Lompat ke isi

Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rusudiyanto (bicara | kontrib)
menambahkan isi teks dan rujukan
Sfriu (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(26 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox religious building
{{Infobox religious building
|image =MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA.jpg
|image = The Great Mosque of Cirebon.jpg
|caption =Masjid Agung Sang Cipta Rasa
|caption = Pintu masuk Masjid Agung Cirebon
|building_name =Masjid Agung Sang Cipta Rasa
|building_name = Masjid Agung Cirebon
|map_type = Topografi Jawa
|map_size = 230
|map_size = 250
|latitude = -6.725547
|latitude = -6.725547
|longitude = 108.569919
|longitude = 108.569919
|location =Jalan Keraton Kasepuhan 43, [[Kesepuhan, Lemahwungkuk, Cirebon|Kelurahan Kesepuhan]], [[Lemahwungkuk, Cirebon|Kecamatan Lemahwungkuk]], [[Kota Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
|location = [[Kota Cirebon|Cirebon]]
| province = {{flag|Jawa Barat}}
|religious_affiliation =[[Islam]]
| country = {{flag|Indonesia}}
| religious_affiliation = [[Islam]] – [[Ahlussunnah]]{{citation-needed}}
|website =
|website =
|architect =[[Sunan Kalijaga]]
|architect = [[Jawa]]
|architecture_type =Masjid
|architecture_type = Masjid
|architecture_style =
|year_completed = 1480
|groundbreaking =
|year_completed =''ca.'' 1480
|inauguration_date =
|inauguration_date =
|renovation_date =
|renovation_date = 2002
|construction_cost =
|capacity =
|dome_quantity =
|dome_height_outer =
|dome_dia_outer =
|minaret_quantity =
|minaret_quantity =
|minaret_height =
|minaret_height =
}}
}}


'''Masjid Agung Sang Cipta Rasa''' (dikenal juga sebagai '''Masjid Agung Kasepuhan''' atau '''Masjid Agung Cirebon''') adalah sebuah [[masjid]] yang terletak di dalam kompleks [[Keraton Kasepuhan]], Kecamatan [[Lemahwungkuk, Cirebon|Lemahwungkuk]], [[Kota Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Lokasi Masjid ini berada di bagian barat dari alun-alun Kota Cirebon. Halaman Masjid Agung Cirebon dikelilingi [[pagar]] tembok dengan hiasan pada tubuh dan puncaknya. Bagian tubuh tembok ada hiasan [[belah ketupat]] dan [[segi empat]] yang dikelilingi tonjolan [[Batu bata|bata]] berbentuk [[Heksagon|segi enam]] dengan motif bingkai [[cermin]]. Pada puncak tembok terdapat pelipit rata dari susunan bata yang pada bagian atas dan bawah kecil dengan bagian tengahnya melebar. Tinggi susunan pelipit 70 [[Sentimeter|crn]] dan ada 20 [[lampu]] di bagian atasnya. Halaman masjid mempunyai enam pintu berbentuk [[gapura]] [[paduraksa]] dengan tiga di bagian timur, satu di bagian utara, dan dua di bagian barat.<ref>{{Cite book|last=Sugiyanti, dkk.|first=|date=1999|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12674/1/MASJID%20KUNO%20INDONESIA.pdf|title=Masjid Kuno Indonesia|location=Jakarta|publisher=Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat|isbn=979-8250-16-8|pages=101|url-status=live}}</ref>
'''Masjid Agung Cirebon''' adalah sebuah [[masjid]] yang terletak di dalam kompleks [[Keraton Kasepuhan]], [[Kota Cirebon]], [[Jawa Barat]]. Lokasi Masjid ini berada di bagian barat dari Alun-Alun Kota Cirebon.<ref>{{Cite book|last=Sugiyanti, dkk.|first=|date=1999|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12674/1/MASJID%20KUNO%20INDONESIA.pdf|title=Masjid Kuno Indonesia|location=Jakarta|publisher=Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat|isbn=979-8250-16-8|pages=101|url-status=live}}</ref>
{{TOCleft}}


== Legenda ==
== Legenda ==
Konon, masjid ini adalah masjid tertua di [[Cirebon]], yaitu dibangun sekitar tahun 1480 Masehi atau semasa dengan [[Wali Songo]] menyebarkan [[agama Islam]] di tanah [[Jawa]]. Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.
Konon, masjid ini adalah masjid tertua di [[Kota Cirebon|Cirebon]], yaitu dibangun sekitar tahun 1480 Masehi atau semasa dengan [[Wali Songo]] menyebarkan [[agama Islam]] di tanah [[Jawa]]. Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.


Menurut tradisi, pembangunan [[masjid]] ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari [[Majapahit]], [[Demak]], dan [[Cirebon]] sendiri. Dalam pembangunannya, [[Sunan Gunung Jati]] menunjuk [[Sunan Kalijaga]] sebagai arsiteknya. Selain itu, [[Sunan Gunung Jati]] juga memboyong [[Raden Sepat]], arsitek [[Majapahit]] yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu [[Sunan Kalijaga]] merancang bangunan masjid tersebut.
Menurut tradisi, pembangunan [[masjid]] ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari [[Majapahit]], [[Demak]], dan Cirebon sendiri. Dalam pembangunannya, [[Sunan Gunung Jati]] menunjuk [[Sunan Kalijaga]] sebagai arsiteknya. Selain itu, [[Sunan Gunung Jati]] juga memboyong [[Raden Sepat]], arsitek [[Majapahit]] yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu [[Sunan Kalijaga]] merancang bangunan masjid tersebut.


Konon, dahulunya masjid ini memiliki [[memolo]] atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir [[Aji Menjangan Wulung]], kubah tersebut pindah ke [[Masjid Agung Banten]] yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang [[muazin]] berseragam serba putih.<ref>[http://wisatamelayu.com/id/object/469/353/masjid-agung-sang-cipta-rasa/&nav=geo Wisata Melayu - Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon]</ref>
Konon, dahulunya masjid ini memiliki [[memolo]] atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir [[Aji Menjangan Wulung]], kubah tersebut pindah ke [[Masjid Agung Banten]] yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang [[muazin]] berseragam serba putih.<ref>{{Cite web |url=http://wisatamelayu.com/id/object/469/353/masjid-agung-sang-cipta-rasa/%26nav%3Dgeo |title=Wisata Melayu - Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon |access-date=2021-05-13 |archive-date=2011-08-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110805122949/http://wisatamelayu.com/id/object/469/353/masjid-agung-sang-cipta-rasa/%26nav%3Dgeo |dead-url=yes }}</ref>


== Arsitektur ==
== Arsitektur ==
Baris 51: Baris 44:
Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat [[sumur zam-zam]] atau [[Banyu Cis Sang Cipta Rasa]] yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan [[Ramadhan]]. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.
Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat [[sumur zam-zam]] atau [[Banyu Cis Sang Cipta Rasa]] yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan [[Ramadhan]]. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.


== Inspirasi bagi Thomas Karsten ==
== Inspirasi bagi Museum Sonobudoyo ==
[[Berkas:Museum Sonobudoyo.JPG|jmpl|300px| Atap pada [[museum Sonobudoyo]] yang terinspirasi dari atap ''Limasan Lambang-teplok'' milik Masjid Agung Sang Cipta Rasa ]]
[[Berkas:Museum Sonobudoyo.JPG|jmpl|300px| Atap pada [[museum Sonobudoyo]] yang terinspirasi dari atap ''Limasan Lambang-teplok'' milik Masjid Agung Sang Cipta Rasa ]]


Ir. Thomas Karsten ketika diminta mendesain bangunan untuk [[museum Sonobudoyo]] yang mulai dibangun tahun 1934 di [[Yogyakarta]], dia terinspirasi oleh seni arsitektur Cirebon terutama arsitektur atap dan konstruksinya, yakni bentuk atap ''Limasan Lambang-teplok'' milik Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan pola-pola konstruksi ''cukit'' (bahasa Indonesia: Garpu) yang ada pada bangunan terbuka di area ''siti inggil'' [[keraton Kasepuhan]] [[Kota Cirebon]].
[[Thomas Karsten]] ketika diminta mendesain bangunan untuk [[Museum Sonobudoyo]] yang mulai dibangun tahun 1934 di [[Yogyakarta]], dia terinspirasi oleh seni arsitektur Cirebon terutama arsitektur atap dan konstruksinya, yakni bentuk atap ''Limasan Lambang-teplok'' milik Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan pola-pola konstruksi ''cukit'' (bahasa Indonesia: Garpu) yang ada pada bangunan terbuka di area ''siti inggil'' [[keraton Kasepuhan]] [[Kota Cirebon]].


Pengadopsian gaya-gaya bangunan Cirebon oleh masyarakat [[Jawa]] terutama dari [[kesultanan Mataram]] bukan suatu hal yang asing karena sudah pernah dilakukan pada masa pemerintahan [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung Mataram]] dengan mengadopsi bentuk bangunan ''siti inggil'' keraton Pakungwati (sekarang: [[keraton Kasepuhan]]) untuk dijadikan dasar acuan bagi pembangunan ''siti inggil'' [[keraton Mataram]] di Yogyakarta, hal tersebut menurut Yuwono Suwito ( anggota tim ahli cagar budaya dan dewan pertimbangan pelestarian warisan budaya provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ) dikarenakan keraton Cirebon jauh lebih tua dibandingkan dengan keraton Yogyakarta, bahkan lebih tua dari sejarah awal kerajaan Mataram Islam.<ref>[http://news.fajarnews.com/read/2015/10/02/5613/arsitektur.keraton.yogyakarta.mengadopsi.keraton.kasepuhan.cirebon 2015. Arsitektur Keraton Yogyakarta Mengadopsi Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon: Fajar News]</ref>
Pengadopsian gaya-gaya bangunan Cirebon oleh masyarakat [[Jawa]] terutama dari [[kesultanan Mataram]] bukan suatu hal yang asing karena sudah pernah dilakukan pada masa pemerintahan [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung Mataram]] dengan mengadopsi bentuk bangunan ''siti inggil'' keraton Pakungwati (sekarang: [[keraton Kasepuhan]]) untuk dijadikan dasar acuan bagi pembangunan ''siti inggil'' [[keraton Mataram]] di Yogyakarta, hal tersebut menurut Yuwono Suwito (anggota tim ahli cagar budaya dan dewan pertimbangan pelestarian warisan budaya provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)) dikarenakan keraton Cirebon jauh lebih tua dibandingkan dengan keraton Yogyakarta, bahkan lebih tua dari sejarah awal kerajaan Mataram Islam.<ref>[http://news.fajarnews.com/read/2015/10/02/5613/arsitektur.keraton.yogyakarta.mengadopsi.keraton.kasepuhan.cirebon 2015. Arsitektur Keraton Yogyakarta Mengadopsi Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon: Fajar News]</ref>


== Galeri ==
== Galeri ==
<gallery>
<gallery>
Berkas:Moskee Pakoengwati te Cheribon, KITLV 162761.tiff|"Masjid Pakungwati" pada akhir abad ke-19
Berkas:Pintu masjid-agung-sang-cipta-rasa.jpg|Pintu gerbang masjid bagian depan
Berkas:Moskee bij kraton Kasepoehan te Cheribon, KITLV 99161.tiff|Masjid Agung Cirebon pada sekitar 1911
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Cheribon TMnr 60005173.jpg | Bangunan masjid pada tahun 1920-1933
Berkas:KITLV A728 - Moskee te Cheribon, KITLV 89427.tiff|Masjid Agung Cirebon pada sektiar 1915
Berkas:Ciptarasa-207.jpg|Bagian dalam masjid
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Cheribon TMnr 60005173.jpg|Masjid Agung Cirebon antara tahun 1920 dan 1933
Berkas:Ciptarasa-305.jpg|Mihrab
The Great Mosque of Cirebon.jpg|Pintu gerbang
Berkas:Ciptarasa-208.jpg|Serambi samping
Berkas:Ciptarasa-309.jpg|Konstruksi tiang
</gallery>
</gallery>


Baris 73: Baris 65:
{{Masjid di Indonesia}}
{{Masjid di Indonesia}}


[[Kategori:Masjid di Jawa Barat|Sang Cipta Rasa]]
[[Kategori:Arsitektur Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Arsitektur Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Arsitektur Jawa]]
[[Kategori:Arsitektur Jawa]]
[[Kategori:Kota Cirebon]]
[[Kategori:Masjid di Kota Cirebon|Agung]]

Revisi terkini sejak 11 Mei 2024 13.55

Masjid Agung Cirebon
Pintu masuk Masjid Agung Cirebon
PetaKoordinat: 6°42′41″S 108°33′34″E / 6.71139°S 108.55944°E / -6.71139; 108.55944
Agama
AfiliasiIslamAhlussunnah[butuh rujukan]
Provinsi Jawa Barat
Lokasi
LokasiCirebon
Negara Indonesia
Arsitektur
ArsitekJawa
TipeMasjid
Rampung1480

Masjid Agung Cirebon adalah sebuah masjid yang terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasi Masjid ini berada di bagian barat dari Alun-Alun Kota Cirebon.[1]

Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 Masehi atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.

Menurut tradisi, pembangunan masjid ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri. Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut.

Konon, dahulunya masjid ini memiliki memolo atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih.[2]

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Kekhasan masjid ini antara lain terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncakk atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Pulau Jawa.

Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama.

Ruang utama

[sunting | sunting sumber]

Untuk menuju ruangan utama terdapat sembilan pintu. Jumlah ini melambangkan Wali Songo.

Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.

Pada bagian mihrab masjid, terdapat ukiran berbentuk bunga teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Selain itu, di bagian mihrab juga terdapat tiga buah ubin bertanda khusus yang melambangkan tiga ajaran pokok agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Konon, ubin tersebut dipasang oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga pada awal berdirinya masjid.

Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.

Inspirasi bagi Museum Sonobudoyo

[sunting | sunting sumber]
Atap pada museum Sonobudoyo yang terinspirasi dari atap Limasan Lambang-teplok milik Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Thomas Karsten ketika diminta mendesain bangunan untuk Museum Sonobudoyo yang mulai dibangun tahun 1934 di Yogyakarta, dia terinspirasi oleh seni arsitektur Cirebon terutama arsitektur atap dan konstruksinya, yakni bentuk atap Limasan Lambang-teplok milik Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan pola-pola konstruksi cukit (bahasa Indonesia: Garpu) yang ada pada bangunan terbuka di area siti inggil keraton Kasepuhan Kota Cirebon.

Pengadopsian gaya-gaya bangunan Cirebon oleh masyarakat Jawa terutama dari kesultanan Mataram bukan suatu hal yang asing karena sudah pernah dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Agung Mataram dengan mengadopsi bentuk bangunan siti inggil keraton Pakungwati (sekarang: keraton Kasepuhan) untuk dijadikan dasar acuan bagi pembangunan siti inggil keraton Mataram di Yogyakarta, hal tersebut menurut Yuwono Suwito (anggota tim ahli cagar budaya dan dewan pertimbangan pelestarian warisan budaya provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)) dikarenakan keraton Cirebon jauh lebih tua dibandingkan dengan keraton Yogyakarta, bahkan lebih tua dari sejarah awal kerajaan Mataram Islam.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sugiyanti, dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia (PDF). Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat. hlm. 101. ISBN 979-8250-16-8. 
  2. ^ "Wisata Melayu - Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-05. Diakses tanggal 2021-05-13. 
  3. ^ 2015. Arsitektur Keraton Yogyakarta Mengadopsi Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon: Fajar News