Lompat ke isi

Panglima Batur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(14 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox tokoh}}
[[Berkas:Patung Panglima Batur.JPG|250px|thumb|Patung sosok Panglima Batur di pinggir jalan raya Muara Teweh-Ampah, Barito Utara.]]
[[Berkas:Patung Panglima Batur.JPG|250px|jmpl|Patung sosok Panglima Batur di pinggir jalan raya Muara Teweh-Ampah, Barito Utara.]]


'''Panglima Batur''' bin Barui (lahir di [[Buntok Baru, Teweh Tengah, Barito Utara|Buntok Baru]], [[Barito Utara]], [[Kalimantan Tengah]] pada tahun [[1852]] - meninggal di, [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]], [[5 Oktober]] [[1905]] pada umur 53 tahun)<ref>[http://202.146.4.120/printnews/artikel/24131 Banjarmasin Post - Monumen Panglima Batur segera dibangun]</ref> adalah seorang [[panglima]] [[suku Dayak Bakumpai]]<ref name="pegustian">{{id}}Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001</ref> dalam [[Perang Banjar]] yang berlangsung di pedalaman [[Barito]], sering disebut [[Perang Barito]], sebagai kelanjutan dari [[Perang Banjar]]. Panglima Batur adalah salah seorang Panglima yang setia pada Sultan Muhammad Seman. Panglima Batur seorang Panglima dari suku Dayak yang telah beragama [[Islam]] berasal dari daerah Buntok Kecil, 40 Km di udik [[Muara Teweh]].<ref>http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/10/14/panglima-batur/</ref><ref>http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267097:panglima-batur-diusulkan-jadi-pahlawan&catid=95:nusantara&Itemid=146</ref><ref>http://nasional.news.viva.co.id/news/read/101755-2010__tni_ad_bangun_batalion_pedalaman_barito</ref><ref>http://media.hariantabengan.com/index/detail/id/34773</ref>
'''Batur bin Barui''' (lahir di [[Buntok Baru, Teweh Tengah, Barito Utara|Buntok Baru]], [[Barito Utara]], [[Kalimantan Tengah]] pada tahun [[1852]] - meninggal di [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]], [[5 Oktober]] [[1905]] pada umur 53 tahun)<ref>[http://202.146.4.120/printnews/artikel/24131 Banjarmasin Post - Monumen Panglima Batur segera dibangun]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> adalah seorang [[panglima]] [[suku Dayak Bakumpai]]<ref name="pegustian">{{id}}Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001</ref> dalam [[Perang Banjar]] yang berlangsung di pedalaman [[Barito]], sering disebut [[Perang Barito]], sebagai kelanjutan dari [[Perang Banjar]]. Panglima Batur adalah salah seorang Panglima yang setia pada Sultan Muhammad Seman. Panglima Batur seorang Panglima dari suku Dayak yang telah beragama [[Islam]] berasal dari daerah Buntok Kecil, 40 Km di udik [[Muara Teweh]].<ref>http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/10/14/panglima-batur/</ref><ref>http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267097:panglima-batur-diusulkan-jadi-pahlawan&catid=95:nusantara&Itemid=146</ref><ref>http://nasional.news.viva.co.id/news/read/101755-2010__tni_ad_bangun_batalion_pedalaman_barito</ref><ref>http://media.hariantabengan.com/index/detail/id/34773{{Pranala mati|date=Februari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


[[Gelar]] Panglima khusus untuk daerah suku-suku Dayak pada masa itu menunjukkan pangkat dengan tugas sebagai kepala yang mengatur keamanan dan mempunyai pasukan sebagai anak buahnya. Seorang panglima adalah orang yang paling pemberani, cerdik, berpengaruh dan biasanya kebal.
[[Gelar]] Panglima khusus untuk daerah suku-suku Dayak pada masa itu menunjukkan pangkat dengan tugas sebagai kepala yang mengatur keamanan dan mempunyai pasukan sebagai anak buahnya. Seorang panglima adalah orang yang paling pemberani, cerdik, berpengaruh dan biasanya kebal.


== Perjuangan ==
Panglima Batur yang bersama Sultan mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke [[Kesultanan Pasir]] untuk memperoleh [[mesiu]], saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan [[Letnan]] Christofel yang berpengalaman dalam [[perang Aceh]], dengan sejumlah besar pasukan [[marsose]] yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu [[benteng]] Manawing pada [[Januari]] [[1905]]. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan dia gugur sebagai kesuma bangsa.
Panglima Batur yang bersama Sultan mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke [[Kesultanan Pasir]] untuk memperoleh [[mesiu]], saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan [[Letnan]] Christofel yang berpengalaman dalam [[perang Aceh]], dengan sejumlah besar pasukan [[marsose]] yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu [[benteng]] Manawing pada [[Januari]] [[1905]]. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan dia gugur sebagai kesuma bangsa.


Baris 13: Baris 15:
Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara [[sepupu]] Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, [[Haji]] Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah [[tahanan]] yang terdiri dari [[keluarga]]nya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila [[Panglima]] tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak [[mati]]. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi [[korban]] sendirian daripada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya. Dengan diiringi orang-orang tua dan orang se[[kampung]]nya Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang didapatkan tetapi ia ditangkap sebagai [[tawanan]] dan selanjutnya dihadapkan di meja [[pengadilan]]. Ini terjadi pada tanggal [[24 Agustus]] [[1905]]. Setelah dua [[minggu]] ditawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan [[kapal]] ke [[Banjarmasin]].
Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara [[sepupu]] Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, [[Haji]] Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah [[tahanan]] yang terdiri dari [[keluarga]]nya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila [[Panglima]] tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak [[mati]]. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi [[korban]] sendirian daripada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya. Dengan diiringi orang-orang tua dan orang se[[kampung]]nya Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang didapatkan tetapi ia ditangkap sebagai [[tawanan]] dan selanjutnya dihadapkan di meja [[pengadilan]]. Ini terjadi pada tanggal [[24 Agustus]] [[1905]]. Setelah dua [[minggu]] ditawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan [[kapal]] ke [[Banjarmasin]].


== Kematian ==
Di [[kota Banjarmasin]], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke kompleks [[Komplek Makam Pangeran Antasari|Makam Pahlawan Banjar]].
[[Berkas:Panglima Batur - Makam.jpg|jmpl|Makam Panglima Batur]]
Di [[Muara Teweh|'''kota Muara Teweh''']], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke [[Kompleks Makam Pangeran Antasari]] di Kuburan Muslimin Banjarmasin.


==Keluarga==
== Keluarga ==
Perjuangan Panglima Batur telah dituangkan dalam buku "Jejak Langkah Perjuangan Panglima Batur" yang ditulis H Mukeri Inas. Diceritakannya, Barui, ayahnda Batur berasal dari keturunan Bakumpai Marabahan, Kalimantan Selatan.
Perjuangan Panglima Batur telah dituangkan dalam buku "Jejak Langkah Perjuangan Panglima Batur" yang ditulis H Mukeri Inas. Diceritakannya, Barui, ayahnda Batur berasal dari keturunan Bakumpai Marabahan, Kalimantan Selatan.


Baris 21: Baris 25:


Saat ini cucu buyut Panglima Batur yang masih tersisa yakni Anang Syachrani putra Khairul yang bermukim di Anjir [[Barunai Baru, Anjir Pasar, Barito Kuala|Barunai]] Kilometer 18 Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.
Saat ini cucu buyut Panglima Batur yang masih tersisa yakni Anang Syachrani putra Khairul yang bermukim di Anjir [[Barunai Baru, Anjir Pasar, Barito Kuala|Barunai]] Kilometer 18 Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.




== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 33: Baris 35:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{Youtube|KOpsW087sE4}} SEJARAH PANGLIMA BATUR ( 1852 - 1905 )

* http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/10/14/panglima-batur/ PANGLIMA BATUR
* http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/10/14/panglima-batur/ PANGLIMA BATUR
* https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html
* https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171029173452/https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html |date=2017-10-29 }}
* http://www.antaranews.com/berita/528386/panglima-batur-menanti-pengakuan-pahlawan-nasional
* http://www.antaranews.com/berita/528386/panglima-batur-menanti-pengakuan-pahlawan-nasional
* https://www.youtube.com/watch?v=KOpsW087sE4
* https://www.youtube.com/watch?v=KOpsW087sE4
* https://www.youtube.com/watch?v=lQyO6y_180s SUSUR SUNGAI BARITO 'NAPAK TILAS PANGLIMA BATUR'
* https://www.youtube.com/watch?v=lQyO6y_180s SUSUR SUNGAI BARITO 'NAPAK TILAS PANGLIMA BATUR'
* http://bumibanjar.blogspot.co.id/2010/05/ir-pangeran-muhammad-noor.html
* http://bumibanjar.blogspot.co.id/2010/05/ir-pangeran-muhammad-noor.html
* http://mieinstantnikmat.blogspot.co.id/2015/10/jejak-dan-langkah-perjuangan-panglima.html

* https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171029173452/https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html |date=2017-10-29 }}
{{indo-bio-stub}}


[[Kategori:Tokoh dari Barito Utara|Bakumpai]]
[[Kategori:Tokoh dari Barito Utara|Bakumpai]]
Baris 50: Baris 52:
[[Kategori:Kematian 1905]]
[[Kategori:Kematian 1905]]
[[Kategori:Perang Banjar]]
[[Kategori:Perang Banjar]]


{{indo-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 29 September 2024 05.03

Infobox orangPanglima Batur

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran1852 Edit nilai pada Wikidata
Buntok Baru Edit nilai pada Wikidata
Kematian5 Oktober 1905 Edit nilai pada Wikidata (52/53 tahun)
Banjarmasin Edit nilai pada Wikidata
Tempat pemakamanKompleks Makam Pangeran Antasari Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpanglima perang Edit nilai pada Wikidata
Patung sosok Panglima Batur di pinggir jalan raya Muara Teweh-Ampah, Barito Utara.

Batur bin Barui (lahir di Buntok Baru, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada tahun 1852 - meninggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 5 Oktober 1905 pada umur 53 tahun)[1] adalah seorang panglima suku Dayak Bakumpai[2] dalam Perang Banjar yang berlangsung di pedalaman Barito, sering disebut Perang Barito, sebagai kelanjutan dari Perang Banjar. Panglima Batur adalah salah seorang Panglima yang setia pada Sultan Muhammad Seman. Panglima Batur seorang Panglima dari suku Dayak yang telah beragama Islam berasal dari daerah Buntok Kecil, 40 Km di udik Muara Teweh.[3][4][5][6]

Gelar Panglima khusus untuk daerah suku-suku Dayak pada masa itu menunjukkan pangkat dengan tugas sebagai kepala yang mengatur keamanan dan mempunyai pasukan sebagai anak buahnya. Seorang panglima adalah orang yang paling pemberani, cerdik, berpengaruh dan biasanya kebal.

Perjuangan

[sunting | sunting sumber]

Panglima Batur yang bersama Sultan mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke Kesultanan Pasir untuk memperoleh mesiu, saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Christofel yang berpengalaman dalam perang Aceh, dengan sejumlah besar pasukan marsose yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu benteng Manawing pada Januari 1905. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan dia gugur sebagai kesuma bangsa.

Tertegun dan dengan rasa sedih yang mendalam ketika Panglima Batur kembali ke benteng Manawing yang musnah, dan Sultan Muhammad Seman, pimpinannya telah tewas. Panglima Batur dan teman seperjuangannya Panglima Umbung pulau ke kampung halaman mereka masing-masing. Panglima Umbung kembali ke Buntok Kecil. Sultan Muhammad di Seman di makamkan di puncak gunung di Puruk Cahu.

Kini Panglima Baturlah satu-satunya pimpinan perjuangan yang masih bertahan. Ia terkenal sangat teguh dengan pendiriannya dan sangat patuh dengan sumpah yang telah diucapkannya, tetapi ia mudah terharu dan sedih jika melihat anak buahnya atau keluarganya yang jatuh menderita. Hal itu diketahui oleh Belanda kelemahan yang menjadi sifat Panglima Batur, dan kelemahan inilah yang dijadikan alat untuk menjebaknya. Ketika terjadi upacara adat perkawinan kemenakannya di kampung Lemo, dimana seluruh anggota keluarga Panglima Batur terkumpul, saat itulah serdadu Belanda mengadakan penangkapan. Pasangan mempelai yang sedang bertanding juga ditangkap dimasukkan ke dalam tahanan, dipukuli dan disiksa tanpa perikemanusiaan. Cara inilah yang dipakai residen Belanda van Wear untuk menjebak Panglima Batur.[7]

Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara sepupu Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, Haji Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah tahanan yang terdiri dari keluarganya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila Panglima tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak mati. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi korban sendirian daripada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya. Dengan diiringi orang-orang tua dan orang sekampungnya Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang didapatkan tetapi ia ditangkap sebagai tawanan dan selanjutnya dihadapkan di meja pengadilan. Ini terjadi pada tanggal 24 Agustus 1905. Setelah dua minggu ditawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan kapal ke Banjarmasin.

Makam Panglima Batur

Di kota Muara Teweh, dia diarak keliling kota dengan pemberitahuan bahwa inilah pemberontak yang keras kepala dan akan dijatuhkan hukuman mati. Pada tanggal 15 September 1905 Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya dia minta dibacakan Dua Kalimah Syahadat untuknya. Dia dimakamkan di belakang masjid Jami Banjarmasin, tetapi sejak 21 April 1958 jenazahnya dipindahkan ke Kompleks Makam Pangeran Antasari di Kuburan Muslimin Banjarmasin.

Perjuangan Panglima Batur telah dituangkan dalam buku "Jejak Langkah Perjuangan Panglima Batur" yang ditulis H Mukeri Inas. Diceritakannya, Barui, ayahnda Batur berasal dari keturunan Bakumpai Marabahan, Kalimantan Selatan.

Saat berusia 35 tahun, dia menikahi Samayap binti Kimat yang berumur 30 tahun pada tahun 1887. Istri Batur, Samayap mempunyai nama gelaran samaran Idas. Ibunda Samayap berasal dari keturunan Kapuas Kahayan orang Petak Bahandang, Kalimantan Tengah.

Saat ini cucu buyut Panglima Batur yang masih tersisa yakni Anang Syachrani putra Khairul yang bermukim di Anjir Barunai Kilometer 18 Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]