Lompat ke isi

Suku Mee: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Suku Mee''' adalah suku yang mendiami daerah pegunungan di Papua Bagian Tengah.'
Tag: sangat pendek [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Herryz (bicara | kontrib)
Penjelasan tentang kesukuan tokoh tidak valid
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(83 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox ethnic group|
'''Suku Mee''' adalah suku yang mendiami daerah pegunungan di [[Papua]] Bagian Tengah.
|group = Mee
|native_name = ''Bunani Mee'', ''Ekari''
|image = Twilmakayame-20220718-0001.jpg
|caption = Wanita asli suku Mee mengenakan ''moge'', [[pakaian adat]] dari kulit kayu.
|population = 172.000<ref name="Mee1"/>
|popplace = [[Papua Tengah]]
|langs = [[Bahasa Mee|Mee]]<br>[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]<br>[[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]] (lingua franca)
|rels = [[Kristen]], [[Kepercayaan|agama tradisional]], [[Islam]]<ref name="Mee1">{{cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/11729/ID|title=Mee in Indonesia|publisher=[[Joshua Project]]|accessdate=2014-09-18}}</ref>
|related = [[Suku Migani|Moni]], [[suku Napan|Napan (Auye)]], [[suku Wolani|Wolani]]}}

'''Suku Mee''', dikenal juga sebagai '''Bunani Mee''' atau '''Ekari''', adalah sebuah [[Kelompok etnis]] yang mendiami kawasan [[Pegunungan Tengah, Papua|pegunungan]] di Provinsi [[Papua Tengah]], Indonesia. Suku ini mendiami wilayah pegunungan [[Kabupaten Nabire]], [[Kabupaten Dogiyai]], [[Kabupaten Deiyai]], [[Kabupaten Paniai|Paniai]], dan pegunungan bagian barat [[Kabupaten Mimika]] yang termasuk kedalam wilayah adat [[Mee Pago]].<ref>{{cite book|author=Carmel Budiardjo & Soei Liong Liem|title=West Papua: The Obliteration Of A People|year=1988|publisher=TAPOL|isbn=0-9506-7515-6}}</ref> Suku Mee mayoritas beragama [[Kristen]], dan sebagian beragama [[Islam]] di pesisir [[Kabupaten Nabire]].

== Budaya ==
=== Rumah tradisional ===
[[Berkas:Emawa Mee.png|jmpl|200px|ki|Rumah adat emawa Suku Mee]]
Rumah tradisional suku Mee disebut ''Emawa/Yame Owa'' (rumah laki laki), ''Yagamo Owa'' (rumah perempuan), ''Yuwu Owa'' (rumah pesta adat), ''Daba Owa'' (rumah pondok beristirahat), ''Bedo Owa'' (kandang ayam), dan ''Ekina Owa'' (kandang babi).<ref name="h158">{{cite web | last=Travel | first=Viral Food | title=Rumah Adat Papua, Ada 3 Jenis selain Honai | website=kumparan | date=2021-05-17 | url=https://kumparan.com/viral-food-travel/rumah-adat-papua-ada-3-jenis-selain-honai-1vlACUNiz8g | language=id | access-date=2024-07-24}}</ref>

== Signifikansi epidemiologis ==
Pada tahun 1970-an, investigasi dilakukan oleh [[Ikatan Dokter Indonesia]] yang prihatin dengan tingginya angka orang Mee yang dirawat di rumah sakit karena luka bakar. Studi tersebut mengungkapkan banyak orang Mee menderita [[sistiserkosis]] yang disebabkan oleh [[cacing pita babi]], ''Taenia solium'', yang sebelumnya tidak ditemukan di [[Pulau Papua]]. Akibatnya, banyak yang menderita kejang saat berada di dekat api, melukai diri mereka sendiri dalam prosesnya. Babi yang terinfeksi cacing pita kemungkinan terbawa dari daerah lain (seperti Pulau Bali dengan kuliner daging mentah ''[[Lawar]]'') di Indonesia yang endemik cacing pita.<ref name="Yanagida Swastika Dharmawan Sako 2021"/> Diperparah pula dengan tradisi orang Mee mengkonsumsi daging babi dengan cepat (tanpa diketahui tetangga) sehingga masih belum matang seluruhnya.<ref>"How the West (Papua) Was Won." Cultural Survival. N.p., Dec. 1987. Web. 12 Apr. 2017.</ref> Walaupun berdasarkan analisa genetika dari sampel ''Taenia solium'' dari Pulau Papua dan Pulau Bali, sampel cacing Papua lebih dekat dengan garis turunan cacing pita lain asal Asia dibanding dengan sampel cacing Bali dan wilayah lain di Indonesia, yang menandakan garis keturunan cacing pita paling tua berasal dari Papua dan tidak berasal dari introduksi modern dari populasi cacing pita asal Bali.<ref name="Yanagida Swastika Dharmawan Sako 2021">{{cite journal | last=Yanagida | first=Tetsuya | last2=Swastika | first2=Kadek | last3=Dharmawan | first3=Nyoman Sadra | last4=Sako | first4=Yasuhito | last5=Wandra | first5=Toni | last6=Ito | first6=Akira | last7=Okamoto | first7=Munehiro | title=Origin of the pork tapeworm Taenia solium in Bali and Papua, Indonesia | journal=Parasitology International | publisher=Elsevier BV | volume=83 | year=2021 | issn=1383-5769 | doi=10.1016/j.parint.2021.102285 | page=102285}}</ref>

== Representasi di media ==
* [[National Geographic]] menayangkan film ''Tribal Odyssey: The Chief Who Talks to God: The Mee, Papua'' pada tahun 2005 sebagai bagian dari seri Tribal Odyssey.<ref>{{Cite web |url=http://www.natgeoprogramming.com/pages/programmes/search/order/titlesort-asc/psk/1/d//page/46 |title=Tribal Odyssey |access-date=2012-03-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131203051713/http://www.natgeoprogramming.com/pages/programmes/search/order/titlesort-asc/psk/1/d//page/46 |archive-date=2013-12-03 |url-status=dead }}</ref>

== Lihat pula ==
* [[Daftar klan suku Mee]]
* [[Ugatame]]

== Referensi ==
{{reflist|2}}

{{Suku-stub}}

[[Kategori:Suku bangsa di Papua Tengah|Mee]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Mee]]

Revisi terkini sejak 19 September 2024 13.20

Mee
Bunani Mee, Ekari
Wanita asli suku Mee mengenakan moge, pakaian adat dari kulit kayu.
Jumlah populasi
172.000[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Papua Tengah
Bahasa
Mee
Indonesia
Melayu Papua (lingua franca)
Agama
Kristen, agama tradisional, Islam[1]
Kelompok etnik terkait
Moni, Napan (Auye), Wolani

Suku Mee, dikenal juga sebagai Bunani Mee atau Ekari, adalah sebuah Kelompok etnis yang mendiami kawasan pegunungan di Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Suku ini mendiami wilayah pegunungan Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, Paniai, dan pegunungan bagian barat Kabupaten Mimika yang termasuk kedalam wilayah adat Mee Pago.[2] Suku Mee mayoritas beragama Kristen, dan sebagian beragama Islam di pesisir Kabupaten Nabire.

Rumah tradisional

[sunting | sunting sumber]
Rumah adat emawa Suku Mee

Rumah tradisional suku Mee disebut Emawa/Yame Owa (rumah laki laki), Yagamo Owa (rumah perempuan), Yuwu Owa (rumah pesta adat), Daba Owa (rumah pondok beristirahat), Bedo Owa (kandang ayam), dan Ekina Owa (kandang babi).[3]

Signifikansi epidemiologis

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1970-an, investigasi dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia yang prihatin dengan tingginya angka orang Mee yang dirawat di rumah sakit karena luka bakar. Studi tersebut mengungkapkan banyak orang Mee menderita sistiserkosis yang disebabkan oleh cacing pita babi, Taenia solium, yang sebelumnya tidak ditemukan di Pulau Papua. Akibatnya, banyak yang menderita kejang saat berada di dekat api, melukai diri mereka sendiri dalam prosesnya. Babi yang terinfeksi cacing pita kemungkinan terbawa dari daerah lain (seperti Pulau Bali dengan kuliner daging mentah Lawar) di Indonesia yang endemik cacing pita.[4] Diperparah pula dengan tradisi orang Mee mengkonsumsi daging babi dengan cepat (tanpa diketahui tetangga) sehingga masih belum matang seluruhnya.[5] Walaupun berdasarkan analisa genetika dari sampel Taenia solium dari Pulau Papua dan Pulau Bali, sampel cacing Papua lebih dekat dengan garis turunan cacing pita lain asal Asia dibanding dengan sampel cacing Bali dan wilayah lain di Indonesia, yang menandakan garis keturunan cacing pita paling tua berasal dari Papua dan tidak berasal dari introduksi modern dari populasi cacing pita asal Bali.[4]

Representasi di media

[sunting | sunting sumber]
  • National Geographic menayangkan film Tribal Odyssey: The Chief Who Talks to God: The Mee, Papua pada tahun 2005 sebagai bagian dari seri Tribal Odyssey.[6]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Mee in Indonesia". Joshua Project. Diakses tanggal 2014-09-18. 
  2. ^ Carmel Budiardjo & Soei Liong Liem (1988). West Papua: The Obliteration Of A People. TAPOL. ISBN 0-9506-7515-6. 
  3. ^ Travel, Viral Food (2021-05-17). "Rumah Adat Papua, Ada 3 Jenis selain Honai". kumparan. Diakses tanggal 2024-07-24. 
  4. ^ a b Yanagida, Tetsuya; Swastika, Kadek; Dharmawan, Nyoman Sadra; Sako, Yasuhito; Wandra, Toni; Ito, Akira; Okamoto, Munehiro (2021). "Origin of the pork tapeworm Taenia solium in Bali and Papua, Indonesia". Parasitology International. Elsevier BV. 83: 102285. doi:10.1016/j.parint.2021.102285. ISSN 1383-5769. 
  5. ^ "How the West (Papua) Was Won." Cultural Survival. N.p., Dec. 1987. Web. 12 Apr. 2017.
  6. ^ "Tribal Odyssey". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-03. Diakses tanggal 2012-03-01.