Lompat ke isi

Anhar Gonggong: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dwinug (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(21 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
{{Dead end|date=April 2016}}
| name = Anhar Gonggong
| image = Anhar Gonggong.jpg
| alt =
| caption =
| birth_name =
| birth_date = {{birth date and age|1943|8|14}}
| birth_place = [[Kabupaten Pinrang|Pinrang]], [[Sulawesi Selatan]], [[Hindia Belanda]]
| death_date =
| death_place =
| nationality = Indonesia
| other_names =
| known_for =
| education =
| alma_mater = [[Universitas Gadjah Mada]]<br>[[Universitas Leiden]]<br>[[Universitas Indonesia]]
| occupation = Sejarawan, akademikus
| employer =
| notable_works =
| spouse = Ratnawati Anhar (meninggal, 2011)
| children = 3
| awards =
}}


'''Dr. Anhar Gonggong, M.A.''' ({{lahirmati|[[Pinrang]], [[Sulawesi Selatan]]|14|8|1943}}) adalah sejarawan Indonesia.<ref>{{cite web|url=http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=0f0a3e52-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa |title= Biodata Anhar Gonggong|publisher=PrismaJurnal.com |accessdate= 14 juli 2015}}</ref>
[[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] '''Anhar Gonggong''', [[Master of Arts|MA]] ({{lahirmati|[[Pinrang]], [[Sulawesi Selatan]]|14|8|1943}}) adalah seorang [[sejarawan]] dan [[akademikus]] [[Indonesia]]. Ia dikenal luas atas kontribusinya dalam bidang [[sejarah Indonesia]], terutama mengenai periode [[Hindia Belanda|kolonial]] dan pascakemerdekaan.<ref>{{cite web |url=http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=0f0a3e52-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa |title=Biodata Anhar Gonggong |publisher=PrismaJurnal.com |accessdate=14 juli 2015 |archive-date=2015-07-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150716230937/http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=0f0a3e52-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa |dead-url=yes }}</ref>


== Keluarga ==
== Keluarga ==
Atas nama "penumpasan pemberontakan", pasukan ''[[Depot Speciale Troepen]]'' yang dipimpin Kapten [[Raymond Pierre Paul Westerling]] menyisir desa-desa di [[Sulawesi Selatan]]. Hanya sekitar tiga bulan, Desember 1946-Februari 1947, ribuan nyawa melayang dan darah tertumpah di sana.<ref name=viva>https://www.viva.co.id/berita/nasional/313414-ayah-dan-dua-kakak-saya-dibantai-westerling</ref>
Atas nama "penumpasan pemberontakan", pasukan ''[[Korps Speciale Troepen|Depot Speciale Troepen]]'' yang dipimpin [[Raymond Westerling]] menyisir desa-desa di [[Sulawesi Selatan]]. Hanya sekitar tiga bulan dari Desember 1946 hingga Februari 1947, ribuan nyawa melayang dan darah tertumpah di sana.<ref name=viva>https://www.viva.co.id/berita/nasional/313414-ayah-dan-dua-kakak-saya-dibantai-westerling</ref>


Termasuk keluarga sejarawan, Anhar Gonggong. "Ayah saya dibunuh bersama dua kakak saya. Satu kakak dikubur bersama ayah, yang lain di kota berbeda, [[Pare-pare]]," kata Anhar.<ref name=viva/>
Termasuk keluarga sejarawan, Anhar Gonggong. "Ayah saya dibunuh bersama dua kakak saya. Satu kakak dikubur bersama ayah, yang lain di kota berbeda, Parepare," kata Anhar.<ref name=viva/>


Ayahnya, Andi Pananrangi adalah mantan raja di kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, Alitta. Ia memang sudah lama jadi incaran Belanda, dicap sebagai musuh.<ref name=viva/>
Ayahnya, Andi Pananrangi adalah mantan raja di kerajaan kecil di [[Sulawesi Selatan]], [[Kerajaan Alitta]]. Ia memang sudah lama jadi incaran [[Belanda]], dicap sebagai musuh.<ref name=viva/>


Kala itu, Anhar yang anak bungsu baru berusia 3 tahun. Ia dan ibunya mengungsi ketika ayahnya ditangkap dalam [[Pembantaian Westerling]].<ref name=viva/>
Kala itu, Anhar yang anak bungsu baru berusia 3 tahun. Ia dan ibunya mengungsi ketika ayahnya ditangkap dalam [[Kampanye Sulawesi Selatan]].<ref name=viva/>


Itu baru keluarga intinya. "Paman saya, sepupu juga dibantai. Kalau dihitung secara keseluruhan di lingkungan keluarga dekat, ayah, kakak, paman, sepupu, mungkin sampai 20-an orang," kata Anhar.<ref name=viva/>
Itu baru keluarga intinya. "Paman saya, sepupu juga dibantai. Kalau dihitung secara keseluruhan di lingkungan keluarga dekat, ayah, kakak, paman, sepupu, mungkin sampai 20-an orang," kata Anhar.<ref name=viva/>
Baris 18: Baris 39:
== Pendidikan ==
== Pendidikan ==
* S1 [[Universitas Gadjah Mada]], Yogyakarta, 1976.
* S1 [[Universitas Gadjah Mada]], Yogyakarta, 1976.
* S2 [[Universiteit Leiden]], [[Negeri Belanda]].
* S2 [[Universitas Leiden]], Belanda.
* S3 Doktor Ilmu Sejarah dari Fakultas Ilmu Budaya, [[Universitas Indonesia]], 1990.
* S3 Doktor Ilmu Sejarah dari Fakultas Ilmu Budaya, [[Universitas Indonesia]], 1990.


Baris 24: Baris 45:
* Guru beberapa SMA di [[Kota Metro|Metro]], [[Lampung]] (1968-1969).
* Guru beberapa SMA di [[Kota Metro|Metro]], [[Lampung]] (1968-1969).
* Peneliti Pusat Penelitian Sejarah dan Antropologi, Yogyakarta (1970- 1976).
* Peneliti Pusat Penelitian Sejarah dan Antropologi, Yogyakarta (1970- 1976).
* Staf pengajar [[Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara]], Jakarta (1978-1979).
* Staf pengajar [[Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta]] (1978-1979).
* Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] (1996-1999).
* Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] (1996-1999).
* Deputi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Sejarah dan Purbakala [[Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia]] (2001-2003).
* Deputi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Sejarah dan Purbakala [[Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia|Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia]] (2001-2003).
* Dosen pembimbing bidang studi sejarah pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia (sejak 1991) dan Jurusan Sejarah [[Universitas Negeri Jakarta]] (sejak 2001).
* Dosen pembimbing bidang studi sejarah pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia (sejak 1991) dan Jurusan Sejarah [[Universitas Negeri Jakarta]] (sejak 2001).
* Staf pengajar di Fakultas Ilmu Administrasi [[Universitas Katolik Atma Jaya]], Jakarta (sejak 1984) dan [[Sekolah Tinggi Intelijen Negara]], Sentul, Bogor (sejak 2005).
* Staf pengajar di Fakultas Ilmu Administrasi [[Universitas Atma Jaya Jakarta]] (sejak 1984) dan [[Sekolah Tinggi Intelijen Negara]], Sentul, Bogor (sejak 2005).
*Dosen di Universitas Insan Cita Indonesia (2021)


== Karya ==
== Karya ==
Baris 39: Baris 61:
== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{indo-bio-stub}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Sejarawan Indonesia]]
[[Kategori:Sejarawan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Tokoh dari Pinrang]]
[[Kategori:Alumni Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]]


{{Indo-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 2 Oktober 2024 04.22

Anhar Gonggong
Lahir14 Agustus 1943 (umur 81)
Pinrang, Sulawesi Selatan, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Gadjah Mada
Universitas Leiden
Universitas Indonesia
PekerjaanSejarawan, akademikus
Suami/istriRatnawati Anhar (meninggal, 2011)
Anak3

Prof. Dr. Anhar Gonggong, MA (lahir 14 Agustus 1943) adalah seorang sejarawan dan akademikus Indonesia. Ia dikenal luas atas kontribusinya dalam bidang sejarah Indonesia, terutama mengenai periode kolonial dan pascakemerdekaan.[1]

Atas nama "penumpasan pemberontakan", pasukan Depot Speciale Troepen yang dipimpin Raymond Westerling menyisir desa-desa di Sulawesi Selatan. Hanya sekitar tiga bulan dari Desember 1946 hingga Februari 1947, ribuan nyawa melayang dan darah tertumpah di sana.[2]

Termasuk keluarga sejarawan, Anhar Gonggong. "Ayah saya dibunuh bersama dua kakak saya. Satu kakak dikubur bersama ayah, yang lain di kota berbeda, Parepare," kata Anhar.[2]

Ayahnya, Andi Pananrangi adalah mantan raja di kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, Kerajaan Alitta. Ia memang sudah lama jadi incaran Belanda, dicap sebagai musuh.[2]

Kala itu, Anhar yang anak bungsu baru berusia 3 tahun. Ia dan ibunya mengungsi ketika ayahnya ditangkap dalam Kampanye Sulawesi Selatan.[2]

Itu baru keluarga intinya. "Paman saya, sepupu juga dibantai. Kalau dihitung secara keseluruhan di lingkungan keluarga dekat, ayah, kakak, paman, sepupu, mungkin sampai 20-an orang," kata Anhar.[2]

Soal pastinya jumlah korban Westerling memang belum diketahui. Pihak Indonesia menyebut 40 ribu orang tewas dibantai, meski versi Belanda menyebut angka sekitar 3.000. Sedangkan Westerling mengaku, korban 'hanya' 600 orang.[2]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]
  • Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (1984).
  • MGR. Sugijopranoto SJ: Antara Gereja dan Negara (1993).
  • Abdul Qahhar Mudzakkar: Dari Patriot hingga Pemberontak (1992 dan 2004).
  • Amendemen, Konstitusi, Otonomi Daerah dan Federalisme, Solusi untuk Masa Depan (2001).
  • Indonesia, Demokrasi dan Masa Depan Pergumulan antara Masyarakat Warisan dengan Masyarakat Merdeka-Ciptaan (2002).

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Biodata Anhar Gonggong". PrismaJurnal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-16. Diakses tanggal 14 juli 2015. 
  2. ^ a b c d e f https://www.viva.co.id/berita/nasional/313414-ayah-dan-dua-kakak-saya-dibantai-westerling