Tahlil: Perbedaan antara revisi
Ll Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Harukiwindy (bicara | kontrib) k menambah referensi yang memperkuat keakuratan tulisan |
||
(14 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{About|kalimat Laa ilaaha illallah|tradisi ritual pembacaan ayat dan zikir|Tahlilan}} |
|||
'''Tahlil''' ([[bahasa Arab|Arab]]: التهليل ''at-Tahliil'') adalah bacaan kalimat [[tauhid]], yaitu kalimat ''Lā ilāha illa l-Lāh'' (لا إله إلا الله, Tiada [[tuhan]] selain [[Allah]]). Kalimat tahlil ini bagian dari [[kalimat syahadat]], yang merupakan asas dari lima [[rukun Islam]], juga sebagai inti dan seluruh landasan ajaran [[Islam]]. Kalimat bacaan ini termasuk [[zikir]] dan menurut [[syariat Islam]] memiliki nilai terbesar dan paling utama.<ref>Rasulullah {{saw}} mengajarkan doa berikut ini, |
'''Tahlil''' ([[bahasa Arab|Arab]]: التهليل ''at-Tahliil'') adalah bacaan kalimat [[tauhid]], yaitu kalimat ''Lā ilāha illa l-Lāh'' (لا إله إلا الله, Tiada [[tuhan]] selain [[Allah]]). Kalimat tahlil ini bagian dari [[kalimat syahadat]], yang merupakan asas dari lima [[rukun Islam]], juga sebagai inti dan seluruh landasan ajaran [[Islam]]. Kalimat bacaan ini termasuk [[zikir]] dan menurut [[syariat Islam]] memiliki nilai terbesar dan paling utama.<ref>Rasulullah {{saw}} mengajarkan doa berikut ini, |
||
عن جَابِر بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ |
عن جَابِر بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( أَفْضَلُ الذِّكْرِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ )) |
||
Dari Jabir bin Abdullah berkata, “Saya mendengar rasulullah {{saw}} bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah ''Laa Ilaaha Illallahu'' dan doa yang paling utama adalah ''Alhamdulillah''.” (HR. Tirmidzi no. 3305, Ibnu Majah no. 3790, Ibnu Hibban, dan al-Hakim. Al-Hakim menshahihkannya, sedangkan syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan Tirmidzi no. 2692).</ref> |
Dari Jabir bin Abdullah berkata, “Saya mendengar rasulullah {{saw}} bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah ''Laa Ilaaha Illallahu'' dan doa yang paling utama adalah ''Alhamdulillah''.” (HR. Tirmidzi no. 3305, Ibnu Majah no. 3790, Ibnu Hibban, dan al-Hakim. Al-Hakim menshahihkannya, sedangkan syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan Tirmidzi no. 2692).</ref> |
||
== Etimologi == |
== Etimologi == |
||
Kalimat ''Laa Ilaaha Illallah'' tersusun dari 3 huruf, yaitu alif-lam-ha (ا – ل – ه), dan terdiri dari 4 kata, ''Laa, ''Ilaha'', ''illa'' dan ''Allah'' [لا اله الا الله], dan bisa uraikan sebagai berikut: |
Kalimat ''Laa Ilaaha Illallah'' tersusun dari 3 huruf, yaitu alif-lam-ha (ا – ل – ه), dan terdiri dari 4 kata, ''Laa, ''Ilaha'', ''illa'' dan ''Allah'' [لا اله الا الله], dan bisa uraikan sebagai berikut: |
||
'''Kata laa''', disebut ''laa nafiyah lil jins'' (huruf lam yang berfungsi meniadakan keberadaan semua jenis kata benda setelahnya). Misalnya dalam kata ''“Laaraiba fiih”'' (tidak ada keraguan apapu bentuknya di dalamnya), artinya meniadakan semua jenis keraguan dalam [[al-Quran]]. Sehingga ''laa'' dalam kalimat [[tauhid]] bermakna meniadakan semua jenis ''ilaah'', dengan bentuk apapun dan siapapun dia. |
'''Kata laa''', disebut ''laa nafiyah lil jins'' (huruf lam yang berfungsi meniadakan keberadaan semua jenis kata benda setelahnya). Misalnya dalam kata ''“Laaraiba fiih”'' (tidak ada keraguan apapu bentuknya di dalamnya), artinya meniadakan semua jenis keraguan dalam [[al-Quran]]. Sehingga ''laa'' dalam kalimat [[tauhid]] bermakna meniadakan semua jenis ''ilaah'', dengan bentuk apapun dan siapapun dia.<ref>{{Cite web|title=Bacaan Surat Yasin dan Tahlil Lengkap Bahasa Arab, Latin dan Terjemahan|url=https://kalam.sindonews.com/read/1186439/69/bacaan-surat-yasin-dan-tahlil-lengkap-bahasa-arab-latin-dan-terjemahan-1693130902|website=SINDOnews Kalam|language=id-ID|access-date=2024-04-23}}</ref> |
||
'''Kata ilah''', kata ini merupakan bentuk ''mashdar'' (kata dasar), turunan dari kata ''aliha – ya’lahu'' (ألـه – يألـه) yang artinya beribadah. Sementara katailaahun (إلـه) merupakan ''isim masdar'' yang bermakna ''maf’ul'' (objek), sehingga artinya sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran [[ibadah]]. |
'''Kata ilah''', kata ini merupakan bentuk ''mashdar'' (kata dasar), turunan dari kata ''aliha – ya’lahu'' (ألـه – يألـه) yang artinya beribadah. Sementara katailaahun (إلـه) merupakan ''isim masdar'' yang bermakna ''maf’ul'' (objek), sehingga artinya sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran [[ibadah]]. |
||
Baris 22: | Baris 23: | ||
الله وحده هو المعبود المألوه الذي لا يستحق العبادة سواه |
الله وحده هو المعبود المألوه الذي لا يستحق العبادة سواه |
||
“Allah Dialah ''al-Ma’bud'' (yang diibadahi), ''al-Ma’luh'' (yang disembah). Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia”. (Madarij as-Salikin, 3/144).</ref> Dari keterangan ini, [[ulama]] menyebutkan rukun kalimat ''laa ilaaha illallaah'' ada 2.<ref>At-Tauhid li anNasyiin, hlm. 30.</ref> |
“Allah Dialah ''al-Ma’bud'' (yang diibadahi), ''al-Ma’luh'' (yang disembah). Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia”. (Madarij as-Salikin, 3/144).</ref> Dari keterangan ini, [[ulama]] menyebutkan rukun kalimat ''laa ilaaha illallaah'' ada 2.<ref>At-Tauhid li anNasyiin, hlm. 30.</ref> |
||
== Manfaat pengucapan == |
|||
=== Jaminan masuk surga === |
|||
Pengucapan kalimat tahlil tidak memberikan jaminan bagi seseorang dapat masuk ke dalam surga. Jaminan ini hanya berlaku jika pengucap tahlil mengikuti perintah dan menjauhi segala larangan dari Allah. Selain itu, jaminan ini diberikan kepada manusia yang mengadakan [[pertobatan dalam Islam]] dan tidak mengulangi perbuatannya secara berulang kali. Pengucapan tahlil tidak memberikan jaminan kepada pengucapnya akan masuk surga, jika pengucapnya melakukan kemaksiatan secara sengaja dan penuh kesadaran. Jaminan masuk surga hanya diberikan kepada manusia yang mengucapkannya dengan penuh keimanan dan setelah melalui proses [[hisab]].<ref>{{Cite book|last=asy-Sya'rawi|first=M. Mutawalli|date=2007|title=Anda Bertanya Islam Menjawab|location=Jakarta|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-866-3|editor-last=Basyarahil, U., dan Legita, I. R.|pages=16|translator-last=al-Mansur|translator-first=Abu Abdillah|url-status=live}}</ref> |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 31: | Baris 37: | ||
{{islam-stub}} |
{{islam-stub}} |
||
{{Authority control}} |
|||
[[Kategori:Ucapan Islami]] |
[[Kategori:Ucapan Islami]] |
Revisi terkini sejak 23 April 2024 07.14
Tahlil (Arab: التهليل at-Tahliil) adalah bacaan kalimat tauhid, yaitu kalimat Lā ilāha illa l-Lāh (لا إله إلا الله, Tiada tuhan selain Allah). Kalimat tahlil ini bagian dari kalimat syahadat, yang merupakan asas dari lima rukun Islam, juga sebagai inti dan seluruh landasan ajaran Islam. Kalimat bacaan ini termasuk zikir dan menurut syariat Islam memiliki nilai terbesar dan paling utama.[1]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Kalimat Laa Ilaaha Illallah tersusun dari 3 huruf, yaitu alif-lam-ha (ا – ل – ه), dan terdiri dari 4 kata, Laa, Ilaha, illa dan Allah [لا اله الا الله], dan bisa uraikan sebagai berikut:
Kata laa, disebut laa nafiyah lil jins (huruf lam yang berfungsi meniadakan keberadaan semua jenis kata benda setelahnya). Misalnya dalam kata “Laaraiba fiih” (tidak ada keraguan apapu bentuknya di dalamnya), artinya meniadakan semua jenis keraguan dalam al-Quran. Sehingga laa dalam kalimat tauhid bermakna meniadakan semua jenis ilaah, dengan bentuk apapun dan siapapun dia.[2]
Kata ilah, kata ini merupakan bentuk mashdar (kata dasar), turunan dari kata aliha – ya’lahu (ألـه – يألـه) yang artinya beribadah. Sementara katailaahun (إلـه) merupakan isim masdar yang bermakna maf’ul (objek), sehingga artinya sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran ibadah.
Jika digabungkan dengan kata laa, menjadi laa ilaaha (لا إلـه), maka artinya tidak ada sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran ibadah, apapun bentuknya.
Kata illa, artinya kecuali, disebut dengan huruf istitsna’ (pengecualian) yang bertugas untuk mengeluarkan kata yang terletak setelah illa dari hukum yang telah dinafikan oleh laa.
Sebagai contoh, ‘Laa rajula fil Masjid illa Muhammad’, Tidak ada lelaki apapun di masjid, selain Muhammad. Kata Muhammad dikeluarkan dari hukum sebelum illa yaitu peniadaan semua jenis laki-laki di masjid.
Kata Allah, Dialah Sang Tuhan, dikenal oleh makhluk melalui fitrah mereka, karena Dia Pencipta mereka. Sebagian ahli bahasa mengatakan, nama Allah [الله] berasal dari kata al-Ilah (الإلـه). Hamzahnya dihilangkan untuk mempermudah membacanya, lalu huruf lam yang pertama diidhgamkan pada lam yang kedua sehingga menjadi satu lam yang ditasydid, lalu lam yang kedua dibaca tebal. Sehingga dibaca Allah, demikian pendapat pakar bahasa Arab yaitu Sibawaih.
Seorang imam menjelaskan artinya bahwa, “Allah Dialah al-Ma’bud (yang diibadahi), al-Ma’luh (yang disembah). Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia”.[3] Dari keterangan ini, ulama menyebutkan rukun kalimat laa ilaaha illallaah ada 2.[4]
Manfaat pengucapan
[sunting | sunting sumber]Jaminan masuk surga
[sunting | sunting sumber]Pengucapan kalimat tahlil tidak memberikan jaminan bagi seseorang dapat masuk ke dalam surga. Jaminan ini hanya berlaku jika pengucap tahlil mengikuti perintah dan menjauhi segala larangan dari Allah. Selain itu, jaminan ini diberikan kepada manusia yang mengadakan pertobatan dalam Islam dan tidak mengulangi perbuatannya secara berulang kali. Pengucapan tahlil tidak memberikan jaminan kepada pengucapnya akan masuk surga, jika pengucapnya melakukan kemaksiatan secara sengaja dan penuh kesadaran. Jaminan masuk surga hanya diberikan kepada manusia yang mengucapkannya dengan penuh keimanan dan setelah melalui proses hisab.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rasulullah ﷺ mengajarkan doa berikut ini, عن جَابِر بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( أَفْضَلُ الذِّكْرِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ )) Dari Jabir bin Abdullah berkata, “Saya mendengar rasulullah ﷺ bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah Laa Ilaaha Illallahu dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah.” (HR. Tirmidzi no. 3305, Ibnu Majah no. 3790, Ibnu Hibban, dan al-Hakim. Al-Hakim menshahihkannya, sedangkan syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan Tirmidzi no. 2692).
- ^ "Bacaan Surat Yasin dan Tahlil Lengkap Bahasa Arab, Latin dan Terjemahan". SINDOnews Kalam. Diakses tanggal 2024-04-23.
- ^ Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan maknanya, الله وحده هو المعبود المألوه الذي لا يستحق العبادة سواه “Allah Dialah al-Ma’bud (yang diibadahi), al-Ma’luh (yang disembah). Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia”. (Madarij as-Salikin, 3/144).
- ^ At-Tauhid li anNasyiin, hlm. 30.
- ^ asy-Sya'rawi, M. Mutawalli (2007). Basyarahil, U., dan Legita, I. R., ed. Anda Bertanya Islam Menjawab. Diterjemahkan oleh al-Mansur, Abu Abdillah. Jakarta: Gema Insani. hlm. 16. ISBN 978-602-250-866-3.