Lompat ke isi

Elang jawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Greentvipb (bicara | kontrib)
Memperbaiki misinformasi garuda
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(33 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox spesies}}
{{Taxobox
'''Elang jawa''' (''Nisaetus bartelsi'') adalah salah satu [[spesies]] [[elang]] berukuran sedang dari keluarga [[Accipitridae]] dan genus Nisaetus yang [[endemik]] di Pulau [[Jawa]]. Satwa ini dianggap identik dengan makhluk mithologi hindu-budha yang populer di India, yaitu [[Garuda]].{{fact}} Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia
| name = Elang Jawa
| status = EN | status_system = IUCN3.1
| status_ref = <ref>BirdLife International 2009. [http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/144514/0/full Nisaetus bartelsi]. In: IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.4. www.iucnredlist.org Downloaded on 18 April 2011.</ref>
| image = Spiza bartel 100109-0176 rag.JPG
| image_width = 225px
| regnum = [[Animalia]]
| phylum = [[Chordata]]
| classis = [[Burung|Aves]]
| ordo = [[Accipitriformes]]
| familia = [[Accipitridae]]
| genus = ''[[Nisaetus]]''
| species = '''''N. bartelsi'''''
| binomial = ''Nisaetus bartelsi''
| binomial_authority = [[Erwin Stresemann|Stresemann]], 1924
| synonyms = ''Spizaetus bartelsi''
}}
'''Elang Jawa''' (''Nisaetus bartelsi'') adalah salah satu [[spesies]] [[elang]] berukuran sedang yang [[endemik]] di Pulau [[Jawa]]. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu [[Garuda]]. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia


== Identifikasi ==
== Identifikasi ==
[[Berkas:Javan Hawk Eagle (Spizaetus bartelsi) (464508083).jpg|thumb|left|Elang jawa, terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.]]
[[Berkas:Javan Hawk Eagle (Spizaetus bartelsi) (464508083).jpg|jmpl|kiri|Elang jawa, terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.]]
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 [[sentimeter|cm]] (dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60–70 [[sentimeter|cm]] (dari ujung paruh hingga ujung ekor).


Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12&nbsp;cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.
Kepala berwarna cokelat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2–4 bulu, panjang hingga 12&nbsp;cm) dan tengkuk yang cokelat kekuningan (kadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap cokelat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecokelatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawo matang sampai kecokelatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecokelatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.


Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat [[kayu manis]] terang, tanpa coretan atau garis-garis.<ref name="mackinnon1993_104">MacKinnon, J. 1993. ''Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali''. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 104.</ref>
Iris mata kuning atau kecokelatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher, dan sisi bawah tubuh berwarna cokelat [[kayu manis]] terang, tanpa coretan atau garis-garis.<ref name="mackinnon1993_104">MacKinnon, J. 1993. ''Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali''. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 104.</ref>


Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan [[elang brontok]] (''Nisaetus cirrhatus'') bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.
Ketika terbang, elang jawa serupa dengan [[elang brontok]] (''Nisaetus cirrhatus'') bentuk terang, namun cenderung tampak lebih kecokelatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.


Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, ''klii-iiw'' atau ''ii-iiiw'', bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat ''kli-kli-kli-kli-kli''. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.<ref name="sozerdkk">Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan. 1999. ''Panduan identifikasi Elang Jawa ''<u>Spizaetus bartelsi</u>''.'' Biodiversity Conservation Project (LIPI-JICA-PKA). Bogor. ISBN 979-95862-1-6. 48 hal.</ref>
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, ''klii-iiw'' atau ''ii-iiiw'', bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat ''kli-kli-kli-kli-kli''. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.<ref name="sozerdkk">Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan. 1999. ''Panduan identifikasi Elang jawa ''<u>Spizaetus bartelsi</u>''.'' Biodiversity Conservation Project (LIPI-JICA-PKA). Bogor. ISBN 979-95862-1-6. 48 hal.</ref>

== Suara ==
Suara pekikan yang nyaring dan khas "hii-hiiiw" lebih tinggi dan lebih parau dari suara Elang brontok atau "hihi-hiiiw" sering dalam seri pendek.


== Penyebaran, ekologi dan konservasi ==
== Penyebaran, ekologi dan konservasi ==
[[Berkas:Elang Jawa Spizaetus bartelsi Bandung Zoo 2.JPG|thumb|240px|Elang Jawa Spizaetus bartelsi Bandung Zoo 2.JPG|Elang Jawa, Kebun Binatang Bandung]]
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat ([[Taman Nasional Ujung Kulon]]) hingga ujung timur di [[Taman Nasional Alas Purwo|Semenanjung Blambangan Purwo]]. Namun penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.<ref name=balendkk_1>Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. 1999. Distribution and Conservation of Javan Hawk-eagle ''Spizaetus bartelsi''. ''Bird Conservation International'' '''9''' : 333-349.</ref>


[[Berkas:Elang Jawa.jpg|jmpl|240px]]
Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di [[dataran rendah]] maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan [[Taman Nasional Meru Betiri|Meru Betiri]], sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 [[mdpl]].
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat ([[Taman Nasional Ujung Kulon]]) hingga ujung timur di [[Taman Nasional Alas Purwo|Semenanjung Blambangan Purwo]]. Namun penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.<ref name=balendkk_1>Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. 1999. Distribution and Conservation of Javan Hawk-eagle ''Spizaetus bartelsi''. ''Bird Conservation International'' '''9''': 333-349.</ref>

Elang jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di [[dataran rendah]] maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan [[Taman Nasional Meru Betiri|Meru Betiri]], sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 [[mdpl]].


Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan [[hutan primer]] sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan [[hutan sekunder]] sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.
Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan [[hutan primer]] sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan [[hutan sekunder]] sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.
Baris 40: Baris 28:
[[Burung pemangsa]] ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis [[reptil]], burung-burung sejenis [[walik]], [[punai]], dan bahkan [[ayam]] kampung. Juga [[mamalia]] berukuran kecil sampai sedang seperti [[tupai]] dan [[bajing]], [[kalong]], [[musang luwak|musang]], sampai dengan anak [[monyet]].
[[Burung pemangsa]] ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis [[reptil]], burung-burung sejenis [[walik]], [[punai]], dan bahkan [[ayam]] kampung. Juga [[mamalia]] berukuran kecil sampai sedang seperti [[tupai]] dan [[bajing]], [[kalong]], [[musang luwak|musang]], sampai dengan anak [[monyet]].


Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.
Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari. Indukan elang jawa berpartisipasi dalam memberi makan anakan elang jawa. Beberapa elang jawa remaja memungkinkan tinggal di sekitar sarang mereka sampai tahun berikutnya.<ref name=":0" />


Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti [[rasamala]] (''Altingia excelsa''), [[pasang]] (''Lithocarpus sundaicus''), [[tusam]] (''Pinus merkusii''), [[puspa]] (''Schima wallichii''), dan [[ki sireum]] (''Eugenia clavimyrtus''). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200–300 m dari tempat rekreasi.<ref name="sozerdkk"/>
Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti [[rasamala]] (''Altingia excelsa''), [[pasang]] (''Lithocarpus sundaicus''), [[tusam]] (''Pinus merkusii''), [[puspa]] (''Schima wallichii''), dan [[ki sireum]] (''Eugenia clavimyrtus''). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200–300 m dari tempat rekreasi.<ref name="sozerdkk"/>


Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.<ref name="balendkk_2">Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. Population status of the endemic Javan Hawk-eagle ''Spizaetus bartelsi''. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. [[Pembalakan liar]] dan [[konversi hutan]] menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.<ref name="balendkk_3">Balen, S. van, V. Nijman and H.H.T. Prins. The Javan Hawk-eagle: misconception about rareness and threat. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.
Di habitatnya, elang jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.<ref name="balendkk_2">Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. Population status of the endemic Javan Hawk-eagle ''Spizaetus bartelsi''. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. [[Pembalakan liar]] dan [[konversi hutan]] menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.<ref name="balendkk_3">Balen, S. van, V. Nijman and H.H.T. Prins. The Javan Hawk-eagle: misconception about rareness and threat. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.


Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia [[IUCN]] memasukkan elang Jawa ke dalam status EN (''Endangered'', terancam kepunahan).<ref name=iucn>BirdLife International. 2004. [http://www.iucnredlist.org/search/details.php/20654/all ''Spizaetus bartelsi'']. In: IUCN 2007. [http://www.iucnredlist.org ''2007 IUCN Red List of Threatened Species''.]. Diakses 25/12/2007.</ref> Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.<ref name="noerdjito2001_47">Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. ''Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia''. Cet-2. Puslit Biologi LIPI. Bogor. ISBN 979-579-043-9. Hal. 47.</ref>
Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia [[IUCN]] memasukkan elang jawa ke dalam status EN (''Endangered'', terancam kepunahan).<ref name=iucn>BirdLife International. 2004. [http://www.iucnredlist.org/search/details.php/20654/all ''Spizaetus bartelsi'']. In: IUCN 2007. [http://www.iucnredlist.org ''2007 IUCN Red List of Threatened Species''.]. Diakses 25/12/2007.</ref> Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.<ref name="noerdjito2001_47">Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. ''Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia''. Cet-2. Puslit Biologi LIPI. Bogor. ISBN 979-579-043-9. Hal. 47.</ref>


== Catatan taksonomis ==
== Catatan taksonomis ==
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala [[Johan Coenrad van Hasselt|van Hasselt]] dan [[Heinrich Kuhl|Kuhl]] mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan [[Gunung Salak]] untuk Museum Leiden, Negeri [[Belanda]]. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis [[elang brontok]].
Sesungguhnya keberadaan elang jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala [[Johan Coenrad van Hasselt|van Hasselt]] dan [[Heinrich Kuhl|Kuhl]] mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan [[Gunung Salak]] untuk Museum Leiden, Negeri [[Belanda]]. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis [[elang brontok]].


Baru pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh [[Max Bartels]] dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri [[Jerman]], O. Finsch, mengenalinya sebagai [[takson]] yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari ''Spizaetus kelaarti'', sejenis elang yang ada di [[Sri Lanka]]. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. [[Erwin Stresemann|Stresemann]] memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik ''bartelsi'', untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung ''[[Spizaetus nipalensis]]''.<ref name="sozerdkk"/>
Baru pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh [[Max Bartels]] dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri [[Jerman]], O. Finsch, mengenalinya sebagai [[takson]] yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari ''Spizaetus kelaarti'', sejenis elang yang ada di [[Sri Lanka]]. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. [[Erwin Stresemann|Stresemann]] memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik ''bartelsi'', untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung ''[[Spizaetus nipalensis]]''.<ref name="sozerdkk"/>
Baris 64: Baris 52:
{{commons cat|Nisaetus bartelsi}}
{{commons cat|Nisaetus bartelsi}}
{{wikispecies|Nisaetus bartelsi}}
{{wikispecies|Nisaetus bartelsi}}
* {{en}} [http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html?action=SpcHTMDetails.asp&sid=3554&m=0 BirdLife Species Factsheet]
* {{en}} [http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html?action=SpcHTMDetails.asp&sid=3554&m=0 BirdLife Species Factsheet] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090103092255/http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html?action=SpcHTMDetails.asp&sid=3554&m=0 |date=2009-01-03 }}
* {{en}} [http://www.rdb.or.id/detailbird.php?id=127&sortby=latinname Red Data Book]
* {{en}} [http://www.rdb.or.id/detailbird.php?id=127&sortby=latinname Red Data Book]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://burung.org/Database-Burung/Nisaetus-bartelsi.html Database Burung Terancam Punah - Burung Indonesia]
* {{id}} [http://burung.org/Database-Burung/Nisaetus-bartelsi.html Database Burung Terancam Punah - Burung Indonesia]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.kehati.or.id/news/data/9.%20Des2000%20Info%20Fauna.pdf Sang Garuda, elang Jawa ''Spizaetus bartelsi''], artikel dan foto
* [http://www.kehati.or.id/news/data/9.%20Des2000%20Info%20Fauna.pdf Sang Garuda, elang jawa ''Spizaetus bartelsi'']{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel dan foto
* [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0701/11/daerah/3233336.htm Elang Jawa Semakin Jarang Terlihat], artikel harian ''Kompas'', Kamis, 11 Januari 2007
* [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0701/11/daerah/3233336.htm Elang jawa Semakin Jarang Terlihat], artikel harian ''Kompas'', Kamis, 11 Januari 2007
* [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/06/0307.htm Elang Jawa Makin Langka], artikel harian ''Pikiran Rakyat'', Kamis, 06 Oktober 2005
* [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/06/0307.htm Elang jawa Makin Langka]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel harian ''Pikiran Rakyat'', Kamis, 06 Oktober 2005
* [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/30/0303.htm Habitat Elang Jawa Akan Terancam], artikel harian ''Pikiran Rakyat'', Jumat, 30 April 2004
* [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/30/0303.htm Habitat Elang jawa Akan Terancam]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, artikel harian ''Pikiran Rakyat'', Jumat, 30 April 2004
* [http://flickr.com/photos/lutvision/235808613/ Foto elang Jawa]
* [http://flickr.com/photos/lutvision/235808613/ Foto elang jawa]
* [http://tv.kompas.com/content/view/918/115/ video elang jawa]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://greentv.ipb.ac.id/videos/elang-jawa-si-maskot-langka Video elang Jawa], Green TV IPB "Green Highlights

{{taxonbar}}


[[Kategori:Spesies terancam punah]]
[[Kategori:Spesies terancam punah]]

Revisi terkini sejak 2 Mei 2024 00.04

Elang jawa
Nisaetus bartelsi Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Genting
IUCN22696165 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
DivisiManiraptoriformes
KelasAves
OrdoAccipitriformes
FamiliAccipitridae
GenusNisaetus
SpesiesNisaetus bartelsi Edit nilai pada Wikidata
(Stresem., 1924)
Tata nama
Dinamakan berdasarkanMax Eduard Gottlieb Bartels (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Sinonim taksonSpizaetus bartelsi (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
ProtonimSpizaetus nipalensis bartelsi Edit nilai pada Wikidata
Distribusi
EndemikJawa Edit nilai pada Wikidata

Elang jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang dari keluarga Accipitridae dan genus Nisaetus yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan makhluk mithologi hindu-budha yang populer di India, yaitu Garuda.[butuh rujukan] Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia

Identifikasi

[sunting | sunting sumber]
Elang jawa, terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60–70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).

Kepala berwarna cokelat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2–4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang cokelat kekuningan (kadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap cokelat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecokelatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawo matang sampai kecokelatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecokelatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Iris mata kuning atau kecokelatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher, dan sisi bawah tubuh berwarna cokelat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.[1]

Ketika terbang, elang jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung tampak lebih kecokelatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.[2]

Suara pekikan yang nyaring dan khas "hii-hiiiw" lebih tinggi dan lebih parau dari suara Elang brontok atau "hihi-hiiiw" sering dalam seri pendek.

Penyebaran, ekologi dan konservasi

[sunting | sunting sumber]

Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.[3]

Elang jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 mdpl.

Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.

Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.

Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari. Indukan elang jawa berpartisipasi dalam memberi makan anakan elang jawa. Beberapa elang jawa remaja memungkinkan tinggal di sekitar sarang mereka sampai tahun berikutnya.[4]

Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus sundaicus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200–300 m dari tempat rekreasi.[2]

Di habitatnya, elang jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.[5] Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutan menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.[6] Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.

Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan elang jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam kepunahan).[7] Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.[8]

Catatan taksonomis

[sunting | sunting sumber]

Sesungguhnya keberadaan elang jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.

Baru pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung Spizaetus nipalensis.[2]

Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi.[9]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 104.
  2. ^ a b c Sozer, R., V. Nijman dan I. Setiawan. 1999. Panduan identifikasi Elang jawa Spizaetus bartelsi. Biodiversity Conservation Project (LIPI-JICA-PKA). Bogor. ISBN 979-95862-1-6. 48 hal.
  3. ^ Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. 1999. Distribution and Conservation of Javan Hawk-eagle Spizaetus bartelsi. Bird Conservation International 9: 333-349.
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  5. ^ Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. Population status of the endemic Javan Hawk-eagle Spizaetus bartelsi. in Balen, S. van. 1999. Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali. PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.
  6. ^ Balen, S. van, V. Nijman and H.H.T. Prins. The Javan Hawk-eagle: misconception about rareness and threat. in Balen, S. van. 1999. Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali. PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.
  7. ^ BirdLife International. 2004. Spizaetus bartelsi. In: IUCN 2007. 2007 IUCN Red List of Threatened Species.. Diakses 25/12/2007.
  8. ^ Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Cet-2. Puslit Biologi LIPI. Bogor. ISBN 979-579-043-9. Hal. 47.
  9. ^ Amadon, D. 1953. Remarks on the Asiatic hawk-eagles on the genus Spizaetus. Ibis 95:492-500.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]