Lompat ke isi

Aesan gede: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Perbaikan tata bahasa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(15 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{italic title}}
[[Berkas:Aesan Gede Songket Palembang.jpg|jmpl|417x417px|Busana Aesan Gede Songket Palembang.]]
[[Berkas:Aesan Gede Songket Palembang.jpg|jmpl|417x417px|Busana Aesan Gede Songket Melayu Palembang.]]
'''Aesan Gede''' adalah [[pakaian]] [[adat]] [[masyarakat]] [[Sumatra Selatan]] yang dipergunakan dalam [[upacara]] [[pernikahan]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_jYa_tmBtr0J:https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/download/4927/2671+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=SONGKET AESAN GEDE SEBAGAI PAKAIAN ADAT PERKAWINAN TRADISIONAL PALEMBANG (1966-1986)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-03-11}}</ref> Aesan gede berkaitan dengan julukan [[Sumatra]] sebagai ''swarnadwipa'' atau [[pulau]] [[emas]].<ref name=":4">{{Cite web|url=http://m.tobapos.co/view/7/4367/Kebudayaan-Suku-Palembang-.html#|title=Kebudayaan Suku Palembang - Tobapos.co - Setia kepada Rakyat - Mobile Version|website=m.tobapos.co|access-date=2019-03-12}}</ref> Hal ini terlihat dari beberapa [[aksesoris]] yang dikenakan dalam aesan gede yaitu berupa [[perhiasan]] bercitrakan keemasan.<ref name=":4" /> Pakaian ini termasuk ke dalam salah satu jenis kain [[songket]] yang dahulu sering dipergunakan oleh para kaum [[bangsawan]].<ref name=":0" /> Pakaian ini digunakan untuk [[upacara]] [[adat]] [[pernikahan]] karena melambangkan kebesaran [[orang]] yang mengenakannya. <ref name=":0" /> Aesan gede dipakai pada [[acara]] ''munggah'', yaitu salah satu puncak upacara adat pernikahan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:N17l0lbKLTcJ:jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/download/1297/1056+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=1 Makna Simbol dalam Aesan Gede dan Pak Sangkong Pakaian Adat Pernikahan Palembang Eka Hikmawati Fakultas Adab dan Humaniora Uni|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-03-11}}</ref> Unsur [[Hindu]] [[Budha]] sendiri terkandung pada [[pakaian]] adat aesan gede.<ref name=":2" /> Aesan gede berasal dari [[Kerajaan Sriwijaya]] yang menganut kepercayaan Hindu-Budha.<ref name=":2" /> Hal ini terbukti bahwa [[Bukit Siguntang]] di kawasan Bukit Kecil merupakan tempat pemujaan atau tempat beribadah [[umat]] Hindu Budha pada saat itu.<ref name=":2" /> Pemakaian ''dodot'' pada aesan gede adalah sebuah [[akulturasi]] dari [[Jawa]] dengan [[kepercayaan]] yang sama yaitu Hindu Budha.<ref name=":2" />
'''''Aesan gede''''' adalah salah satu [[busana tradisional Palembang|Busana tradisional Melayu Palembang]], berasal dari [[Sumatra Selatan]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_jYa_tmBtr0J:https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/download/4927/2671+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id|title=SONGKET AESAN GEDE SEBAGAI PAKAIAN ADAT PERKAWINAN TRADISIONAL PALEMBANG (1966-1986)|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-03-11}}</ref> Aesan berarti perhiasan, sementara gde bermakna nenek atau leluhur. Penamaan aesan gede berkaitan dengan julukan [[Sumatra]] sebagai ''Suwarna-dwipa'' ({{lit|pulau emas}}).<ref name=":4">{{Cite web|url=http://m.tobapos.co/view/7/4367/Kebudayaan-Suku-Palembang-.html#|title=Kebudayaan Suku Palembang - Tobapos.co - Setia kepada Rakyat - Mobile Version|website=m.tobapos.co|access-date=2019-03-12}}{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Indikasinya terlihat dari beberapa kelengkapan yang dikenakan, yaitu berupa [[perhiasan]] bercitrakan keemasan.<ref name=":4" /> Pakaian ini termasuk salah satu jenis kain [[songket]] yang dahulu sering dipergunakan para kaum [[bangsawan]].<ref name=":0" /> Pakaian ini dikenakan pada [[upacara]] [[adat]] [[pernikahan]] karena melambangkan kebesaran [[orang]] yang mengenakannya.<ref name=":0" /> Aesan gede dipakai pada [[acara]] ''munggah'', yaitu salah satu puncak upacara adat pernikahan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/download/1297/1056|title=1 Makna Simbol dalam Aesan Gede dan Pak Sangkong Pakaian Adat Pernikahan Melayu Palembang Eka Hikmawati Fakultas Adab dan Humaniora Uni|website=webcache.googleusercontent.com|access-date=2019-03-11|archive-date=2018-12-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20181206193734/http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/download/1297/1056|dead-url=yes}}</ref> Unsur [[Hindu]] [[Budha]] sendiri terkandung pada [[pakaian]] adat aesan gede.<ref name=":2" /> Aesan gede berasal dari [[Kerajaan Sriwijaya]] yang menganut kepercayaan Hindu-Budha.<ref name=":2" /> Hal ini terbukti bahwa [[Bukit Siguntang]] di kawasan Bukit Kecil merupakan tempat pemujaan atau tempat beribadah [[umat]] Hindu-Budha pada saat itu.<ref name=":2" />


== Makna motif ==
== Makna motif ==
Pakaian hasil [[karya]] tenunan [[masyarakat]] [[tradisional]] [[Palembang]] itu ditenun dari [[benang]] emas atau disebut juga ''songket lepus'' dengan berbagai motif hiasan di antaranya, motif bunga [[melati]], motif bunga [[mawar]], motif [[pucuk rebung]], dan motif bunga tanjung.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Triyanto|first=Triyanto|last2=Sumaryanto|first2=Totok|last3=Shanie|first3=Arsan|date=2017-08-25|title=Busana Aesan Gede dan Ragam Hiasnya sebagai Ekspresi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Palembang|url=https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/17031|journal=Catharsis|language=en|volume=6|issue=1|pages=49–56|doi=10.15294/catharsis.v6i1.17031|issn=2502-4531}}</ref>
Pakaian hasil [[karya]] tenunan [[masyarakat]] [[tradisional]] [[Melayu Palembang]] itu ditenun dari [[benang]] emas atau disebut juga ''songket lepus'' dengan berbagai motif hiasan. Motif tersebut di antaranya, motif bunga [[melati]], motif bunga [[mawar]], motif [[pucuk rebung]] dan motif bunga tanjung.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Triyanto|first=Triyanto|last2=Sumaryanto|first2=Totok|last3=Shanie|first3=Arsan|date=2017-08-25|title=Busana Aesan Gede dan Ragam Hiasnya sebagai Ekspresi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Palembang|url=https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/17031|journal=Catharsis|language=en|volume=6|issue=1|pages=49–56|doi=10.15294/catharsis.v6i1.17031|issn=2502-4531}}</ref>


* Motif bunga mawar merupakan perlambangan penawar dan menjauhkan [[diri]] dari marabahaya.<ref name=":0" />
* Motif bunga mawar merupakan perlambang penawar dan menjauhkan [[diri]] dari marabahaya.<ref name=":0" />
* Motif bunga tanjung merupakan [[lambang]] keramahan sebagai istri tuan rumah dan sebagai ucapan selamat datang kepada para [[tamu]] undangan yang hadir.<ref name=":0" />
* Motif bunga tanjung merupakan [[lambang]] keramahan sebagai istri tuan rumah dan sebagai ucapan selamat datang kepada para [[tamu]] undangan yang hadir.<ref name=":0" />
* Motif bunga melati melambangkan kesucian, keanggunan, dan sopan santun dari mempelai [[wanita]].<ref name=":0" />
* Motif bunga melati melambangkan kesucian, keanggunan dan sopan santun dari mempelai [[wanita]].<ref name=":0" />
* Motif [[pucuk rebung]] merupakan perlambang harapan yang baik untuk masa depan.<ref name=":0" />
* Motif [[pucuk rebung]] merupakan perlambang harapan yang baik untuk masa depan.<ref name=":0" />


Baris 17: Baris 18:
'''Mempelai wanita'''
'''Mempelai wanita'''


Bentuk Aesan gede pada mempelai wanita terdiri dari bagian [[kepala]], badan, tangan, dan kaki.<ref name=":1" /> Pada bagian kepala terdapat ''Bungo Rampai'' yang mempunyai bentuk seperti bunga cempaka bertangkai dan terbuat dari bahan emas.<ref name=":1" /> Gandik mempunyai bentuk seperti ikat kepala yang terbuat dari kain [[bludru]] bewarna [[merah]] pada bagian atasnya di hiasi ornamen melati.<ref name=":1" /> ''Gelung Malang'' berbentuk [[sanggul]] yang terbuat dari rambut asli yang dirangkai dengan bunga mawar dan melati. Tebeng Malu berbentuk [[bola]]-bola berbagai warna yang dirangkai dan dipasang disamping [[telinga]].<ref name=":1" /> Kesuhun, berbentuk mahkota dengan hiasan melati dan [[permata]] dibagian tengahnya. <ref name=":1" />Kelapo Standan berbentuk [[segitiga]] sama kaki yang terbuat dari emas dengan hiasan bunga yang bertangkai.<ref name=":1" /> Selanjutnya, pada bagian badan terdiri dari Taratai yaitu penutup [[dada]], Kalung Kebo Munggah berbentuk kalung tiga susun dengan ornamen bentuk kepala [[kerbau]] dan Songket Lepus merupakan jenis kain yang ditenun dengan benang emas dan memiliki motif tumpal.<ref name=":1" /> Pada bagian tangan dan kaki terdiri dari Gelang Kulit Bahu berbentuk belah [[ketupat]] dengan hiasan melati di tengah.<ref name=":1" /> Gelang Sempuru berbentuk [[bulat]] [[pipih]] dan terbuat dari lapisan emas atau [[kuningan]]. <ref name=":1" />Gelang Ulo Betapo berbentuk bulat dengan ornamen kepala [[ular]] di sekeliling gelang.<ref name=":1" /> Gelang Gepeng berbentuk bulat tipis dengan hiasan [[bunga]] dan [[tumbuhan]].<ref name=":1" /> Kemudian bagian alas kaki menngunakan cenela yang bentuknya seperti trompa atau [[Slop]].<ref name=":1" />
Bentuk Aesan gede pada mempelai wanita terdiri dari bagian [[kepala]], badan, tangan, dan kaki.<ref name=":1" /> Pada bagian kepala terdapat ''Bungo Rampai'' yang mempunyai bentuk seperti bunga cempaka bertangkai dan terbuat dari bahan emas.<ref name=":1" /> Gandik mempunyai bentuk seperti ikat kepala yang terbuat dari kain [[bludru]] bewarna [[merah]] pada bagian atasnya di hiasi ornamen melati.<ref name=":1" /> ''Gelung Malang'' berbentuk [[sanggul]] yang terbuat dari rambut asli yang dirangkai dengan bunga mawar dan melati. Tebeng Malu berbentuk [[bola]]-bola berbagai warna yang dirangkai dan dipasang disamping [[telinga]].<ref name=":1" /> Kesuhun, berbentuk mahkota dengan hiasan melati dan [[permata]] dibagian tengahnya.<ref name=":1" />Kelapo Standan berbentuk [[segitiga]] sama kaki yang terbuat dari emas dengan hiasan bunga yang bertangkai.<ref name=":1" /> Selanjutnya, pada bagian badan terdiri dari Taratai yaitu penutup [[dada]], Kalung Kebo Munggah berbentuk kalung tiga susun dengan ornamen bentuk kepala [[kerbau]] dan Songket Lepus merupakan jenis kain yang ditenun dengan benang emas dan memiliki motif tumpal.<ref name=":1" /> Pada bagian tangan dan kaki terdiri dari Gelang Kulit Bahu berbentuk belah [[ketupat]] dengan hiasan melati di tengah.<ref name=":1" /> Gelang Sempuru berbentuk [[bulat]] [[pipih]] dan terbuat dari lapisan emas atau [[kuningan]].<ref name=":1" />Gelang Ulo Betapo berbentuk bulat dengan ornamen kepala [[ular]] di sekeliling gelang.<ref name=":1" /> Gelang Gepeng berbentuk bulat tipis dengan hiasan [[bunga]] dan [[tumbuhan]].<ref name=":1" /> Kemudian bagian alas kaki menngunakan cenela yang bentuknya seperti trompa atau [[Slop]].<ref name=":1" />


'''Ragam hias'''
'''Ragam hias'''


Ragam hiasnya terdiri dari motif hias [[geometris]], motif hias tumbuhan dan motif hias [[binatang]].<ref name=":1" /> Motif hias geometris antara lain terdapat pada kain Songket, gelang dan kalung Kebo Munggah. <ref name=":1" /> Motif hias tumbuhan berupa motif hias bunga melati, motif hias bungai [[teratai]], motif hias bunga mawar, bunga [[cempaka]], dan motif hias tumbuhan menjalar.<ref name=":1" /> Motif hias melati antara lain terdapat pada ragam hias Terate, Gandik, Kesuhun pengantin perempuan.<ref name=":1" /> Motif hias bunga teratai terdapat pada Kesuhun pengantin laki-laki dan perempuan.<ref name=":1" /> Motif hias bunga cempaka terdapat pada Cempako limo, gelung malang, motif hias bunga mawar terdapat pada kesuhun [[pengantin]] laki-laki dan perempuan.<ref name=":1" /> Motif hias tumbuhan menjalar terdapat pada celana sutra dan Cenela.<ref name=":1" /> Motif hias binatang terdapat pada kalung kebo munggah.<ref name=":1" />
Ragam hiasnya terdiri dari motif hias [[geometris]], motif hias tumbuhan dan motif hias [[binatang]].<ref name=":1" /> Motif hias geometris antara lain terdapat pada kain Songket, gelang dan kalung Kebo Munggah.<ref name=":1" /> Motif hias tumbuhan berupa motif hias bunga melati, motif hias bungai [[teratai]], motif hias bunga mawar, bunga [[cempaka]], dan motif hias tumbuhan menjalar.<ref name=":1" /> Motif hias melati antara lain terdapat pada ragam hias Terate, Gandik, Kesuhun pengantin perempuan.<ref name=":1" /> Motif hias bunga teratai terdapat pada Kesuhun pengantin laki-laki dan perempuan.<ref name=":1" /> Motif hias bunga cempaka terdapat pada Cempako limo, gelung malang, motif hias bunga mawar terdapat pada kesuhun [[pengantin]] laki-laki dan perempuan.<ref name=":1" /> Motif hias tumbuhan menjalar terdapat pada celana sutra dan Cenela.<ref name=":1" /> Motif hias binatang terdapat pada kalung kebo munggah.<ref name=":1" />


== Ciri khas ==
== Ciri khas ==
Pengantin Palembang berbusana aesan gede biasanya menggunakan mahkota bernama ''kesuhuun''.<ref name=":3">{{Cite book|title=Untaian Ratna Mutu Manikam|url=https://books.google.co.id/books?id=4xdIDwAAQBAJ&pg=PA29&lpg=PA29&dq=aesan+gede+adalah&source=bl&ots=smz1SO8-l0&sig=ACfU3U308C9kylrV_LPoiOr7zrAaWue-rQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjBl8T65PzgAhUt7nMBHW2bDLY4HhDoATAJegQIARAB#v=onepage&q=aesan%20gede%20adalah&f=false|publisher=Gramedia Pustaka Utama|date=2015-06-15|isbn=9786020317632|language=id|first=M.|last=Deddy}}</ref> Mahkota ini juga dipercantik dengan hiasan [[rambut]] ''cempaka lima'' dan tusuk soeal berbunga.<ref name=":3" /> Selain itu, bentuk sumping terdiri dari [[benang]] bermacam warna yang dimodifikasi menjadi motif bunga melati yang menjuntai sampai ke [[bahu]].<ref name=":3" /> [[Sanggul]] yang dikenakan adalah gelung malang, yaitu sanggul yang merefrentasikan [[budaya]] Sriwijaya, [[Tiongkok]], dan [[India]].<ref name=":3" /> Sanggul ini dibawa oleh masyarakat [[Jawa]] tepatnya Laskar [[Majapahit]] pada abad ke-14.<ref name=":3" /> Sanggul ini diterapkan ''lungsen'' (rambut panjang imitasi) yang membentuk [[angka]] [[delapan]].<ref name=":3" /> Mempelai berbusana aesan gede tampil dengan mengenakan lilitan kain [[tenun]] atau disebut juga songket palembang serta penutup pada hiasan lainnya.<ref name=":3" /> Lilitan songket [[palembang]] yang digunakan harus menutupi sampai ke kaki.<ref name=":3" /> Untuk pengantin pria, menggunakan lilitan kain songket menutupi dada dan celana panjang yang berwarna [[kontras]].<ref name=":3" /> Sebagai hiasan tambahan biasanya menggunakan teratai dada, selendang pelangi jambon, pending emas, kalung, dan gelang.<ref name=":3" /> Penutup kepala menggunakan [[kopiah]] cupak dan ditambahkan sumping dari rangkaian bunga melati untuk menggantikan posisi sumping bola beraneka warna.<ref name=":3" />
Pengantin Palembang berbusana aesan gede biasanya menggunakan mahkota bernama ''kesuhuun''.<ref name=":3">{{Cite book|title=Untaian Ratna Mutu Manikam|url=https://books.google.co.id/books?id=4xdIDwAAQBAJ&pg=PA29&lpg=PA29&dq=aesan+gede+adalah&source=bl&ots=smz1SO8-l0&sig=ACfU3U308C9kylrV_LPoiOr7zrAaWue-rQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjBl8T65PzgAhUt7nMBHW2bDLY4HhDoATAJegQIARAB#v=onepage&q=aesan%20gede%20adalah&f=false|publisher=Gramedia Pustaka Utama|date=2015-06-15|isbn=9786020317632|language=id|first=M.|last=Deddy}}</ref> Mahkota ini juga dipercantik dengan hiasan [[rambut]] ''cempaka lima'' dan tusuk soeal berbunga.<ref name=":3" /> Selain itu, bentuk sumping terdiri dari [[benang]] bermacam warna yang dimodifikasi menjadi motif bunga melati yang menjuntai sampai ke [[bahu]].<ref name=":3" /> [[Sanggul]] yang dikenakan adalah gelung malang, yaitu sanggul yang merefrentasikan [[budaya]] Sriwijaya, [[Tiongkok]], dan [[India]].<ref name=":3" />Sanggul ini diayakini dibawa oleh masyarakat [[Jawa]] tepatnya Laskar [[Majapahit]] pada abad ke-14.<ref name=":3" /> Sanggul ini diterapkan ''lungsen'' (rambut panjang imitasi) yang membentuk [[angka]] [[delapan]].<ref name=":3" /> Mempelai berbusana aesan gede tampil dengan mengenakan lilitan kain [[tenun]] atau disebut juga songket palembang serta penutup pada hiasan lainnya.<ref name=":3" /> Lilitan songket [[palembang]] yang digunakan harus menutupi sampai ke kaki.<ref name=":3" /> Untuk pengantin pria, menggunakan lilitan kain songket menutupi dada dan celana panjang yang berwarna [[kontras]].<ref name=":3" /> Sebagai hiasan tambahan biasanya menggunakan teratai dada, selendang pelangi jambon, pending emas, kalung, dan gelang.<ref name=":3" /> Penutup kepala menggunakan [[kopiah]] cupak dan ditambahkan sumping dari rangkaian bunga melati untuk menggantikan posisi sumping bola beraneka warna.<ref name=":3" />


== Penari ==
== Penari ==

Revisi terkini sejak 6 Desember 2023 10.04

Busana Aesan Gede Songket Melayu Palembang.

Aesan gede adalah salah satu Busana tradisional Melayu Palembang, berasal dari Sumatra Selatan.[1] Aesan berarti perhiasan, sementara gde bermakna nenek atau leluhur. Penamaan aesan gede berkaitan dengan julukan Sumatra sebagai Suwarna-dwipa (terj. har.'pulau emas').[2] Indikasinya terlihat dari beberapa kelengkapan yang dikenakan, yaitu berupa perhiasan bercitrakan keemasan.[2] Pakaian ini termasuk salah satu jenis kain songket yang dahulu sering dipergunakan para kaum bangsawan.[1] Pakaian ini dikenakan pada upacara adat pernikahan karena melambangkan kebesaran orang yang mengenakannya.[1] Aesan gede dipakai pada acara munggah, yaitu salah satu puncak upacara adat pernikahan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai.[3] Unsur Hindu Budha sendiri terkandung pada pakaian adat aesan gede.[3] Aesan gede berasal dari Kerajaan Sriwijaya yang menganut kepercayaan Hindu-Budha.[3] Hal ini terbukti bahwa Bukit Siguntang di kawasan Bukit Kecil merupakan tempat pemujaan atau tempat beribadah umat Hindu-Budha pada saat itu.[3]

Makna motif

[sunting | sunting sumber]

Pakaian hasil karya tenunan masyarakat tradisional Melayu Palembang itu ditenun dari benang emas atau disebut juga songket lepus dengan berbagai motif hiasan. Motif tersebut di antaranya, motif bunga melati, motif bunga mawar, motif pucuk rebung dan motif bunga tanjung.[4]

  • Motif bunga mawar merupakan perlambang penawar dan menjauhkan diri dari marabahaya.[1]
  • Motif bunga tanjung merupakan lambang keramahan sebagai istri tuan rumah dan sebagai ucapan selamat datang kepada para tamu undangan yang hadir.[1]
  • Motif bunga melati melambangkan kesucian, keanggunan dan sopan santun dari mempelai wanita.[1]
  • Motif pucuk rebung merupakan perlambang harapan yang baik untuk masa depan.[1]

Bentuk busana

[sunting | sunting sumber]

Mempelai pria

Bagian Kepala mempelai pria harus dipasang Kesuun yang bentuknya seperti mahkota berhias melati dan Tebeng Malu di atasnya, bentuknya mirip dengan yang dikenakan oleh pengantin wanita.[4] Pada Bagian Badan harus mengenakan Kalung Kebo Munggah dan Slempang Sawir.[4] Tangan harus memakai Gelang Kulit Bahu, Gelang Sempuru, Gelang Gepeng, dan juga Gelang Ulo Betapo.[4] Hal yang harus dikenakan pada tangan pria mirip dengan perhiasaan yang dipakai oleh perempuan.[4] Pada kaki, pengantin pria mengenakan Celano Sutra, yaitu celana berbahan Sutra yang memiliki motif Ukel.[4] Cenela adalah alas kaki yang mirip dengan mempelai wanita hanya ukurannya saja yang berbeda.[4]

Mempelai wanita

Bentuk Aesan gede pada mempelai wanita terdiri dari bagian kepala, badan, tangan, dan kaki.[4] Pada bagian kepala terdapat Bungo Rampai yang mempunyai bentuk seperti bunga cempaka bertangkai dan terbuat dari bahan emas.[4] Gandik mempunyai bentuk seperti ikat kepala yang terbuat dari kain bludru bewarna merah pada bagian atasnya di hiasi ornamen melati.[4] Gelung Malang berbentuk sanggul yang terbuat dari rambut asli yang dirangkai dengan bunga mawar dan melati. Tebeng Malu berbentuk bola-bola berbagai warna yang dirangkai dan dipasang disamping telinga.[4] Kesuhun, berbentuk mahkota dengan hiasan melati dan permata dibagian tengahnya.[4]Kelapo Standan berbentuk segitiga sama kaki yang terbuat dari emas dengan hiasan bunga yang bertangkai.[4] Selanjutnya, pada bagian badan terdiri dari Taratai yaitu penutup dada, Kalung Kebo Munggah berbentuk kalung tiga susun dengan ornamen bentuk kepala kerbau dan Songket Lepus merupakan jenis kain yang ditenun dengan benang emas dan memiliki motif tumpal.[4] Pada bagian tangan dan kaki terdiri dari Gelang Kulit Bahu berbentuk belah ketupat dengan hiasan melati di tengah.[4] Gelang Sempuru berbentuk bulat pipih dan terbuat dari lapisan emas atau kuningan.[4]Gelang Ulo Betapo berbentuk bulat dengan ornamen kepala ular di sekeliling gelang.[4] Gelang Gepeng berbentuk bulat tipis dengan hiasan bunga dan tumbuhan.[4] Kemudian bagian alas kaki menngunakan cenela yang bentuknya seperti trompa atau Slop.[4]

Ragam hias

Ragam hiasnya terdiri dari motif hias geometris, motif hias tumbuhan dan motif hias binatang.[4] Motif hias geometris antara lain terdapat pada kain Songket, gelang dan kalung Kebo Munggah.[4] Motif hias tumbuhan berupa motif hias bunga melati, motif hias bungai teratai, motif hias bunga mawar, bunga cempaka, dan motif hias tumbuhan menjalar.[4] Motif hias melati antara lain terdapat pada ragam hias Terate, Gandik, Kesuhun pengantin perempuan.[4] Motif hias bunga teratai terdapat pada Kesuhun pengantin laki-laki dan perempuan.[4] Motif hias bunga cempaka terdapat pada Cempako limo, gelung malang, motif hias bunga mawar terdapat pada kesuhun pengantin laki-laki dan perempuan.[4] Motif hias tumbuhan menjalar terdapat pada celana sutra dan Cenela.[4] Motif hias binatang terdapat pada kalung kebo munggah.[4]

Ciri khas

[sunting | sunting sumber]

Pengantin Palembang berbusana aesan gede biasanya menggunakan mahkota bernama kesuhuun.[5] Mahkota ini juga dipercantik dengan hiasan rambut cempaka lima dan tusuk soeal berbunga.[5] Selain itu, bentuk sumping terdiri dari benang bermacam warna yang dimodifikasi menjadi motif bunga melati yang menjuntai sampai ke bahu.[5] Sanggul yang dikenakan adalah gelung malang, yaitu sanggul yang merefrentasikan budaya Sriwijaya, Tiongkok, dan India.[5]Sanggul ini diayakini dibawa oleh masyarakat Jawa tepatnya Laskar Majapahit pada abad ke-14.[5] Sanggul ini diterapkan lungsen (rambut panjang imitasi) yang membentuk angka delapan.[5] Mempelai berbusana aesan gede tampil dengan mengenakan lilitan kain tenun atau disebut juga songket palembang serta penutup pada hiasan lainnya.[5] Lilitan songket palembang yang digunakan harus menutupi sampai ke kaki.[5] Untuk pengantin pria, menggunakan lilitan kain songket menutupi dada dan celana panjang yang berwarna kontras.[5] Sebagai hiasan tambahan biasanya menggunakan teratai dada, selendang pelangi jambon, pending emas, kalung, dan gelang.[5] Penutup kepala menggunakan kopiah cupak dan ditambahkan sumping dari rangkaian bunga melati untuk menggantikan posisi sumping bola beraneka warna.[5]

Penari Gending Sriwijaya menggunakan Aesan Gede.

Aesan Gede dalam Tari Gending Sriwijaya dikenakan oleh tiga penari yang berada paling depan.[6] Pada zaman kesultanan Darussalam, busana hanya dikenakan oleh putri-putri raja dan untuk penyambutan tamu agung kerjaaan saja, tidak diizinkan dipakai dalam upacara lainnya.[6] Busana yang dikenakan penari pun mirip dengan pengantin ada kemben songket, kewet songket, karsuhun, sumping, cempako, gelung malang, gelang burung, gelang kano, gelang gepeng, kalung kebo munggah, teratai, selempang, pending, bunga rampai, tebeng, antingan, dan kelapo tandan.[6]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g "SONGKET AESAN GEDE SEBAGAI PAKAIAN ADAT PERKAWINAN TRADISIONAL PALEMBANG (1966-1986)". webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  2. ^ a b "Kebudayaan Suku Palembang - Tobapos.co - Setia kepada Rakyat - Mobile Version". m.tobapos.co. Diakses tanggal 2019-03-12. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b c d "1 Makna Simbol dalam Aesan Gede dan Pak Sangkong Pakaian Adat Pernikahan Melayu Palembang Eka Hikmawati Fakultas Adab dan Humaniora Uni". webcache.googleusercontent.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-06. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Triyanto, Triyanto; Sumaryanto, Totok; Shanie, Arsan (2017-08-25). "Busana Aesan Gede dan Ragam Hiasnya sebagai Ekspresi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Palembang". Catharsis (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 49–56. doi:10.15294/catharsis.v6i1.17031. ISSN 2502-4531. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k Deddy, M. (2015-06-15). Untaian Ratna Mutu Manikam. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020317632. 
  6. ^ a b c http://eprints.uny.ac.id/27695/1/Surtia%20Ningsih%2009209241032.pdf