Lompat ke isi

Teungku Ahmad Dewi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k {{kelayakan}}
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(35 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Teungku Ahmad Dewi''' ({{lahirmati|[[Idi Cut, Aceh Timur]]|19|1|1951|[[Aceh Timur]]|1|3|1991}}) adalah seorang tokoh [[ulama]] pendakwah ([[dai]]), seorang ulama yang berani dengan tegas melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan syariat Islam.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia mengharamkan anak-anak [[Aceh]] menghafal [[Pancasila]] sebelum pandai membaca Alif Ba ta, karena menurut dia lebih dahulu turun perintah menuntut ilmu agama daripada mengamalkan Pancasila.{{Bio muslim butuh rujukan}}
{{kelayakan}}

Teungku Ahmad Dewi kelahiran Idicut (Aceh Timur) adalah seorang tokoh ulama penda'wah (Da'i), seorang ulama yang berani dengan tegas melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan Syariat Islam. Beliau mengharamkan anak-anak Aceh menghafal Pancasila sebelum pandai membaca Alif Ba ta, karena menurut beliau lebih dahulu turun perintah menuntut ilmu Agama daripada mengamalkan Pancasila. Nama Ayahnya Teungku Muhammad Husen, dan Ibunya Dewi kelahiran Peudagee (Sumatera Utara), Beliau mengambil nama belakang daripada nama Ibunya Dewi, sehingga ia lebih dikenal dengan Ahmad Dewi, Kakeknya seorang ulama fiqh ternama Teungku Hasballah yang bergelar Teungku Chik di Meunasah Kumbang. Dari kecil beliau belajar ilmu Agama Islam di Dayah / Pesantren dan terakhir tercatat sebagai santri dari Pesantren Abu Abdul Aziz Samalanga. Beliau pemimpin Pesantren BTM Bantayan Idi Cut (Aceh Timur). Sebagai penda'wah kondang beliau diundang hampir ke setiap pelosok desa yang ada di seluruh Aceh dan dalam da'wahnya selalu berisikan sindiran-sindiran halus kepada pemerintahan untuk merubah kebijakan-kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat kecil. dan meminta agar diberlakukan syari'at Islam di Aceh. Beliau dengan Barisan Tentara Merahnya menghalau muda-mudi yang bukan muhrim yang duduk berdua-duaan di tepi pantai Idi Cut. Beliau berdakwah tujuh hari tujuh malam dengan mengundang para Ulama-ulama seluruh Aceh untuk mencari solusi tegaknya Syari'at Islam di Nanggroe Aceh. Akhirnya beliau dituduh subvertif (merong-rong ideologi Pancasila), dan berkali-kali keluar masuk penjara, dalam penjara pun beliau tetap berdakwah mengajak narapidana bertobat kembali ke jalan Allah. Setiap ada persidangan beliau di Pengadilan selalu dipenuhi ratusan ribu massa untuk meyaksikan jalannya sidang sang da'i. Pada waktu Aceh berstatus Siaga, Operasi Jaring Merah dilancarkan di Aceh, Teungku Ahmad Dewi (sang pendakwah kondang)sampai hari ini tidak pernah muncul lagi di atas podium meyeruakan untuk tegaknya syariat Islam di Aceh. Walaupun Teungku Ahmad Dewi telah tiada, pengikut-pengikut setianya selalu memperjuangkan agar Aceh diberlakukan Syariat Islam, dan akhirnya Pemerintah mengumumkan Syariat Islam harus ditegakkan di Bumi Serambi Mekkah ini. Teungku Ahmad Dewi sebagai tokoh pelopor pemberlakuan Syariat Islam di Aceh sampai hari ini tidak diketahui kuburannya.
Nama ayahnya Teungku Muhammad Husen, dan ibunya Dewi kelahiran Peudagee, [[Sumatera Utara]], Dia mengambil nama belakang dari nama ibunya Dewi, sehingga ia lebih dikenal dengan Ahmad Dewi.{{Bio muslim butuh rujukan}} Kakeknya seorang ulama [[fiqh]] ternama Teungku Hasballah yang bergelar Teungku Chik di Meunasah Kumbang. Dari kecil dia belajar ilmu agama Islam di [[dayah]] (pesantren). Sekolah formal yang sempat ditempuh oleh Ahmad Dewi muda adalah Madrasah Ibtidaiyah Idi Cut. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di [[:Kategori:Madrasah Tarbiyah Islamiyah|Madrasah Tarbiyah Islamiyah]] (MTI) Matang Geutoe Idi Cut pada tahun 1964.

Ahmad Dewi juga sempat menuntut ilmu di sebuah pesantren yang dipimpin oleh Tgk. H. Sofyan di Matang Kuli, sekitar tahun 1968 sampai 1970, setelah itu ia kembali ke Idi Cut. Saat itu dayah MTI tidak aktif lagi sepeninggal Tgk. Muhammad Thaib (w. 1968), dan kiblat pendidikan di Idi Cut telah beralih ke Dayah Darussa'dah Idi Cut di bawah pimpinan Tgk. H. Abdul Wahab. Pada masa ini Tgk. Ahmad Dewi juga sempat belajar pada Tgk. H. Abdul Wahab Idi Cut sambil bekerja mencari nafkah. Pada tahun 1973, Ahmad Dewi belajar kepada [[Abdul Aziz Samalanga|Teungku Haji Abdul Aziz]], tokoh [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah|PERTI]] yang memimpin [[MUDI Mesjid Raya Samalanga|Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga]]. {{Bio muslim butuh rujukan}}

Ahmad Dewi merupakan pimpinan Dayah BTM Bantayan Idi Cut, Aceh Timur. Sebagai pendakwah kondang dia diundang hampir ke setiap pelosok [[desa]] yang ada di seluruh Aceh dan dalam dakwahnya selalu berisikan sindiran-sindiran halus kepada pemerintahan untuk mengubah kebijakan-kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat kecil dan meminta agar diberlakukan syariat Islam di Aceh.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia dengan Barisan Tentara Merahnya menghalau muda-mudi yang bukan muhrim yang duduk berdua-duaan di tepi pantai Idi Cut.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia berdakwah tujuh hari tujuh malam dengan mengundang para ulama-ulama seluruh Aceh untuk mencari solusi tegaknya syariat Islam di Nangroe Aceh Darussalam.{{Bio muslim butuh rujukan}}

Akhirnya dia dituduh subversif (merongrong ideologi Pancasila) dan berkali-kali keluar masuk penjara, dalam penjara pun dia tetap berdakwah mengajak narapidana bertobat kembali ke jalan Allah.{{Bio muslim butuh rujukan}} Setiap ada persidangan dia di pengadilan selalu dipenuhi ratusan ribu massa untuk meyaksikan jalannya sidang sang dai. Pada waktu Aceh berstatus siaga, [[Operasi Jaring Merah]] dilancarkan di Aceh, Teungku Ahmad Dewi (sang pendakwah kondang) sampai hari ini tidak pernah muncul lagi di atas podium.{{Bio muslim butuh rujukan}}

== Pranala luar ==
* [http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2000/10/24/0004.html/ Aceh: Pecah Belah dan Jajah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090817122032/http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2000/10/24/0004.html |date=2009-08-17 }}
* [http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/04/03/0018.html/ Ketika Agama Menjadi Alat Pelampiasan Nafsu]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.acheh-eye.org/data_files/english_format/international_response/intl_response/intl_response_un/intl_un_rapporteurs/intl_un_torture/un_torture_001.html/ CIVIL AND POLITICAL RIGHTS, INCLUDING THE QUESTIONS OF: TORTURE AND DETENTION]{{Pranala mati|date=Maret 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.unhchr.ch/Huridocda/Huridoca.nsf/0/fbb99d8c59470878c1256e78002ec4de/$FILE/G0412267.pdf UNHCR Report]
* [http://estananto.wordpress.com/2005/01/26/kronologi-aceh/ Kronologi Aceh]

[[Kategori:Ulama Aceh|Teungku Ahmad Dewi]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]


{{Ulama-Nusantara-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 29 September 2023 06.14

Teungku Ahmad Dewi (19 Januari 1951 – 1 Maret 1991) adalah seorang tokoh ulama pendakwah (dai), seorang ulama yang berani dengan tegas melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan syariat Islam.[butuh rujukan] Ia mengharamkan anak-anak Aceh menghafal Pancasila sebelum pandai membaca Alif Ba ta, karena menurut dia lebih dahulu turun perintah menuntut ilmu agama daripada mengamalkan Pancasila.[butuh rujukan]

Nama ayahnya Teungku Muhammad Husen, dan ibunya Dewi kelahiran Peudagee, Sumatera Utara, Dia mengambil nama belakang dari nama ibunya Dewi, sehingga ia lebih dikenal dengan Ahmad Dewi.[butuh rujukan] Kakeknya seorang ulama fiqh ternama Teungku Hasballah yang bergelar Teungku Chik di Meunasah Kumbang. Dari kecil dia belajar ilmu agama Islam di dayah (pesantren). Sekolah formal yang sempat ditempuh oleh Ahmad Dewi muda adalah Madrasah Ibtidaiyah Idi Cut. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Matang Geutoe Idi Cut pada tahun 1964.

Ahmad Dewi juga sempat menuntut ilmu di sebuah pesantren yang dipimpin oleh Tgk. H. Sofyan di Matang Kuli, sekitar tahun 1968 sampai 1970, setelah itu ia kembali ke Idi Cut. Saat itu dayah MTI tidak aktif lagi sepeninggal Tgk. Muhammad Thaib (w. 1968), dan kiblat pendidikan di Idi Cut telah beralih ke Dayah Darussa'dah Idi Cut di bawah pimpinan Tgk. H. Abdul Wahab. Pada masa ini Tgk. Ahmad Dewi juga sempat belajar pada Tgk. H. Abdul Wahab Idi Cut sambil bekerja mencari nafkah. Pada tahun 1973, Ahmad Dewi belajar kepada Teungku Haji Abdul Aziz, tokoh PERTI yang memimpin Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. [butuh rujukan]

Ahmad Dewi merupakan pimpinan Dayah BTM Bantayan Idi Cut, Aceh Timur. Sebagai pendakwah kondang dia diundang hampir ke setiap pelosok desa yang ada di seluruh Aceh dan dalam dakwahnya selalu berisikan sindiran-sindiran halus kepada pemerintahan untuk mengubah kebijakan-kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat kecil dan meminta agar diberlakukan syariat Islam di Aceh.[butuh rujukan] Ia dengan Barisan Tentara Merahnya menghalau muda-mudi yang bukan muhrim yang duduk berdua-duaan di tepi pantai Idi Cut.[butuh rujukan] Ia berdakwah tujuh hari tujuh malam dengan mengundang para ulama-ulama seluruh Aceh untuk mencari solusi tegaknya syariat Islam di Nangroe Aceh Darussalam.[butuh rujukan]

Akhirnya dia dituduh subversif (merongrong ideologi Pancasila) dan berkali-kali keluar masuk penjara, dalam penjara pun dia tetap berdakwah mengajak narapidana bertobat kembali ke jalan Allah.[butuh rujukan] Setiap ada persidangan dia di pengadilan selalu dipenuhi ratusan ribu massa untuk meyaksikan jalannya sidang sang dai. Pada waktu Aceh berstatus siaga, Operasi Jaring Merah dilancarkan di Aceh, Teungku Ahmad Dewi (sang pendakwah kondang) sampai hari ini tidak pernah muncul lagi di atas podium.[butuh rujukan]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]