Lompat ke isi

Aji Raden Padmo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aji Ziat Magda (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(76 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Kotak info Gubernur
{{Kotak info Gubernur
|name= Adji Raden Padmo
| name = Aji Raden Padmo
| image = [[Berkas:Aji Raden Padmo.png|150px]]
|image=
|imagesize=150px
| imagesize =
|caption=
| caption =
|office= Bupati Kutai
| office = [[Daftar Bupati Kutai Kartanegara|Bupati Kutai]]
|order= 2
| order =
|term_start= [[1960]]
| term_start = [[1960]]
|term_end= [[1964]]
| term_end = [[1964]]
|lieutenant=
| lieutenant =
|predecessor=
| predecessor = Jabatan baru
|successor=
| successor = [[Roesdibiyono]]
|birth_date=
| birth_date = {{birth date|1912|11|26}}
|birth_place=
| birth_place = [[Tenggarong]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1995|11|7|1912|11|26}}
|death_date=
| death_place = [[Samarinda]], [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]]
|death_place=
| party = [[Persatuan Indonesia Raya|PIR]]<br>
|party=
{{parpolicon|Golkar}}
|profession=
| profession =
|spouse=
| spouse = Hj. Aji Hatun
|religion= [[Islam]]
| religion =
|footnotes=
| footnotes =
| birth_name = Aji Jalal
| president = [[Sukarno]]
| governor = [[A.P.T. Pranoto]]<br>[[Abdoel Moeis Hassan]]
| children = Aji Masdulhak Padmo, Hj. Aji Farida, Hj. Aji Maspulena, H. Aji Maspul
| office2 = Anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]]
| termstart2 = 1972
| termend2 = 1977
| constituency2 = [[Kalimantan Timur]]
| president2 = [[Suharto]]
}}
}}


'''Adji Raden Padmo''' atau biasa disingkat '''A.R. Padmo''' (lahir di [[Tenggarong]], [[November]] [[1912]]1985) adalah [[Bupati]] [[Kepala Daerah Tingkat II]] (KDH) [[Kabupaten]] [[Kutai]], [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]] ke 2 setelah [[Aji Muhammad Parikesit]]. Pada tanggal [[20 Januari 1960]] [[Gubernur]] Kalimantan Timur APT Pranoto dilantik Kepala Daerah Tingkat II. Salah satunya adalah A.R.Patmo sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kutai.
'''Aji Raden Padmo Negoro''' atau biasa disingkat '''A.R. Padmo''', sebelumnya bergelar '''Aji Bambang Hasan Basri''' (26 November 1912 – 7 November 1995), adalah [[Daftar Bupati Kutai Kartanegara|Bupati Kutai]] yang pertama setelah pembubaran [[Daerah Istimewa Kutai]]. Ia dilantik oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] pada tanggal 20 Agustus 1960.{{sfn|Amin|1979|p=259}}


Ia dicopot dari jabatannya pada tahun 1964 dan dipenjara atas perintah Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]] karena tuduhan ingin mengembalikan kekuasaan swapraja.{{sfn|Magenda|2010|p=93-94}} Setelah dibebaskan pada awal tahun 1965, Padmo bekerja sebagai residen dan Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Kaltim, sebelum terpilih menjadi anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] pada tahun 1973.
== Biografi ==

Adji Jalal / Adji Raden Padmo Negoro adalah anak tertua dari pasangan Adji Bahsan Bin Adji Indra Bin Sultan Adji Muhammad Salehuddin I gelar Adji Pangeran Ratu III dan Adji Poke Binti Sultan Adji Muhammad Sulaiman. Adji Raden Padmo Negoro bernama asli Adji Jalal lahir pada Bulan November 1912 di Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.<ref>Kesultanan.Kutai Kartanegara:[http://kesultanan.kutaikartanegara.com/index.php?menu=Sejarah], diakses 17 Juni 2016</ref>
== Kehidupan awal ==
Padmo lahir pada tanggal 26 November 1912 di [[Tenggarong, Kutai Kartanegara|Tenggarong]] dengan nama Aji Jalal.<ref>{{Cite news|last=Fahlevi|first=Reza|date=27 September 2021|title=Kerabat dan Anak Cucu AM Parikesit Gelar Haul Jamak Peringati HUT ke-239 Kota Tenggarong|url=https://korankaltim.com/read/berita-terkini/46973/kerabat-dan-anak-cucu-am-parikesit-gelar-haul-jamak-peringati-hut-ke-239-kota-tenggarong|work=KoranKaltim.com|access-date=23 Juli 2024}}</ref> Ia kemudian memperoleh gelar Aji Bambang Hasan Basri sebelum mendapat gelar Aji Raden Padmo.{{sfn|Hassan|2004|p=247}} Ayahnya bernama Aji Raden Ario Amiseno.<ref>{{Cite web|last=Mahkamah Agung|date=2018-03-08|title=Putusan PA SAMARINDA Nomor 180/Pdt.G/2018/PA.Smd|url=https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/7c0618bd2aa2988ef9527168e7d65175.html|website=Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia|access-date=25 Februari 2024}}</ref> Padmo mengawali pendidikannya di [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]] Tenggarong. Setelah lulus dari HIS pada tahun 1926, dia melanjutkan studi di [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]] (Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) di [[Kota Makassar|Makassar]]. Saat masih studi di OSVIA, Padmo bergabung dengan organisasi pemuda [[Jong Islamieten Bond]] (JIB). Padmo kemudian lulus dari OSVIA pada tahun 1931.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=762}}{{sfn|Magenda|2010|p=148}}

== Karir politik ==

=== Karir awal ===
Padmo mengawali karirnya sebagai jaksa muda (''adjunct djaksa'') di Pengadilan (''landraad'') [[Kuala Kapuas (kota)|Kuala Kapuas]] sejak diangkat pada tanggal 12 September 1931.{{sfn|Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië, Deel 2|1933|p=149}} Dia kemudian memangku berbagai jabatan administratif sebelum [[Perang Dunia II]], seperti wedana [[panitera]] (''griffier'') di Tenggarong dan [[Kota Samarinda|Samarinda]], wakil kepala subdistrik di [[Samboja, Kutai Kartanegara|Samboja]], kepala penjawat di [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]], dan terakhir sebagai kepala subdistrik di [[Muara Pahu, Kutai Barat|Muara Pahu]] merangkap kepala penjawat di [[Melak, Kutai Barat|Melak]].{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=762}}{{sfn|Magenda|2010|p=148}}

=== Masa Perang Kemerdekaan ===
Setelah perang berakhir, Padmo menjabat sebagai kepala penjawat di [[Samarinda Seberang, Samarinda|Samarinda Seberang]] dan patih di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] hingga tahun 1948.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=762}}{{sfn|Magenda|2010|p=148}}<ref>{{Cite news|date=1948-07-16|title=De Oranjefeesten in Oost-Borneo|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Adji+Raden+Padmo%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010474753:mpeg21:a0032&resultsidentifier=ddd:010474753:mpeg21:a0032&rowid=2|work=Het Nieuwsblad voor Sumatra|access-date=24 Februari 2024}}</ref> Selain itu, dia juga menjabat sebagai wedana di Samarinda hingga tahun 1956.{{sfn|Magenda|2010|p=148}} Padmo menjadi anggota delegasi dari [[Negara Kalimantan Timur]] yang pergi ke [[Kota Bandung|Bandung]] untuk mengikuti Konferensi Federal yang akhirnya diadakan pada tanggal 25 Agustus 1948.<ref>{{Cite news|date=1948-08-13|title=Delegatie Oost-Borneo naar Bandoeng|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Adji+Raden+Padmo%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010474709:mpeg21:a0102&resultsidentifier=ddd:010474709:mpeg21:a0102&rowid=3|work=De Nieuwsgier|access-date=24 Februari 2024}}</ref>{{efn|Konferensi awalnya hendak diselenggarakan pada tanggal 20 September, tetapi kemudian dimajukan ke bulan Agustus. Setelah melalui dua kali penundaan, akhirnya konferensi diadakan pada tanggal 25 Agustus. |reference=}} Dia terlibat dalam struktur pemerintah federal sebagai Kepala Jawatan Urusan Sosial dan anggota Komisi Kecelakaan Perang Daerah Kutai Timur.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=762}}

=== Pasca pengakuan kedaulatan ===
Setelah pengakuan kedaulatan, Padmo sempat menjadi wedana di Tenggarong, sebelum menjadi patih yang diperbantukan pada Kantor Kepala [[Daerah Istimewa Kutai]] di Samarinda. Selain itu, dia juga menjadi Wakil Ketua Panitia Pemilihan di [[Kalimantan Timur]] pada tahun 1955.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=762}}{{sfn|Panitia Pemilihan Indonesia|1958|p=516}} Pada tahun 1957, Padmo ditunjuk menjadi sekretaris oleh [[Daftar Gubernur Kalimantan Timur|Gubernur Kalimantan Timur]] saat itu, [[A.P.T. Pranoto]], di samping menjadi bupati yang diperbantukan pada gubernur.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=762}}{{sfn|Magenda|2010|p=148}} Pada masa ini, Padmo bergabung dengan Partai [[Partai Persatuan Indonesia Raya|Persatuan Indonesia Raya]] (PIR) dan pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilu tahun 1955]] menjadi calon utama untuk kursi [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] dan [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] dari partai tersebut di daerah pemilihan [[Kalimantan Timur (daerah pemilihan)|Kalimantan Timur]]. Pada tahun 1952, dia juga menjadi ketua cabang PIR di [[Daerah Istimewa Kutai]].{{sfn|Kementerian Penerangan|1955|p=166}}{{sfn|Kementerian Penerangan|1956|p=269}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=763}}

Tak seperti sebagian besar bangsawan Kutai yang tersingkirkan dari dunia politik akibat pendidikan yang kurang mumpuni dan kesetiaan pada [[Belanda]] selama perang, Padmo termasuk dalam golongan kecil dari bangsawan Kutai yang mampu bertahan berkat karirnya sebagai seorang birokrat dan pendidikan kepamongprajaan yang ia peroleh dari [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]], serta simpati terhadap kemerdekaan Indonesia.{{sfn|Magenda|2010|p=72}}

=== Menjadi Bupati Kutai ===
[[Berkas:AR Padmo di Pedalaman Kaltim.png|jmpl|A.R. Padmo (tengah) sedang memberikan penyuluhan mengenai [[Manipol USDEK|Manipol/USDEK]] kepada masyarakat [[Suku Dayak|Dayak]] di pedalaman Kutai.]]
Pada tanggal 20 Agustus 1960, [[Daerah Istimewa Kutai]] dihapuskan dan dipecah menjadi tiga Daerah Tingkat II, yakni [[Kota Balikpapan|Kotapraja Balikpapan]], [[Kabupaten Kutai]], dan [[Kota Samarinda|Kotapraja Samarinda]]. Adapun Padmo diangkat oleh [[A.P.T. Pranoto|Pranoto]] sebagai Bupati Kutai.{{sfn|Amin|1979|p=259}} Pengangkatan Padmo tidak terlepas dari kebijakan Pranoto untuk memperkuat kedudukan bangsawan di panggung politik provinsi, hal yang tidak disenangi oleh kelompok pejuang yang terpusat di [[Kota Samarinda|Samarinda]] dan [[Kota Balikpapan|Balikpapan]]. Selain itu, keanggotaan Padmo di dalam PIR juga berpengaruh pada pengangkatannya, sebab Pranoto juga bernaung di dalam partai tersebut.{{sfn|Magenda|2010|p=77}}
[[Berkas:Aji Raden Padmo Bontang.png|jmpl|Padmo (tanda X) dan Wedana Kutai Timur, E.A. Samad (XX), diabadikan bersama dengan rakyat di [[Kota Bontang|Bontang]].]]
Menguatnya kedudukan bangsawan juga tidak disenangi oleh [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Pangdam IX/Mulawarman]] saat itu, Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]], yang antifeodal dan merupakan sekutu kelompok pejuang. Untuk melemahkan kedudukan kaum bangsawan, Soehario mengirimkan pasukannya ke Tenggarong pada bulan Agustus 1964 untuk menangkap beberapa tokoh, seperti mantan Sultan [[Aji Muhammad Parikesit]] dan Padmo sendiri. Mereka ditangkap atas tuduhan berniat mendirikan kembali daerah [[swapraja]] dan ditahan di Balikpapan. Soehario lalu menunjuk [[Rusdibjono]], seorang pamong praja beretnis [[Suku Jawa|Jawa]], sebagai pengganti Padmo.{{sfn|Magenda|2010|p=93-94}} Padmo ditahan selama enam bulan, sebelum akhirnya dibebaskan pada awal tahun 1965 atas intervensi Menteri Dalam Negeri [[Soemarno Sosroatmodjo]].{{sfn|Magenda|2010|p=148}}

=== Karir pasca Bupati ===
Untuk melemahkan kedudukan [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) di tingkat provinsi yang menguat pada masa [[Abdoel Moeis Hassan]], Gubernur [[Abdoel Wahab Sjachranie|Abdul Wahab Sjahranie]] menggantikan para birokrat PNI dengan birokrat yang sebelumnya bernaung di [[Partai Sosialis Indonesia]] (PSI) dan golongan bangsawan. Pada tahun 1966, Padmo ditunjuk kembali sebagai residen di [[Kota Samarinda|Samarinda]] dan setahun kemudian, menjadi Sekwilda Kalimantan Timur, menggantikan [[Drs. Djakfar Achmad]] yang merupakan kader PNI.{{sfn|Magenda|2010|p=148}}{{sfn|Magenda|2010|p=109}}

Pada tahun 1972, Padmo menjabat sebagai Ketua [[Korps Pegawai Republik Indonesia]] (KORPRI) Provinsi Kalimantan Timur sebelum akhirnya berhenti pada tahun 1973. Dia juga terpilih menjadi anggota MPR dari Fraksi [[Partai Golongan Karya|Golkar]] mewakili Kalimantan Timur di tahun yang sama.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=763}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=82}} Padmo kemudian menjabat sebagai direktur Hotel Lamin Indah di [[Kota Samarinda|Samarinda]] yang dikelola oleh pemerintah daerah.{{sfn|Magenda|2010|p=148}}

== Kematian dan kehidupan pribadi ==
Padmo meninggal di [[Kota Samarinda|Samarinda]] pada tanggal 7 November 1995 karena sakit. Adapun istrinya, Hj. Aji Haton, telah mendahuluinya pada tanggal 16 Juli 1994 karena penyebab yang sama. Pernikahan Padmo dengan Aji Haton menghasilkan empat orang anak, antara lain Aji Masdulhak Padmo, Hj. Aji Farida (istri dari Gubernur [[Muhammad Ardans|H.M. Ardans]]), Hj. Aji Maspulena, dan H. Aji Maspul.<ref>{{Cite web|last=Mahkamah Agung|date=2017-04-25|title=Putusan PA SAMARINDA Nomor 0379/Pdt.G/2017/PA.Smd|url=https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/5d6af8ca328b654562b0ecfe8009ac52.html|website=Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia|access-date=25 Februari 2024}}</ref> Padmo dikenal sebagai seorang pemerhati budaya dan kesenian Kutai. Ia juga diketahui pandai menari secara lemah gemulai.{{sfn|Hassan|2004|p=247}}

== Catatan ==
{{Notelist}}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

== Daftar Pustaka ==
*{{Cite book|date=1934|url=https://books.google.co.id/books?id=5zcNAQAAIAAJ&pg=PA149&lpg=PA149&dq=%22adji+hasan+basri%22&source=bl&ots=viX6Uxk2z-&sig=ACfU3U2Q4tziDDVR1YtTs0eVvBSuE1FDBQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjftIPKicSEAxWn1DgGHVc6AnoQ6AF6BAgLEAM#v=onepage&q=%22adji%20hasan%20basri%22&f=false|title=Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië, Deel 2|location=Batavia|publisher=Landsdrukkerij|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Amin|first=Mohammad Asli|date=1979|url=https://pustakaborneo.id/upload/pdf/buku_20191003060721.pdf|title=Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai|location=Jakarta|publisher= Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|year=2004|last1=Hassan|first1=A. Moeis|title=Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana|url=|isbn=979-9222-88-5|publisher=Yayasan Bina Ruhui Rahayu|location=Jakarta|ref=harv}}
*{{Cite book|last=Kementerian Penerangan|date=1955|url=https://books.google.co.id/books?id=eL7lAAAAMAAJ&pg=PA165&dq=%22manan+effendi%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjEj-yAnMSEAxXJ-DgGHWomAKAQ6AF6BAgFEAI#v=onepage&q=%22Padmo%22&f=false|title= Tjalon-Tjalon Dewan Perwakilan Rakjat untuk Pemilihan Umum I 1955|location=Jakarta|publisher=Kementerian Penerangan|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Kementerian Penerangan|date=1956|url=https://books.google.co.id/books?id=DvxZQtmFr4cC&pg=PA269&dq=Adji-Raden-Padmo&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj4wbu-hueEAxV4TmwGHTJXAb0Q6AF6BAgMEAI#v=onepage&q=Adji-Raden-Padmo&f=false|title= Kumpulan Peraturan-Peraturan untuk Pemilihan Konstituante|publisher=Kementerian Penerangan|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1972|url=https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA760&dq=%22A.R.+Padmo%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjx6onujYeCAxWD1jgGHVDyDykQ6AF6BAgLEAI#v=onepage&q=%22A.R.%20Padmo%22&f=false|title= Riwayat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Singapura|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-21-6|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Panitia Pemilihan Indonesia|date=1958|url=https://books.google.co.id/books?id=76DfWKVEJ3IC&pg=PA516&dq=%22a.r.+padmo%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiPxrrrn8SEAxXk1zgGHeh4Aa4Q6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=%22a.r.%20padmo%22&f=false|title= Indonesia Memilih: Pemilihan Umum di Indonesia jang Pertama untuk Memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakjat dan Konstituante|location=Jakarta|publisher=Panitia Pemilihan Indonesia|ref=harv|url-status=live}}



{{kotak mulai}}
{{kotak mulai}}
{{kotak selesai}}
{{s-off}}
{{s-bef|before=[[Aji Muhammad Parikesit]]|as=[[Bupati Kutai Kartanegara|Kepala Daerah Istimewa Kutai]]}}
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Bupati Kutai Kartanegara]]|tahun=1960–1964|pendahulu=[[Aji Muhammad Parikesit]]|pengganti=[[Roesdibiyono]]}}
{{s-ttl|title=[[Bupati Kutai Kartanegara|Bupati Kutai]]|years=1960–1964}}
{{s-aft|after=[[Rusdibjono]]}}
{{kotak selesai}}

{{kotak selesai}}
{{kotak selesai}}


{{Bupati Kutai Kartanegara}}
{{Bupati Kutai Kartanegara}}
{{indo-bio-stub}}


[[Kategori:Tokoh Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Tokoh Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Tokoh Kutai]]
[[Kategori:Tokoh Kutai]]
[[Kategori:Bupati Kutai Kartanegara]]
[[Kategori:Bupati Kutai Kartanegara]]

<references />
[[Kategori:Kelahiran 1912]]
[[Kategori:Kematian 1995]]
[[Kategori:Tokoh dari Tenggarong]]
[[Kategori:Anggota MPR RI 1971-1977]]

Revisi terkini sejak 28 Agustus 2024 22.56

Aji Raden Padmo
Bupati Kutai
Masa jabatan
1960 – 1964
PresidenSukarno
GubernurA.P.T. Pranoto
Abdoel Moeis Hassan
Sebelum
Pendahulu
Jabatan baru
Pengganti
Roesdibiyono
Sebelum
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
Masa jabatan
1972–1977
PresidenSuharto
Daerah pemilihanKalimantan Timur
Informasi pribadi
Lahir
Aji Jalal

(1912-11-26)26 November 1912
Tenggarong, Hindia Belanda
Meninggal7 November 1995(1995-11-07) (umur 82)
Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
Partai politikPIR
Golkar
Suami/istriHj. Aji Hatun
AnakAji Masdulhak Padmo, Hj. Aji Farida, Hj. Aji Maspulena, H. Aji Maspul
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Aji Raden Padmo Negoro atau biasa disingkat A.R. Padmo, sebelumnya bergelar Aji Bambang Hasan Basri (26 November 1912 – 7 November 1995), adalah Bupati Kutai yang pertama setelah pembubaran Daerah Istimewa Kutai. Ia dilantik oleh Gubernur A.P.T. Pranoto pada tanggal 20 Agustus 1960.[1]

Ia dicopot dari jabatannya pada tahun 1964 dan dipenjara atas perintah Brigjen Soehario karena tuduhan ingin mengembalikan kekuasaan swapraja.[2] Setelah dibebaskan pada awal tahun 1965, Padmo bekerja sebagai residen dan Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Kaltim, sebelum terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1973.

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Padmo lahir pada tanggal 26 November 1912 di Tenggarong dengan nama Aji Jalal.[3] Ia kemudian memperoleh gelar Aji Bambang Hasan Basri sebelum mendapat gelar Aji Raden Padmo.[4] Ayahnya bernama Aji Raden Ario Amiseno.[5] Padmo mengawali pendidikannya di HIS Tenggarong. Setelah lulus dari HIS pada tahun 1926, dia melanjutkan studi di OSVIA (Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) di Makassar. Saat masih studi di OSVIA, Padmo bergabung dengan organisasi pemuda Jong Islamieten Bond (JIB). Padmo kemudian lulus dari OSVIA pada tahun 1931.[6][7]

Karir politik

[sunting | sunting sumber]

Karir awal

[sunting | sunting sumber]

Padmo mengawali karirnya sebagai jaksa muda (adjunct djaksa) di Pengadilan (landraad) Kuala Kapuas sejak diangkat pada tanggal 12 September 1931.[8] Dia kemudian memangku berbagai jabatan administratif sebelum Perang Dunia II, seperti wedana panitera (griffier) di Tenggarong dan Samarinda, wakil kepala subdistrik di Samboja, kepala penjawat di Muara Ancalong, dan terakhir sebagai kepala subdistrik di Muara Pahu merangkap kepala penjawat di Melak.[6][7]

Masa Perang Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Setelah perang berakhir, Padmo menjabat sebagai kepala penjawat di Samarinda Seberang dan patih di Balikpapan hingga tahun 1948.[6][7][9] Selain itu, dia juga menjabat sebagai wedana di Samarinda hingga tahun 1956.[7] Padmo menjadi anggota delegasi dari Negara Kalimantan Timur yang pergi ke Bandung untuk mengikuti Konferensi Federal yang akhirnya diadakan pada tanggal 25 Agustus 1948.[10][a] Dia terlibat dalam struktur pemerintah federal sebagai Kepala Jawatan Urusan Sosial dan anggota Komisi Kecelakaan Perang Daerah Kutai Timur.[6]

Pasca pengakuan kedaulatan

[sunting | sunting sumber]

Setelah pengakuan kedaulatan, Padmo sempat menjadi wedana di Tenggarong, sebelum menjadi patih yang diperbantukan pada Kantor Kepala Daerah Istimewa Kutai di Samarinda. Selain itu, dia juga menjadi Wakil Ketua Panitia Pemilihan di Kalimantan Timur pada tahun 1955.[6][11] Pada tahun 1957, Padmo ditunjuk menjadi sekretaris oleh Gubernur Kalimantan Timur saat itu, A.P.T. Pranoto, di samping menjadi bupati yang diperbantukan pada gubernur.[6][7] Pada masa ini, Padmo bergabung dengan Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) dan pada pemilu tahun 1955 menjadi calon utama untuk kursi DPR dan Konstituante dari partai tersebut di daerah pemilihan Kalimantan Timur. Pada tahun 1952, dia juga menjadi ketua cabang PIR di Daerah Istimewa Kutai.[12][13][14]

Tak seperti sebagian besar bangsawan Kutai yang tersingkirkan dari dunia politik akibat pendidikan yang kurang mumpuni dan kesetiaan pada Belanda selama perang, Padmo termasuk dalam golongan kecil dari bangsawan Kutai yang mampu bertahan berkat karirnya sebagai seorang birokrat dan pendidikan kepamongprajaan yang ia peroleh dari OSVIA, serta simpati terhadap kemerdekaan Indonesia.[15]

Menjadi Bupati Kutai

[sunting | sunting sumber]
A.R. Padmo (tengah) sedang memberikan penyuluhan mengenai Manipol/USDEK kepada masyarakat Dayak di pedalaman Kutai.

Pada tanggal 20 Agustus 1960, Daerah Istimewa Kutai dihapuskan dan dipecah menjadi tiga Daerah Tingkat II, yakni Kotapraja Balikpapan, Kabupaten Kutai, dan Kotapraja Samarinda. Adapun Padmo diangkat oleh Pranoto sebagai Bupati Kutai.[1] Pengangkatan Padmo tidak terlepas dari kebijakan Pranoto untuk memperkuat kedudukan bangsawan di panggung politik provinsi, hal yang tidak disenangi oleh kelompok pejuang yang terpusat di Samarinda dan Balikpapan. Selain itu, keanggotaan Padmo di dalam PIR juga berpengaruh pada pengangkatannya, sebab Pranoto juga bernaung di dalam partai tersebut.[16]

Padmo (tanda X) dan Wedana Kutai Timur, E.A. Samad (XX), diabadikan bersama dengan rakyat di Bontang.

Menguatnya kedudukan bangsawan juga tidak disenangi oleh Pangdam IX/Mulawarman saat itu, Brigjen Soehario Padmodiwirio, yang antifeodal dan merupakan sekutu kelompok pejuang. Untuk melemahkan kedudukan kaum bangsawan, Soehario mengirimkan pasukannya ke Tenggarong pada bulan Agustus 1964 untuk menangkap beberapa tokoh, seperti mantan Sultan Aji Muhammad Parikesit dan Padmo sendiri. Mereka ditangkap atas tuduhan berniat mendirikan kembali daerah swapraja dan ditahan di Balikpapan. Soehario lalu menunjuk Rusdibjono, seorang pamong praja beretnis Jawa, sebagai pengganti Padmo.[2] Padmo ditahan selama enam bulan, sebelum akhirnya dibebaskan pada awal tahun 1965 atas intervensi Menteri Dalam Negeri Soemarno Sosroatmodjo.[7]

Karir pasca Bupati

[sunting | sunting sumber]

Untuk melemahkan kedudukan Partai Nasional Indonesia (PNI) di tingkat provinsi yang menguat pada masa Abdoel Moeis Hassan, Gubernur Abdul Wahab Sjahranie menggantikan para birokrat PNI dengan birokrat yang sebelumnya bernaung di Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan golongan bangsawan. Pada tahun 1966, Padmo ditunjuk kembali sebagai residen di Samarinda dan setahun kemudian, menjadi Sekwilda Kalimantan Timur, menggantikan Drs. Djakfar Achmad yang merupakan kader PNI.[7][17]

Pada tahun 1972, Padmo menjabat sebagai Ketua Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) Provinsi Kalimantan Timur sebelum akhirnya berhenti pada tahun 1973. Dia juga terpilih menjadi anggota MPR dari Fraksi Golkar mewakili Kalimantan Timur di tahun yang sama.[14][18] Padmo kemudian menjabat sebagai direktur Hotel Lamin Indah di Samarinda yang dikelola oleh pemerintah daerah.[7]

Kematian dan kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Padmo meninggal di Samarinda pada tanggal 7 November 1995 karena sakit. Adapun istrinya, Hj. Aji Haton, telah mendahuluinya pada tanggal 16 Juli 1994 karena penyebab yang sama. Pernikahan Padmo dengan Aji Haton menghasilkan empat orang anak, antara lain Aji Masdulhak Padmo, Hj. Aji Farida (istri dari Gubernur H.M. Ardans), Hj. Aji Maspulena, dan H. Aji Maspul.[19] Padmo dikenal sebagai seorang pemerhati budaya dan kesenian Kutai. Ia juga diketahui pandai menari secara lemah gemulai.[4]

  1. ^ Konferensi awalnya hendak diselenggarakan pada tanggal 20 September, tetapi kemudian dimajukan ke bulan Agustus. Setelah melalui dua kali penundaan, akhirnya konferensi diadakan pada tanggal 25 Agustus.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Amin 1979, hlm. 259.
  2. ^ a b Magenda 2010, hlm. 93-94.
  3. ^ Fahlevi, Reza (27 September 2021). "Kerabat dan Anak Cucu AM Parikesit Gelar Haul Jamak Peringati HUT ke-239 Kota Tenggarong". KoranKaltim.com. Diakses tanggal 23 Juli 2024. 
  4. ^ a b Hassan 2004, hlm. 247.
  5. ^ Mahkamah Agung (2018-03-08). "Putusan PA SAMARINDA Nomor 180/Pdt.G/2018/PA.Smd". Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Diakses tanggal 25 Februari 2024. 
  6. ^ a b c d e f Lembaga Pemilihan Umum 1972, hlm. 762.
  7. ^ a b c d e f g h Magenda 2010, hlm. 148.
  8. ^ Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië, Deel 2 1933, hlm. 149.
  9. ^ "De Oranjefeesten in Oost-Borneo". Het Nieuwsblad voor Sumatra. 1948-07-16. Diakses tanggal 24 Februari 2024. 
  10. ^ "Delegatie Oost-Borneo naar Bandoeng". De Nieuwsgier. 1948-08-13. Diakses tanggal 24 Februari 2024. 
  11. ^ Panitia Pemilihan Indonesia 1958, hlm. 516.
  12. ^ Kementerian Penerangan 1955, hlm. 166.
  13. ^ Kementerian Penerangan 1956, hlm. 269.
  14. ^ a b Lembaga Pemilihan Umum 1972, hlm. 763.
  15. ^ Magenda 2010, hlm. 72.
  16. ^ Magenda 2010, hlm. 77.
  17. ^ Magenda 2010, hlm. 109.
  18. ^ Lembaga Pemilihan Umum 1972, hlm. 82.
  19. ^ Mahkamah Agung (2017-04-25). "Putusan PA SAMARINDA Nomor 0379/Pdt.G/2017/PA.Smd". Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Diakses tanggal 25 Februari 2024. 

Daftar Pustaka

[sunting | sunting sumber]


Jabatan politik
Didahului oleh:
Aji Muhammad Parikesit
sebagai Kepala Daerah Istimewa Kutai
Bupati Kutai
1960–1964
Diteruskan oleh:
Rusdibjono