mas (1702 – 1705)
- Pakubuwana I / Sunan Ngalaga (1705 – 1719)
- Amangkurat IV / Sunan Jawi (1719 – 1726)
- Pakubuwana II / Sunan Kumbul (1726 – 1742)
- Amangkurat V / Sunan Kuning (1742 – 1743)
Era Jawa Baru
[sunting | sunting sumber]Perjanjian Giyanti membagi wangsa Mataram menjadi dua kekuasaan, kepada Pakubuwana di Surakarta dan Hamengkubuwana di Yogyakarta. Sedangkan Perjanjian Salatiga membagi kekuasaan baru dari Pakubuwana, yaitu Mangkunagara.
Kesunanan Surakarta
[sunting | sunting sumber]- Pakubuwana II / Sunan Kumbul (1745 – 1749)
- Pakubuwana III (1749 – 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
- Pakubuwana IV / Sunan Bagus (1788 – 1820)
- Pakubuwana V / Sunan Sugih (1820 – 1823)
- Pakubuwana VI / Sunan Bangun Tapa (1823 – 1830)
- Pakubuwana VII (1830 – 1858)
- Pakubuwana VIII (1859 – 1861)
- Pakubuwana IX (1861 – 1893)
- Pakubuwana X (1893 – 1939)
- Pakubuwana XI (1939 – 1944)
- Pakubuwana XII (1944 – 2004)
- Pakubuwana XIII (2004 – sekarang)
Kesultanan Yogyakarta
[sunting | sunting sumber]- Hamengkubuwana I / Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792)
- Hamengkubuwana II / Sultan Sepuh (2 April 1792 - 1810) periode pertama
- Hamengkubuwana III (1810 - 1811) periode pertama
- Hamengkubuwana IV / Sultan Besiyar (9 November 1814 - 6 Desember 1823)
- Hamengkubuwana V (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826) periode pertama
- Hamengkubuwana VI (5 Juli 1855 - 20 Juli 1877)
- Hamengkubuwana VII / Sultan Sugih (22 Desember 1877 - 29 Januari 1921)
- Hamengkubuwana VIII (8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939)
- Hamengkubuwana IX (18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988)
- Hamengkubawana X (7 Maret 1989 - sekarang)
Kadipaten Mangkunagaran
[sunting | sunting sumber]- Mangkunagara I / Pangeran Sambernyawa (1757 - 1795)
- Mangkunagara II / di masa muda bergelar Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Surya Mangkubumi (1795 - 1835)
- Mangkunagara III (1835 - 1853)
- Mangkunagara IV (1853 - 1881)
- Mangkunagara V (1881 - 1896)
- Mangkunagara VI (1896 - 1916)
- Mangkunagara VII (1916 - 1944)
- Mangkunagara VIII (1944- 1987)
- Mangkunagara IX (1987 - 2021)
- Mangkunegara X (2022 - sekarang)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Olthof, W. L. (2017). Floberita Aning, A. Yogaswara, ed. Punika serat Babad Tanah Jawi wiwit saking Nabi Adam doemoegi ing taoen 1647 [Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647]. Diterjemahkan oleh Soemarsono, H. R. (edisi ke-5). Yogyakarta: Narasi.
- ^ L., Olthof, W. (2007). Babad Tanah Jawi, mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647 (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Narasi. ISBN 9789791680479. OCLC 220090178.
- ^ Bakir; Fawaid, Achmad (2017). "KONTESTASI DAN GENEALOGI"KEBANGKITAN" ISLAM NUSANTARA:KAJIAN HISTORIOGRAFIS BABAD TANAH JAWI". Jurnal Islam Nusantara. 1 (1).[pranala nonaktif permanen]
- ^ Molen, Willem van der (2011). Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang Diterapkan Kepada Kunjarakarna. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794617878.
- ^ Meinsma, Johannes Jacobus. "Poenika serat Babad tanah Djawi wiwit saking nabi Adam doemoegi ing taoen 1647": Kaetjap wonten ing tanah Nèderlan ing taoen Welandi 1941, Volume 2
- ^ a b Kertapradja, Ngabehi (2014). Babad Tanah Jawi: Edisi Prosa Bahasa Jawa (dalam bahasa jw). Penerbit Garudhawaca. hlm. 3. ISBN 978-602-7949-46-1.
- ^ "Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram". www.gramedia.com. Diakses tanggal 2020-12-18.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Naskah digital
[sunting | sunting sumber]- Babad Tanah Jawi (1862) koleksi Perpustakaan Kongres Amerika Serikat no. DS646.27