Partai Indonesia Raya: Perbedaan antara revisi
k Nama nama tokoh yang lupa disebutkan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
konsesi |
||
(42 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Distinguish|Partai Gerakan Indonesia Raya}} |
|||
[[Berkas:Parindra.jpg|ka|jmpl|Foto para anggota Parindra sekitar tahun 1930-an]] |
|||
{{Infobox partai politik |
|||
⚫ | |||
| name = Partai Indonesia Raya (Parindra) |
|||
| logo = Parindra Logo (1955).jpeg |
|||
| colorcode = Red |
|||
| chairperson = [[Soetomo]] (1935) <br> [[Moehammad Hoesni Thamrin]] (1938) <br> [[Suroso|R.P. Soeroso]] (1949) |
|||
| founded = {{Start date|1935|12|}}<br>November 1949 (badan ke-2) |
|||
| dissolved = 20 Mai 1942 |
|||
| predecessor = [[Boedi Oetomo]] |
|||
| ideology = [[Konservatisme nasional]]<br>[[Nasionalisme Indonesia]]<br>[[Indonesia Raya (politik)|Indonesia Raya]] |
|||
| membership = 3,425 (1936){{sfn|Pringgodigdo|1991|p=139}}<br>10,000 (Desember 1939){{sfn|Abeyasekere|1976|p=28}} |
|||
| country = Indonesia |
|||
| youth_wing = Surya Wirawan |
|||
| newspaper = Soeara Parindra |
|||
| anthem = ''Mars Parindra'' |
|||
}} |
|||
[[Berkas:Dr Soetomo, lid van de nationalistische beweging Partai Indonesia Raja (Parindra), samen met zijn familie op Java, KITLV 3583.tiff|jmpl|Foto para anggota Parindra sekitar tahun 1930-an]] |
|||
'''Partai Indonesia Raya''' atau '''Parindra''' adalah adalah nama yang digunakan oleh dua [[partai politik]] Indonesia. |
|||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Dr. [[Soetomo]], salah seorang pendiri [[ |
Dr. [[Soetomo]], salah seorang pendiri [[Boedi Oetomo]], pada akhir tahun [[1935]] di kota [[Solo]], [[Jawa Tengah]] berusaha untuk menggabungkan antara [[Persatuan Bangsa Indonesia]] (PBI), [[Jong Celebes|Serikat Selebes]], [[Jong Sumatranen Bond|Serikat Sumatera]], [[Jong Ambon|Serikat Ambon]], Budi Utomo, dan lainnya, sebagai tanda berakhirnya fase kedaerahan dalam pergerakan kebangsaan, menjadi Partai Indonesia Raya atau Parindra. PBI sendiri merupakan klub studi yang didirikan Dr. Soetomo pada tahun [[1930]] di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]]. |
||
== |
== Partai sebelum perang == |
||
⚫ | Partai Indonesia Raya adalah suatu partai politik yang berdasarkan [[nasionalisme]] Indonesia dan menyatakan tujuannya adalah Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan Indonesia Merdeka). Parindra menganut asas ''cooperatie'' alias bekerja sama dengan pemerintah [[Hindia Belanda]] dengan cara duduk di dalam dewan-dewan untuk waktu yang tertentu. |
||
Tokoh-tokoh lain yang ikut bergabung dengan Parindra antara lain [[Woeryaningrat]], [[Soekardjo Wirjopranoto]],[[Raden Mas Margono Djojohadikusumo]], [[Dr. Mohammad Saleh]], R. [[Panji Soeroso]] dan Mr. [[Soesanto Tirtoprodjo] R.M Moeljadi Dwidjo Darmo.MA |
|||
Parindra pertama didirikan pada tahun 1935 sebagai hasil penggabungan antara perkumpulan politik Budi Utomo dan Perserikatan Bangsa Indonesia dengan tujuan bekerja sama dengan Belanda untuk mengamankan kemerdekaan Indonesia.{{sfn|Ricklefs|2008|p=317}} Partai itu dipimpin oleh Raden Soetomo, [[Mohammad Husni Thamrin]], [[Susanto Tirtoprodjo]], [[Sukarjo Wiryopranoto]] dan [[Woerjaningrat]], dan menjadi kelompok Indonesia yang paling berpengaruh di [[Volksraad]], badan legislatif yang didirikan oleh Belanda.{{sfn|Kahin|2052|p=95}} Pada Mei 1939, Thamrin menjadi pendorong utama di balik penggabungan Parindra dan tujuh organisasi nasionalis lainnya ke dalam [[Gabungan Politik Indonesia|Gaboengan Politek Indonesia]] (GAPI).{{sfn|Kahin|2052|p=97}} |
|||
== Kegiatany == |
|||
== Kegiatan == |
|||
Parindra berusaha menyusun kaum [[tani]] dengan mendirikan ''Rukun Tani'', menyusun [[serikat]] [[pekerja]] perkapalan dengan mendirikan ''Rukun Pelayaran Indonesia'' (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan ''Swadeshi'' (menolong diri sendiri), mendirikan ''Bank Nasional Indonesia'' di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah. |
Parindra berusaha menyusun kaum [[tani]] dengan mendirikan ''Rukun Tani'', menyusun [[serikat]] [[pekerja]] perkapalan dengan mendirikan ''Rukun Pelayaran Indonesia'' (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan ''Swadeshi'' (menolong diri sendiri), mendirikan ''Bank Nasional Indonesia'' di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah. |
||
Kegiatan Parindra ini |
Kegiatan Parindra ini semakin mendapatkan dukungan dari [[Gubernur Jenderal]] Hindia Belanda pada saat itu, [[van Starkenborg]], yang menggantikan [[de Jonge]] pada tahun [[1936]]. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi ''politiestaat'' peninggalan de Jonge, menjadi ''beambtenstaat'' (negara pegawai) yang memberi [[konsesi]] yang lebih baik kepada [[organisasi]]-organisasi yang [[kooperatif]] dengan pemerintah Hindia Belanda. |
||
Pada tahun [[1937]], Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun [[1938]], anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada bulan [[Mei]] [[1941]] (menjelang perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang. |
Pada tahun [[1937]], Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun [[1938]], anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada bulan [[Mei]] [[1941]] (menjelang perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang. |
||
Baris 17: | Baris 35: | ||
Ketika Dr. Soetomo meninggal pada bulan Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh [[Moehammad Hoesni Thamrin]] (MHT), seorang [[pedagang]] dan anggota ''[[Volksraad]]''. Sebelum menjadi ketua Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan [[Jepang]] sehingga ia memainkan ''kartu Jepang'' ketika ia berada di panggung politik ''Volksraad''. |
Ketika Dr. Soetomo meninggal pada bulan Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh [[Moehammad Hoesni Thamrin]] (MHT), seorang [[pedagang]] dan anggota ''[[Volksraad]]''. Sebelum menjadi ketua Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan [[Jepang]] sehingga ia memainkan ''kartu Jepang'' ketika ia berada di panggung politik ''Volksraad''. |
||
Karena aktivitas [[politik]]nya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada [[Soekarno]]. Maka pada tanggal [[9 Februari]] [[1941]], rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia |
Karena aktivitas [[politik]]nya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada [[Soekarno]]. Maka pada tanggal [[9 Februari]] [[1941]], rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hindia Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit [[malaria]], selang dua hari kemudian Muhammad Husni Thamrin menghembuskan napas yang terakhir. |
||
[[File:Perindra second congress 1939.jpg|thumb|Kongres Parindra kedua, Bandung, 1939]] |
|||
⚫ | Salah satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya. Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut ''Surya Wirawan'' (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi dengan negara Jepang. |
||
⚫ | Salah satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya, mirip seperti [[hormat nazi]], yang mereka sebut ''groot saluut'' atau ''salut terhormat''. Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut ''Surya Wirawan'' (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi dengan negara Jepang. |
||
Dengan demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun [[1942]] sebagai partai yang ''bermain mata'' dengan Jepang untuk memperoleh [[kemerdekaan]]. |
Dengan demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun [[1942]] sebagai partai yang ''bermain mata'' dengan Jepang untuk memperoleh [[kemerdekaan]]. |
||
== |
== Partai pasca kemerdekaan == |
||
Parindra kedua didirikan sebagai "partai sempalan" pada tahun 1949 oleh salah satu pemimpin partai sebelum perang, [[Suroso|R.P. Soeroso]]. Keanggotaannya terdiri dari anggota Parindra lama yang memutuskan untuk tidak bergabung dengan PNI.{{sfn|Feith|2008|p=144}}{{sfn|Kahin|1952|p=469}} |
|||
== Tokoh == |
|||
Tokoh-tokoh pendiri Parindra antara lain |
|||
*[[Soetomo]] |
|||
*[[Bardan Nadi]] |
|||
*[[Wuryanto|Woeryaningrat]] |
|||
*[[Soekardjo Wirjopranoto]] |
|||
* [[Raden Mas Margono Djojohadikusumo]] |
|||
* [[Panji Soeroso]] |
|||
*[[Soesanto Tirtoprodjo]] |
|||
*[[Soetan Noeralamsjah]] |
|||
== Lihat pula == |
|||
* [[Wanita Indonesia (organisasi)]] |
* [[Wanita Indonesia (organisasi)]] |
||
* [[Bardan Nadi]] |
* [[Bardan Nadi]] |
||
* [[Badan Permusjawaratan Partai-Partai]] |
* [[Badan Permusjawaratan Partai-Partai]] |
||
== Catatan kaki == |
|||
⚫ | |||
{{Reflist}} |
|||
== Rujukan == |
|||
{{refbegin}} |
|||
* {{cite book| last =Feith| first =Herbert| author-link = Herbert Feith| title =The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia| publisher =Equinox Publishing (Asia) Pte Ltd| year =2007|orig-year = 1962| isbn =0-674-01834-6 }} |
|||
* {{Cite book |last=Kahin| first=George McTurnan| year= 1952| title=Nationalism and Revolution in Indonesia|url=https://archive.org/details/nationalismrevol0000kahi| publisher=Cornell University Press| location =Ithaca, New York| isbn=0-8014-9108-8}} |
|||
* {{Cite book | last = Ricklefs| first = M.C. | author-link = M. C. Ricklefs | title = A History of Modern Indonesia Since c.1300 | publisher = MacMillan |location = London| edition = 4th | year = 2008 | orig-year = 1981 | isbn = 978-0-230-54685-1}} |
|||
{{refend}} |
|||
{{partai politik Indonesia terdahulu}} |
|||
[[Kategori:Gerakan nasionalis|Indonesia Raya]] |
|||
[[Kategori:Partai konservatif nasional|Indonesia Raya]] |
|||
⚫ | |||
[[Kategori:Partai politik yang didirikan tahun 1935]] |
|||
[[Kategori:Organisasi di Hindia Belanda]] |
|||
[[Kategori:Pendirian tahun 1935 di Hindia Belanda]] |
|||
[[Kategori:Pendirian tahun 1949 di Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Kebangkitan Nasional Indonesia]] |
Revisi terkini sejak 3 November 2024 23.17
Partai Indonesia Raya (Parindra) | |
---|---|
Ketua umum | Soetomo (1935) Moehammad Hoesni Thamrin (1938) R.P. Soeroso (1949) |
Dibentuk | Desember 1935 November 1949 (badan ke-2) |
Dibubarkan | 20 Mai 1942 |
Didahului oleh | Boedi Oetomo |
Surat kabar | Soeara Parindra |
Sayap pemuda | Surya Wirawan |
Keanggotaan | 3,425 (1936)[1] 10,000 (Desember 1939)[2] |
Ideologi | Konservatisme nasional Nasionalisme Indonesia Indonesia Raya |
Himne | Mars Parindra |
Partai Indonesia Raya atau Parindra adalah adalah nama yang digunakan oleh dua partai politik Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Dr. Soetomo, salah seorang pendiri Boedi Oetomo, pada akhir tahun 1935 di kota Solo, Jawa Tengah berusaha untuk menggabungkan antara Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Serikat Selebes, Serikat Sumatera, Serikat Ambon, Budi Utomo, dan lainnya, sebagai tanda berakhirnya fase kedaerahan dalam pergerakan kebangsaan, menjadi Partai Indonesia Raya atau Parindra. PBI sendiri merupakan klub studi yang didirikan Dr. Soetomo pada tahun 1930 di Surabaya, Jawa Timur.
Partai sebelum perang
[sunting | sunting sumber]Partai Indonesia Raya adalah suatu partai politik yang berdasarkan nasionalisme Indonesia dan menyatakan tujuannya adalah Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan Indonesia Merdeka). Parindra menganut asas cooperatie alias bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dengan cara duduk di dalam dewan-dewan untuk waktu yang tertentu.
Parindra pertama didirikan pada tahun 1935 sebagai hasil penggabungan antara perkumpulan politik Budi Utomo dan Perserikatan Bangsa Indonesia dengan tujuan bekerja sama dengan Belanda untuk mengamankan kemerdekaan Indonesia.[3] Partai itu dipimpin oleh Raden Soetomo, Mohammad Husni Thamrin, Susanto Tirtoprodjo, Sukarjo Wiryopranoto dan Woerjaningrat, dan menjadi kelompok Indonesia yang paling berpengaruh di Volksraad, badan legislatif yang didirikan oleh Belanda.[4] Pada Mei 1939, Thamrin menjadi pendorong utama di balik penggabungan Parindra dan tujuh organisasi nasionalis lainnya ke dalam Gaboengan Politek Indonesia (GAPI).[5]
Kegiatan
[sunting | sunting sumber]Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani, menyusun serikat pekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah.
Kegiatan Parindra ini semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, van Starkenborg, yang menggantikan de Jonge pada tahun 1936. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan de Jonge, menjadi beambtenstaat (negara pegawai) yang memberi konsesi yang lebih baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada bulan Mei 1941 (menjelang perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang.
Ketika Dr. Soetomo meninggal pada bulan Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin (MHT), seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad.
Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Soekarno. Maka pada tanggal 9 Februari 1941, rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hindia Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria, selang dua hari kemudian Muhammad Husni Thamrin menghembuskan napas yang terakhir.
Salah satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya, mirip seperti hormat nazi, yang mereka sebut groot saluut atau salut terhormat. Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut Surya Wirawan (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi dengan negara Jepang.
Dengan demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan.
Partai pasca kemerdekaan
[sunting | sunting sumber]Parindra kedua didirikan sebagai "partai sempalan" pada tahun 1949 oleh salah satu pemimpin partai sebelum perang, R.P. Soeroso. Keanggotaannya terdiri dari anggota Parindra lama yang memutuskan untuk tidak bergabung dengan PNI.[6][7]
Tokoh
[sunting | sunting sumber]Tokoh-tokoh pendiri Parindra antara lain
- Soetomo
- Bardan Nadi
- Woeryaningrat
- Soekardjo Wirjopranoto
- Raden Mas Margono Djojohadikusumo
- Panji Soeroso
- Soesanto Tirtoprodjo
- Soetan Noeralamsjah
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Pringgodigdo 1991, hlm. 139.
- ^ Abeyasekere 1976, hlm. 28.
- ^ Ricklefs 2008, hlm. 317.
- ^ Kahin 2052, hlm. 95.
- ^ Kahin 2052, hlm. 97.
- ^ Feith 2008, hlm. 144.
- ^ Kahin 1952, hlm. 469.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- Feith, Herbert (2007) [1962]. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Equinox Publishing (Asia) Pte Ltd. ISBN 0-674-01834-6.
- Kahin, George McTurnan (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca, New York: Cornell University Press. ISBN 0-8014-9108-8.
- Ricklefs, M.C. (2008) [1981]. A History of Modern Indonesia Since c.1300 (edisi ke-4th). London: MacMillan. ISBN 978-0-230-54685-1.