Lompat ke isi

Sejarah Sunda: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yoshinors (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(72 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Suku sunda adalah suku yang mendiami pulau jawa bagian barat. Pada tahun 1998, [[suku Sunda]] berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa (belum ada pemisahan dengan [[Suku Banten]] pada masa itu), kebanyakan dari mereka hidup di [[Jawa Barat]] dan sekitar 3 juta jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara mereka, penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia Barat. Nama orang Sunda sering dianggap sebagai [[orang Sudan]] di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi ''Sudanese'' (dalam bahasa Inggris berarti orang Sudan).
[[Suku Sunda]] adalah [[suku bangsa]] yang umumnya mendiami [[pulau Jawa]] bagian barat. Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa,<ref>{{Cite web|last=Budayasunda|date=2017-04-26|title=Asal Usul Sejarah Singkat Suku Sunda|url=https://budayasundatea.wordpress.com/2017/04/26/asal-usul-sejarah-singkat-suku-sunda/|website=Budaya Sunda|language=en|access-date=2022-11-15}}</ref> dengan kebanyakan dari mereka mendiami Provinsi [[Jawa Barat]] dan [[Banten]] serta sekitar 3 juta jiwa mendiami di provinsi lain. Diantara mereka, masyarakat Sunda yang mendiami perkotaan mencapai 34,51%.


Sebagai suatu suku bangsa yang cukup besar, Sunda merupakan cikal-bakal berdirinya beberapa peradaban di [[Nusantara]], dimulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, yakni [[Salakanagara]] dan [[Tarumanegara]] sampai ke [[Kerajaan Galuh|Galuh]], [[Pakuan Pajajaran]], dan [[Sumedang Larang]].<ref>{{Cite web|last=Bu|first=Bambang|date=2022-08-31|title=Sejarah Sunda Cikal Bakal Berdirinya Peradaban di Nusantara. Melahirkan Peradaban Besar Dunia - Insiden 24|url=https://www.insiden24.com/ragam/pr-3964331544/sejarah-sunda-cikal-bakal-berdirinya-peradaban-di-nusantara-melahirkan-peradaban-besar-dunia|website=Sejarah Sunda Cikal Bakal Berdirinya Peradaban di Nusantara. Melahirkan Peradaban Besar Dunia - Insiden 24|language=id|access-date=2022-11-15}}</ref>
Pada abad ke-20, '''sejarah Sunda''' telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia modern.


== Sistem kepercayaan ==
Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal-bakal berdirinya peradaban di Nusantara{{fact}}, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni [[Kerajaan Salakanagara]] dan [[Tarumanegara]] sampai ke Galuh, [[Pakuan Pajajaran]], dan [[Sumedang Larang]]. <!-- split ke [[Kerajaan Sunda]]
{{Utama|Agama Buhun|Sunda Wiwitan}}
Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara diantaranya, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.-->
Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku lainnya di Nusantara; suku Sunda tidak memiliki mitos tentang penciptaan atau catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak seorang pun tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap di Jawa Barat. Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebang bakar untuk membuka hutan. Semua mitos paling awal mengatakan bahwa orang Sunda lebih sebagai pekerja-pekerja di ladang daripada petani padi.


Kepercayaan mereka membentuk fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda ([[Sunda Wiwitan]]). Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut, tetapi petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (''[[Wawacan]]'') dan diantara [[suku Badui]] yang terpencil. Sama seperti orang Sunda pada umumnya, suku Badui menyebut agama asli mereka sebagai Sunda Wiwitan. Bukan hanya suku Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen-elemen Islam, tetapi suku Sunda juga memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit sekali. Beberapa kata dalam [[bahasa Sansekerta]] yang berhubungan dengan mitos masih tetap ada. Dalam monografnya, [[Robert Wessing]] mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "''The Indian belief system did not totally diplace the indigenous beliefs, even at the court centers.''" Berdasarkan pada sistem tabu, agama suku Badui bersifat [[animisme|animistik]]. Mereka percaya bahwa roh-roh yang menghuni batu-batu, pepohonan, sungai, dan objek tidak bernyawa lainnya. Roh-roh tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Kata Sunda artinya bagus/baik/putih/bersih/cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan{{fact}}. Orang Sunda diyakini memiliki etos/watak/karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak/karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan pinter (pandai/cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke-17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.{{fact}}

== Sistem kepercayaan mula-mula ==

Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku yang lain; suku Sunda tidak memiliki mitos tentang penciptaan atau catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak seorang pun tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap di Jawa Barat. Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebas bakar untuk membuka hutan. Semua mitos paling awal mengatakan bahwa orang Sunda lebih sebagai pekerja-pekerja di ladang daripada petani padi.

Kepercayaan mereka membentuk fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda. Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut, tetapi petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (''Wawacan'') dan di antara [[suku Badui]] yang terpencil. Suku Badui menyebut agama mereka sebagai ''Sunda Wiwitan'' (orang Sunda yang paling mula-mula). Bukan hanya suku Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen-elemen Islam, tetapi suku Sunda juga memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit sekali. Beberapa kata dalam bahasa Sansekerta dan Hindu yang berhubungan dengan mitos masih tetap ada. Dalam monografnya, Robert Wessing mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "''The Indian belief system did not totally diplace the indigenous beliefs, even at the court centers.''" Berdasarkan pada sistem tabu, agama suku Badui bersifat [[animisme|animistik]]. Mereka percaya bahwa roh-roh yang menghuni batu-batu, pepohonan, sungai , dan objek tidak bernyawa lainnya. Roh-roh tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.


== Pengaruh Hinduisme ==
== Pengaruh Hinduisme ==
Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah ''[[Carita Parahyangan]]''. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 M dan mengagungkan raja Jawa [[Sanjaya]] sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut [[Shiwa]]isme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berakar dengan kuat sebelum tahun 700 M.
Tidak seorang pun yang tahu kapan persisnya pola-pola [[Hindu]] mulai berkembang di [[Indonesia]], dan siapa yang membawanya. Diakui bahwa pola-pola Hindu tersebut berasal dari [[India]]; mungkin dari pantai selatan. Tetapi karakter Hindu yang ada di Jawa menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya. Misalnya, pusat-pusat Hindu yang utama bukan di kota-kota dagang di daerah pesisir, tetapi lebih di pedalaman. Tampaknya jelas bahwa ide-ide keagamaanlah yang telah menaklukkan pemikiran orang setempat, bukan tentara. Sebuah teori yang berpandangan bahwa kekuatan para penguasa Hindu/India telah menarik orang-orang Indonesia kepada kepercayaan-kepercayaan roh-magis agama Hindu. Entah bagaimana, banyak aspek dari sistem kepercayaan Hindu diserap ke dalam pemikiran orang Sunda dan juga Jawa.


Di antara orang Sunda dan juga [[orang Jawa]], ajaran Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka sendiri. [[J.C. van Leur]] berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, [[Prawirasuganda]], menyebutkan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.
Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah ''Caritha Parahyangan''. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 dan mengagungkan raja Jawa [[Sanjaya]] sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut [[Shiwa]]isme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berurat akar dengan kuat sebelum tahun [[700]]. Sangat mengherankan kira-kira pada waktu ini, agama India kedua, [[Buddhisme]], membuat penampilan pemunculan dalam waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi Shiwa dibangun di [[dataran tinggi Dieng]] di [[Jawa Tengah]], monumen [[Borobudur]] yang indah sekali dibangun dekat [[Yogyakarta]] ke arah selatan. Diperkirakan agama Buddha adalah agama resmi Kerajaan [[Syailendra]] di Jawa Tengah pada tahun [[778]] sampai tahun [[870]]. Hinduisme tidak pernah digoyahkan oleh bagian daerah lain di pulau Jawa dan tetap kuat hingga abad 14. Struktur kelas yang kaku berkembang di dalam masyarakat. Pengaruh [[bahasa Sanskerta]] menyebar luas ke dalam bahasa masyarakat di pulau Jawa. Gagasan tentang ketuhanan dan kedudukan sebagai raja dikaburkan sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.


== Pengaruh Jawa ==
Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa, Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, [[Prawirasuganda]], menyebutkan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.
Kerajaan-kerajaan besar bangkit di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Dan kerajaan tersebut tidak terlepas dari peradaban Hindu yang lebih dulu berkembang di Jawa Barat yaitu kerajaan Tarumanagara dengan peninggalan tertua di Nusantara. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman [[Airlangga]] di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020 M. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. [[Kertanegara]] (1268-1292 M) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja [[Majapahit]] memerintah hingga tahun 1478, tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan meresapi pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda. Puncaknya adalah ketika [[Parahyangan]] jatuh ke dalam kekuasaan [[Kesultanan Mataram|Mataram Islam]] yang kala itu dipimpin [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung Hanyokrokusumo]], pengaruh budaya Jawa terhadap Sunda sangat terasa.
Mulai dari bahasa Sunda yang sebelumnya egaliter menjadi bahasa yang mengenal tingkatan bahasa.
Seni budaya seperti [[wayang golek]] diadaptasi dari kesenian [[wayang kulit]] dari Jawa. Bersamaan dengan itu pula sejak Mataram menguasai Parahyangan gamelan masuk ke kebudayaan Sunda di Parahyangan. Selain itu, masih banyak lagi bukti pengaruh budaya Jawa seperti baju tradisional Sunda dalam pernikahan, dan lain-lain. Tetapi, disebelah barat Parahyangan terdapat pula [[Kesultanan Banten]] yang berkembang sebagai kerajaan modern dizamannya. Yang memiliki jalur perdagangan dengan bangsa-bangsa asing. Dengan gigih kerajaan Banten dibawah [[Tirtayasa dari Banten|Sultan Ageng Tirtayasa]] berjuang mengusir [[Sejarah Nusantara|Kolonialisme Barat]] di Nusantara.


== Pakuan Pajajaran ==
== Pengaruh suku Jawa terhadap kehidupan masyarakat Sunda ==
{{Utama|Pakuan Pajajaran}}
. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan [[Jawa Timur]] namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman [[Airlangga]] di Jawa Timur, kira-kira tahun [[1020]]. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. [[Kertanegara]] (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja [[Majapahit]] memerintah hingga tahun [[1478]], tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun [[1389]]. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda. Puncaknya adalah ketika tanah parahyangan jatuh ke dalam kekuasaan Mataram Islam yang kala itu dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo, pengaruh budaya jawa terhadap sunda sangat terasa.
Pada tahun 1333 M, didirikan [[Pakuan Pajajaran]] di [[Kota Bogor]] sekarang sebagai ibukota [[Kerajaan Sunda]]. Di zaman itu, [[Sunda Kelapa]] merupakan pelabuhan penting di Nusantara, bahkan merupakan jalur perdagangan Asia. Hal tersebut menjadikan Sunda Kelapa didatangi oleh para pedagang dari Eropa dan Arab. Menurut sudut pandang dari [[Majapahit]], Kerajaan Sunda dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, [[Gajah Mada]]. Menurut cerita romantik [[Kidung Sunda]], putri Sunda hendak dinikahkan dengan [[Hayam Wuruk]], raja Majapahit, tetapi Gajah Mada menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya gugur akibat dari jumlah pasukan yang tidak seimbang (pasukan Sunda yang dikirim hanyalah pengawal rombongan pengantin). Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini, tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang Sunda.
Mulai dari bahasa sunda yang sebelumnya egaliter menjadi bahasa yang mengenal tingkatan bahasa.
Seni budaya seperti wayang golek diadaptasi dari kesenian wayang kulit dari jawa. Bersamaan dengan itu pula sejak Mataram menguasai parahyangan gamelan masuk tanah pasundan. Selain itu masih banyak lagi bukti pengaruh budaya jawa seperti baju tradisional sunda dalam pernikahan, dll.


Hingga saat ini, Kerajaan Sunda Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Walaupun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579 M, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. [[Siliwangi]], raja Sunda Pajajaran, digulingkan oleh orang Muslim dari [[Kesultanan Banten|Banten]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], dan [[Kesultanan Demak|Demak]] dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah berkembangnya Islam di Cirebon kemudian menuju ke Banten dengan dukungan dari Demak dari ke Parahyangan sebelum tahun 1540 M. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menguasai hingga ke Parahyangan (dataran tinggi Jawa Barat) dan mencapai seluruh wilayah Sunda.
== Pajajaran dekat Bogor ==
Pada tahun [[1333]], hadir [[kerajaan Pajajaran]] di dekat kota [[Bogor]] sekarang. menurut sudut pandang dari kerajaan Majapahit, Kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, [[Gadjah Mada]]. Menurut cerita romantik [[Kidung Sunda]], putri Sunda hendak dinikahkan dengan [[Hayam Wuruk]], raja Majapahit, namun Gajah Mada menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya mati akibat dari jumlah pasukan yang tidak imbang (pasukan sunda yang dikirim hanyalah pengawal rombongan pengantin). Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini, tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang Sunda.


== Pengaruh Demak ==
Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun [[1482]]-[[1579]], banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. [[Siliwangi]], raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim [[Banten]], [[Cirebon]], dan [[Demak]] dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan [[kerajaan Demak]] dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun [[1540]]. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke [[Priangan]] (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda.
[[Raden Patah]] menetap di [[Kesultanan Demak|Demak]] yang menjadi [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|kerajaan Islam]] pertama di Jawa. Sebelumnya di Cirebon telah berkembang komunitas Islam karena dukungan dari penguasa di Cirebon, hal ini bisa dilihat dengan adanya masjid pertama di Cirebon. [[Bernard Vlekke]] mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Parahyangan karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, [[Sunan Gunung Jati]] mengirim putranya [[Hasanuddin]] dari Cirebon, untuk mengubah orang-orang Sunda secara ekstensif kedalam Islam. Pada tahun 1526 M, baik Banten maupun [[Sunda Kelapa]] berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi [[Kesultanan Banten|Sultan Banten]] pertama. Penjajahan Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Parahyangan berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad ke-16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang masyarakatnya mendiami pantai-pantai dan lembah-lembah sungai seperti [[Ciliwung]], [[Citarum]], dan [[Cisadane]].


== Kemajuan Islam ==
== Pemurnian Islam ==
Ketika Islam masuk ke wilayah Sunda, memang ditekankan [[rukun Islam|lima pilar utama]] agama, namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, [[sinkretisme]] berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia [[Noto Soeroto|Soeroto]] yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini." Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat-istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "[[Kejawen]]" dalam masyarakat Jawa. Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk, yang sering disebut ''[[aliran kebatinan]]'', memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara suku Sunda saat ini.
Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun [[1100]] namun sebelum [[Malaka]] yang berada di [[selat Malaka]] menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun [[1414]], pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. [[Aceh]] di [[Sumatera Utara]] mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada [[1416]]. Sarjana-sarjana Muslim menahun tanggal kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting.

Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika [[misionaris]] [[Bangsa Arab|Arab]] dan [[Persia]] masuk ke [[pulau Jawa]] pada awal tahun [[1400]] dan lambat laun memenangkan para [[mualaf]] di antara golongan yang berkuasa.

== Kejatuhan Majapahit ==
Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. [[Surabaya]] (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa, yaitu [[kerajaan Majapahit]] pada tahun [[1468]] dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, [[Raden Patah]] masuk Islam. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Meskipun demikian, Vlekke menunjukkan bahwa perang-pra keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.

== Kerajaan Demak ==
Raden Patah menetap di Demak yang menjadi [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|kerajaan Islam]] pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang [[1540]] dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, [[Sunan Gunung Jati]] mengirim putranya [[Hasanuddin]] dari Cirebon, untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada [[1526]], baik Banten maupun [[Sunda Kelapa]] berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi [[Kesultanan Banten|Sultan Banten]] pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad ke-16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai-pantai dan di lembah-lembah sungai seperti [[Ciliwung]], [[Citarum]], dan [[Cisadane]].

== Natur Islam ==
Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan [[rukun Islam|lima pilar utama]] agama, namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia [[Soeroto]] yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini." Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat-istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "[[Kejawen|Agama Jawa]]". Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk, yang sering disebut ''[[aliran kebatinan]]'', memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara suku Sunda saat ini.


== Kolonialisme Belanda ==
== Kolonialisme Belanda ==
Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada [[1596]], Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik [[Perang Salib]] masuk ke arena Indonesia. Pada [[1641]], mereka mengambil alih Malaka dari [[Portugis]] dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum [[1652]], daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat [[Perang Dunia II]].
Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596 M, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan di pulau Jawa dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik [[Perang Salib]] masuk ke Nusantara. Pada 1641 M, Belanda mengambil alih [[Malaka]] dari [[Portugis]] dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap Kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Parahyangan) Jawa Barat. Sebelum 1652 M, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat [[Perang Dunia II]].


Peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, [[Ratu Sjarifa]]. Menurut [[Ayip Rosidi]], Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "[[Kiai Tapa]]", sang pemimpin, adalah seorang Hindu, dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemipin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena masing-masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara pencatatan kejadian.)
Peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, [[Ratu Sjarifa]]. Menurut [[Ayip Rosidi]], Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "[[Kiai Tapa]]", sang pemimpin, adalah seorang Hindu, dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda.


Pada pergantian abad ke-19, VOC gulung tikar dan [[Napoleon]] menduduki Belanda. Pada 1811 M, [[Inggris]] menjadi pengurus Hindia Timur Belanda. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan [[misi (Kristen)|misionaris]]. Walaupun demikian, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara orang Sunda.
== Agama bukanlah isu hingga tahun 1815 ==
Selama 200 tahun pertama [[Belanda]] memerintah di Indonesia, sedikit masalah yang dikaitkan dengan agama. hal ini terjadi karena secara praktis Belanda tidak melakukan apa-apa untuk membawa [[kekristenan]], yakni agama yang dianut bangsa Belanda, kepada penduduk Indonesia. Hingga tahun [[1800]], ada "gereja kompeni" yakni "[[gereja]]" yang hanya namanya saja karena hanya berfungsi melayani kebutuhan para pekerja Belanda di [[Perusahaan Hindia Timur]] (VOC). Badan ini mengatur seluruh kegiatan Belanda di kepulauan Indonesia. Hingga [[abad ke-19]] tidak ada kota bagi anak-anak Indonesia sehingga rakyat tidak mempunyai cara untuk mengetahui kekristenan.


== Sistem kebudayaan ==
Pada pergantian abad ke-19, VOC gulung tikar dan [[Napoleon]] menduduki Belanda. Pada [[1811]], [[Inggris]] menjadi pengurus Hindia Timur Belanda. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan [[misi (Kristen)|misionaris]]. Walaupun demikian, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara orang Sunda.
{{Utama|Budaya Sunda}}

Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun 1830 M. Kesalahan politik ini disebut sebagai "[[Cultuurstelsel|Sistem Budaya]]" (''Cultuurstelsel''), tetapi sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti [[gula]], [[kopi]], dan [[teh]], maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai bermunculan perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang tahun 1870 M, hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.
== Sistem budaya ==
Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun [[1830]]. Kesalahan politik ini disebut sebagai [[Cultuurstelsel|Sistem Budaya]] (''Cultuurstelsel''), namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti [[gula]], [[kopi]], dan [[teh]], maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai bermunculan perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang [[1870]], hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.


== Pertumbuhan populasi di Jawa ==
== Pertumbuhan populasi di Jawa ==
Pada tahun [[1851]] di Jawa Barat, suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang [[Tionghoa]]). Pada awal abad ke-19 diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun [[1815]] seluruh Jawa dan [[Pulau Madura|Madura]] hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non-religius yang paling penting di dalam sejarah suku Sunda.
Pada tahun 1851 M di Jawa Barat, suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Parahyangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan [[orang Tionghoa]]). Pada awal abad ke-19 diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815 M seluruh Jawa dan [[Pulau Madura|Madura]] hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990 M. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non-religius yang paling penting di dalam sejarah suku Sunda.


== Konsolidasi pengaruh Islam ==
== Konsolidasi pengaruh Islam ==
Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. [[Kekristenan]], yang datang ke tanah Sunda oleh para penjajah pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja kepada orang-orang di luar kantong Kristen Sunda yang kecil.
Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. [[Kekristenan]] yang datang ke tanah Sunda oleh para penjajah pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja kepada orang-orang Kristen Sunda yang berjumlah sangat sedikit.


== Reformasi abad ke-20 ==
== Reformasi abad ke-20 ==
Sejarah Sunda pada [[abad ke-20]] dimulai dengan reformasi di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan [[Politik etis|Kebijakan Etis]] pada tahun 1901 karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang [[ekonomi]], meliputi perkembangan bidang [[pertanian]], [[kesehatan]], dan [[pendidikan]]. Rakyat merasa diasingkan dengan tradisi ningrat mereka sendiri dan Islam menjadi jurubicara mereka menentang ekspansi imperialistik besar yang sedang berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara Eropa. Islam merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan diri dengan dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di [[Kairo]] pada tahun [[1912]] diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di Indonesia. Kelompok tersebut adalah [[Sarekat Islam]] yang diciptakan untuk sektor [[perdagangan]] dan bersifat [[nasionalis]]. Kelompok yang lain adalah [[Muhammadiyah]] yang tidak bersifat politik, namun berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan, dan [[keluarga]].
Sejarah Sunda pada [[abad ke-20]] dimulai dengan reformasi di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan [[Politik etis|kebijakan etis]] pada tahun 1901 karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang [[ekonomi]], meliputi perkembangan bidang [[pertanian]], [[kesehatan]], dan [[pendidikan]]. Rakyat merasa diasingkan dengan tradisi ningrat mereka sendiri dan Islam menjadi juru bicara mereka menentang ekspansi imperialis besar yang sedang berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara Eropa. Islam merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan diri dengan dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di [[Kairo]] pada tahun 1912 M diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di Indonesia. Kelompok tersebut adalah [[Sarekat Islam]] yang diciptakan untuk sektor [[perdagangan]] dan bersifat [[nasionalis]]. Kelompok yang lain adalah [[Muhammadiyah]] yang tidak bersifat politik, tetapi berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan, dan [[keluarga]].


== Karakteristik sejarah Sunda ==
== Karakteristik sejarah Sunda ==
Yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.
Yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. [[Ayip Rosidi]] menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.


Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat, namun biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin, baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas-aktivitas nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad ke-20, namun secara statistik dikatakan mereka tidak begitu berperan. Pada abad ini, sejarah orang Sunda pada hakikatnya merupakan sejarah orang Jawa.
Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat, tetapi biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin, baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas-aktivitas nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad ke-20, tetapi secara statistik dikatakan mereka tidak begitu berperan. Tokoh Sunda juga berperan penting dan strategis dalam menentukan arah kepentingan nasional Indonesia saat ini.


== Orientasi keagamaan abad ke-20 ==
== Orientasi keagamaan abad ke-20 ==
Agama di antara orang Sunda adalah seperti bentuk-bentuk kultural mereka yang lain yang pada umumnya, mencerminkan agama orang Jawa. Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih kuat kepada Islam dibanding dengan apa yang dapat ditemukan di antara orang Jawa. Walaupun kelekatan ini tidak sebesar [[suku Madura]] atau [[Bugis]], namun cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita melihat sejarah orang Sunda.
Agama di antara orang Sunda adalah seperti bentuk-bentuk kultural mereka yang lain yang pada umumnya, mencerminkan agama orang Jawa. Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih kuat kepada Islam dibanding dengan apa yang dapat ditemukan di antara orang Jawa. Walaupun kelekatan ini tidak sebesar [[suku Madura]] atau [[suku Bugis|Bugis]], tetapi cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita melihat sejarah orang Sunda.


Salah satu aspek yang sangat penting dalam agama-agama orang Sunda adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan pra-Islam. Kepecayaan itu merupakan fokus utama dari mitos dan ritual dalam upacara-upacara dalam lingkaran kehidupan orang Sunda. Upacara-upacara ''tali paranti'' (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada [[Dewi Sri]] (Nyi Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah [[Nyi Roro Kidul]], tetapi tidak sebesar Dewi Sri; ia adalah ratu Laut Selatan sekaligus pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa, rakyat takut dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang. Contoh lain adalah [[Siliwangi]]. Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan kekuatan dalam kehidupan orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain dalam struktur kosmologis orang Sunda.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam agama-agama orang Sunda adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan pra-Islam. Kepercayaan itu merupakan fokus utama dari mitos dan ritual dalam upacara-upacara dalam lingkaran kehidupan orang Sunda. Upacara-upacara ''tali paranti'' (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada [[Dewi Sri]] (Nyi Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah [[Nyi Roro Kidul]], tetapi tidak sebesar Dewi Sri; ia adalah ratu Laut Selatan sekaligus pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa, rakyat takut dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang. Contoh lain adalah [[Siliwangi]]. Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan kekuatan dalam kehidupan orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain dalam struktur kosmologis orang Sunda.


== Mantera-mantera magis ==
== Mantra-mantra magis ==
Dalam penyembahan kepada ilah-ilah, sistem mantera magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah ''Ngaruat Batara Kala'' yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa [[Batara Kala]] dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (''jurig'') yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung-gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supranatural untuk memulihkan kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.
Dalam penyembahan kepada ilah-ilah, sistem mantra magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah ''Ngaruat Batara Kala'' yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa [[Batara Kala]] dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (''jurig'') yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung-gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supranatural untuk memulihkan kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.

== Dukun-dukun ==
Untuk membantu rakyat dalam kebutuhan spiritual mereka, ada pelaksana-pelaksana ilmu magis yang disebut [[dukun]]. Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam praktik-praktik mistik seperti [[numerologi]]. Mereka mengadakan kontak dengan kekuatan-kekuatan supranatural yang melakukan perintah para dukun ini. Beberapa dukun ini akan melakukan [[ilmu hitam]] tetapi kebanyakan adalah jika dianggap sangat bermanfaat oleh orang Sunda. Sejak lahir hingga mati hanya sedikit keputusan penting yang dibuat tanpa meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang mengenakan jimat-jimat di tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat yang menguntungkan dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan mantera atau jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini terjadi di luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam, tetapi orang-orang ini tetap dianggap sebagai Muslim.

Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan tantangan yang besar bagi [[sejarawan]], [[antropolog]], dan sarjana-sarjana agama. Bahkan sarjana-sarjana Sunda yang terkemuka segan untuk mencoba melukiskan karakter dan kontribusi rakyat Sunda. Agaknya, melalui berbagai cara masyarakat Sunda telah terserap ke dalam budaya Indonesia sejak 50 tahun yang lalu.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Suku Sunda]]
* [[Budaya Sunda]]
* [[Budaya Sunda]]
* [[Kidung Sunda]]
* [[Kidung Sunda]]
* [[Permusuhan Banten dan Jawa]]
* [[Permusuhan Banten dan Mataram]]
* [[Silsilah raja-raja Sunda]]
* [[Silsilah raja-raja Sunda]]
* [[Kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda]]
* [[Kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda]]
* [[Hubungan Sunda dan Bali]]

== Referensi ==
{{Reflist}}


== Referensi dan bacaan lebih lanjut ==
== Bacaan lebih lanjut ==
* Roger L. Dixon, Veritas 1/2 (Oktober 2000), h. 203-213 ([http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf pdf])
* Roger L. Dixon, Veritas 1/2 (Oktober 2000), h. 203-213 ([http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf pdf] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101215052456/http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2000/Sejarah%20Suku%20Sunda.pdf |date=2010-12-15 }})
* Cosmology and Social Behavior in a West Java Settlement (Ohio University Center for International Studies, 1978) 16.
* Cosmology and Social Behavior in a West Java Settlement (Ohio University Center for International Studies, 1978) 16.
* Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984) 93.
* Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984) 93.
Baris 108: Baris 92:
* [http://tuturussangrakean.blogspot.com/2009/06/sejarah-sunda-terkuak.html Sejarah Sunda Terkuak]
* [http://tuturussangrakean.blogspot.com/2009/06/sejarah-sunda-terkuak.html Sejarah Sunda Terkuak]
* [http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=15&Itemid=26 Sejarah Sunda]
* [http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=15&Itemid=26 Sejarah Sunda]
* [http://imngrh.wordpress.com/2007/10/16/mencari-sejarah-sunda-dengan-dua-perahu/ Mencari Sejarah Sunda dengan Dua Perahu]
* [http://imngrh.wordpress.com/2007/10/16/mencari-sejarah-sunda-dengan-dua-perahu/ Mencari Sejarah Sunda dengan Dua Perahu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101124023739/http://imngrh.wordpress.com/2007/10/16/mencari-sejarah-sunda-dengan-dua-perahu/ |date=2010-11-24 }}
* [http://www.sundanet.com/?p=127 Sekilas Sejarah Sunda]
* [http://www.sundanet.com/?p=127 Sekilas Sejarah Sunda]


[[Kategori:Sejarah Sunda| ]]
[[Kategori:Sejarah Banten]]
[[Kategori:Sejarah Banten]]
[[Kategori:Sejarah Jawa Barat]]
[[Kategori:Sejarah Jawa Barat]]

Revisi terkini sejak 24 November 2023 13.58

Suku Sunda adalah suku bangsa yang umumnya mendiami pulau Jawa bagian barat. Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa,[1] dengan kebanyakan dari mereka mendiami Provinsi Jawa Barat dan Banten serta sekitar 3 juta jiwa mendiami di provinsi lain. Diantara mereka, masyarakat Sunda yang mendiami perkotaan mencapai 34,51%.

Sebagai suatu suku bangsa yang cukup besar, Sunda merupakan cikal-bakal berdirinya beberapa peradaban di Nusantara, dimulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, yakni Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang.[2]

Sistem kepercayaan

[sunting | sunting sumber]

Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku lainnya di Nusantara; suku Sunda tidak memiliki mitos tentang penciptaan atau catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak seorang pun tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap di Jawa Barat. Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebang bakar untuk membuka hutan. Semua mitos paling awal mengatakan bahwa orang Sunda lebih sebagai pekerja-pekerja di ladang daripada petani padi.

Kepercayaan mereka membentuk fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda (Sunda Wiwitan). Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut, tetapi petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (Wawacan) dan diantara suku Badui yang terpencil. Sama seperti orang Sunda pada umumnya, suku Badui menyebut agama asli mereka sebagai Sunda Wiwitan. Bukan hanya suku Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen-elemen Islam, tetapi suku Sunda juga memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit sekali. Beberapa kata dalam bahasa Sansekerta yang berhubungan dengan mitos masih tetap ada. Dalam monografnya, Robert Wessing mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "The Indian belief system did not totally diplace the indigenous beliefs, even at the court centers." Berdasarkan pada sistem tabu, agama suku Badui bersifat animistik. Mereka percaya bahwa roh-roh yang menghuni batu-batu, pepohonan, sungai, dan objek tidak bernyawa lainnya. Roh-roh tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Pengaruh Hinduisme

[sunting | sunting sumber]

Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah Carita Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 M dan mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut Shiwaisme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berakar dengan kuat sebelum tahun 700 M.

Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa, ajaran Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka sendiri. J.C. van Leur berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, Prawirasuganda, menyebutkan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.

Pengaruh Jawa

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Dan kerajaan tersebut tidak terlepas dari peradaban Hindu yang lebih dulu berkembang di Jawa Barat yaitu kerajaan Tarumanagara dengan peninggalan tertua di Nusantara. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020 M. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-1292 M) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478, tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan meresapi pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda. Puncaknya adalah ketika Parahyangan jatuh ke dalam kekuasaan Mataram Islam yang kala itu dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo, pengaruh budaya Jawa terhadap Sunda sangat terasa. Mulai dari bahasa Sunda yang sebelumnya egaliter menjadi bahasa yang mengenal tingkatan bahasa. Seni budaya seperti wayang golek diadaptasi dari kesenian wayang kulit dari Jawa. Bersamaan dengan itu pula sejak Mataram menguasai Parahyangan gamelan masuk ke kebudayaan Sunda di Parahyangan. Selain itu, masih banyak lagi bukti pengaruh budaya Jawa seperti baju tradisional Sunda dalam pernikahan, dan lain-lain. Tetapi, disebelah barat Parahyangan terdapat pula Kesultanan Banten yang berkembang sebagai kerajaan modern dizamannya. Yang memiliki jalur perdagangan dengan bangsa-bangsa asing. Dengan gigih kerajaan Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa berjuang mengusir Kolonialisme Barat di Nusantara.

Pakuan Pajajaran

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1333 M, didirikan Pakuan Pajajaran di Kota Bogor sekarang sebagai ibukota Kerajaan Sunda. Di zaman itu, Sunda Kelapa merupakan pelabuhan penting di Nusantara, bahkan merupakan jalur perdagangan Asia. Hal tersebut menjadikan Sunda Kelapa didatangi oleh para pedagang dari Eropa dan Arab. Menurut sudut pandang dari Majapahit, Kerajaan Sunda dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, Gajah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak dinikahkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit, tetapi Gajah Mada menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya gugur akibat dari jumlah pasukan yang tidak seimbang (pasukan Sunda yang dikirim hanyalah pengawal rombongan pengantin). Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini, tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang Sunda.

Hingga saat ini, Kerajaan Sunda Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Walaupun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579 M, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Sunda Pajajaran, digulingkan oleh orang Muslim dari Banten, Cirebon, dan Demak dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah berkembangnya Islam di Cirebon kemudian menuju ke Banten dengan dukungan dari Demak dari ke Parahyangan sebelum tahun 1540 M. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menguasai hingga ke Parahyangan (dataran tinggi Jawa Barat) dan mencapai seluruh wilayah Sunda.

Pengaruh Demak

[sunting | sunting sumber]

Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Sebelumnya di Cirebon telah berkembang komunitas Islam karena dukungan dari penguasa di Cirebon, hal ini bisa dilihat dengan adanya masjid pertama di Cirebon. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Parahyangan karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati mengirim putranya Hasanuddin dari Cirebon, untuk mengubah orang-orang Sunda secara ekstensif kedalam Islam. Pada tahun 1526 M, baik Banten maupun Sunda Kelapa berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi Sultan Banten pertama. Penjajahan Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Parahyangan berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad ke-16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang masyarakatnya mendiami pantai-pantai dan lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum, dan Cisadane.

Pemurnian Islam

[sunting | sunting sumber]

Ketika Islam masuk ke wilayah Sunda, memang ditekankan lima pilar utama agama, namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia Soeroto yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini." Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat-istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "Kejawen" dalam masyarakat Jawa. Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk, yang sering disebut aliran kebatinan, memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara suku Sunda saat ini.

Kolonialisme Belanda

[sunting | sunting sumber]

Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596 M, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan di pulau Jawa dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik Perang Salib masuk ke Nusantara. Pada 1641 M, Belanda mengambil alih Malaka dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap Kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Parahyangan) Jawa Barat. Sebelum 1652 M, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat Perang Dunia II.

Peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa", sang pemimpin, adalah seorang Hindu, dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda.

Pada pergantian abad ke-19, VOC gulung tikar dan Napoleon menduduki Belanda. Pada 1811 M, Inggris menjadi pengurus Hindia Timur Belanda. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan misionaris. Walaupun demikian, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara orang Sunda.

Sistem kebudayaan

[sunting | sunting sumber]

Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun 1830 M. Kesalahan politik ini disebut sebagai "Sistem Budaya" (Cultuurstelsel), tetapi sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti gula, kopi, dan teh, maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai bermunculan perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang tahun 1870 M, hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.

Pertumbuhan populasi di Jawa

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1851 M di Jawa Barat, suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Parahyangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa). Pada awal abad ke-19 diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815 M seluruh Jawa dan Madura hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990 M. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non-religius yang paling penting di dalam sejarah suku Sunda.

Konsolidasi pengaruh Islam

[sunting | sunting sumber]

Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. Kekristenan yang datang ke tanah Sunda oleh para penjajah pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja kepada orang-orang Kristen Sunda yang berjumlah sangat sedikit.

Reformasi abad ke-20

[sunting | sunting sumber]

Sejarah Sunda pada abad ke-20 dimulai dengan reformasi di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan kebijakan etis pada tahun 1901 karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang ekonomi, meliputi perkembangan bidang pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Rakyat merasa diasingkan dengan tradisi ningrat mereka sendiri dan Islam menjadi juru bicara mereka menentang ekspansi imperialis besar yang sedang berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara Eropa. Islam merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan diri dengan dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di Kairo pada tahun 1912 M diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di Indonesia. Kelompok tersebut adalah Sarekat Islam yang diciptakan untuk sektor perdagangan dan bersifat nasionalis. Kelompok yang lain adalah Muhammadiyah yang tidak bersifat politik, tetapi berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan, dan keluarga.

Karakteristik sejarah Sunda

[sunting | sunting sumber]

Yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.

Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat, tetapi biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin, baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas-aktivitas nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad ke-20, tetapi secara statistik dikatakan mereka tidak begitu berperan. Tokoh Sunda juga berperan penting dan strategis dalam menentukan arah kepentingan nasional Indonesia saat ini.

Orientasi keagamaan abad ke-20

[sunting | sunting sumber]

Agama di antara orang Sunda adalah seperti bentuk-bentuk kultural mereka yang lain yang pada umumnya, mencerminkan agama orang Jawa. Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih kuat kepada Islam dibanding dengan apa yang dapat ditemukan di antara orang Jawa. Walaupun kelekatan ini tidak sebesar suku Madura atau Bugis, tetapi cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita melihat sejarah orang Sunda.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam agama-agama orang Sunda adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan pra-Islam. Kepercayaan itu merupakan fokus utama dari mitos dan ritual dalam upacara-upacara dalam lingkaran kehidupan orang Sunda. Upacara-upacara tali paranti (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada Dewi Sri (Nyi Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah Nyi Roro Kidul, tetapi tidak sebesar Dewi Sri; ia adalah ratu Laut Selatan sekaligus pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa, rakyat takut dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang. Contoh lain adalah Siliwangi. Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan kekuatan dalam kehidupan orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain dalam struktur kosmologis orang Sunda.

Mantra-mantra magis

[sunting | sunting sumber]

Dalam penyembahan kepada ilah-ilah, sistem mantra magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah Ngaruat Batara Kala yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (jurig) yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung-gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supranatural untuk memulihkan kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Budayasunda (2017-04-26). "Asal Usul Sejarah Singkat Suku Sunda". Budaya Sunda (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-11-15. 
  2. ^ Bu, Bambang (2022-08-31). "Sejarah Sunda Cikal Bakal Berdirinya Peradaban di Nusantara. Melahirkan Peradaban Besar Dunia - Insiden 24". Sejarah Sunda Cikal Bakal Berdirinya Peradaban di Nusantara. Melahirkan Peradaban Besar Dunia - Insiden 24. Diakses tanggal 2022-11-15. 

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Roger L. Dixon, Veritas 1/2 (Oktober 2000), h. 203-213 (pdf Diarsipkan 2010-12-15 di Wayback Machine.)
  • Cosmology and Social Behavior in a West Java Settlement (Ohio University Center for International Studies, 1978) 16.
  • Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984) 93.
  • Indonesia di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad Vol. 2 (1978) 177-178.
  • Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.
  • Saleh Danasasmita, Sajarah Bogor, Tahun 2000
  • Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
  • Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
  • Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
  • Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]