Tan Tjin Kie: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi ''''Tan Tjin Kie''' merupakan seorang Tionghoa terkaya dan filantropis di Cirebon. Karirnya melecut sejak menjabat letnan tituler pada 1884. Lalu, dia bergelar...' |
Update, diterjemahkan dari en.wp |
||
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{short description|Birokrat dan Mayor-tituler Cina Cirebon}} |
|||
'''Tan Tjin Kie''' merupakan seorang [[Tionghoa]] terkaya dan filantropis di [[Cirebon]]. Karirnya melecut sejak menjabat letnan tituler pada 1884. Lalu, dia bergelar kapitein pada empat tahun berikutnya. Pemerintah Manchu menganugerahi gelar maharaja kelas II pada 1893, sedangkan Pemerintah Hindia Belanda memberinya penghargaan Bintang Emas untuk Pengabdian, Gouden Ster van Verdienste. Lalu, pangkat mayor titulernya disematkan pada 1913. |
|||
{{family name hatnote|[[Chen (marga)|Tan]]|lang=Chinese}} |
|||
{{Infobox Politician |
|||
| name={{small|{{nobold|[[Paduka|Padoeka]]}}}}<br />Mayor-tituler Cina<br />Tan Tjin Kie |
|||
| image= |
|||
| caption= |
|||
<!-- --> |
|||
| office=[[Daftar Kapitan Cina|Kapitan Cina Cirebon]] |
|||
| term_start=1888 |
|||
| term_end=1913 |
|||
| predecessor=Kapitan [[The Tjiauw Tjay]] |
|||
| successor=Ia sendiri sebagai [[Daftar Kapitan Cina|Mayor]] |
|||
| constituency=Cirebon |
|||
<!-- --> |
|||
| office2=[[Daftar Kapitan Cina|Mayor-tituler Cina Cirebon]] |
|||
| term_start2=1913 |
|||
| term_end2=1919 |
|||
| predecessor2=Ia sendiri [[Daftar Kapitan Cina|Kapitan]] |
|||
| successor2=[[Oey Thiam Tjoan]] sebagai [[Daftar Kapitan Cina|Kapitan]] |
|||
| constituency2=Cirebon |
|||
<!-- --> |
|||
| birth_date= 25 Januari 1853 |
|||
| birth_place=[[Cirebon]], [[Hindia Belanda]] |
|||
| death_date=13 Februari 1919 |
|||
| death_place=[[Cirebon]], [[Hindia Belanda]] |
|||
| death_cause= |
|||
| education= |
|||
| alma_mater= |
|||
| party= |
|||
| religion= |
|||
| occupation=Birokrat, pemilik pabrik gula, abdi dalem |
|||
| majority= |
|||
| parents={{unbulleted list|[[Tan Tiang Keng]], Kapitan Cina Cirebon (ayah)|[[Oey Te Nio]] (ibu)}} |
|||
| spouse=[[Ong Hwie Nio]] |
|||
| children={{unbulleted list|[[Tan Gin Ho|Tan Gin Ho, Letnan Cina]]|[[Tan Gin Han]]|[[Tan Ho Lie Nio]]}} |
|||
| relations={{unbulleted list|[[Aw Tjoei Lan|Ny. Kapitan Lie Tjian Tjoen]] (sepupu)|[[Kwee Zwan Hong]], Kapitan-tituler Cina (sepupu)|[[Phoa Keng Hek]] (ipar)}} |
|||
| awards={{unbulleted list|[[Mandarin (birokrat)|Mandarin Tingkat Satu]] (''To-Wan''; 1908)|[[Mandarin (birokrat)|Mandarin Tingkat Dua]] (''To-Ham''; 1893)|[[Gouden Ster voor Trouw en Verdienste]] (1909)}} |
|||
| website= |
|||
| footnotes= |
|||
}} |
|||
'''Tan Tjin Kie, Mayor-tituler Cina''' (25 Januari 1853– 13 Februari 1919) dulu adalah seorang [[birokrat]], [[abdi dalem]], pemilik pabrik gula, dan pemimpin dari [[keluarga Tan dari Cirebon]], bagian dari ‘[[Cabang Atas]]’ di [[Hindia Belanda]] (kini [[Indonesia]]).<ref name="Wacana (2017)">{{cite journal |last1=Haryono |first1=Steve |title=Chinese officers in Cirebon |journal=Wacana |date=2017 |volume=18 |issue=1 |pages=216–236 |doi=10.17510/wacana.v18i1.578 |url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/578 |
|||
|access-date=30 November 2019 |language=en |issn=2407-6899|doi-access=free }}</ref><ref name="Haryono (2017)">{{cite book |last1=Haryono |first1=Steve |title=Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 |date=2017 |publisher=Steve Haryono |location=Utrecht |isbn=978-90-90-30249-2 |url=https://books.google.com/books?id=IoDgswEACAAJ&q=steven+haryono+perkawinan+strategis |
|||
|access-date=30 November 2019 |language=en}}</ref> Ia kini paling diingat karena prosesi pemakamannya yang berlangsung selama 40 hari pada tahun 1919. Prosesi pemakamannya pun dianggap sebagai prosesi pemakaman termahal yang pernah digelar di Jawa.<ref name="De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon">{{cite book |last1=Bataviaasch nieuwsblad |title=De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon |date=1919 |publisher=G. Kolff |location=Batavia |url=https://books.google.com/books?id=7QhCAQAAMAAJ&q=%22tan+tjin+kie%22 |
|||
|access-date=30 November 2019 |language=nl}}</ref><ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)">{{cite book |last1=Kepustakaan Populer Gramedia |title=Kesastraan Melayu Tionghoa |date=2000 |publisher=Kepustakaan Populer Gramedia |location=Jakarta |isbn=978-979-9100-79-5 |url=https://books.google.com/books?id=5WfLuxiBz4IC&q=%22tan+tjin+kie%22+mandarijn&pg=PA278 |
|||
|access-date=30 November 2019 |language=id}}</ref><ref name="Post (2019)">{{cite book |last1=Post |first1=Peter |title=The Kwee Family of Ciledug: Family, Status, and Modernity in Colonial Java |date=2019 |publisher=LM Publishers |location=Volendam |isbn=978-94-6022-492-8 |url=https://books.google.com/books?id=Ad1JuwEACAAJ&q=peter+post+kwee+family |
|||
|access-date=30 November 2019 |language=en}}</ref> |
|||
==Latar belakang keluarga== |
|||
Tan Tjin Kie memiliki puluhan rumah mewah dan ribuan hektare tanah serta pabrik gula. Salah satu rumahnya yang paling mewah berada di Desa Luwunggajah, kini masuk Kecamatan Ciledug, yang diberi nama Binarong. Nama Mayor Tan Tjin Kie memiliki pengaruh luar biasa dalam dunia politik dan militer di Kota Cirebon saat itu. |
|||
Tan Tjin Kie lahir di [[Cirebon]] pada pasangan suami-istri ''[[Peranakan]]'', [[Oey Te Nio]] dan Letnan [[Tan Tiang Keng]] (1826–1884), yang kemudian diangkat menjadi ''Kapitan Cina Cirebon'' pada tahun 1882.<ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Haryono (2017)" /> [[Pejabat Cina]] adalah pejabat di lingkungan birokrasi sipil Hindia Belanda yang memegang wewenang atas komunitas Tionghoa di wilayah tertentu.<ref name="Post (2019)" /> |
|||
Melalui ayahnya, Tan adalah cucu dan keponakan dari [[Tan Kim Lin]] yang menjabat sebagai Kapitan Cina Cirebon mulai awal dekade 1830-an hingga meninggal pada tahun 1835; dan [[Tan Phan Long]] yang menjabat sebagai Kapitan Cina mulai tahun 1836 hingga pensiun pada tahun 1846.<ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Haryono (2017)" /> Ia juga merupakan cicit dari [[Tan Kong Djan]], Kapitan Cina Cirebon pada dekade 1820-an.<ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Haryono (2017)" /> |
|||
Sang mayor memiliki beberapa pesanggrahan bergaya Hindia abad ke-19 di seantero Cirebon seperti Roemah Pesisir, Roemah Tambak, dan Roemah Kalitandjoeng. Namun, Gedong Binarong dengan pilar-pilar anggun merupakan istana termegahnya yang bertempat di Ciledug, Kabupaten Cirebon bagian timur. Dia juga memiliki Suikerfabriek Luwunggadjah, pabrik gula yang sekaligus menjadi pabrik uangnya. |
|||
Sesuai [[Nama Tionghoa|konvensi penamaan Tionghoa]], ia memiliki setidaknya tiga nama lain sepanjang hidupnya selain nama lahir '''Tjin Kie''', yang yang tabu bagi anggota keluarga yang lebih muda.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> [[Nama kehormatan]]nya sebagai seorang dewasa adalah '''Keng Bie''', sementara namanya sebagai seorang pejabat Cina adalah '''Sie Hoen'''.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Sedangkan namanya di sekolah adalah '''Boen Siang'''.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
Tan Tjin Kie menjadi penghubung masyarakat Tionghoa Kota Cirebon dengan pemerintah Hindia Belanda. Ia juga banyak berjasa dalam pembangunan sarana prasarana di Kota Cirebon. Di antaranya, membangun Rumah Sakit Orange yang sekarang menjadi Rumah Sakit Sunan Gunung Djati, mendirikan sekolah Tionghoa, dan Vihara Winaon. Tan Tjin Kie wafat pada 13 Februari 1919 dalam usia 66 tahun. Upacara pemakaman dilakukan pada 2 April 1919.<ref>https://www.radarcirebon.com/mayor-tan-tjin-kie-hilangnya-pemakaman-megah-cina-di-dukusemar-kota-cirebon.html</ref> |
|||
==Karir birokrasi== |
|||
Makamnya terletak di Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon dalam keadaan tertutup oleh halaman rumah warga dan nisannya dijadikan pijakan melintas gorong-gorong.<ref>https://www.jawapos.com/features/08/04/2017/menelusuri-hilangnya-jejak-tan-tjin-kie-orang-terkaya-di-cirebon/</ref> |
|||
Pada tahun 1882, saat masih berusia 29 tahun, Tan diangkat menjadi Letnan Cina, bersamaan dengan ayahnya yang diangkat menjadi Kapitan Cina Cirebon.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Haryono (2017)" /> Setelah ayahnya meninggal pada tahun 1884, Letnan Tan Tjin Kie tidak diangkat untuk menggantikan ayahnya, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku pada saat itu.<ref name="Wacana (2017)" /> Pada tahun yang sama, dua orang iparnya, yakni [[Kwee Keng Eng]] dan [[Kwee Keng Liem]], diangkat menjadi Letnan Cina. Kwee Keng Eng dan Kwee Keng Liem masing-masing-masing merupakan suami dari [[Tan Oen Tok Nio]] dan [[Tjoe Soei Lan Nio]].<ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Post (2019)" /> Pada tahun 1886, iparnya yang lain, [[Aw Seng Hoe]], suami dari sepupunya, [[Tan An Nio]], diangkat menjadi Letnan Cina [[Majalengka]].<ref name="Haryono (2017)" /> Setelah jabatan Kapitan Cina Cirebon kembali lowong pada tahun 1888, Letnan Tan Tjin Kie, yang telah berusia 35 tahun, akhirnya diangkat menjadi Kapitan Cina Cirebon.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Haryono (2017)" /> |
|||
Pada tahun 1893, Kapitan Tan Tjin Kie mendapat gelar [[Mandarin (birokrat)|Mandarin Tingkat Kedua]] (''To-Ham'') dari [[Kaisar Guangxu]].<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Pada tahun 1908, ia diangkat menjadi [[Mandarin (birokrat)|Mandarin Tingkat Pertama]] (''To-Wan'').<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Pada tahun 1909, pemerintah Belanda menganugerahkan [[Star for Loyalty and Merit|Gouden Ster voor Trouw en Verdienste]], gelar tertinggi di koloni Belanda yang setara dengan [[Order of the Netherlands Lion]].<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
Salah satu pencapaian penting dari Kapitan Tan Tjin Kie saat menjabat adalah caranya dalam menangani pertikaian antara komunitas Tionghoa dan [[Arab Indonesia|Arab]] pada tahun 1912.<ref name="Post (2019)" /> Tan menegosiasikan kesepakatan damai dengan [[Kapitan Arab]], dan ia juga memimpin kunjungan 50 orang tokoh masyarakat Tionghoa ke permukiman Arab di Cirebon untuk mengkonfirmasi kesepakatan tersebut.<ref name="Post (2019)" /> Oleh karena itu, ia dianggap sangat berperan dalam menjaga perdamaian di Cirebon, sehingga tidak ada korban jiwa seperti di wilayah lain di Jawa.<ref name="Post (2019)" /> Pada tahun 1913, untuk merayakan Tan yang telah 25 tahun menjabat sebagai pejabat Cina dan untuk mengakui peran Tan dalam menyelesaikan konflik Arab-Tionghoa pada tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mengangkatnya menjadi ''Mayor-tituler Cina''.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Post (2019)" /> Ia pun menjadi satu-satunya pejabat Cina di Cirebon yang mendapat jabatan tersebut, karena berbeda dengan komunitas Cina di kota-kota besar seperti [[Batavia, Hindia Belanda |Batavia]], [[Semarang]], dan [[Surabaya]], komunitas Cina di Cirebon biasanya hanya dipimpin oleh Kapitan Cina, bukan Mayor Cina.<ref name="Wacana (2017)" /> |
|||
==Abdi dalem dan filantropis== |
|||
Keluarga Tan dari Cirebon hidup sebagai bagian dari [[Kesultanan Cirebon]] selama beberapa generasi, dan merupakan pelindung dari seni dan budaya Jawa.<ref name="Post (2019)" /> Mayor-tituler Tan Tjin Kie pun menjadi bagian dari tradisi tersebut, dengan mengkoleksi [[Tari topeng|topeng]], [[wayang]], dan manuskrip langka, serta memiliki orkestra ''[[gamelan]]'' pribadi.<ref name="Ross (2016)">{{cite book |last1=Ross |first1=Laurie Margot |title=The Encoded Cirebon Mask: Materiality, Flow, and Meaning along Java's Islamic Northwest Coast |date=2016 |publisher=BRILL |location=Amsterdam |isbn=978-90-04-31521-1 |url=https://books.google.com/books?id=RfA6DQAAQBAJ&q=%22TAN%22+SUGAR+cirebon&pg=PA114 |
|||
|access-date=30 November 2019 |language=en}}</ref><ref name="Post (2019)" /> |
|||
Di luar Cirebon, Tan juga berhubungan dekat dengan [[Pakubuwono X]], [[Susuhunan Surakarta]].<ref name="Post (2019)" /> Pakubuwono X pernah mengunjungi Mayor-tituler Tan Tjin Kie beberapa kali, termasuk pada tahun 1916, saat Susuhunan menginap di kediaman Tan di Loewoenggadjah.<ref name="Post (2019)" /> |
|||
Sebagai pejabat Cina tertinggi di Cirebon dan kepala dari keluarga pejabat Cina tertua di Cirebon, Mayor-tituler Tan Tjin Kie mendukung sejumlah kegiatan sosial.<ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Contohnya, ia merupakan donatur penting di balik pendirian ''Ziekenhuis Oranje'' (kini menjadi [[RSUD Gunung Jati]]).<ref name="Jawa Pos 2017">{{cite news |title=Menelusuri Hilangnya Jejak Tan Tjin Kie, Orang Terkaya di Cirebon |url=https://www.jawapos.com/features/08/04/2017/menelusuri-hilangnya-jejak-tan-tjin-kie-orang-terkaya-di-cirebon/ |
|||
|access-date=30 November 2019 |work=JawaPos.com |publisher=Jawa Pos |date=8 April 2017 |language=id}}</ref> |
|||
Di dalam komunitas Tionghoa di Cirebon, ia melanjutkan hubungan panjang antara pejabat Cina dan [[Kelenteng Tiao Kak Sie]], kelenteng Cina paling penting di Cirebon.<ref name="Wacana (2017)" /> Pada tahun 1889, ia meletakkan sebuah plakat untuk merayakan renovasi dari kelenteng tersebut di bawah perlindungannya. Renovasi sebelumnya selesai pada tahun 1830 di bawah perlindungan dari kakek buyutnya, Kapitan [[Tan Kong Djan]].<ref name="Wacana (2017)" /> Tan juga merupakan presiden dari ''Kong Djoe Koan'', sebuah yayasan layanan pemakaman, dan merupakan ''Bechermheer'' (pelindung) dari ''Hok Sioe Hwee'', sebuah lembaga pengelola dana pemakaman Cina.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Tidak jauh berbeda, ia juga merupakan pendiri dan ''Bechermheer'' dari organisasi pendidikan [[Konfusianisme]], [[Tiong Hoa Hwee Koan]], di Cirebon.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
==Kematian, pemakaman, dan keturunan== |
|||
Mayor-tituler Tan Tjin Kie akhirnya meninggal pada tahun 1919.<ref name="Wacana (2017)" /> Melalui istrinya, [[Ong Hwie Nio]], Tan dianugerahi dua orang putra, yakni [[Tan Gin Ho]] and [[Tan Gin Han]], serta seorang putri, yakni [[Tan Ho Lie Nio]].<ref name="Haryono (2017)" /> Putra sulungnya, Tan Gin Ho, dan menantunya, [[Kwee Tjiong In]], kemudian diangkat menjadi Letnan Cina Cirebon. Tan Gin Ho menjabat mulai tahun 1898 hingga 1913, sementara Kwee Tjiong In menjabat mulai tahun 1907 hingga 1910 dan mulai tahun 1913 hingga 1920.<ref name="Wacana (2017)" /><ref name="Haryono (2017)" /> Sedangkan putranya yang lain, Tan Gin Han, menikahi [[Phoa Kiat Liang]], keponakan dari [[Phoa Keng Hek]] dan cicit dari [[Phoa Tjeng Tjoan]], Kapitan Cina Buitenzorg.<ref name="Haryono (2017)" /> |
|||
Prosesi pemakaman Tan berlangsung selama 40 hari dan dianggap sebagai prosesi pemakaman termahal yang pernah digelar di Jawa.<ref name="De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon" /><ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Post (2019)" /> Didahului oleh delapan [[band militer]] dari Batavia dan [[Bandung]], prosesi pemakamannya pun dibagi menjadi sembilan bagian.<ref name="De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon" /><ref name="Post (2019)" /> Didampingi oleh satu peleton perwira polisi yang dikirim oleh [[Johan Paul van Limburg Stirum|Johan Paul, Count van Limburg-Stirum]], [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]], terdapat sebuah kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda yang dilengkapi dengan potret dari Tan.<ref name="De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon" /><ref name="Post (2019)" /> Setelah prosesi dari berbagai organisasi dan sekolah yang dilindungi oleh Tan, peti jenazahnya diangkut dengan kereta kuda, yang juga ditarik oleh 250 orang [[kuli]] berseragam.<ref name="De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon" /><ref name="Post (2019)" /> Pemakaman tersebut dipimpin oleh [[Buddha Tibet|Lama Buddha Tibet]], yang didatangkan langsung dari [[Tibet]].<ref name="Post (2019)" /> |
|||
Koran [[De Preangerbode]] memperkirakan bahwa pemakaman tersebut menghabiskan biaya sebesar 280.000 [[gulden]]. Biaya tersebut belum termasuk pembangunan sebuah [[mausoleum]] senilai 300.000 gulden oleh anak-anak Tan.<ref name="Post (2019)" /> Dalam nilai tahun 2019, total biaya pemakaman dan pembangunan mausoleum tersebut mencapai jutaan dolar Amerika Serikat. |
|||
==Referensi== |
==Referensi== |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
{{s-start}} |
|||
⚫ | |||
{{s-gov}} |
|||
{{s-bef|before=Kapitan [[The Tjiauw Tjay]]}} |
|||
{{s-ttl|title=[[Daftar Kapitan Cina|Kapitan Cina Cirebon]]|years=1888–1913}} |
|||
{{s-non|reason=Ia sendiri sebagai [[Daftar Kapitan Cina|Mayor-tituler]]}} |
|||
{{s-new|rows=2|before=Ia sendiri sebagai [[Daftar Kapitan Cina|Kapitan]]}} |
|||
{{s-ttl|rows=2|title=[[Daftar Kapitan Cina|Mayor-tituler Cina Cirebon]]|years=1888–1913}} |
|||
{{s-aft|after=Oey Thiam Tjoan sebagai [[Daftar Kapitan Cina|Kapitan]]}} |
|||
{{s-end}} |
|||
{{Authority control}} |
|||
{{DEFAULTSORT:Tan, Tjin Kie}} |
|||
[[Category:Kelahiran 1853]] |
|||
[[Category:Kematian 1919]] |
|||
[[Category:Kapitan Cina]] |
|||
[[Category:Cabang Atas]] |
|||
[[Category:Tokoh dari Cirebon]] |
|||
⚫ |
Revisi terkini sejak 23 Oktober 2023 01.41
Kapitan Cina Cirebon | |
---|---|
Masa jabatan 1888–1913 | |
Daerah pemilihan | Cirebon |
Mayor-tituler Cina Cirebon | |
Masa jabatan 1913–1919 | |
Daerah pemilihan | Cirebon |
Informasi pribadi | |
Lahir | 25 Januari 1853 Cirebon, Hindia Belanda |
Meninggal | 13 Februari 1919 Cirebon, Hindia Belanda |
Suami/istri | Ong Hwie Nio |
Hubungan |
|
Anak | |
Orang tua |
|
Pekerjaan | Birokrat, pemilik pabrik gula, abdi dalem |
Penghargaan sipil |
|
Sunting kotak info • L • B |
Tan Tjin Kie, Mayor-tituler Cina (25 Januari 1853– 13 Februari 1919) dulu adalah seorang birokrat, abdi dalem, pemilik pabrik gula, dan pemimpin dari keluarga Tan dari Cirebon, bagian dari ‘Cabang Atas’ di Hindia Belanda (kini Indonesia).[1][2] Ia kini paling diingat karena prosesi pemakamannya yang berlangsung selama 40 hari pada tahun 1919. Prosesi pemakamannya pun dianggap sebagai prosesi pemakaman termahal yang pernah digelar di Jawa.[3][4][5]
Latar belakang keluarga
[sunting | sunting sumber]Tan Tjin Kie lahir di Cirebon pada pasangan suami-istri Peranakan, Oey Te Nio dan Letnan Tan Tiang Keng (1826–1884), yang kemudian diangkat menjadi Kapitan Cina Cirebon pada tahun 1882.[1][2] Pejabat Cina adalah pejabat di lingkungan birokrasi sipil Hindia Belanda yang memegang wewenang atas komunitas Tionghoa di wilayah tertentu.[5]
Melalui ayahnya, Tan adalah cucu dan keponakan dari Tan Kim Lin yang menjabat sebagai Kapitan Cina Cirebon mulai awal dekade 1830-an hingga meninggal pada tahun 1835; dan Tan Phan Long yang menjabat sebagai Kapitan Cina mulai tahun 1836 hingga pensiun pada tahun 1846.[1][2] Ia juga merupakan cicit dari Tan Kong Djan, Kapitan Cina Cirebon pada dekade 1820-an.[1][2]
Sesuai konvensi penamaan Tionghoa, ia memiliki setidaknya tiga nama lain sepanjang hidupnya selain nama lahir Tjin Kie, yang yang tabu bagi anggota keluarga yang lebih muda.[4] Nama kehormatannya sebagai seorang dewasa adalah Keng Bie, sementara namanya sebagai seorang pejabat Cina adalah Sie Hoen.[4] Sedangkan namanya di sekolah adalah Boen Siang.[4]
Karir birokrasi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1882, saat masih berusia 29 tahun, Tan diangkat menjadi Letnan Cina, bersamaan dengan ayahnya yang diangkat menjadi Kapitan Cina Cirebon.[4][1][2] Setelah ayahnya meninggal pada tahun 1884, Letnan Tan Tjin Kie tidak diangkat untuk menggantikan ayahnya, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku pada saat itu.[1] Pada tahun yang sama, dua orang iparnya, yakni Kwee Keng Eng dan Kwee Keng Liem, diangkat menjadi Letnan Cina. Kwee Keng Eng dan Kwee Keng Liem masing-masing-masing merupakan suami dari Tan Oen Tok Nio dan Tjoe Soei Lan Nio.[1][5] Pada tahun 1886, iparnya yang lain, Aw Seng Hoe, suami dari sepupunya, Tan An Nio, diangkat menjadi Letnan Cina Majalengka.[2] Setelah jabatan Kapitan Cina Cirebon kembali lowong pada tahun 1888, Letnan Tan Tjin Kie, yang telah berusia 35 tahun, akhirnya diangkat menjadi Kapitan Cina Cirebon.[4][1][2]
Pada tahun 1893, Kapitan Tan Tjin Kie mendapat gelar Mandarin Tingkat Kedua (To-Ham) dari Kaisar Guangxu.[4] Pada tahun 1908, ia diangkat menjadi Mandarin Tingkat Pertama (To-Wan).[4] Pada tahun 1909, pemerintah Belanda menganugerahkan Gouden Ster voor Trouw en Verdienste, gelar tertinggi di koloni Belanda yang setara dengan Order of the Netherlands Lion.[4]
Salah satu pencapaian penting dari Kapitan Tan Tjin Kie saat menjabat adalah caranya dalam menangani pertikaian antara komunitas Tionghoa dan Arab pada tahun 1912.[5] Tan menegosiasikan kesepakatan damai dengan Kapitan Arab, dan ia juga memimpin kunjungan 50 orang tokoh masyarakat Tionghoa ke permukiman Arab di Cirebon untuk mengkonfirmasi kesepakatan tersebut.[5] Oleh karena itu, ia dianggap sangat berperan dalam menjaga perdamaian di Cirebon, sehingga tidak ada korban jiwa seperti di wilayah lain di Jawa.[5] Pada tahun 1913, untuk merayakan Tan yang telah 25 tahun menjabat sebagai pejabat Cina dan untuk mengakui peran Tan dalam menyelesaikan konflik Arab-Tionghoa pada tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mengangkatnya menjadi Mayor-tituler Cina.[4][5] Ia pun menjadi satu-satunya pejabat Cina di Cirebon yang mendapat jabatan tersebut, karena berbeda dengan komunitas Cina di kota-kota besar seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya, komunitas Cina di Cirebon biasanya hanya dipimpin oleh Kapitan Cina, bukan Mayor Cina.[1]
Abdi dalem dan filantropis
[sunting | sunting sumber]Keluarga Tan dari Cirebon hidup sebagai bagian dari Kesultanan Cirebon selama beberapa generasi, dan merupakan pelindung dari seni dan budaya Jawa.[5] Mayor-tituler Tan Tjin Kie pun menjadi bagian dari tradisi tersebut, dengan mengkoleksi topeng, wayang, dan manuskrip langka, serta memiliki orkestra gamelan pribadi.[6][5]
Di luar Cirebon, Tan juga berhubungan dekat dengan Pakubuwono X, Susuhunan Surakarta.[5] Pakubuwono X pernah mengunjungi Mayor-tituler Tan Tjin Kie beberapa kali, termasuk pada tahun 1916, saat Susuhunan menginap di kediaman Tan di Loewoenggadjah.[5]
Sebagai pejabat Cina tertinggi di Cirebon dan kepala dari keluarga pejabat Cina tertua di Cirebon, Mayor-tituler Tan Tjin Kie mendukung sejumlah kegiatan sosial.[1][4] Contohnya, ia merupakan donatur penting di balik pendirian Ziekenhuis Oranje (kini menjadi RSUD Gunung Jati).[7]
Di dalam komunitas Tionghoa di Cirebon, ia melanjutkan hubungan panjang antara pejabat Cina dan Kelenteng Tiao Kak Sie, kelenteng Cina paling penting di Cirebon.[1] Pada tahun 1889, ia meletakkan sebuah plakat untuk merayakan renovasi dari kelenteng tersebut di bawah perlindungannya. Renovasi sebelumnya selesai pada tahun 1830 di bawah perlindungan dari kakek buyutnya, Kapitan Tan Kong Djan.[1] Tan juga merupakan presiden dari Kong Djoe Koan, sebuah yayasan layanan pemakaman, dan merupakan Bechermheer (pelindung) dari Hok Sioe Hwee, sebuah lembaga pengelola dana pemakaman Cina.[4] Tidak jauh berbeda, ia juga merupakan pendiri dan Bechermheer dari organisasi pendidikan Konfusianisme, Tiong Hoa Hwee Koan, di Cirebon.[4]
Kematian, pemakaman, dan keturunan
[sunting | sunting sumber]Mayor-tituler Tan Tjin Kie akhirnya meninggal pada tahun 1919.[1] Melalui istrinya, Ong Hwie Nio, Tan dianugerahi dua orang putra, yakni Tan Gin Ho and Tan Gin Han, serta seorang putri, yakni Tan Ho Lie Nio.[2] Putra sulungnya, Tan Gin Ho, dan menantunya, Kwee Tjiong In, kemudian diangkat menjadi Letnan Cina Cirebon. Tan Gin Ho menjabat mulai tahun 1898 hingga 1913, sementara Kwee Tjiong In menjabat mulai tahun 1907 hingga 1910 dan mulai tahun 1913 hingga 1920.[1][2] Sedangkan putranya yang lain, Tan Gin Han, menikahi Phoa Kiat Liang, keponakan dari Phoa Keng Hek dan cicit dari Phoa Tjeng Tjoan, Kapitan Cina Buitenzorg.[2]
Prosesi pemakaman Tan berlangsung selama 40 hari dan dianggap sebagai prosesi pemakaman termahal yang pernah digelar di Jawa.[3][4][5] Didahului oleh delapan band militer dari Batavia dan Bandung, prosesi pemakamannya pun dibagi menjadi sembilan bagian.[3][5] Didampingi oleh satu peleton perwira polisi yang dikirim oleh Johan Paul, Count van Limburg-Stirum, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, terdapat sebuah kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda yang dilengkapi dengan potret dari Tan.[3][5] Setelah prosesi dari berbagai organisasi dan sekolah yang dilindungi oleh Tan, peti jenazahnya diangkut dengan kereta kuda, yang juga ditarik oleh 250 orang kuli berseragam.[3][5] Pemakaman tersebut dipimpin oleh Lama Buddha Tibet, yang didatangkan langsung dari Tibet.[5]
Koran De Preangerbode memperkirakan bahwa pemakaman tersebut menghabiskan biaya sebesar 280.000 gulden. Biaya tersebut belum termasuk pembangunan sebuah mausoleum senilai 300.000 gulden oleh anak-anak Tan.[5] Dalam nilai tahun 2019, total biaya pemakaman dan pembangunan mausoleum tersebut mencapai jutaan dolar Amerika Serikat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n Haryono, Steve (2017). "Chinese officers in Cirebon". Wacana (dalam bahasa Inggris). 18 (1): 216–236. doi:10.17510/wacana.v18i1.578 . ISSN 2407-6899. Diakses tanggal 30 November 2019.
- ^ a b c d e f g h i j Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 (dalam bahasa Inggris). Utrecht: Steve Haryono. ISBN 978-90-90-30249-2. Diakses tanggal 30 November 2019.
- ^ a b c d e Bataviaasch nieuwsblad (1919). De begrafenis van den Majoor der Chineezen Tan Tjin Kie te Cheribon (dalam bahasa Belanda). Batavia: G. Kolff. Diakses tanggal 30 November 2019.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Kepustakaan Populer Gramedia (2000). Kesastraan Melayu Tionghoa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9100-79-5. Diakses tanggal 30 November 2019.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Post, Peter (2019). The Kwee Family of Ciledug: Family, Status, and Modernity in Colonial Java (dalam bahasa Inggris). Volendam: LM Publishers. ISBN 978-94-6022-492-8. Diakses tanggal 30 November 2019.
- ^ Ross, Laurie Margot (2016). The Encoded Cirebon Mask: Materiality, Flow, and Meaning along Java's Islamic Northwest Coast (dalam bahasa Inggris). Amsterdam: BRILL. ISBN 978-90-04-31521-1. Diakses tanggal 30 November 2019.
- ^ "Menelusuri Hilangnya Jejak Tan Tjin Kie, Orang Terkaya di Cirebon". JawaPos.com. Jawa Pos. 8 April 2017. Diakses tanggal 30 November 2019.
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kapitan The Tjiauw Tjay |
Kapitan Cina Cirebon 1888–1913 |
Ia sendiri sebagai Mayor-tituler |
Jabatan baru | Mayor-tituler Cina Cirebon 1888–1913 |
Diteruskan oleh: Oey Thiam Tjoan sebagai Kapitan |