Suku Gun: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
Menambah pranala dalam dan memperbaiki referensi |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Suku Dayak Gun''' adalah sub suku Dayak Bidayuh juga bermukim di perbatasan |
'''Suku Dayak Gun''' adalah sub suku [[Suku Dayak Bidayuh|Dayak Bidayuh]] juga bermukim di perbatasan [[Sarawak]]. Mereka tinggal di dua kampung yaitu Gun Jemak dan Gun Tembawang, selain itu penduduk sub suku ini banyak juga yang tinggal di wilayah [[Sarawak]] tepatnya di Kampung Sapit. Walau mereka tinggal di dua negara yang berbeda akan tetapi mereka juga berasal dari satu nenek moyang yang sama. Sub suku Dayak Gun yang bermukim di Sapit berasal dari Gun Tembawang yang melakukan migrasi. Bahasa yang digunakan oleh sub suku Dayak Gun adalah [[Bahasa Bedagik]]. Sebagai ciri khas untuk membedakan dengan sub suku lain adalah alat yang digunakan untuk [[Rokok|merokok]], terbuat dari pipa bambu dengan ukuran sedang yang disebut dengan pipa pengudut.<ref>{{Cite web |url=http://entikong.web.id/suku-penjaga-patok-negara |title=SUKU DAYAK PENJAGA PATOK NEGARA dalamentikong.web.id |access-date=2011-05-11 |archive-date=2013-01-15 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130115032408/http://entikong.web.id/suku-penjaga-patok-negara |dead-url=yes }}</ref> |
||
Dayak Gun berada di wilayah [[Kalimantan Barat]], sehingga bertetangga dengan beberapa kelompok suku lainnya, misalnya Dayak Seruah, [[Suku Sekajang|Sekajang]], [[Suku Badat|Badat]], [[Suku Sungkung|Sungkung]], [[Suku Empayeh|Empayuh]], [[Suku Pontianak|Punti]], [[Suku Merau|Merau]], Babok, Senangkang, dan lain-lain. [[Kementerian Sosial Republik Indonesia|Dapartemen Sosial]] mengatakan bahwa masih ada beberapa diklaim sebagai "masyarakat terasing". Tahun [[1974]], jumlah anggota kelompok yang diklaim sebagai "masyarakat terasing" di Kabupaten Sanggau tercatat sebesar 213 jiwa. Dalam akhir tahun 1998, penduduk Kecamatan [[Sekayam, Sanggau|Sekayam]] berjumlah 24.638 jiwa, namun belum dapat diketahui secara detail jumlah orang Dayak Gun di antara jumlah itu.<ref>{{Cite book|last=Melalatoa|first=M. Junus|date=9 Januari 1996|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/12417/1/Ensiklopedi%20Suku%20Bangsa%20di%20Indonesia.pdf|title=ENSIKLOPEDIA SUKU BANGSA DI INDONESIA|location=Jakarta|publisher=CV. EKA PUTRA|pages=294|url-status=live}}</ref> |
|||
== Rujukan == |
|||
== Referensi == |
|||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
Revisi terkini sejak 23 Januari 2023 13.46
Suku Dayak Gun adalah sub suku Dayak Bidayuh juga bermukim di perbatasan Sarawak. Mereka tinggal di dua kampung yaitu Gun Jemak dan Gun Tembawang, selain itu penduduk sub suku ini banyak juga yang tinggal di wilayah Sarawak tepatnya di Kampung Sapit. Walau mereka tinggal di dua negara yang berbeda akan tetapi mereka juga berasal dari satu nenek moyang yang sama. Sub suku Dayak Gun yang bermukim di Sapit berasal dari Gun Tembawang yang melakukan migrasi. Bahasa yang digunakan oleh sub suku Dayak Gun adalah Bahasa Bedagik. Sebagai ciri khas untuk membedakan dengan sub suku lain adalah alat yang digunakan untuk merokok, terbuat dari pipa bambu dengan ukuran sedang yang disebut dengan pipa pengudut.[1]
Dayak Gun berada di wilayah Kalimantan Barat, sehingga bertetangga dengan beberapa kelompok suku lainnya, misalnya Dayak Seruah, Sekajang, Badat, Sungkung, Empayuh, Punti, Merau, Babok, Senangkang, dan lain-lain. Dapartemen Sosial mengatakan bahwa masih ada beberapa diklaim sebagai "masyarakat terasing". Tahun 1974, jumlah anggota kelompok yang diklaim sebagai "masyarakat terasing" di Kabupaten Sanggau tercatat sebesar 213 jiwa. Dalam akhir tahun 1998, penduduk Kecamatan Sekayam berjumlah 24.638 jiwa, namun belum dapat diketahui secara detail jumlah orang Dayak Gun di antara jumlah itu.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "SUKU DAYAK PENJAGA PATOK NEGARA dalamentikong.web.id". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-15. Diakses tanggal 2011-05-11.
- ^ Melalatoa, M. Junus (9 Januari 1996). ENSIKLOPEDIA SUKU BANGSA DI INDONESIA (PDF). Jakarta: CV. EKA PUTRA. hlm. 294.