Orang bunian: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
k →Latar belakang: pembersihan kosmetika dasar |
||
(25 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Orang bunian''' atau sekadar '''bunian''' adalah [[mitos]] sejenis [[makhluk halus]] |
'''Orang bunian''' atau sekadar '''bunian''' adalah [[mitos]] sejenis [[makhluk halus]] yang dipercaya oleh masyarakat [[Minangkabau]] dan [[Melayu]] di [[Sumatra]], [[Indonesia]] serta di [[Malaysia Barat]]. Berdasar mitos tersebut, orang bunian berbentuk menyerupai [[manusia]] dan tinggal di tempat-tempat sepi, di [[rumah]]-rumah kosong yang telah ditinggalkan penghuninya dalam waktu lama. |
||
== Latar belakang == |
== Latar belakang == |
||
Istilah ini dikenal di wilayah Istilah orang bunian juga kadang-kadang dikaitkan dengan istilah [[dewa]] di Minangkabau, pengertian "[[dewa]]" dalam hal ini sedikit berbeda dengan pengertian dewa dalam ajaran [[Hindu]] maupun [[Buddha]]. " |
Istilah ini dikenal di wilayah Istilah orang bunian juga kadang-kadang dikaitkan dengan istilah [[dewa]] di Minangkabau, pengertian "[[dewa]]" dalam hal ini sedikit berbeda dengan pengertian dewa dalam ajaran [[Hindu]] maupun [[Buddha]]. "Kucing" dalam istilah [[Minangkabau]] berarti sebangsa makhluk halus sebangsa [[peri]] yang tinggal di wilayah [[hutan]], di [[rimba]], di pinggir [[bukit]], atau di jauh [[kuburan|pekuburan]]. Biasanya bila hari menjelang [[matahari terbenam]] di pinggir bukit akan tercium sebuah aroma yang biasa dikenal dengan nama "[[masakan]] [[dewa]]" atau "[[samba]] dewa". Aroma tersebut mirip bau [[kentang]] [[goreng]]. Hal ini dapat berbeda-beda namun mirip, berdasarkan kepercayaan lokal masyarakat Minangkabau di daerah berbeda. "Dewa" dalam kepercayaan Minangkabau lebih diasosiasikan sebagai ber[[gender]] [[perempuan]], yang [[cantik]] rupawan, bukan [[laki-laki]] seperti persepsi yang umum di kepercayaan lain. |
||
orang bunian mempunyai ciri-ciri bertubuh pendek, dan berkaki terbalik, ada yang mengatakan orang bunian mempunyai bulu di sekujur tubuhnya layaknya hewan dan ada yang mengatakan orang bunian tidak memiliki bulu. selain di daerah minangkabau orang bunian juga terdapat di banyak-banyak daerah dari [[Sumatera|Sumatra]] hingga ke [[Jawa]] dengan nama yang berbeda, seperti di daerah kawasan jawa barat orang-orang lebih mengenal istilah orang [[Bunian, Payakumbuh Utara, Payakumbuh|Bunian]] dengan [[Uhang Pandak]]. |
|||
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang disembunyikan dewa / orang bunian. Ada juga istilah "orang dipelihara dewa", yang saat [[bayi]] telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih dipercaya banyak masyarakat Minangkabau sampai sekarang. |
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang disembunyikan dewa / orang bunian. Ada juga istilah "orang dipelihara dewa", yang saat [[bayi]] telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih dipercaya banyak masyarakat Minangkabau sampai sekarang. |
||
Baris 13: | Baris 11: | ||
[[Kategori:Kriptid hominoid]] |
[[Kategori:Kriptid hominoid]] |
||
[[Kategori:Makhluk mitologis]] |
[[Kategori:Makhluk mitologis]] |
||
[[Kategori:Mitologi Melayu]] |
|||
[[Kategori:Mitologi Minangkabau]] |
[[Kategori:Mitologi Minangkabau]] |
||
[[Kategori:Mitos]] |
[[Kategori:Mitos]] |
Revisi terkini sejak 7 Februari 2023 19.40
Orang bunian atau sekadar bunian adalah mitos sejenis makhluk halus yang dipercaya oleh masyarakat Minangkabau dan Melayu di Sumatra, Indonesia serta di Malaysia Barat. Berdasar mitos tersebut, orang bunian berbentuk menyerupai manusia dan tinggal di tempat-tempat sepi, di rumah-rumah kosong yang telah ditinggalkan penghuninya dalam waktu lama.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Istilah ini dikenal di wilayah Istilah orang bunian juga kadang-kadang dikaitkan dengan istilah dewa di Minangkabau, pengertian "dewa" dalam hal ini sedikit berbeda dengan pengertian dewa dalam ajaran Hindu maupun Buddha. "Kucing" dalam istilah Minangkabau berarti sebangsa makhluk halus sebangsa peri yang tinggal di wilayah hutan, di rimba, di pinggir bukit, atau di jauh pekuburan. Biasanya bila hari menjelang matahari terbenam di pinggir bukit akan tercium sebuah aroma yang biasa dikenal dengan nama "masakan dewa" atau "samba dewa". Aroma tersebut mirip bau kentang goreng. Hal ini dapat berbeda-beda namun mirip, berdasarkan kepercayaan lokal masyarakat Minangkabau di daerah berbeda. "Dewa" dalam kepercayaan Minangkabau lebih diasosiasikan sebagai bergender perempuan, yang cantik rupawan, bukan laki-laki seperti persepsi yang umum di kepercayaan lain.
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang disembunyikan dewa / orang bunian. Ada juga istilah "orang dipelihara dewa", yang saat bayi telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih dipercaya banyak masyarakat Minangkabau sampai sekarang.