Lompat ke isi

Abah Sepuh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(37 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
{{Infobox Ulama Muslim
|notability = Al-ʿĀrif Bīllāh Al-Faqīh Ash-Shūfī Hadhrotul Mukarrom Syeikh ʿAbdullāh Mubārok bin Noor Muhammad qs. wa ra.
|name = Abdullah Mubarok
|image = Syaikh_Abdullah_Mubarok_bin_Nur_Nuhammad_(Abah_Sepuh).jpg
|image =Pangersa_Abah_Sepuh.jpg
|imagesize = 280px
|imagesize = 280px
|alt =
|alt =
|caption =
|caption =
|glr_islam_dpn = [[Syekh]] [[Haji]]
|glr_islam_dpn = {{Al-ʿĀrif Bīllāh}} {{Al-Faqīh Ash-Shūfī}}
|name = Pangersa Abah Sepuh
|birth_name = Abdullah Mubarok
|birth_name = ʿAbdullāh Mubārok
|thn_lahir_m = 1836
|birth_date = 1836
|tempat_lahir = Cicalung
|negara_dilahirkan = [[Kecamatan Tarikolot]], [[Kabupaten Sumedang]], {{negara|Hindia Belanda}}
|birth_place = di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang, kec. Tarikolot, [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Hindia Belanda]]{{negara|Hindia Belanda}}
|nationality = [[Indonesia]]
|birth_place =
|ethnicity = [[Suku Sunda|Sunda]]
|nationality =
|other_names = Ajengan Godebag
|ethnicity=Sunda
|other_names = Abah Sepuh
|known_for =
|known_for =
|awards=
|awards=
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|parents= *[[Nur Muhammad|Noor Muhammad]] ra. alias Raden Nurapradja atau Eyang Upas<br />
|parents=
*Ibu Emah
;Ayah
|spouse = *Ny. Jubaedah<br /ref>
[[Raden Nura Pradja]] alias Nur Muhammad alias Eyang Upas
*Ny. Mulki<br /ref>
;Ibu
*Hj. Siti Juhriyah<br /ref>
Emah
*Ny. Enok<br /ref>
|spouse =
*Hj. Uneh
|children=
|children=
*Ny. Siti Sufiyah
1.Haji Sofiyah <br />
2. Haji Sukanah.<br />
*Ny. Siti Sukanah
*Moh. Malik
3. Haji Dahlan.<br />
*H. A. Dahlan
4. Haji Saadah.<br />
*Hj. Endah Saʿadah
5. [[Abah Anom|Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin]]<br />
*'''[[Abah Anom|Pangersa Abah Anom]]'''
6. Haji Uwas.<br />
*Hj. Uwas Wasiʿah
7. Haji Didah.<br />
*Hj. Didah Rosidah
8. Haji Y. Juhriyah.<br />
*Hj. Yuyu Juhriyah
9. K.H. Noor Anom Mubarok<br />
*KH. Noor Anom Mubarok
|relatives=
|relatives=*KH. Moh. Hasan<br /ref>
*Eyang Alkiyah<br /ref>
*H. Azhuri<br /ref>
*KH. Zaenal<br /ref>
*KH. Oleh<br /ref>
*Eyang Ita<br /ref>
*H. Noor<br /ref>
*Karsih<br /ref>
*H. Nurhamad<br /ref>
*Muhari<br /ref>
|judul1 = Ulama
|judul1 = Ulama
|judul2 = Pimpinan
|judul2 = Pimpinan sekaligus Pendiri
|sub2 = [[Pondok Pesantren Suryalaya]]
|sub2 = [[Pondok Pesantren Suryalaya]]
|judul3 = Guru mursyid
|judul3 = Guru Mursyid
|sub3 = [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]
|sub3 = [[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqshabandiyah]]
|thariqah_sunni_1 = [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]
|thoriqoh_sunni_1 = [[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]
|status_hidup_wafat = WAFAT
|status_hidup_wafat = Wafat
|tgl_wafat_m = 25
|tgl_wafat_m = 25
|bln_wafat_m = Januari
|bln_wafat_m = Januari
|thn_wafat_m = 1956
|thn_wafat_m = 1956
|tempat_wafat= Tasikmalaya
|tempat_wafat= Kota Tasikmalaya
|tempat_makam= '''[[Puncak Suryalaya]]'''
|negara_makam= Indonesia
|occupation=[[Mursyid|Syeikh Mursyid]] [[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]<br/ ref>
Pendiri [[Pondok Pesantren Suryalaya]]|influences=[[Ahmad Khatib as-Sambasi|Hadhratus-Syaikh Ahmad Khātib Syambās ibni ʿAbdul Ghaffār]]<br /ref>|influenced=[[Abah Anom|Syeikh Ahmad Shōhibulwafā Tājul ʿĀrifīn]]|teachers=*[[Syeikh Ahmad Tholhah bin Tholabuddin Kalisapu Cirebon]]<br /ref>
*[[Kholil al-Bangkalani|Syeikh Muhammad Kholīl Al-Jāwī Al-Madūrī Al-Bangkalānī]]|death_date=Rabu, 25 Januari 1956|death_place=[[Kota Tasikmalaya]]|burial_place= [https://g.co/kgs/MG6JjZ&#124; Puncak Suryalaya]|notable_ideas=''[https://www.suryalaya.org›tanbih&#124; TANBIH]''|notable_works=}}


'''Al-ʿĀrif Bīllāh Al-Faqīh Ash-Shūfī Hadhrotul Mukarrom Syeikh ʿAbdullāh Mubārok bin Noor Muhammad qs. wa ra.''' atau dikenal luas dengan panggilan '''Pangersa Abah Sepuh''' adalah [[Tokoh masyarakat|Tokoh Masyarakat]] yang dikenal sebagai [[Ulama|Ulama Besar]], sangat berpengaruh, dan Kharismatik. Beliau merupakan Pendiri '''[[Pondok Pesantren Suryalaya]]''', dan juga Murid Utama dari '''[[Syeikh Ahmad Tholhah bin Tholabuddin]]''' yang kemudian diberi [[Mandat (politik)|Mandat]] Khirqoh Kemursyidan '''[[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] [http://tqnnews (TQN)]{{Pranala mati|date=Juli 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}''' dalam silsilah ke-36 oleh beliau. Selama hidupnya Pangersa Abah Sepuh bukan sekadar Ulama biasa. Ia adalah [[Pejuang Kemerdekaan Indonesia|Pejuang Kemerdekaan]] sekaligus [[Mursyid]] [[Tarekat]].
}}


''' Pangersa Abah Sepuh''' tercatat dilahirkan pada tahun 1836 di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang, Kecamatan Tarikolot, Kabupaten Sumedang, [[negara|Hindia Belanda]] (sekarang, Kampung Cicalung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, [[Jawa Barat]]) dari pasangan '''Noor Muhammad ra'''. alias [[Raden Nurapradja]] (Eyang Upas) dengan '''Ibu Emah'''.
== Biografi ==
'''Syekh Haji Abdullah Mubarok''' bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil '''Abah Sepuh''', lahir tahun 1836 di kampung [[Cicalung]] [[Kecamatan Tarikolot]] [[Kabupaten Sumedang]] (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung [[Kabupaten Tasikmalaya]]) dari pasangan [[Rd Nura Pradja|Raden Nura Pradja]] (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan [[Ibu Emah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai [[Kyai Jangkung]].{{Bio muslim butuh rujukan}}


Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang [[akidah]], [[fiqih]], dan lain-lain di tempat orang tuanya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di [[Pesantren Sukamiskin]], [[Bandung]], ia mendalami [[fiqih]], [[nahwu]], dan [[sorof]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, [[Tasikmalaya]]. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang [[akidah]], [[fiqih]], dan lain-lain di tempat orang tuanya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di [[Pesantren Sukamiskin]], [[Bandung]], ia mendalami [[fiqih]], [[nahwu]], dan [[sorof]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, [[Tasikmalaya]]. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.{{Bio muslim butuh rujukan}}


Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, [[Tasikmalaya]], ia masih terus belajar dan mendalami ilmu [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] kepada Mama Guru Agung [[Syaikh Tolhah]] bin [[Talabudin]] di daerah [[Trusmi]] dan [[Kalisapu]] [[Cirebon]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara [[Tasikmalaya]] - [[Cirebon]] untuk memperdalam ilmu [[tarekat]], akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] oleh [[Syaikh Tolhah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia juga memperoleh bimbingan ilmu [[tarekat]] dan (bertabaruk) kepada [[Syaikh Kholil]], [[Bangkalan]] [[Madura]], dan bahkan memperoleh ijazah khusus [[Shalawat Bani Hasyim]].{{Bio muslim butuh rujukan}}
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, [[Tasikmalaya]], ia masih terus belajar dan mendalami ilmu [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] kepada Mama Guru Agung [[Syaikh Tolhah]] bin [[Talabudin]] di daerah [[Trusmi]] dan [[Kalisapu]] [[Cirebon]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara [[Tasikmalaya]] - [[Cirebon]] untuk memperdalam ilmu [[tarekat]], akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] oleh [[Syaikh Tolhah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia juga memperoleh bimbingan ilmu [[tarekat]] dan (bertabaruk) kepada [[Syaikh Kholil]], [[Bangkalan]] [[Madura]], dan bahkan memperoleh ijazah khusus [[Shalawat Bani Hasyim]].


Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]], ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah [[H. Tirta|Haji Tirta]] untuk sementara.{{Bio muslim butuh rujukan}} Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5&nbsp;km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]], ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah [[H. Tirta|Haji Tirta]] untuk sementara.{{Bio muslim butuh rujukan}} Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5&nbsp;km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Baris 62: Baris 76:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html Riwayat Singkat: Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130702151137/http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html |date=2013-07-02}}


* {{id}} [http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html Riwayat Singkat: Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad]

== Catatan kaki ==
{{Ulama-Nusantara-bio-stub}}
{{Indonesia-bio-stub}}

[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Sufi Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Sunda|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Sunda|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Tasikmalaya|Abah Sepuh]]

Revisi terkini sejak 19 Desember 2023 16.57

Pangersa Abah Sepuh
Al-ʿĀrif Bīllāh Al-Faqīh Ash-Shūfī Hadhrotul Mukarrom Syeikh ʿAbdullāh Mubārok bin Noor Muhammad qs. wa ra.
NamaPangersa Abah Sepuh
LahirʿAbdullāh Mubārok
1836
di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang, kec. Tarikolot, Sumedang, Hindia BelandaHindia Belanda
MeninggalRabu, 25 Januari 1956
Kota Tasikmalaya
Dimakamkan diPuncak Suryalaya
Nama lainAjengan Godebag
KebangsaanIndonesia
EtnisSunda
JabatanSyeikh Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya
Gagasan yang terkenalTANBIH
Guru-guru
Istri
  • Ny. Jubaedah
  • Ny. Mulki
  • Hj. Siti Juhriyah
  • Ny. Enok
  • Hj. Uneh
Keturunan
  • Ny. Siti Sufiyah
  • Ny. Siti Sukanah
  • Moh. Malik
  • H. A. Dahlan
  • Hj. Endah Saʿadah
  • Pangersa Abah Anom
  • Hj. Uwas Wasiʿah
  • Hj. Didah Rosidah
  • Hj. Yuyu Juhriyah
  • KH. Noor Anom Mubarok
Orang tua
  • Noor Muhammad ra. alias Raden Nurapradja atau Eyang Upas
  • Ibu Emah
Keluarga
  • KH. Moh. Hasan
  • Eyang Alkiyah
  • H. Azhuri
  • KH. Zaenal
  • KH. Oleh
  • Eyang Ita
  • H. Noor
  • Karsih
  • H. Nurhamad
  • Muhari

Al-ʿĀrif Bīllāh Al-Faqīh Ash-Shūfī Hadhrotul Mukarrom Syeikh ʿAbdullāh Mubārok bin Noor Muhammad qs. wa ra. atau dikenal luas dengan panggilan Pangersa Abah Sepuh adalah Tokoh Masyarakat yang dikenal sebagai Ulama Besar, sangat berpengaruh, dan Kharismatik. Beliau merupakan Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dan juga Murid Utama dari Syeikh Ahmad Tholhah bin Tholabuddin yang kemudian diberi Mandat Khirqoh Kemursyidan Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)[pranala nonaktif permanen] dalam silsilah ke-36 oleh beliau. Selama hidupnya Pangersa Abah Sepuh bukan sekadar Ulama biasa. Ia adalah Pejuang Kemerdekaan sekaligus Mursyid Tarekat.

Pangersa Abah Sepuh tercatat dilahirkan pada tahun 1836 di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang, Kecamatan Tarikolot, Kabupaten Sumedang, Hindia Belanda (sekarang, Kampung Cicalung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) dari pasangan Noor Muhammad ra. alias Raden Nurapradja (Eyang Upas) dengan Ibu Emah.

Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.[butuh rujukan] Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang akidah, fiqih, dan lain-lain di tempat orang tuanya.[butuh rujukan] Di Pesantren Sukamiskin, Bandung, ia mendalami fiqih, nahwu, dan sorof.[butuh rujukan] Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, Tasikmalaya. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.[butuh rujukan]

Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, Tasikmalaya, ia masih terus belajar dan mendalami ilmu Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah kepada Mama Guru Agung Syaikh Tolhah bin Talabudin di daerah Trusmi dan Kalisapu Cirebon.[butuh rujukan] Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara Tasikmalaya - Cirebon untuk memperdalam ilmu tarekat, akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah oleh Syaikh Tolhah.[butuh rujukan] Ia juga memperoleh bimbingan ilmu tarekat dan (bertabaruk) kepada Syaikh Kholil, Bangkalan Madura, dan bahkan memperoleh ijazah khusus Shalawat Bani Hasyim.

Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah Haji Tirta untuk sementara.[butuh rujukan] Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5 km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.[butuh rujukan]

Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad kemudian dan bermukim dan memimpin Pondok Pesantren Suryalaya sampai akhir hayatnya.[butuh rujukan] Ia memperoleh gelar Syaikh Mursyid.[butuh rujukan] Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, ia bermukim di rumah Haji Sobari Jl. Cihideung No. 39 Tasikmalaya dari tahun 1950-1956 sampai ia wafat.[butuh rujukan]

Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun.[butuh rujukan] Ia menniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa Tanbih yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, Pondok Pesantren Suryalaya dalam hidup dan kehidupannya.[butuh rujukan]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]