Gula: Perbedaan antara revisi
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh 2400:9800:866:B5AA:589B:C8D4:BBCB:9584 (bicara) ke revisi terakhir oleh Muhammad Anas Sidik Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(51 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Zucker.jpg| |
[[Berkas:Zucker.jpg|ka|bingkai|Kristal Gula yang sudah dimurnikan.]] |
||
{{dab|Artikel ini berkaitan dengan [[makanan]] dan komoditi perdagangan. Untuk pengertian lainnya, silakan lihat [[Gula (disambiguasi)]].}} |
{{dab|Artikel ini berkaitan dengan [[makanan]] dan komoditi perdagangan. Untuk pengertian lainnya, silakan lihat [[Gula (disambiguasi)]].}} |
||
'''Gula''' adalah suatu [[karbohidrat]] sederhana yang menjadi sumber energi dan |
'''Gula''' adalah suatu [[karbohidrat]] sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditas perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk [[kristal]] [[sukrosa]] padat. Gula digunakan untuk mengubah [[rasa]] menjadi [[manis]] dan dengan keadaan makanan atau [[minuman]]. Gula sederhana, seperti [[glukosa]] (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau [[hidrolisis]] asam), menyimpan [[energi potensial|energi]] yang akan digunakan oleh [[sel (biologi)|sel]]. |
||
== Gula sebagai |
== Gula sebagai komoditas == |
||
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari [[nira]] [[tebu]], [[bit gula]], atau [[aren]]. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti [[dahlia|umbi dahlia]], [[anggur]], atau bulir [[jagung]], juga menghasilkan semacam pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui [[distilasi]] (penyulingan). <!-- Pada [[tahun fiskal]] [[2001]] / [[2002]], 134,1 juta [[ton]] gula diproduksi di seluruh dunia. --> |
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari [[nira]], [[tebu]], [[bit gula]], atau [[aren]]. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti [[dahlia|umbi dahlia]], [[anggur]], atau bulir [[jagung]], juga menghasilkan semacam pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap [[ekstraksi]] (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui [[distilasi]] (penyulingan). <!-- Pada [[tahun fiskal]] [[2001]] / [[2002]], 134,1 juta [[ton]] gula diproduksi di seluruh dunia. --> |
||
Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti [[Australia]], [[Brasil]], dan [[Thailand]]. [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, |
Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti [[Australia]], [[Brasil]], dan [[Thailand]]. [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, tetapi kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di [[negara berkembang]] dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah [[Amerika Latin]], negara-negara [[Karibia]], dan negara-negara [[Asia Timur]]. |
||
Lain halnya dengan gula bit yang diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk seperti [[Eropa]] Barat Laut dan Timur, Jepang |
Lain halnya dengan gula bit yang diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk seperti [[Eropa]] Barat Laut dan Timur, Jepang Utara, dan beberapa daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya di bulan September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan dan cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk diproses lebih lanjut, namum bit yang membeku tidak bisa lagi diproses. |
||
Pengimpor gula terbesar adalah [[Uni Eropa]] (UE). Peraturan pertanian di UE menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari ''industry levies'', sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. [[Subsidi|Subsidi-subsidi]] tersebut dan [[pajak]] impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke [[sirup jagung]] (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen) |
Pengimpor gula terbesar adalah [[Uni Eropa]] (UE). Peraturan pertanian di UE menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari ''industry levies'', sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. [[Subsidi|Subsidi-subsidi]] tersebut dan [[pajak]] impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke [[sirup jagung]] (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen) |
||
Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup tersebut |
Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup tersebut diproduksi dari jagung (maizena), Dengan mengombinasikannya dengan pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang sangat murah. |
||
== Sejarah |
== Sejarah industri gula di Indonesia == |
||
Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan [[bunga]] ([[nira]]) [[kelapa]] atau [[enau]], serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari [[Nusantara]], terutama di bagian timur. |
Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan [[bunga]] ([[nira]]) [[kelapa]] atau [[enau]], serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari [[Nusantara]], terutama di bagian timur. |
||
Ketika orang-orang [[Belanda]] mulai membuka koloni di [[Pulau Jawa]] kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh |
Ketika orang-orang [[Belanda]] mulai membuka koloni di [[Pulau Jawa]], kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh [[tuan tanah|tuan-tuan tanah]] pada abad ke-17, pertama di sekitar [[Batavia]], lalu berkembang ke arah timur. |
||
Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun<ref name=FAO>[http://www.fao.org/DOCREP/005/X0513E/x0513e21.htm Indonesia]. Proc. of the Fiji/FAO Asia Pacific Sugar Conference</ref> |
Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun.<ref name=FAO>[http://www.fao.org/DOCREP/005/X0513E/x0513e21.htm Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190216192304/http://www.fao.org/docrep/005/X0513E/x0513e21.htm |date=2019-02-16 }}. Proc. of the Fiji/FAO Asia Pacific Sugar Conference</ref> Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang [[Perang Pasifik]], dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai [[Perang Dunia II]], tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula. |
||
Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri [[minuman ringan]]), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula<ref name=FAO/> |
Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri [[minuman ringan]]), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula.<ref name=FAO/> |
||
Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula 2007<ref name=arifin>Arifin, B. 2009. [http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/GULA.pdf Ekonomi swasembada gula di Indonesia].</ref> |
Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula 2007.<ref name=arifin>Arifin, B. 2009. [http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/GULA.pdf Ekonomi swasembada gula di Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110106041210/http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/GULA.pdf |date=2011-01-06 }}.</ref> Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia).<ref>[http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/04/02/prn,20040402-23,id.html Kepres RI no. 63/2003] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101014202547/http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/04/02/prn,20040402-23,id.html |date=2010-10-14 }}. Artikel di TempoInteraktif, edisi 02 April 2004</ref> Target ini kemudian diundur terus-menerus.<ref name=arifin/> |
||
== Jenis == |
== Jenis == |
||
=== Gula merah === |
=== Gula merah === |
||
{{utama|Gula merah}} |
{{utama|Gula merah}} |
||
Gula merah adalah jenis gula yang dibuat dari [[nira]], yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga |
Gula merah adalah jenis gula yang dibuat dari [[nira]], yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palem, seperti [[kelapa]], [[aren]], dan [[siwalan]]. Gula merah yang dipasarkan dalam bentuk cetakan batangan silinder, cetakan setengah bola, dan bubuk curah disebut sebagai gula [[semut]] |
||
=== Gula tebu === |
=== Gula tebu === |
||
Gula tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah. Pertama |
Gula tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah. Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya menggunakan [[kalsium oksida]]) untuk memisahkan ketidakmurnian, campuran tersebut kemudian dipisahkan lagi dengan [[belerang dioksida]] atau kalsium dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat kembali dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah [[mesin sentrifugal]] juga dapat digunakan pada proses pemisahan fasa padat (gula) dan fasa cair (mesquite). |
||
[[Gula batu]] adalah gula tebu yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal lembut yang dipres dalam bentuk dadu. Gula mentah (''raw sugar'') adalah gula kristal yang dibuat tanpa melalui proses pemutihan dengan belerang. Warnanya agak |
[[Gula batu]] adalah gula tebu yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal lembut yang dipres dalam bentuk dadu. Gula mentah (''raw sugar'') adalah gula kristal yang dibuat tanpa melalui proses pemutihan dengan belerang. Warnanya agak kecokelatan karena masih mengandung [[molase]], tetapi sekarang gula batu sudah bersih dalam pembuatannya sehingga gula batu yang berwarna cokelat sudah tidak ada lagi. |
||
<!-- Di Indonesia, musim giling tebu biasanya mulai pada bulan Mei dan berakhir pada bulan Desember<ref>{{cite journal |
<!-- Di Indonesia, musim giling tebu biasanya mulai pada bulan Mei dan berakhir pada bulan Desember<ref>{{cite journal |
||
Baris 51: | Baris 51: | ||
=== Gula bit === |
=== Gula bit === |
||
Setelah dicuci, bit kemudian |
Setelah dicuci, bit kemudian dipotong-potong dan gulanya kemudian diekstraksi dengan air panas pada sebuah difusi. Pemurnian kemudian ditangani dengan menambahkan larutan [[kalsium oksida]] dan [[karbon dioksida]]. Setelah penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga kandungan air yang tersisa hanya tinggal 30% saja. |
||
Gula kemudian diekstraksi dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama |
Gula kemudian diekstraksi dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama-tama dipisahkan dengan [[mesin sentrifugal]]. Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan kristal gula dengan molasses. Upaya agar sentrifugasi berlangsung secara optimal adalah dengan pengaturan kecepatan putaran. Kecepatan putaran sangat memengaruhi kekuatan mesin tersebut dalam melepaskan lapisan molasses dari kristal gula. Kecepatan putaran sentrifugasi dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (di mana sudah tidak bisa lagi diambil gula darinya) digunakan untuk makanan [[ternak]] dan dengan itu terbentuklah gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas tertentu untuk kemudian dijual. |
||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 64: | Baris 64: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* [http://bataviase.co.id/node/316769 Industri Gula di Batavia] |
* [http://bataviase.co.id/node/316769 Industri Gula di Batavia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100904044943/http://bataviase.co.id/node/316769 |date=2010-09-04 }} |
||
[[Kategori:Pemanis]] |
|||
[[Kategori:Gula| ]] |
|||
[[Kategori:Bumbu]] |
[[Kategori:Bumbu]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Bahan tambahan makanan]] |
||
[[Kategori:Bahan tambahan minuman]] |
Revisi terkini sejak 11 Mei 2024 01.58
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditas perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan dengan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai komoditas
[sunting | sunting sumber]Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira, tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggur, atau bulir jagung, juga menghasilkan semacam pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brasil, dan Thailand. Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, tetapi kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur.
Lain halnya dengan gula bit yang diproduksi di tempat dengan iklim yang lebih sejuk seperti Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang Utara, dan beberapa daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanenannya di bulan September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan dan cuaca. Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk diproses lebih lanjut, namum bit yang membeku tidak bisa lagi diproses.
Pengimpor gula terbesar adalah Uni Eropa (UE). Peraturan pertanian di UE menetapkan kuota maksimum produksi dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian dari gula ini adalah gula "kuota" dari industry levies, sisanya adalah gula "kuota c" yang dijual pada harga pasar tanpa subsidi. Subsidi-subsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain susah untuk mengekspor ke negara negara UE, atau bersaing dengannya di pasar dunia. Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen beralih ke sirup jagung (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat permen)
Pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup tersebut diproduksi dari jagung (maizena), Dengan mengombinasikannya dengan pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang sangat murah.
Sejarah industri gula di Indonesia
[sunting | sunting sumber]Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur.
Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa, kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.
Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun.[1] Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula.
Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula.[1]
Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula 2007.[2] Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia).[3] Target ini kemudian diundur terus-menerus.[2]
Jenis
[sunting | sunting sumber]Gula merah
[sunting | sunting sumber]Gula merah adalah jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palem, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Gula merah yang dipasarkan dalam bentuk cetakan batangan silinder, cetakan setengah bola, dan bubuk curah disebut sebagai gula semut
Gula tebu
[sunting | sunting sumber]Gula tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah. Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya menggunakan kalsium oksida) untuk memisahkan ketidakmurnian, campuran tersebut kemudian dipisahkan lagi dengan belerang dioksida atau kalsium dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang kemudian dapat kembali dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses pemisahan fasa padat (gula) dan fasa cair (mesquite).
Gula batu adalah gula tebu yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal lembut yang dipres dalam bentuk dadu. Gula mentah (raw sugar) adalah gula kristal yang dibuat tanpa melalui proses pemutihan dengan belerang. Warnanya agak kecokelatan karena masih mengandung molase, tetapi sekarang gula batu sudah bersih dalam pembuatannya sehingga gula batu yang berwarna cokelat sudah tidak ada lagi.
Gula bit
[sunting | sunting sumber]Setelah dicuci, bit kemudian dipotong-potong dan gulanya kemudian diekstraksi dengan air panas pada sebuah difusi. Pemurnian kemudian ditangani dengan menambahkan larutan kalsium oksida dan karbon dioksida. Setelah penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga kandungan air yang tersisa hanya tinggal 30% saja.
Gula kemudian diekstraksi dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama-tama dipisahkan dengan mesin sentrifugal. Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan kristal gula dengan molasses. Upaya agar sentrifugasi berlangsung secara optimal adalah dengan pengaturan kecepatan putaran. Kecepatan putaran sangat memengaruhi kekuatan mesin tersebut dalam melepaskan lapisan molasses dari kristal gula. Kecepatan putaran sentrifugasi dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (di mana sudah tidak bisa lagi diambil gula darinya) digunakan untuk makanan ternak dan dengan itu terbentuklah gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas tertentu untuk kemudian dijual.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Indonesia Diarsipkan 2019-02-16 di Wayback Machine.. Proc. of the Fiji/FAO Asia Pacific Sugar Conference
- ^ a b Arifin, B. 2009. Ekonomi swasembada gula di Indonesia Diarsipkan 2011-01-06 di Wayback Machine..
- ^ Kepres RI no. 63/2003 Diarsipkan 2010-10-14 di Wayback Machine.. Artikel di TempoInteraktif, edisi 02 April 2004
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Industri Gula di Batavia Diarsipkan 2010-09-04 di Wayback Machine.