Lompat ke isi

Nuh (tokoh Al-Qur'an): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ikhsan s (bicara | kontrib)
k →‎Penyembahan berhala: Perbaikan tata bahasa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(55 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|Surah|Surah Nuh}}
{{Infobox person
{{Infobox person
|honorific_prefix =
| honorific_prefix = [[Nabi]] dan [[Rasul]]
|name = Nuh
| name = Nūḥ <br /> {{lang|ar|نُوْحٌ}}
| post-nominals = [[Alaihis Salam|'alaihissalam]]
|honorific_suffix = alaihissalām (عليه السلام)
|image = Nuh (Noah)1.png
| image = Nuh_(Noah)1.png
|image_size =
| caption = Nabi Nuh dalam [[kaligrafi Islam]]
|alt =
| title = *[[Nabi]]
*[[Rasul]]
|caption = Nuh alaihissalam.
*Abul Basyar Ats-Tsani
|other_names = Nûḥ bin Lamik bin Mutawasylah
*[[Alaihis Salam|'Alaihissalam]]
|birth_date =
|birth_place =
| years_active =
|resting_place =
| known_for = [[Bahtera Nuh|Bahtera]]
| notable_works =
|resting_place_coordinates =
|years_active = 950 tahun
| style =
|known_for = [[Bahtera Nuh]]
| predecessor = {{unbulleted list
| [[Idris]] ([[Nabi dan rasul dalam Islam|Sesuai urutan 25 nabi dan rasul]])
|notable_works =
|style =
|influences =
|influenced =
|predecessor =
|successor =
|opponents =
|spouse =
|partner =
|children = [[Sam]]<br/>[[Ham]]<br/>[[Yafet|Yafith]]<br/>Kan'an
|parents = [[Lamekh|Lamik]]
|relatives =
|module =
|module6 =
|footnotes =
|box_width =
}}
}}
| successor = {{unbulleted list
| [[Hud]] ([[Nabi dan rasul dalam Islam|Sesuai urutan 25 nabi dan rasul]])
}}
| opponents =
| spouse = [[Naama (Kejadian)|Naama]]
| partner = <!-- unmarried life partner; use ''Name (1950–present)'' -->
| children = *[[Kan'an]]
*[[Sam]]
*[[Ham]]
*[[Yam]]
*[[Yafet]]
| parents =
| relatives =
| module =
| module2 =
| module3 =
| module4 =
| module5 =
| module6 =
| footnotes =
}}
{{Nabi Islam|Nabi dalam Al-Qur'an}}


'''Nuh ({{Lang-ar|نوح |Nūḥ}})''' adalah tokoh dalam [[Al-Qur'an]] yang merupakan seorang ''[[nabi]]'' yang ke-3<ref>[[Nabi dan rasul dalam Islam|Sesuai urutan 25 nabi dan rasul]]</ref> sekaligus ''[[rasul]]'' yang pertama<ref>[[Nabi dan rasul dalam Islam|Sesuai urutan 25 nabi dan rasul]]</ref> serta merangkap dengan kedudukan sebagai ''[[Ululazmi|ulul azmi]]'' yang pertama<ref>[[Ululazmi|Sesuai urutan 5 ulul azmi]]</ref> pada [[Islam]].<ref>{{Cite book|last=Ash-Shallabi|first=Ali Muhammad|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Nuh/b7kmEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Nuh&printsec=frontcover|title=Nuh: Peradaban Manusia Kedua|location=Jakarta Timur|publisher=Pustaka Al-Kautsar|isbn=978-979-592-901-7|pages=119|url-status=live}}</ref> Sebanyak 43 ayat dari 28 [[surah]] di dalam Al-Qur'an membahas tentang Nuh.{{Sfn|Hadi|2021|p=115}} [[Dakwah]] Nuh ditujukan kepada [[Bani Rasib]].{{Sfn|Aizid|2019|p=72}} Nuh diutus oleh [[Allah]] untuk mengajarkan [[tauhid]]. Ia ber[[dakwah]] selama tiga generasi dan hanya memperoleh 70 orang pengikut dengan tambahan delapan anggota [[keluarga]]<nowiki/>nya.{{Sfn|El-Fikri|2010|p=25-26}} Dikarenakan Nuh gagal mengajak kaumnya untuk menyembah Allah, Allah pun menimpakan banjir bandang untuk menghabisi seluruh manusia di muka bumi<ref>https://zakat.or.id/kisah-nabi-nuh-saat-banjir-besar-dan-doa-hujan/</ref>. Kisah banjir bandang disebutkan dalam beberapa ayat di [[Surah Nūh|Surah Nuh]] dan [[Surah Hud]].{{Sfn|El-Fikri|2010|p=26}}
'''Nabi Nuh''' atau '''Nuh''' ({{lang-ar|نُوح}} ''{{transl|ar|ALA-LC|Nūḥ}}'') adalah seorang [[nabi]] dan rasul yang diutus oleh Allah kepada umat manusia sebelum terjadinya sebuah malapetaka dahsyat yang hampir memunahkan kehidupan di bumi. Nuh dikenal sebagai pendiri serta penghuni [[Bahtera Nuh|bahtera]] sewaktu [[Air bah (Nuh)|kejadian banjir bah]] melanda seisi bumi. Nuh termasuk dalam golongan [[Ulul Azmi]].


Kisah Nuh sangat mirip dalam penceritaannya dengan Kisah [[Utnapishtim]] (Atrahasis) pada [[Epos Gilgamesh]] yang lebih awal ditulis. Di mana pada ceritanya, [[Enlil|Dewa Enlil]] kesal dengan manusia yang terlalu berisik sehingga berniat membantai manusia dengan menimpakan air bah besar. Mendengar hal tersebut Dewa lainnya yaitu [[Enki|Ea]] (Enki) segera mendatangi seorang manusia di bumi bernama Utnapishtim dan menyuruhnya membangun kapal raksasa untuk menyelamatkan kehidupan di Bumi.
Nama Nuh disebut sebanyak [[Daftar makhluk dan benda yang disebut namanya dalam Al-Qur'an|43 kali dalam Al-Qur'an]] serta diabadikan sebagai nama sebuah [[Surah Nuh|surah]].


== Genealogi ==
== Genealogi ==
Nuh merupakan keturunan dari [[Adam (tokoh Al-Qur'an)|Adam]] dari generasi kesembilan. Nama lengkap Nuh adalah Nuh bin Lamik bin Matusylakh bin Idris bin Yarad bin Mahlayil bin Qainan bin Anusi bin Syits bin Adam. Nuh lahir sekitar 1000 tahun setelah wafatnya Adam dan hidup hingga hampir mencapai 1 [[milenium]]. Umur Nuh diketahui dari [[Surah Al-'Ankabut]] ayat 14.{{Sfn|Hadi|2021|p=115}} Sementara jarak umur antara Adam dan Nuh disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh [[Bukhari]] dan [[Ibnu Hibban]] dari [[Abu Umamah al-Bahili]] dan [[Abdullah bin Abbas]].{{Sfn|Aizid|2019|p=71}}
Dalam periwayatan agama Islam, Nuh merupakan nabi ketiga sesudah [[Adam]], dan [[Nabi Idris|Idris]]. Ia termasuk dalam generasi kesepuluh umat manusia atau keturunan kesembilan dari Adam melalui nabi [[Syits]]. Nuh adalah putra [[Lamekh|Lamik]] bin Mutawasylah bin [[Idris]] bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Ainusyi bin Syits bin Adam.

== Penyembahan berhala ==
Pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh, terdapat kaum-kaum yang saleh, yaitu Wudd, Suwa', Yaghuts, dan Nasr.{{Sfn|Jauzi|2020|p=25}} Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Jarir Ath-Thabari hingga ke Muhammad bin Qais, disebutkan bahwa keempat nama tersebut merupakan tokoh yang disembah oleh kaum Nuh. Nuh memperingati mereka untuk berhenti menyembah keempat tokoh tersebut.{{Sfn|Jauzi|2020|p=25-26}} Sementara itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, disebutkan bahwa keempat nama tersebut merupakan tokoh yang mempunyai pengikut yang setia. Sehingga masing-masing kaum diberi nama sesuai nama tokoh tersebut. Keempat tokoh dan kaum ini hidup di antara masa Nabi Adam dan Nabi Nuh. Setelah keempat tokoh ini meninggal, generasi pertama dari para pengikutnya mulai menggambar sosok mereka. Lalu, pada generasi kedua, [[Iblis]] membujuk mereka untuk menyembahnya dengan mengatakan bahwa generasi pertama dahulu menyembah keempat tokoh tersebut. Iblis membujuk dengan mengatakan bahwa keempat tokoh tersebut dapat menurunkan [[hujan]]. Generasi kedua ini kemudian memulai penyembahan atas keempat tokoh tersebut.{{Sfn|Jauzi|2020|p=26}}


== Dakwah ==
== Dakwah ==
Nuh merupakan salah satu manusia yang diberikan wahyu oleh Allah dan dipilih olehNya sebagai rasul. Informasi kerasulan Nuh diperoleh dari Surah An-Nisa' ayat 163.{{Sfn|Fikri|2018|p=10}} Kerasulan Nuh juga diketahui dari Surah Ali Imran ayat 33 dan 34.{{Sfn|Fikri|2018|p=9-10}} Nuh merupakan rasul pertama karena ia yang pertama kali diperintah oleh Allah untuk berdakwah kepada suatu kaum. Menurut keterangan Ibnu Jarir ath-Thabari, Nuh berdakwah kepada Bani Rasib.{{Sfn|Aizid|2019|p=72}} Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai usia Nuh ketika menjadi rasul, antara lain pada usia 50, 350 atau 480 tahun.{{Sfn|Aizid|2019|p=74}}
Sebelum mendapat tugas kerasulan, Nuh merupakan seorang yang tekun, gemar bersyukur,<ref>Surah Al-Isra: 59</ref> dan beriman kepada Allah.<ref>Surah As-Saffat: 81</ref> Sementara itu, sebagian besar umat manusia di zamannya merupakan orang-orang kafir yang menganggap kedudukan sang nabi tidak lebih terhormat dibanding diri mereka. Kaum kafir tersebut tidak mau memandang Nuh sebagai sosok nabi oleh sebab mereka mempunyai lebih banyak harta maupun anak-anak,<ref>Surah Hud: 27</ref> Menghadapi tantangan semacam ini, Nuh tetap bertekun menyampaikan risalah Allah supaya kaumnya beriman kepada Allah serta supaya kaumnya meninggalkan penyembahan dewa-dewa, selain itu Nuh memperingatkan adanya ancaman dari Allah bahwa akan ada malapetaka dahsyat apabila kaum tersebut tidak mau meninggalkan kebiasaan keji yang diwarisi dari para leluhur.<ref>Surah Al-A'raf: 59</ref><ref>Surah Hud: 26</ref>


Nuh memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi. Setelahnya ia berdakwah secara terang-terangan dengan memberikan motivasi dan peringatan kepada kaumnya.{{Sfn|Aizid|2019|p=75}} Sejak Nuh memulai dakwahnya, kaumnya menganggap dirinya sebagai orang yang sesat. Kaum Nuh pada masanya ada yang menyakini [[politeisme]] dan ada pula yang mengadakan perbuatan [[syirik]].{{Sfn|Fikri|2018|p=12-13}} Nuh berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun. Jumlah pengikutnya tidak lebih dari 80 orang.{{Sfn|Hadi|2021|p=127-128}}
Kaum yang dihadapi Nuh merupakan salah satu generasi manusia yang diberi umur panjang serta dilimpahi kemakmuran juga dianugerahi perawakan tubuh yang jauh lebih perkasa daripada generasi manusia pada zaman sekarang.<ref>Surah Al-Furqan: 18</ref> Kemakmuran duniawi di generasi Nuh menimbulkan sikap angkuh serta sikap sewenang-wenang memandang diri sebagai golongan terkuat dan berkuasa,<ref>Surah Hud: 116</ref> yang kemudian berujung pada keengganan serta kecongkakan untuk mengakui Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa maupun Yang lebih berwenang atas hidup mereka.<ref>Surah Al-Qasas: 78</ref> Allah menyebut kaum Nuh sebagai kaum paling rusak di muka bumi.<ref>Surah An-Najm: 52</ref>


== Banjir bandang ==
Nuh sangat bertekun untuk mendakwahkan risalah Allah ke berbagai tempat di muka bumi. Baik siang dan malam, Nuh berkeliling sambil berdakwah kepada agar kaumnya bersedia menuruti ajaran Allah yang disampaikan melalui dirinya. Tetapi kaum itu tidak menerima risalah-risalah tersebut, bahkan kaum itu menuduh Nuh sebagai seorang pendusta.<ref>Surah Al-A'raf: 60</ref> Hal ini membuat sang nabi berupaya dengan cara sembunyi-sembunyi untuk mengajak banyak orang menuruti risalah Allah.<ref>Surah Nuh: 8-9</ref> Walaupun demikian, kaum Nuh justru menuduh ia merasa iri terhadap kemewahan dan kekayaan mereka sehingga Nuh dianggap membutuhkan harta benda mereka; akan tetapi Nuh menegaskan bahwa ia sama sekali tidak menghendaki uang mereka sebagai upah sebab upahnya berasal dari Allah.<ref>Surah Asy-Syu'ara: 109</ref> Kaum kafir itu tetap berkeras melakukan tindakan keji, meski ada nabi yang berdakwah di tengah-tengah mereka.<ref>Surah Al-Ankabut: 14</ref>
Setelah Nuh tidak lagi meyakinkan kaumnya untuk beriman kepada Allah, perintah pembuatan kapal diberikan kepada Nuh.{{Sfn|Aizid|2019|p=69}} Perintah pembuatan kapal dari Allah kepada Nuh disebutkan dalam Surah Hud ayat 37. Dalam ayat ini juga Allah memberitahukan bahwa kaum Nuh yang ingkar akan ditenggelamkan.{{Sfn|Aizid|2019|p=70}} Para ahli sejarah sepakat bahwa banjir bandang yang menimpa kaum Nuh benar-benar pernah terjadi. Ini didasarkan pada banyaknya kisah banjir bandang dari berbagai [[agama]], [[keyakinan dan kepercayaan]], serta [[Budaya|kebudayaan]] di beberapa [[negara]]. Perbedaan pendapat timbul mengenai wilayah yang terdampak banjir dan jenis [[hewan]] yang memasuki kapal yang dibuat oleh Nuh.{{Sfn|El-Fikri|2010|p=30}}


Awal pelayaran Nabi Nuh menggunakan kapal buatannya dikisahkan dalam Surah Hud ayat 41. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan Nuh untuk berlayar dan memulai pelayaran dengan menyebut nama-Nya. Allah memerintahkan pula penyebutan namanya ketika kapalnya telah berlabuh.<ref>{{Cite book|last=Al-Qaradhawi|first=Yusuf|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=aO7eDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Tafsir Juz 'Amma|location=Jakarta Timur|publisher=Pustaka Al-Kautsar|isbn=978-979-592-827-0|editor-last=Artawijaya|pages=2|translator-last=Nurdin|translator-first=Ali|url-status=live}}</ref> Ada yang berpendapat bahwa banjir bandang menimpa seluruh wilayah di [[dunia]]. Dalilnya pada Surah Hud ayat 42 dan 43. Ayat 42 menjelaskan bahwa [[ombak]] yang timbul akibat banjir bandang mencapai ketinggian [[gunung]].{{Sfn|El-Fikri|2010|p=31-32}} Bukti lain yang menguatkan pendapat mereka adalah penemuan [[fosil]] [[Elephas hysudrindicus|gajah purba]] di wilayah [[Siberia]] dan [[Kutub Utara]].{{Sfn|El-Fikri|2010|p=32}}
== Penolakan kaum Nuh ==
Perjuangan Nuh dalam menyampaikan risalah-risalah tidak disambut oleh kaumnya, akibat kaum itu hanya memperhitungkan derajat nabi namun tidak sedikitpun mau memperhatikan risalah-risalahnya. Kaum itu menilai Nuh sebagai seorang yang menyimpang terhadap [[tradisi]] leluhur sehingga mereka menyebut ia sebagai orang sesat. Nuh membantah hal ini dengan pernyataan bahwa Allah yang telah mengutus ia sebagai seorang [[rasul]] supaya menyampaikan amanat-amanatNya sebagai nasihat-nasihat untuk mereka, bahwa Nuh mengetahui ajaran Allah yang tidak diketahui oleh kaumnya.<ref>Surah Al-A'raf: 61-62</ref><ref>Surah Hud:25</ref> Akan tetapi, kaum Nuh merasa ragu dan heran bahwa ada seorang pemberi peringatan tentang ajaran Allah dari kalangan mereka sendiri,<ref>Surah Al-A'raf:63</ref> oleh sebab mereka telah menganggap sosok Nuh setara dengan manusia biasa.<ref>Surah Hud: 27</ref> Kaum itu mempertanyakan pula mengapakah bukan sesosok malaikat, melainkan seorang manusia yang Allah utus kepada umat manusia;<ref>Surah Al-Mu'minun: 24</ref> orang-orang kafir menganggap Nuh hanya sebagai orang biasa yang hendak menduduki kedudukan paling dihormati dalam masyarakat,<ref>Surah Al-Mu'minun: 24</ref> lalu mereka enggan mengakui kenabiannya bahkan menuduh Nuh membuat-buat risalahnya. Sewaktu mendengar tuduhan bahwa ajarannya adalah hasil karangan,<ref>Surah Hud: 35</ref> Nuh menyatakan apabila ia yang mengarang sendiri risalah-risalah tersebut; tentulah ia akan membiarkan kaumnya berbuat sesuka hati dan ia takkan berupaya keras sampai siang dan malam untuk mengajak mereka ke Jalan yang dikehendaki Allah.<ref>Surah Nuh: 5</ref>


Sementara itu, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa banjir bandang yang menimpa kaum Nuh hanya bersifat lokal. Dalilnya adalah bahwa setiap nabi diutus hanya kepada suatu kaum tertentu. Pendapat ini didasarkan kepada ayat-ayat Al-Qur'an yaitu [[Surah Ar-Ra’d]] ayat 7, [[Surah An-Nahl]] ayat 36, 84 dan 89, [[Surah Al-Mu’minun|Surah Al-Mu'minun]] ayat 44, [[Surah An-Nisa’|Surah An-Nisa']] ayat 41 dan [[Surah Yusuf]] ayat 47. Pendapat ini dikuatkan oleh adanya kisah para nabi yang hidup pada zaman yang sama dengan nabi lainnya dengan kaum yang hidup di lokasi yang berjauhan. Para nabi yang hidup pada zaman yang sama antara lain [[Ibrahim]] dan [[Lut]], [[Yakub (tokoh Al-Qur'an)|Yakub]] dan [[Yusuf (tokoh Al-Qur'an)|Yusuf]], [[Musa]], [[Harun (tokoh Al-Qur'an)|Harun]] dan [[Syuaib]] serta [[Zakariyya]] dan [[Yahya]]. Keterangan lain yang dijadikan sebagai landasan pendapat ini adalah jumlah nabi dan rasul yang sangat banyak yaitu 124 ribu nabi dan 313 rasul. Keterangan ini diperoleh dari hadis yang diriwayat oleh [[Muhammad bin Ismail al-Bukhari|Imam Bukhari]].{{Sfn|El-Fikri|2010|p=33}}
Sekalipun telah menegaskan bahwa ia adalah orang yang diperintah oleh Allah, kaum Nuh mencari dalih untuk menentang risalah-risalah tersebut. Kaum itu menilai para pengikut Nuh merupakan orang-orang bodoh yang didoktrin oleh ajakan Nuh, serta menuduh para pengikut sang nabi merupakan orang-orang lemah, miskin dan bukan dari kalangan terpandang di kaumnya. Golongan kaya raya di kaum Nuh menuduh bahwa tiada seorangpun yang mengikuti ajaran Nuh selain orang-orang tak berwibawa yang lekas terbujuk. Nuh membela para pengikutnya dengan menyatakan bahwa Allah tidak memandang kedudukan manusia, sebab Allah sendiri yang menentukan kadar karunia untuk seluruh manusia. Nuh tidak mengetahui mengapa para pengikutnya bukan berasal dari kalangan kaya ataupun kalangan terhormat, sebab hal ini merupakan perkara ghaib yang berada pada sisi Allah.<ref>Surah Hud: 31</ref> Oleh karena merasa tidak sederajat dalam hal kedudukan duniawi, kaum Nuh menuntut sang nabi supaya mengusir orang-orang rendahan dari kalangan pengikutnya.<ref>Surah Hud: 30</ref> Hal ini ditolak oleh Nuh sebab orang-orang tersebut bersedia ikut kepada dirinya karena memiliki keimanan kepada ajaran yang berasal dari Allah, sedangkan tindakan mengusir orang-orang yang beriman merupakan tindakan berdosa yang bertentangan dengan kewajiban seorang nabi, yakni mengabarkan risalah serta mengajak siapapun supaya menerima seruan Allah.


== Keturunan ==
Risalah yang disampaikan Nuh tidak lain merupakan Kehendak Allah sebagai bukti rahmat Allah, Yang Maha Pengasih untuk umat manusia; supaya umat manusia tidak ditimpa Malapetaka melainkan diselamatkan apabila bersedia untuk berserah diri kepada Kehendak Allah, sehingga Allah melindungi segala yang berserah dalam kuasa KehendakNya. Sebaliknya, jika manusia tersebut mengabaikan, meremehkan, bahkan sewenang-wenang melawan Kehendak Allah; maka Yang Maha Kuasa berhak menyingkirkan ataupun melenyapkan makhluk yang tidak pantas hidup di [[langit]] maupun [[bumi]]Nya. Sikap penolakan kaum Nuh serupa keadaan [[Iblis]] yang diusir dari surga akibat Iblis secara terang-terangan berani melawan Kehendak Allah sewaktu Iblis diperintah bersujud terhadap Adam.<ref>Surah Al-A'raf: 11-19</ref>
Setelah banjir bandang berakhir, Nuh dan para pengikutnya keluar dari kapal dan melanjutkan kehidupannya. Para pengikut Nuh tidak memiliki keturunan karena semuanya meninggal akibat wabah. Hanya keluarga Nuh yang memiliki keturunan.{{Sfn|Aizid|2019|p=68}} Keterangan bahwa hanya keturunan Nuh yang meneruskan generasi umat manusia dijelaskan dalam Surah As-Saffat ayat 77.{{Sfn|Aizid|2019|p=68-69}} Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa anak Nuh yang melanjutkan keturunan manusia ada tiga yaitu Sam, Ham dan Yafidz.{{Sfn|Aizid|2019|p=69}}


== Referensi ==
Nuh berjuang keras mengajak kaumnya bertobat serta beriman kepada Allah supaya Allah mengampuni dosa-dosa mereka, melimpahkan rahmat dan menghindarkan mereka menghadapi Malapetaka dahsyat.<ref>Surah Nuh: 10-13</ref> Namun orang-orang kafir tersebut mempertanyakan bahwa ajaran-ajaran yang disampaikan Nuh tidak pernah ada dari leluhur mereka, sehingga mereka menuduh ajaran Nuh adalah sesat. Kaum Nuh menantangnya untuk seketika mendatangkan azab yang telah ia sebut-sebut; Nuh menjawab bahwa Allah yang berhak menimpakan azab, bukan dirinya; sebab seorang nabi diperintah menyampaikan risalah beserta peringatan. Kegigihan Nuh dalam berdakwah tidak berhenti meski telah didustakan berulang-ulang. Bahkan Nuh dituduh sebagai orang gila yang pergi kesana-kemari untuk mengajak orang lain turut menjadi gila.<ref>Surah Al-Qamar: 9</ref><ref>Surah Az-Zariyat: 52</ref> Kemudian kaumnya menyerukan ancaman rajam apabila ia tidak mau menghentikan dakwah tersebut. Nuh tidak lekas takut terhadap ancaman ini, dengan berbalik menantang mereka melaksanakan ancaman itu terhadap dirinya.<ref>Surah Yunus: 71</ref> Pada akhirnya kaumnya memutuskan berpaling terhadap Nuh.<ref>Surah Yunus: 72</ref>


=== Catatan kaki ===
Selama bertahun-tahun berdakwah di berbagai tempat untuk mengabarkan berbagai risalah, Nuh mendapati sebagian besar umat manusia pada zaman itu merupakan orang-orang yang berkeras diri dalam kekafiran. Mereka berusaha lari menghindar walaupun Nuh tetap mengejar sambil menyampaikan berbagai risalah, tatkala orang-orang itu telah mengingkar dan muak, mereka menutup kedua telinga dengan ujung jari agar tidak mendengar ajakan Nuh.<ref>Surah Nuh: 6-7</ref> Orang-orang kafir tersebut lebih memilih mempercayai ajaran dari kalangan terpandang menurut mereka daripada mempercayai risalah Allah melalui seorang nabi.<ref>Surah Nuh: 21</ref> Berbagai penentangan ini membuktikan keangkuhan serta keengganan kaum Nuh untuk merendah diri serta menerima pengajaran Allah; akibat kaum itu berlaku angkuh dan bersikap meninggikan diri supaya tidak disebut sederajat dengan orang-orang rendahan di mata mereka ataupun supaya tidak menjadi bawahan Nuh, seorang yang tidak lebih terhormat menurut kaum itu. Namun kaum Nuh secara tak sadar telah melawan Kehendak Allah, kaum itu juga tidak menghargai kedudukan Allah yang mengirimkan risalah melalui Nuh, bahkan kaum itu secara berani merendahkan kedudukan hamba Allah yakni Nuh, yang pada akhirnya membuktikan bahwa kaum Nuh menolak diselamatkan oleh Allah. Penentangan ini serupa dengan Iblis sewaktu menolak kehendak Allah supaya bersujud terhadap Adam, dengan alasan bahwa Adam lebih rendah kedudukannya menurut Iblis.<ref>Surah Shaad: 71-85</ref>
{{Reflist}}


=== Daftar pustaka ===
Berbagai penolakan kaum kafir yang sewenang-wenang menentang risalahnya membuat Nuh memikirkan cara lain, yakni berdakwah kepada generasi penerus dari kaum kafir tersebut. Walaupun demikian, terdapat tindakan keji diperbuat oleh generasi pada zamannya yakni mengadakan sumpah larangan menyembah kepada selain dewa-dewa mereka; larangan ini yang diwariskan secara turun-temurun sehingga kaum Nuh melarang seluruh keturunan mereka untuk menyembah Allah sampai selama-lamanya.<ref>Surah Nuh: 22-25</ref> Tindakan keji ini mengakibatkan dari generasi ke generasi pada zaman Nuh menolak mengakui Allah, yang berakibat banyak generasi hidup sesuka hati di muka bumi tanpa aturan dari Allah. Keadaan ini mengecewakan Allah, sebab kehidupan di muka bumi telah rusak dan perilaku umat manusia menjadi tanpa kendali. Kesedihan juga dirasakan pula oleh Nuh, sebab hal ini menjadikan perjuangan dakwahnya selama ini seakan berakhir sia-sia.


* {{Cite book|last=Aizid|first=Rizem|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Kala_Kanjeng_Nabi_Bercerita/6Sy1DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=nabi&printsec=frontcover|title=Kala Kanjeng Nabi Bercerita|location=Yogyakarta|publisher=Laksana|isbn=978-602-407-577-4|editor-last=Rahman|ref={{sfnref|Aizid|2019}}|url-status=live}}
== Pengaduan Nuh ==
*{{Cite book|last=El-Fikri|first=Syahruddin|date=2010|url=https://www.google.co.id/books/edition/SITUS_SITUS_DALAM_AL_QUR_AN/xufhDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Nuh&printsec=frontcover|title=Situs-Situs dalam Alquran: Dari Banjir Nuh hingga Bukit Thursina|location=Jakarta Selatan|publisher=Penerbit Republika|isbn=978-623-279-035-3|ref={{sfnref|El-Fikri|2010}}|url-status=live}}
Nuh mengalami duka cita mendalam terhadap [[Kafir|kekafiran]] maupun sikap keras kepala kaumnya yang berlangsung turun-temurun meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga selama bertahun-tahun untuk membimbing kaum itu supaya bertobat dan berserah diri kepada Allah. Nuh meratapi nasib kaumnya kemudian ia mengadu kepada Allah:
*{{Cite book|last=Fikri|first=Maulana M.|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Kisah_Nabi_Nuh_dan_Kaumnya/H8xqDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Nuh&printsec=frontcover|title=Kisah Nabi Nuh dan Kaumnya: Perbandingan antara Al-Qur'an, Al-Kitab dan Fakta Sejarah|location=Sukabumi|publisher=CV. Jejak|isbn=978-602-5769-91-7|ref={{sfnref|Hadi|2018}}|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Hadi|first=Syofyan|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Tafsir_Qashashi_Jilid_I_Nabi_Adam_as_Nab/LuU_EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Nuh&pg=PA115&printsec=frontcover|title=Tafsir Qashashi Jilid I: Nabi Adam as, Nabi Idris as, Nabi Nuh as, Nabi Hud as, Nabi Shaleh as, Nabi Ibrahim as dan Nabi Luth as.|location=Serang|publisher=Penerbit A-Empat|isbn=978-623-6289-07-5|ref={{sfnref|Hadi|2021}}|url-status=live}}
{{quotation|Nuh berseru, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah menuruti orang-orang yang harta maupun anak-anaknya tidak menambah apapun melainkan kejahatan belaka, dan mereka melakukan tipu daya yang keterlaluan. dan mereka telah berpesan, "Jangan pernah sekalipun kamu meninggalkan (penyembahan) dewa-dewa kamu dan jangan pernah pula kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaguts, Ya'uq dan Nasr." dan sesudahnya mereka telah menyesatkan banyak (manusia), dan janganlah Engkau tambahkan terhadap orang-orang yang lalim itu selain kesesatan. disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke Neraka, maka tiada penolong untuk mereka selain dari Allah."|{{quran-s|Nuh|71|21-25}}}}
*{{Cite book|last=Jauzi|first=Ibnul|date=2020|title=70 Dosa Besar yang Dianggap Biasa|location=Jakarta Selatan|publisher=Pustaka Azzam|isbn=978-602-236-362-0|trans-title=Tadzkirah Ulil Bashair|ref={{sfnref|Jauzi|2020}}|url-status=live}}
Dalam kepedihan kalbu, Nuh memohon kepada Allah supaya tidak meluputkan seorang pun dari generasi-generasi kafir itu bertahan hidup di muka bumi, melainkan melenyapkan seluruh orang kafir itu; sebab orang-orang kafir itu telah berani menantang azab Ilahi yang diancamkan kepada mereka.<ref>Surah Hud: 32</ref> bahkan generasi-generasi tersebut akan seterusnya menjadi makhluk-makhluk yang rusak di muka bumi;<ref>Surah Nuh: 26-27</ref> sehingga Allah Yang Maha Kuasa dapat mengganti umat tak berkenan bagiNya dengan umat yang lebih baik.<ref>Surah An-Nisa: 133, Al-An'am: 133, Ibrahim: 19, Fatir: 16, Al-Mu'minun: 28-31</ref> Nuh juga memohonkan pengampunan kepada Allah untuk dirinya beserta orang tuanya maupun orang-orang yang beriman,<ref>Surah Nuh : 26-28</ref> kemudian Allah mengabulkan pengaduan ini.<ref>Surah Al-Anbiya: 76, As-Saffat: 75, Hud: 38</ref>

== Bahtera Nuh ==
Allah memerintahkan Nuh mendirikan sebuah bahtera sebagai tempat perlindungan menghadapi air bah yang akan menenggelamkan seisi [[bumi]] serta melenyapkan segala makhluk di muka bumi. Nuh juga diperintahkan supaya berhenti meratapi perilaku keji kaumnya.<ref>Surah Hud: 37</ref> Sewaktu Nuh bersama para pengikutnya sedang mendirikan bahtera, terdapat orang-orang dari kaum kafir yang mencela; namun Nuh menyatakan bahwa kelak kaum kafir akan terhina.<ref>Surah Hud: 38</ref>

Setelah pembangunan bahtera terselesaikan, Allah mewahyukan kepada Nuh supaya menempatkan berbagai jenis hewan secara berpasang-pasang ke dalam bahtera tersebut supaya menyelamatkan keberlangsungan hewan-hewan tersebut di bumi. Selain itu, seluruh penghuni bahtera diperintah supaya memuja seraya berdoa kepada Allah selama berada dalam tempat tersebut.<ref>Surah Al-Mu'minun: 28-30, Hud: 41</ref> Orang-orang yang turut dalam bahtera, hanyalah Nuh dan para pengikutnya yang berjumlah sedikit,<ref>Surah Hud: 40</ref> namun mereka inilah para leluhur ras manusia sebagai golongan pewaris kuasa,<ref>Surah Yunus: 73</ref> yang kemudian menjadi berbangsa-bangsa di bumi.<ref>Surah As-Saffat: 77</ref>

== Bencana banjir bah ==
Badai yang sangat lebat disertai luapan air dari dalam tanah selama berhari-hari menyebabkan permukaan bumi hilang tersapu air dan melenyapkan segala makhluk hidup terkecuali para penghuni dalam bahtera Nuh. Air bah bahkan menutupi seluruh permukaan bumi; baik bukit maupun [[pegunungan]] tidak luput tenggelam terhadap terjangan ombak yang menjulang tinggi. Ketika air hampir menenggelamkan seluruh permukaan bumi, Nuh mendapati salah satu putranya, Kan'an, sedang mencari perlindungan terhadap air bah dengan berlindung ke sebuah puncak gunung. Kan'an sejak semula tidak percaya terhadap ajaran sang ayah, dan Kan'an justru memilih ikut dengan generasi-generasi pembangkang yang dibinasakan. Didasari rasa sayang terhadap sang anak, Nuh memanggil-manggil anak itu supaya masuk kedalam bahtera, namun anak itu justru berlari menghindar lalu anak itu turut bersama-sama kaum kafir tersebut.<ref>Surah Hud: 42-43</ref> Nuh hendak meminta pengampunan untuk anaknya, namun Allah menegur supaya nabi tidak melakukan hal ini.<ref>Surah Hud: 45-47</ref>

Setelah air bah surut, Allah menempatkan bahtera Nuh berlabuh di bukit Judi,<ref>Surah Hud: 44</ref> kemudian Nuh beserta seisi makhluk hidup penghuni bahtera diselamatkan supaya meneruskan keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi.<ref>Surah Yusuf: 110</ref><ref>Surah Asy-Syuara: 119</ref> Allah juga memberkahi Nuh beserta keturunan dari orang-orang yang menghuni bahtera tersebut.<ref>Surah Hud: 48-49</ref> Allah menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran untuk seluruh umat manusia,<ref>Surah Al-Ankabut: 15</ref> sebab umat manusia mengalami hal serupa, sebagian besar manusia memandang diri mereka dan agama mereka sendiri sebagai kebenaran sejati, sehingga sulit menerima cara pandang dan kebenaran menurut Allah; maka sebagian besar manusia akan berada dalam kesesatan kemudian tenggelam dalam [[neraka]], sementara itu hanya orang-orang tertentu yang sanggup memandang sebagaimana cara pandang Allah sehingga mengorbankan pandangan diri sendiri supaya berkenan untuk Allah dan layak sebagai penghuni [[surga]].<ref>Surah Al-An'am: 116, Al-A'raf: 179, Yasin: 41-46</ref>

Setelah kejadian banjir bah, Nuh masih hidup selama 300 tahun bahkan masih sempat mendidik [[Ibrahim]] serta mewariskan risalah Allah kepadanya.<ref>Surah As-Saffat: 79-83</ref>

== Referensi ==
{{reflist|2}}


{{Nabi Islam}}
{{Nabi Islam dalam Al-Qur'an}}


[[Kategori:Nabi]]
[[Kategori:Nabi Islam]]
[[Kategori:Nuh]]
[[Kategori:Nuh| ]]
[[Kategori:Sejarah Dunia]]

Revisi terkini sejak 26 Februari 2024 01.34

Nabi dan Rasul
Nūḥ
نُوْحٌ

'alaihissalam
Nabi Nuh dalam kaligrafi Islam
Dikenal atasBahtera
Gelar
Pendahulu
Pengganti
Suami/istriNaama
Anak

Nuh (bahasa Arab: نوح , translit. Nūḥ) adalah tokoh dalam Al-Qur'an yang merupakan seorang nabi yang ke-3[1] sekaligus rasul yang pertama[2] serta merangkap dengan kedudukan sebagai ulul azmi yang pertama[3] pada Islam.[4] Sebanyak 43 ayat dari 28 surah di dalam Al-Qur'an membahas tentang Nuh.[5] Dakwah Nuh ditujukan kepada Bani Rasib.[6] Nuh diutus oleh Allah untuk mengajarkan tauhid. Ia berdakwah selama tiga generasi dan hanya memperoleh 70 orang pengikut dengan tambahan delapan anggota keluarganya.[7] Dikarenakan Nuh gagal mengajak kaumnya untuk menyembah Allah, Allah pun menimpakan banjir bandang untuk menghabisi seluruh manusia di muka bumi[8]. Kisah banjir bandang disebutkan dalam beberapa ayat di Surah Nuh dan Surah Hud.[9]

Kisah Nuh sangat mirip dalam penceritaannya dengan Kisah Utnapishtim (Atrahasis) pada Epos Gilgamesh yang lebih awal ditulis. Di mana pada ceritanya, Dewa Enlil kesal dengan manusia yang terlalu berisik sehingga berniat membantai manusia dengan menimpakan air bah besar. Mendengar hal tersebut Dewa lainnya yaitu Ea (Enki) segera mendatangi seorang manusia di bumi bernama Utnapishtim dan menyuruhnya membangun kapal raksasa untuk menyelamatkan kehidupan di Bumi.

Genealogi[sunting | sunting sumber]

Nuh merupakan keturunan dari Adam dari generasi kesembilan. Nama lengkap Nuh adalah Nuh bin Lamik bin Matusylakh bin Idris bin Yarad bin Mahlayil bin Qainan bin Anusi bin Syits bin Adam. Nuh lahir sekitar 1000 tahun setelah wafatnya Adam dan hidup hingga hampir mencapai 1 milenium. Umur Nuh diketahui dari Surah Al-'Ankabut ayat 14.[5] Sementara jarak umur antara Adam dan Nuh disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Hibban dari Abu Umamah al-Bahili dan Abdullah bin Abbas.[10]

Penyembahan berhala[sunting | sunting sumber]

Pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh, terdapat kaum-kaum yang saleh, yaitu Wudd, Suwa', Yaghuts, dan Nasr.[11] Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Jarir Ath-Thabari hingga ke Muhammad bin Qais, disebutkan bahwa keempat nama tersebut merupakan tokoh yang disembah oleh kaum Nuh. Nuh memperingati mereka untuk berhenti menyembah keempat tokoh tersebut.[12] Sementara itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, disebutkan bahwa keempat nama tersebut merupakan tokoh yang mempunyai pengikut yang setia. Sehingga masing-masing kaum diberi nama sesuai nama tokoh tersebut. Keempat tokoh dan kaum ini hidup di antara masa Nabi Adam dan Nabi Nuh. Setelah keempat tokoh ini meninggal, generasi pertama dari para pengikutnya mulai menggambar sosok mereka. Lalu, pada generasi kedua, Iblis membujuk mereka untuk menyembahnya dengan mengatakan bahwa generasi pertama dahulu menyembah keempat tokoh tersebut. Iblis membujuk dengan mengatakan bahwa keempat tokoh tersebut dapat menurunkan hujan. Generasi kedua ini kemudian memulai penyembahan atas keempat tokoh tersebut.[13]

Dakwah[sunting | sunting sumber]

Nuh merupakan salah satu manusia yang diberikan wahyu oleh Allah dan dipilih olehNya sebagai rasul. Informasi kerasulan Nuh diperoleh dari Surah An-Nisa' ayat 163.[14] Kerasulan Nuh juga diketahui dari Surah Ali Imran ayat 33 dan 34.[15] Nuh merupakan rasul pertama karena ia yang pertama kali diperintah oleh Allah untuk berdakwah kepada suatu kaum. Menurut keterangan Ibnu Jarir ath-Thabari, Nuh berdakwah kepada Bani Rasib.[6] Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai usia Nuh ketika menjadi rasul, antara lain pada usia 50, 350 atau 480 tahun.[16]

Nuh memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi. Setelahnya ia berdakwah secara terang-terangan dengan memberikan motivasi dan peringatan kepada kaumnya.[17] Sejak Nuh memulai dakwahnya, kaumnya menganggap dirinya sebagai orang yang sesat. Kaum Nuh pada masanya ada yang menyakini politeisme dan ada pula yang mengadakan perbuatan syirik.[18] Nuh berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun. Jumlah pengikutnya tidak lebih dari 80 orang.[19]

Banjir bandang[sunting | sunting sumber]

Setelah Nuh tidak lagi meyakinkan kaumnya untuk beriman kepada Allah, perintah pembuatan kapal diberikan kepada Nuh.[20] Perintah pembuatan kapal dari Allah kepada Nuh disebutkan dalam Surah Hud ayat 37. Dalam ayat ini juga Allah memberitahukan bahwa kaum Nuh yang ingkar akan ditenggelamkan.[21] Para ahli sejarah sepakat bahwa banjir bandang yang menimpa kaum Nuh benar-benar pernah terjadi. Ini didasarkan pada banyaknya kisah banjir bandang dari berbagai agama, keyakinan dan kepercayaan, serta kebudayaan di beberapa negara. Perbedaan pendapat timbul mengenai wilayah yang terdampak banjir dan jenis hewan yang memasuki kapal yang dibuat oleh Nuh.[22]

Awal pelayaran Nabi Nuh menggunakan kapal buatannya dikisahkan dalam Surah Hud ayat 41. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan Nuh untuk berlayar dan memulai pelayaran dengan menyebut nama-Nya. Allah memerintahkan pula penyebutan namanya ketika kapalnya telah berlabuh.[23] Ada yang berpendapat bahwa banjir bandang menimpa seluruh wilayah di dunia. Dalilnya pada Surah Hud ayat 42 dan 43. Ayat 42 menjelaskan bahwa ombak yang timbul akibat banjir bandang mencapai ketinggian gunung.[24] Bukti lain yang menguatkan pendapat mereka adalah penemuan fosil gajah purba di wilayah Siberia dan Kutub Utara.[25]

Sementara itu, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa banjir bandang yang menimpa kaum Nuh hanya bersifat lokal. Dalilnya adalah bahwa setiap nabi diutus hanya kepada suatu kaum tertentu. Pendapat ini didasarkan kepada ayat-ayat Al-Qur'an yaitu Surah Ar-Ra’d ayat 7, Surah An-Nahl ayat 36, 84 dan 89, Surah Al-Mu'minun ayat 44, Surah An-Nisa' ayat 41 dan Surah Yusuf ayat 47. Pendapat ini dikuatkan oleh adanya kisah para nabi yang hidup pada zaman yang sama dengan nabi lainnya dengan kaum yang hidup di lokasi yang berjauhan. Para nabi yang hidup pada zaman yang sama antara lain Ibrahim dan Lut, Yakub dan Yusuf, Musa, Harun dan Syuaib serta Zakariyya dan Yahya. Keterangan lain yang dijadikan sebagai landasan pendapat ini adalah jumlah nabi dan rasul yang sangat banyak yaitu 124 ribu nabi dan 313 rasul. Keterangan ini diperoleh dari hadis yang diriwayat oleh Imam Bukhari.[26]

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Setelah banjir bandang berakhir, Nuh dan para pengikutnya keluar dari kapal dan melanjutkan kehidupannya. Para pengikut Nuh tidak memiliki keturunan karena semuanya meninggal akibat wabah. Hanya keluarga Nuh yang memiliki keturunan.[27] Keterangan bahwa hanya keturunan Nuh yang meneruskan generasi umat manusia dijelaskan dalam Surah As-Saffat ayat 77.[28] Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa anak Nuh yang melanjutkan keturunan manusia ada tiga yaitu Sam, Ham dan Yafidz.[20]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sesuai urutan 25 nabi dan rasul
  2. ^ Sesuai urutan 25 nabi dan rasul
  3. ^ Sesuai urutan 5 ulul azmi
  4. ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad (2020). Nuh: Peradaban Manusia Kedua. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 119. ISBN 978-979-592-901-7. 
  5. ^ a b Hadi 2021, hlm. 115.
  6. ^ a b Aizid 2019, hlm. 72.
  7. ^ El-Fikri 2010, hlm. 25-26.
  8. ^ https://zakat.or.id/kisah-nabi-nuh-saat-banjir-besar-dan-doa-hujan/
  9. ^ El-Fikri 2010, hlm. 26.
  10. ^ Aizid 2019, hlm. 71.
  11. ^ Jauzi 2020, hlm. 25.
  12. ^ Jauzi 2020, hlm. 25-26.
  13. ^ Jauzi 2020, hlm. 26.
  14. ^ Fikri 2018, hlm. 10.
  15. ^ Fikri 2018, hlm. 9-10.
  16. ^ Aizid 2019, hlm. 74.
  17. ^ Aizid 2019, hlm. 75.
  18. ^ Fikri 2018, hlm. 12-13.
  19. ^ Hadi 2021, hlm. 127-128.
  20. ^ a b Aizid 2019, hlm. 69.
  21. ^ Aizid 2019, hlm. 70.
  22. ^ El-Fikri 2010, hlm. 30.
  23. ^ Al-Qaradhawi, Yusuf (2019). Artawijaya, ed. Tafsir Juz 'Amma. Diterjemahkan oleh Nurdin, Ali. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 2. ISBN 978-979-592-827-0. 
  24. ^ El-Fikri 2010, hlm. 31-32.
  25. ^ El-Fikri 2010, hlm. 32.
  26. ^ El-Fikri 2010, hlm. 33.
  27. ^ Aizid 2019, hlm. 68.
  28. ^ Aizid 2019, hlm. 68-69.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]