Lompat ke isi

Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratama26 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Menghapus pengalihan ke Konferensi Meja Bundar
Tag: Menghapus pengalihan VisualEditor
 
(28 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Souvereiniteitsoverdracht aan Indonesië in het Koninklijk Paleis op de Dam. Mini, Bestanddeelnr 903-7669.jpg|jmpl|ka|250px|[[Bung Hatta]] (keempat dari kiri) di Istana Dam, [[Amsterdam]], dan [[Juliana dari Belanda|Ratu Juliana]] (ketiga dari kanan) pada saat penyerahan kedaulatan]]
{{tone}}
'''Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda''' atau '''Pengakuan Kedaulatan Indonesia''' adalah peristiwa di mana [[Belanda]] akhirnya mengakui bahwa kemerdekaan [[Indonesia]] adalah tanggal [[17 Agustus]] [[1945]] sesuai dengan [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], bukan tanggal [[27 Desember]] [[1949]] saat ''Akte van Soevereiniteitsoverdracht'' (Akta Penyerahan Kedaulatan) ditandatangani di [[Istana Raja Amsterdam|Istana Dam]], [[Amsterdam]].<ref>{{Cite web|title=Soevereiniteitsoverdracht aan Indonesië in 1949|url=https://www.parlement.com/id/vhm0l02igvut/soevereiniteitsoverdracht_aan_indonesie|website=www.parlement.com|language=nl|access-date=2024-09-25}}</ref>
[[Berkas:Hatta-belanda.jpg|jmpl|ka|250px|[[Bung Hatta]] (kedua dari kiri) di Istana Dam, [[Amsterdam]], dan [[Juliana dari Belanda|Ratu Juliana]] (kedua dari kanan) pada saat penyerahan kedaulatan]]
'''Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda''' atau '''Pengakuan Kedaulatan Indonesia''' adalah peristiwa di mana [[Belanda]] akhirnya mengakui bahwa kemerdekaan [[Indonesia]] adalah tanggal [[17 Agustus]] [[1945]] sesuai dengan [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], bukan tanggal [[27 Desember]] [[1949]] saat ''soevereiniteitsoverdracht'' (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di [[Istana Raja Amsterdam|Istana Dam]], [[Amsterdam]].


Pengakuan ini baru dilakukan pada [[16 Agustus]] [[2005]], sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh [[Menteri Luar Negeri Belanda|Menlu Belanda]] [[Bernard Rudolf Bot]] dalam pidato resminya di Gedung [[Departemen Luar Negeri Republik Indonesia|Deplu]]. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh [[Menteri Luar Negeri Republik Indonesia|Menlu]] [[Hassan Wirajuda]]. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di [[Istana Negara]], [[Jakarta]]. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
Pengakuan ini baru dilakukan pada [[16 Agustus]] [[2005]], sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh [[Menteri Luar Negeri]] [[Belanda]] [[Bernard Rudolf Bot]] dalam pidato resminya di Gedung [[Departemen Luar Negeri Republik Indonesia|Deplu]]. Pada kesempatan itu, [[Pemerintah Indonesia]] diwakili oleh [[Menteri Luar Negeri Republik Indonesia]] [[Hassan Wirajuda]]. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di [[Istana Negara]], [[Jakarta]].<ref>{{Cite web|last=Sani|first=Ahmad Faiz Ibnu|date=2021-08-16|title=Selama 60 Tahun Belanda tidak Akui Indonesia Merdeka Pada 17 Agustus 1945|url=https://dunia.tempo.co/read/1494896/selama-60-tahun-belanda-tidak-akui-indonesia-merdeka-pada-17-agustus-1945|website=Tempo|language=en|access-date=2024-09-25}}</ref>


Pada [[4 September]] [[2008]], juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang [[Perdana Menteri Belanda]], [[Jan Peter Balkenende]], menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh [[Kedutaan Besar Republik Indonesia|KBRI]] Belanda di [[Wisma Duta]], [[Den Haag]]. Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama [[Kabinet Balkenende IV]], antara lain Menteri Luar Negeri [[Maxime Jacques Marcel Verhagen]], Menteri Hukum [[Ernst Hirsch Ballin]], Menteri Pertahanan [[Eimert van Middelkoop]], dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.<ref>[http://www.detiknews.com/read/2008/09/05/180222/1001252/10/pertama-dalam-sejarah-pm-belanda-hadiri-resepsi-hut-ri-17-8 Pertama Dalam Sejarah PM Belanda Hadiri Resepsi HUT RI 17-8], ''detikNews'', 5 September 2008</ref>
Pada [[4 September]] [[2008]], juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang [[Perdana Menteri Belanda]], [[Jan Peter Balkenende]], menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh [[Kedutaan Besar Republik Indonesia]] (KBRI) Belanda di [[Wisma Duta]], [[Den Haag]]. Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama [[Kabinet Balkenende IV]], antara lain Menteri Luar Negeri [[Maxime Jacques Marcel Verhagen]], Menteri Hukum [[Ernst Hirsch Ballin]], Menteri Pertahanan [[Eimert van Middelkoop]], dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.<ref>{{Cite web|last=#|date=2022-08-13|title=60 Tahun Merdeka, Belanda Baru Akui 17 Agustus 1945 Tanggal Kemerdekaan Indonesia - Habar Kalimantan|url=https://www.habarkalimantan.com/peristiwa/60-tahun-merdeka-belanda-baru-akui-17-agustus-1945-tanggal-kemerdekaan-indonesia/|language=id|access-date=2024-09-25}}</ref>


Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada [[27 Desember]] [[1949]], yaitu ketika ''soevereiniteitsoverdracht'' (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di [[Istana Dam]], [[Amsterdam]]. Di [[Belanda]] selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui [[Indonesia]] merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan ''politionele acties'' ([[agresi militer]]) pada [[1945]]-[[1949]] adalah ilegal.
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada [[27 Desember]] [[1949]], yaitu ketika ''soevereiniteitsoverdracht'' (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan ''politionele acties'' ([[agresi militer]]) pada [[1945]]-[[1949]] adalah ilegal.<ref>{{Citation|title=Pengakuan PM Belanda soal Kemerdekaan Indonesia Dinilai Kemunduran|url=https://www.metrotvnews.com/play/ba4C08Q0-pengakuan-pm-belanda-soal-kemerdekaan-indonesia-dinilai-kemunduran|accessdate=2024-09-25|language=id}}</ref>


Sebelumnya, pada tahun [[1995]], [[Beatrix dari Belanda|Ratu Beatrix]] sempat ingin menghadiri Peringatan [[Ulang tahun|Hari Ulang Tahun]] RI ke-50. Tapi keinginan ini ditentang PM [[Wim Kok]]. Akhirnya Beatrix terpaksa mampir di [[Singapura]] dan baru memasuki Indonesia beberapa hari setelah peringatan proklamasi.
Sebelumnya, pada tahun [[1995]], [[Beatrix dari Belanda]] sempat ingin menghadiri Peringatan [[Ulang tahun|Hari Ulang Tahun]] RI ke-50. Tapi keinginan ini ditentang PM [[Wim Kok]]. Akhirnya Beatrix terpaksa mampir di [[Singapura]] dan baru memasuki Indonesia beberapa hari setelah peringatan proklamasi.

== Pernyataan Pemerintah Belanda di Den Haag ==
[[Berkas:Proklamasi-teks.jpg|jmpl|ka|200px|Teks [[Proklamasi]] [[Republik Indonesia]] (gambar teks di atas adalah fotokopi) yang ditandatangani oleh [[Soekarno]] dan [[Hatta]]]]
Menlu [[Ben Bot]] menegaskan, kehadirannya pada upacara Hari Ulang Tahun RI ke-60 dapat dilihat sebagai penerimaan politik dan moral bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Atas nama Belanda, ia juga meminta maaf.

Menlu Belanda [[Bernard Bot]] menyampaikan hal itu dalam upacara peringatan berakhirnya pendudukan Jepang di Hindia Belanda, hari Senin 15 Agustus 2005 di kompleks [[Monumen Hindia]], [[Den Haag]]. Pernyataan Bot itu juga disaksikan [[Beatrix dari Belanda|Ratu Beatrix]], yang hadir meletakkan karangan bunga.

Bot secara eksplisit mengungkapkan bahwa sikap dan langkahnya tersebut telah mendapat dukungan kabinet. "Saya dengan dukungan kabinet akan menjelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa di Belanda ada kesadaran bahwa kemerdekaan Indonesia ''de facto'' telah dimulai 17-8-1945 dan bahwa kita 60 tahun setelah itu, dalam pengertian [[politik]] dan [[moral]], telah menerima dengan lapang dada," demikian Bot.

Pengakuan secara resmi soal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 selama ini sulit diterima para veteran, sebab mereka ketika itu setelah tanggal tersebut dikerahkan untuk melakukan [[Agresi Militer]]. Baru kemudian pada [[27 Desember]] [[1949]] penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia secara resmi diteken.

Menurut menteri yang lahir pada [[21 November]] [[1937]] di [[Batavia]] (kini [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]), itu sikap menerima tanggal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 dalam pengertian moral juga berarti bahwa dirinya ikut mendukung ungkapan penyesalan mengenai perpisahan Indonesia-Belanda yang menyakitkan dan penuh kekerasan. "Hampir 6.000 militer Belanda gugur dalam pertempuran, banyak yang cacat atau menjadi korban trauma psikologis. Akibat pengerahan militer skala besar-besaran, negeri kita juga sepertinya berdiri pada sisi sejarah yang salah. Ini sungguh kurang mengenakkan bagi pihak-pihak yang terlibat," tandas Bot.

Doktor hukum lulusan [[Harvard Law School]] itu melukiskan berlikunya pengakuan seputar tanggal [[kemerdekaan]] dan hubungan Belanda-Indonesia itu seperti orang mendaki gunung. "Baru setelah seseorang berdiri di puncak gunung, orang dapat melihat mana jalan tersederhana dan tersingkat untuk menuju ke puncak. Hal seperti itu juga berlaku bagi mereka yang terlibat pengambilan keputusan pada tahun 40-an. Baru belakangan terlihat bahwa perpisahan Indonesia-Belanda terlalu berlarut-larut dan dengan diiringi banyak kekerasan militer melebihi seharusnya. Untuk itu saya atas nama pemerintah Belanda akan menyampaikan permohonan maaf di Jakarta," tekad Bot.

"Dalam hal ini saya mengharapkan pengertian dan dukungan dari masyarakat Hindia (angkatan [[Hindia Belanda]]), masyarakat [[Maluku]] di Belanda dan para veteran [[Aksi Polisionil]]," demikian Bot.

== Pernyataan Pemerintah Belanda di Jakarta ==
Selain itu Belanda sesalkan siksa Rakyat Indonesia pasca 17-8-1945, akhirnya mengakui Indonesia merdeka pada [[17 Agustus 1945]]. Belanda pun mengakui tentaranya telah melakukan penyiksaan terhadap rakyat Indonesia melalui agresi militernya pasca proklamasi.

"Atas nama pemerintah Belanda, saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas terjadinya semuanya ini," begitulah kata Menlu Bernard Bot dalam pidato resminya kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Menlu [[Hassan Wirajuda]], di ruang Nusantara, Gedung Deplu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat. "Fakta adanya aksi militer merupakan kenyataan sangat pahit bagi rakyat Indonesia. Atas nama pemerintah Belanda saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan ini," kata Menlu Belanda Bernard Bot kepada wartawan dalam pidato kenegaraan tersebut, hari Selasa [[16 Agustus]] [[2005]].

Bot tidak menyampaikan permintaan maaf secara langsung, hanya berupa bentuk penyesalan. Ketika ditanya mengenai hal ini, Bot menjawab diplomatis. "Ini masalah sensitif bagi kedua negara. Pernyataan ini merupakan bentuk penyesalan yang mendalam. Kami yakin pemerintah Indonesia dapat memahami artinya," kilah Bot.

Bot mengakui, kehadiran dirinya merupakan pertama kali sejak 60 tahun lalu di mana seorang kabinet Belanda hadir dalam perayaan kemerdekaan. "Dengan kehadiran saya ini, pemerintah Belanda secara politik dan moral telah menerima proklamasi yaitu tanggal RI menyatakan kemerdekaannya," tukas pria kelahiran Batavia (Jakarta) ini.

Pasca proklamasi, lanjut Bot, agresi militer Belanda telah menghilangkan nyawa rakyat Indonesia dalam jumlah sangat besar. Bot berharap, meski kenangan tersebut tidak pernah hilang dari ingatan rakyat Indonesia, jangan sampai hal tersebut menjadi penghalang rekonsiliasi antara Indonesia dan Belanda.

Meski menyesali penjajahan itu, Belanda tidak secara resmi menyatakan permintaan maaf. Indonesia pun tidak secara resmi menyatakan memaafkan Belanda atas tiga setengah abad penjajahannya.

Pidato ini dilakukan dalam rangka pesan dari pemerintah Belanda terkait peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 RI. Turut hadir Menlu Hassan Wirajuda, Jubir Deplu Marty Natalegawa, dan sejumlah mantan Menlu. Dari pihak Belanda, hadir Dubes Belanda untuk Indonesia dan disaksikan para Dubes dari negara-negara sahabat.

== Sikap Pemerintah Indonesia ==
Menlu Hassan pun hanya mengatakan,"Kami menerima pernyataan penyesalan dari pemerintah Belanda". Saat ditanya apakah dengan menerima penyesalan dari pemerintah Belanda berarti Indonesia memaafkan kejahatan Belanda semasa penjajahan dulu, Hassan tidak membenarkan dan tidak membantahnya. "Kita sudah dengar sendiri dari Menlu Bot. Ini adalah pernyataan yang sensitif. Di Belanda pun untuk menyatakan penyesalan ini menjadi perdebatan sejumlah pihak. Kita harus menghargai sikap Belanda," tutur Hassan.

Acara yang dimulai pukul 19.30 ini berakhir pada pukul 20.15 WIB. Usai menyampaikan pidatonya, kedua Menlu ini saling memotong [[tumpengan nasi kuning]] sebagai tanda dimulainya babak baru hubungan Indonesia dan Belanda.


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
<div class="references-small">{{reflist}}</div>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 60: Baris 23:
* [[Serangan Umum 1 Maret 1949]]
* [[Serangan Umum 1 Maret 1949]]


{{Sejarah Indonesia navbox}}
== Pranala luar ==
* {{nl}} [http://www.engelfriet.net/Alie/Aad/hatta.htm Mohammad Hatta di Belanda]
* {{id}} [http://epidato.com/pidato-memperingati-hut-kemerdekaan-ri/ Pidato Memperingati HUT Kemerdekaan RI]


[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 2005]]

Revisi terkini sejak 25 September 2024 09.28

Bung Hatta (keempat dari kiri) di Istana Dam, Amsterdam, dan Ratu Juliana (ketiga dari kanan) pada saat penyerahan kedaulatan

Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda atau Pengakuan Kedaulatan Indonesia adalah peristiwa di mana Belanda akhirnya mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia adalah tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan tanggal 27 Desember 1949 saat Akte van Soevereiniteitsoverdracht (Akta Penyerahan Kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.[1]

Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005, sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh Menteri Luar Negeri Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di Gedung Deplu. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Hassan Wirajuda. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta.[2]

Pada 4 September 2008, juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang Perdana Menteri Belanda, Jan Peter Balkenende, menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda di Wisma Duta, Den Haag. Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama Kabinet Balkenende IV, antara lain Menteri Luar Negeri Maxime Jacques Marcel Verhagen, Menteri Hukum Ernst Hirsch Ballin, Menteri Pertahanan Eimert van Middelkoop, dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.[3]

Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 27 Desember 1949, yaitu ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-1949 adalah ilegal.[4]

Sebelumnya, pada tahun 1995, Beatrix dari Belanda sempat ingin menghadiri Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-50. Tapi keinginan ini ditentang PM Wim Kok. Akhirnya Beatrix terpaksa mampir di Singapura dan baru memasuki Indonesia beberapa hari setelah peringatan proklamasi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Soevereiniteitsoverdracht aan Indonesië in 1949". www.parlement.com (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2024-09-25. 
  2. ^ Sani, Ahmad Faiz Ibnu (2021-08-16). "Selama 60 Tahun Belanda tidak Akui Indonesia Merdeka Pada 17 Agustus 1945". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-09-25. 
  3. ^ # (2022-08-13). "60 Tahun Merdeka, Belanda Baru Akui 17 Agustus 1945 Tanggal Kemerdekaan Indonesia - Habar Kalimantan". Diakses tanggal 2024-09-25. 
  4. ^ Pengakuan PM Belanda soal Kemerdekaan Indonesia Dinilai Kemunduran, diakses tanggal 2024-09-25 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]