Lompat ke isi

Phoa Keng Hek: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{short description|Pekerja sosial dan tokoh masyarakat di Indonesia (1857–1937)}}
{{family name hatnote|[[Pan (marga)|Phoa]]|lang=Chinese}}
{{Infobox person
{{Infobox person
| name = Phoa Keng Hek
| name = Phoa Keng Hek Sia
| native_name =
| native_name =
| native_name_lang =
| native_name_lang =
| image = Phoa Keng Hek.jpg
| image = Phoa Keng Hek.jpg
| image_size =
| image_size =
| alt =
| alt =
| caption = Phoa Keng Hek {{circa}} 1900
| caption = Phoa Keng Hek Sia
|birth_date = {{Birth date|1857|9|21}}
| birth_date = {{birth-date|1857}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Bogor|Buitenzorg]], [[Hindia Belanda]]
| birth_place = [[Bogor|Buitenzorg]], [[Jawa Barat]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1937|7|19|1857|9|21}}
| death_date = 1937
|death_place = {{flagicon|Belanda}} [[Batavia]], [[Hindia Belanda]]
| death_place = [[Jakarta|Batavia]], Hindia Belanda
| death_cause =
| death_cause =
| ethnicity =
| education =
| education =
| alma_mater =
| alma_mater =
| occupation = Pekerja sosial, [[tuan tanah]]
| relations = [[Khouw Kim An|Mayor Khouw Kim An]] (menantu)<br/>[[Phoa Liong Gie]] (keponakan buyut)<br>[[Thung Sin Nio]] (sepupu)
| occupation = Pekerja sosial, pengusaha
| years_active =
| years_active =
| notable_works =
| notable_works =
| style =
| style =
| awards = Ridder in de Orde van Oranje-Nassau<br/>Groote Gouden Ster voor Trouw en Verdienste
| influences =
| influenced =
| home_town =
| awards =
}}
}}
'''Phoa Keng Hek Sia''' ({{zh|t=潘景赫舍|p=Pān Jǐnghè Shè}}; 1857–1937) dulu adalah seorang [[tuan tanah]] dan [[aktivis sosial]] berlatar belakang [[Tionghoa-Indonesia]]. Ia merupakan pendiri dari [[Tiong Hoa Hwe Koan]], sebuah organisasi pendidikan dan sosial berbasis [[Konfusianisme di indonesia|Konfusianisme]] yang berupaya meningkatkan posisi etnis Tionghoa di [[Hindia Belanda]] (kini Indonesia).{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}}{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}}<ref name="Haryono 2017">{{cite book |last1=Haryono |first1=Steve |title=Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 |date=2017 |publisher=Steve Haryono |location=Utrecht |isbn=978-90-90-30249-2 |url=https://books.google.com/books?id=IoDgswEACAAJ&q=perkawinan+strategis |access-date=22 December 2020 |language=en}}</ref> Ia juga merupakan salah satu pendiri dari [[Institut Teknologi Bandung]].<ref name="Kisah Phoa keng Hek 2018">{{cite news |title=Kisah Phoa Keng Hek Sang Pendiri ITB Bandung |url=https://www.kompasiana.com/timmediasonykusumo/5c11d43ac112fe052d714139/kisah-phoa-keng-hek-sang-pendiri-itb-bandung |access-date=22 December 2020 |work=KOMPASIANA |publisher=Kompas |date=13 December 2018 |language=id}}</ref>
{{Chinese name|[[Pan (marga)|Phoa]]}}
'''Phoa Keng Hek''' ({{zh|t=潘景赫|p=Pān Jǐnghè}}; lahir di [[Buitenzorg]], [[Hindia Belanda]] [[21]], [[September]], [[1857]]– meninggal di [[Batavia]], [[Hindia Belanda]] [[19]], [[Juli]], [[1937]]) adalah pebisnis [[Tionghoa Indonesia]] dan presiden pertama [[Tiong Hoa Hwe Koan]], sebuah sistem sekolah dan organisasi sosial yang bertujuan memperbaiki posisi etnis Tionghoa di [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia). Ia menjabat sejak didirikan tahun 1900 sampai 1923.


== Biografi ==
==Biografi==
===Kehidupan awal dan latar belakang keluarga===
Phoa lahir di Buitenzorg (sekarang [[Bogor]]), [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia), pada tahun 1857{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}} dari ayah [[Cina Indonesia|''peranakan'' Tionghoa]] berpengaruh bernama Phoa Tjong Tjay.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}}
Phoa lahir di Buitenzorg (kini [[Bogor]]), [[Hindia Belanda]] (kini Indonesia), pada tahun 1857{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}} pada sebuah keluarga [[Tionghoa Peranakan]] yang merupakan bagian dari [[Cabang Atas]].{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}}<ref name="Haryono 2017" /> Ayahnya, [[Phoa Tjeng Tjoan]], menjabat sebagai [[Kapitan Cina]] Bogor mulai tahun 1866 hingga 1878.{{Sfn|Tio|1958|p=63}}<ref name="Haryono 2017" /> Jabatan tersebut pun memberinya otoritas politik dan hukum atas komunitas Cina di wilayah tersebut.{{Sfn|Lohanda|1996|pp=54–60}}<ref name="Haryono 2017" /> Ibunya, [[Thung Tiauw Nio]], adalah putri dari [[Thung Tiang Mih]] dan kakak dari [[Thung Ho Boen]].<ref name="Haryono 2017" /> Sebagai keturunan dari pejabat Cina, Phoa pun menyandang gelar turunan [[Sia (gelar)|''Sia'']] sejak lahir.{{Sfn|Sidharta|2003|p=51}}{{sfn|Nio|1940|pp=242–250}}<ref name="Haryono 2017" /> Sepupu dari pihak ibunya adalah aktivis [[hak suara perempuan]] berlatar belakang Belanda-Indonesia [[Thung Sin Nio]] (1902&ndash;1996), sementara keponakan buyut dari pihak ayahnya, [[Phoa Liong Gie]] (1904&ndash;1983), kemudian dikenal sebagai pengacara, politisi, dan pemilik koran.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=309}}{{sfn|Suryadinata|1997|pp=53–54}}<ref name="Haryono 2017" />


Pendidikan formal pertama Phoa adalah di sekolah yang dijalankan etnis Tionghoa,{{sfn|Suryadinata|1997|p=4}} tetapi setelah [[Sierk Coolsma]] membuka sekolah misionaris di Bogor pada 31 Mei 1869, Phoa masuk kelas pertama dari sepuluh kelas. Di antara teman-temannya adalah [[Lie Kim Hok]] yang kelak dikenal sebagai penulis. Di sekolah ini Phoa juga belajar [[bahasa Belanda]].{{sfn|Tio|1958|pp=32–34, 36}} Meski sekolah ini bertujuan membuat orang-orang memeluk [[Kristen]], Phoa bertahan menganut [[Konfusianisme]].{{sfn|Suryadinata|1997|p=3}}
Phoa awalnya bersekolah di sebuah sekolah yang dijalankan oleh etnis Tionghoa,{{sfn|Suryadinata|1997|p=4}} tetapi setelah [[Sierk Coolsma]] membuka sebuah sekolah misionaris di Bogor pada tanggal 31 Mei 1869, Phoa menjadi salah satu dari sepuluh murid pertama dari sekolah tersebut. Teman sekelasnya antara lain [[Lie Kim Hok]], yang kemudian terkenal sebagai penulis. Di sekolah tersebut, Phoa antara lain mempelajari [[Bahasa Belanda]].{{sfn|Tio|1958|pp=32–34, 36}} Walaupun sekolah tersebut ditujukan untuk menyebarkan agama [[Kristen]], Phoa tetap menganut [[Konfusianisme]].{{sfn|Suryadinata|1997|p=3}}


Setelah lulus, Phoa menikahi [[Tan Soei Nio]], putri dari [[Tan Kong Hoa]], {{proper name|Letnan Cina}} [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]] (kini [[Jakarta]]) dan [[Nie Po Nio]].<ref name="Haryono 2017" /> Agar dapat tinggal bersama istrinya, Phoa pun pindah ke Batavia, ibu kota Hindia Belanda, di mana ayah mertuanya juga menjadi anggota dari [[Kong Koan]].<ref name="Haryono 2017" /> Keduanya hanya dikaruniai satu orang putri yang diberi nama [[Phoa Tji Nio]] &ndash; yang kemudian menikahi [[Khouw Kim An| Khouw Kim An, Mayor Cina Batavia terakhir]].{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=127}}<ref name="Haryono 2017" />
Setelah lulus, Phoa menikahi putri seorang letnan Cina di Batavia (sekarang [[Jakarta]]), ibu kota Hindia Belanda, dan ia pindah ke sana bersama istrinya.{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}} Keduanya dikaruniai seorang putri, Tji Nio, yang kelak menikah dengan Khouw Kim An.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=127}} Phoa terkenal sangat blak-blakan dan segera dipandang sebagai pemimpin etnis Tionghoa di Batavia. Karena menguasai bahasa Belanda yang dipakai pasukan kolonial, Phoa dapat mudah berinteraksi di luar komunitas Tionghoa dan [[pribumi Indonesia|pribumi]].{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}}


===Tokoh masyarakat, THHK, dan tuan tanah===
Pada tahun 1900, Phoa, bersama teman lamanya Lie, menjadi anggota pendiri sistem sekolah dan organisasi [[Tiong Hoa Hwe Koan]] (THHK).{{sfn|Adam|1995|p=72}} Ia menjabat sebagai presiden THHK selama 23 tahun sebelum pensiun,{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}} mempromosikan hak-hak etnis Tionghoa{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} dan pemakaian bahasa Cina dan Inggris di kalangan masyarakat Tionghoa.{{sfn|Suryadinata|1997|p=3}} Tahun 1907, Phoa&nbsp;– dengan [[pseudonim]] "Hoa Djien" ("Seorang Cina")&nbsp;– mengirim serangkaian surat kepada editor harian ''Perniagaan'' yang isinya mengkritisi pemerintah kolonial Belanda dan kebijakan-kebijakannya terhadap etnis Tionghoa. Ia menulis bahwa Hindia Belanda menawarkan sedikit kesempatan bagi etnis Tionghoa yang harus menjelajahi dunia. Ia menulis, "jika mereka melek bahasa Cina dan Inggris, mereka bisa pergi selama dua atau tiga hari (Jawa-Singapura) ke dunia yang lebih luas tempat mereka bisa bergerak bebas."{{sfn|Suryadinata|1997|p=8}}
Berkat sifatnya yang sangat blak-blakan, serta berkat latar belakang keluarga dan istrinya, Phoa kemudian dianggap sebagai pemimpin komunitas Cina di Batavia. Karena ia dapat berbicara dalam bahasa Belanda, Phoa juga dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang non-Tionghoa dan [[pribumi Indonesia|pribumi]].{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}}


Pada tahun 1900, Phoa, bersama mantan teman sekelasnya, Lie, menjadi anggota pendiri dari [[Tiong Hoa Hwe Koan]] (THHK), sebuah organisasi Konfusianisme progresif.{{sfn|Adam|1995|p=72}}<ref name="Spectral Nationality 2003">{{cite book |last1=Cheah |first1=Pheng |title=Spectral Nationality: Passages of Freedom from Kant to Postcolonial Literatures of Liberation |date=2003 |publisher=Columbia University Press |location=Columbia |isbn=978-0-231-50360-0 |url=https://books.google.com/books?id=oHoYEBVRRkYC&q=%22tiong+hoa+hwee+koan%22&pg=PA292 |access-date=22 December 2020 |language=en}}</ref> THHK bertujuan untuk memurnikan praktek Konfusianisme di Hindia Belanda, dan mengoperasikan sekolah guna mempromosikan pendidikan modern untuk etnis Tionghoa di Hindia Belanda.{{sfn|Adam|1995|p=72}}<ref name="Kisah Phoa keng Hek 2018" /><ref name="Spectral Nationality 2003" /> Phoa pun menjabat sebagai presiden dari THHK selama 23 tahun sebelum pensiun,{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}} dengan dibantu oleh [[filantropi]]s (dan sepupu dari menantunya) [[Oen Giok Khouw]], sebagai wakil presiden.{{sfn|Nio|1940|pp=242–250}} THHK mempromosikan hak untuk etnis Tionghoa{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} serta penggunaan bahasa Mandarin dan bahasa Inggris di kalangan etnis Tionghoa.{{sfn|Suryadinata|1997|p=3}} Pada tahun 1907, Phoa&nbsp;– dengan [[pseudonim]] "Hoa Djien" – mengirim serangkaian surat ke editor dari koran harian [[Perniagaan (surat kabar)|Perniagaan]] untuk mengkritik pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan mereka terhadap etnis Tionghoa. Ia menulis bahwa pemerintah Hindia Belanda menawarkan kesempatan yang terlalu sedikit untuk etnis Tionghoa, yang seharusnya melihat ke luar Hindia Belanda. Ia pun menulis bahwa "jika mereka dapat berbicara dalam bahasa Mandarin dan bahasa Inggris, mereka dapat bepergian selama dua atau hari (Jawa-Singapura) ke dunia yang lebih besar di mana mereka dapat bergerak bebas."{{sfn|Suryadinata|1997|p=8}}
Di luar THHK, Phoa adalah tuan tanah yang aktif. Ia membeli tanah di [[Bekasi]], sebelah tenggara Batavia, dan pada tahun 1903 berhasil melarang perjudian di daerah itua.{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}}{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} Seperti ayahnya, Phoa menjual hasil tani. Ia memiliki sebuah lumbung padi dan pabrik teh.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}}


Namun, semangat progresif dari THHK, kemudian membuat pemerintah Hindia Belanda kurang nyaman.<ref name="Haryono 2017" /> Saat [[Tio Tek Ho]], Mayor Cina Batavia keempat, mengundurkan diri pada tahun 1907, pemerintah Hindia Belanda pun menawarkan Phoa untuk menggantikan Tio.{{Sfn|Lohanda|1996|p=125}}<ref name="Haryono 2017" /> Phoa tidak menerima tawaran tersebut, tetapi ia kemudian merekomendasikan menantunya, {{proper name|Letnan Khouw Kim An}} untuk menggantikan Tio, karena Khouw juga memahami visi progresif dari THHK.{{Sfn|Lohanda|1996|p=125}}<ref name="Haryono 2017" /> Sesuai dengan tradisi yang ada saat itu, menantu Phoa diangkat terlebih dahulu menjadi Kapitan Cina, sebelum kemudian diangkat menjadi Mayor Cina Batavia kelima pada tahun 1908.{{Sfn|Lohanda|1996|p=125}}<ref name="Haryono 2017" />
Phoa dianugerahi Knight in the [[Order of Orange-Nassau]] pada tahun 1937. Ia meninggal dunia di Batavia pada 19 Juli 1937{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} dan dikuburkan dengan prosesi besar di TPU Petamburan pada 25 Juli.{{sfn|De Indische Courant 1937, Phoa Keng Hek}}


Walaupun tidak terlalu terlibat di birokrasi Hindia Belanda, Phoa tetap menjadi tokoh masyarakat yang terutama peduli dengan pendidikan. Bersama politisi [[H. H. Kan]] dan birokrat Kapitan [[Nio Hoei Oen]], Phoa kemudian menjadi bagian dari komite yang mengumpulkan 500.000 gulden untuk pendirian dari ''Technische Hoogeschool te Bandoeng'' (kini [[Institut Teknologi Bandung]]), yang akhirnya didirikan pada tahun 1920 dan kini menjadi salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia.<ref name="Kisah Phoa keng Hek 2018" />
== Referensi ==


Di luar kegiatannya sebagai tokoh masyarakat, seperti sejumlah keluarganya, Phoa juga aktif menjadi [[tuan tanah]].<ref name="Haryono 2017" /> Ia membeli [[tanah partikelir]] Teloek Poetjoeng di tenggara Batavia, yang kini menjadi bagian dari [[Bekasi]].<ref name="Regerings-almanak 1922">{{cite book |last1=Landsdrukkerij |title=Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1922 |date=1922 |publisher=Landsdrukkerij |location=Weltevreden |url=https://books.google.com/books?id=NTdBAQAAMAAJ&q=particuliere+%22phoa+keng+hek%22&pg=PA1029 |access-date=22 December 2020 |language=nl}}</ref> Untuk menjaga moral dari para penduduk di tanah partikelirnya, pada tahun 1903, Phoa pun melarang perjudian di tanah partikelirnya.{{sfn|Suryadinata|1995|pp=130–1}}{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} Seperti tuan tanah lain, Phoa menanam dan menjual hasil pertanian. Ia juga memiliki pabrik beras dan teh di dalam tanah partikelirnya.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}}
{{refs|30em}}


[[Ratu Wilhelmina dari Belanda]] kemudian menganugerahkan ''Groote Gouden Ster'', tingkat tertinggi di ''[[Star for Loyalty and Merit|Ster voor Trouw en Verdienste]]'' kepada Phoa atas kegiatan sosialnya.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} Phoa juga dianugerahi gelar Knight of the [[Order of Orange-Nassau]] pada tahun 1937.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} Phoa akhirnya meninggal di Batavia pada tanggal 19 Juli 1937,{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|p=308}} dan dimakamkan di Petamburan pada tanggal 25 Juli.{{sfn|''De Indische Courant''|1937}} Karena Phoa tidak memiliki putra, salah satu cucunya dari Mayor Khouw Kim An, yakni [[Phoa Liong Djin]], kemudian melanjutkan marga dari ibunya dan menggantikan Phoa sebagai pemimpin dari keluarganya.{{sfn|''Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië''|1937}}
== Bacaan lanjutan ==

==Referensi==
{{reflist}}

==Rujukan==
{{refbegin|40em}}
{{refbegin|40em}}
* {{cite book
*{{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=BwzCiu6DVWgC
|url=https://books.google.com/books?id=BwzCiu6DVWgC
|title=The Vernacular Press and the Emergence of Modern Indonesian Consciousness (1855–1913)
|title=The Vernacular Press and the Emergence of Modern Indonesian Consciousness (1855–1913)
|isbn=978-0-87727-716-3
|isbn=978-0-87727-716-3
|author1=Adam
|last1=Adam
|publisher=Cornell University Press
|publisher=Cornell University Press
|location=Ithaca
|location=Ithaca
|series= Studies on Southeast Asia
|ref=harv
|volume=17
|series= Studies on Southeast Asia
|first1=Ahmat
|volume=17
|year=1995
|first1=Ahmat
|year=1995
}}
}}
* {{cite news
* {{cite news
|title=Familiebericht
|title=Phoa Keng Hek †. De Laatste Eer.
|trans-title=Family News
|trans_title=Phoa Keng Hek †. Their Last Respects.
|language=Dutch
|language=Dutch
|work=Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië
|url=http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A010286036%3Ampeg21%3Ap001%3Aa0011
|date=22 July 1937
|work=De Indische Courant
|issue=165
|location=Surabaya
|url=http://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22phoa+keng+heK%22&facets%5Btype%5D%5B%5D=familiebericht&page=1&coll=ddd&identifier=ddd%3A010226895%3Ampeg21%3Aa0071&resultsidentifier=ddd%3A010226895%3Ampeg21%3Aa0071
|page=1
|via=Delpher.nl
|date=26 Juli 1937
|page=4
|accessdate=11 Juni 2013
|ref={{SfnRef|''Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië''|1937}}
|ref={{sfnRef|De Indische Courant 1937, Phoa Keng Hek}}
}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{Cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=lEGrOWWEvswC
|title=Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia
|trans_title=Ethnic Chinese Figures in Indonesia
|language=Indonesian
|publisher=Gramedia
|location=Jakarta
|isbn=978-979-9101-25-9
|last1=Setyautama
|ref=harv
|first1=Sam
|last2=Mihardja
|first2=Suma
|year=2008
}}
}}
*{{cite book
|last1=Lohanda
|first1=Mona
|title=The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society
|date=1996
|publisher=Djambatan
|location=Jakarta
|isbn=979428257X
|url=https://books.google.com/books?id=xKlwAAAAMAAJ&q=kapitan+cina+|access-date=2 February 2016
}}
* {{cite book
* {{cite book
|last1=Nio
|url=http://books.google.ca/books?id=n3J00OFuTpEC
|first1=Joe Lan
|title=Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches
|title=Riwajat 40 Taon dari Tiong Hoa Hwee Koan&nbsp;— Batavia (1900–1939)
|isbn=978-981-3055-04-9
|trans-title=The History of Forty Years of Tiong Hoa Hwee Koan&nbsp;— Batavia (1900–1939)
|last1=Suryadinata
|date=1940
|first1=Leo
|publisher=Tiong Hoa Hwee Koan
|ref=harv
|location=Batavia
|authorlink=Leo Suryadinata
|url=https://archive.org/stream/Riwajat40TaonTHHKBatavia/Lan%20-%201940%20-%20Riwajat%2040%20Taon%20dari%20Tiong%20Hoa%20Hwee%20Koan%20-%20Batavia%20(1900-1939)_djvu.txt
|publisher=Institute of Southeast Asian Studies
}}
|location=Singapore
*{{cite news
|year=1995
|title=Phoa Keng Hek †. De Laatste Eer.
|trans-title=Phoa Keng Hek †. Their Last Respects.
|language=Dutch
|url=http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A010286036%3Ampeg21%3Ap001%3Aa0011
|work=De Indische Courant
|via=Delpher.nl
|location=Surabaya
|page=1
|date=26 July 1937
|access-date=11 June 2013
|ref={{sfnRef|''De Indische Courant''|1937}}
}}
}}
* {{cite book
*{{Cite book
|url=http://books.google.co.id/books?id=SgWX7vf5vpsC
|url=https://books.google.com/books?id=lEGrOWWEvswC
|title=Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia
|title=Political Thinking of the Indonesian Chinese: 1900-1977; a Sourcebook
|trans-title=Ethnic Chinese Figures in Indonesia
|isbn=978-9971-69-201-8
|language=Indonesian
|editor1-last=Suryadinata
|publisher=Gramedia
|editor1-first=Leo
|location=Jakarta
|ref=harv
|isbn=978-979-9101-25-9
|editor1-link=Leo Suryadinata
|last1=Setyautama
|publisher=Institute of Southeast Asian Studies
|first1=Sam
|location=Singapore
|last2=Mihardja
|year=1997
|first2=Suma
|year=2008
}}
}}
* {{cite book
* {{cite book
|last=Tio
|last=Sidharta
|first=Myra
|authorlink=Tio Ie Soei
|author-link=Myra Sidharta
|first= Ie Soei
|chapter=The Role of the Go-Between in Chinese Marriages in Batavia
|title=Lie Kimhok 1853–1912
|editor1-last=Blussé
|language=Indonesian
|editor1-first=Leonard
|publisher=Good Luck
|editor2-last=Chen
|location=Bandung
|editor2-first=Menghong
|ref=harv
|title=The Archives of the Kong Koan of Batavia
|year=1958
|date=2003
|oclc= 1069407
|publisher=Brill
|location=Leiden
|isbn=9004131574
|url=https://books.google.com/books?id=WTnrUMIpwIYC&q=archives+of+the+kong+koan+batavia
}}
*{{cite book
|url=https://books.google.com/books?id=n3J00OFuTpEC
|title=Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches
|isbn=978-981-3055-04-9
|last1=Suryadinata
|first1=Leo
|author-link=Leo Suryadinata
|publisher=Institute of Southeast Asian Studies
|location=Singapore
|year=1995
}}
*{{cite book
|url=https://books.google.com/books?id=SgWX7vf5vpsC
|title=Political Thinking of the Indonesian Chinese: 1900-1977; a Sourcebook
|isbn=978-9971-69-201-8
|editor1-last=Suryadinata
|editor1-first=Leo
|editor1-link=Leo Suryadinata
|publisher=Institute of Southeast Asian Studies
|location=Singapore
|year=1997
}}
*{{cite book
|last=Tio
|author-link=Tio Ie Soei
|first= Ie Soei
|title=Lie Kimhok 1853–1912
|language=Indonesian
|publisher=Good Luck
|location=Bandung
|year=1958
|oclc= 1069407
}}
}}
{{refend}}
{{refend}}


{{Authority control}}
<!-- Metadata: see [[Wikipedia:Persondata]] -->

{{lifetime|1857|1937|Keng Hek, Phoa}}

{{Persondata
|NAME= Hek, Phoa Keng
|ALTERNATIVE NAMES=Pān Jǐnghè
|SHORT DESCRIPTION= Pekerja sosial, pengusaha
|DATE OF BIRTH= 1857
|PLACE OF BIRTH=Buitenzorg, Jawa Barat, Hindia Belanda
|DATE OF DEATH= 1937
|PLACE OF DEATH= Batavia, Hindia Belanda
}}


[[Kategori:Kelahiran 1857]]
[[Kategori:Kematian 1937]]
[[Kategori:Hokkien-Indonesia]]
[[Kategori:Cabang Atas]]
[[Kategori:Keluarga Khouw van Tamboen]]
[[Kategori:Tokoh dari Bogor]]
[[Kategori:Tokoh dari Bogor]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Knights of the Order of Orange-Nassau]]

Revisi terkini sejak 24 Desember 2023 02.19

Phoa Keng Hek Sia
Phoa Keng Hek Sia
Lahir1857 (1857)
Buitenzorg, Jawa Barat, Hindia Belanda
Meninggal1937
Batavia, Hindia Belanda
PekerjaanPekerja sosial, tuan tanah
KerabatMayor Khouw Kim An (menantu)
Phoa Liong Gie (keponakan buyut)
Thung Sin Nio (sepupu)
PenghargaanRidder in de Orde van Oranje-Nassau
Groote Gouden Ster voor Trouw en Verdienste

Phoa Keng Hek Sia (Hanzi: 潘景赫舍; Pinyin: Pān Jǐnghè Shè; 1857–1937) dulu adalah seorang tuan tanah dan aktivis sosial berlatar belakang Tionghoa-Indonesia. Ia merupakan pendiri dari Tiong Hoa Hwe Koan, sebuah organisasi pendidikan dan sosial berbasis Konfusianisme yang berupaya meningkatkan posisi etnis Tionghoa di Hindia Belanda (kini Indonesia).[1][2][3] Ia juga merupakan salah satu pendiri dari Institut Teknologi Bandung.[4]

Kehidupan awal dan latar belakang keluarga

[sunting | sunting sumber]

Phoa lahir di Buitenzorg (kini Bogor), Hindia Belanda (kini Indonesia), pada tahun 1857[1] pada sebuah keluarga Tionghoa Peranakan yang merupakan bagian dari Cabang Atas.[2][3] Ayahnya, Phoa Tjeng Tjoan, menjabat sebagai Kapitan Cina Bogor mulai tahun 1866 hingga 1878.[5][3] Jabatan tersebut pun memberinya otoritas politik dan hukum atas komunitas Cina di wilayah tersebut.[6][3] Ibunya, Thung Tiauw Nio, adalah putri dari Thung Tiang Mih dan kakak dari Thung Ho Boen.[3] Sebagai keturunan dari pejabat Cina, Phoa pun menyandang gelar turunan Sia sejak lahir.[7][8][3] Sepupu dari pihak ibunya adalah aktivis hak suara perempuan berlatar belakang Belanda-Indonesia Thung Sin Nio (1902–1996), sementara keponakan buyut dari pihak ayahnya, Phoa Liong Gie (1904–1983), kemudian dikenal sebagai pengacara, politisi, dan pemilik koran.[9][10][3]

Phoa awalnya bersekolah di sebuah sekolah yang dijalankan oleh etnis Tionghoa,[11] tetapi setelah Sierk Coolsma membuka sebuah sekolah misionaris di Bogor pada tanggal 31 Mei 1869, Phoa menjadi salah satu dari sepuluh murid pertama dari sekolah tersebut. Teman sekelasnya antara lain Lie Kim Hok, yang kemudian terkenal sebagai penulis. Di sekolah tersebut, Phoa antara lain mempelajari Bahasa Belanda.[12] Walaupun sekolah tersebut ditujukan untuk menyebarkan agama Kristen, Phoa tetap menganut Konfusianisme.[13]

Setelah lulus, Phoa menikahi Tan Soei Nio, putri dari Tan Kong Hoa, Letnan Cina Batavia (kini Jakarta) dan Nie Po Nio.[3] Agar dapat tinggal bersama istrinya, Phoa pun pindah ke Batavia, ibu kota Hindia Belanda, di mana ayah mertuanya juga menjadi anggota dari Kong Koan.[3] Keduanya hanya dikaruniai satu orang putri yang diberi nama Phoa Tji Nio – yang kemudian menikahi Khouw Kim An, Mayor Cina Batavia terakhir.[14][3]

Tokoh masyarakat, THHK, dan tuan tanah

[sunting | sunting sumber]

Berkat sifatnya yang sangat blak-blakan, serta berkat latar belakang keluarga dan istrinya, Phoa kemudian dianggap sebagai pemimpin komunitas Cina di Batavia. Karena ia dapat berbicara dalam bahasa Belanda, Phoa juga dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang non-Tionghoa dan pribumi.[1]

Pada tahun 1900, Phoa, bersama mantan teman sekelasnya, Lie, menjadi anggota pendiri dari Tiong Hoa Hwe Koan (THHK), sebuah organisasi Konfusianisme progresif.[15][16] THHK bertujuan untuk memurnikan praktek Konfusianisme di Hindia Belanda, dan mengoperasikan sekolah guna mempromosikan pendidikan modern untuk etnis Tionghoa di Hindia Belanda.[15][4][16] Phoa pun menjabat sebagai presiden dari THHK selama 23 tahun sebelum pensiun,[1] dengan dibantu oleh filantropis (dan sepupu dari menantunya) Oen Giok Khouw, sebagai wakil presiden.[8] THHK mempromosikan hak untuk etnis Tionghoa[2] serta penggunaan bahasa Mandarin dan bahasa Inggris di kalangan etnis Tionghoa.[13] Pada tahun 1907, Phoa – dengan pseudonim "Hoa Djien" – mengirim serangkaian surat ke editor dari koran harian Perniagaan untuk mengkritik pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan mereka terhadap etnis Tionghoa. Ia menulis bahwa pemerintah Hindia Belanda menawarkan kesempatan yang terlalu sedikit untuk etnis Tionghoa, yang seharusnya melihat ke luar Hindia Belanda. Ia pun menulis bahwa "jika mereka dapat berbicara dalam bahasa Mandarin dan bahasa Inggris, mereka dapat bepergian selama dua atau hari (Jawa-Singapura) ke dunia yang lebih besar di mana mereka dapat bergerak bebas."[17]

Namun, semangat progresif dari THHK, kemudian membuat pemerintah Hindia Belanda kurang nyaman.[3] Saat Tio Tek Ho, Mayor Cina Batavia keempat, mengundurkan diri pada tahun 1907, pemerintah Hindia Belanda pun menawarkan Phoa untuk menggantikan Tio.[18][3] Phoa tidak menerima tawaran tersebut, tetapi ia kemudian merekomendasikan menantunya, Letnan Khouw Kim An untuk menggantikan Tio, karena Khouw juga memahami visi progresif dari THHK.[18][3] Sesuai dengan tradisi yang ada saat itu, menantu Phoa diangkat terlebih dahulu menjadi Kapitan Cina, sebelum kemudian diangkat menjadi Mayor Cina Batavia kelima pada tahun 1908.[18][3]

Walaupun tidak terlalu terlibat di birokrasi Hindia Belanda, Phoa tetap menjadi tokoh masyarakat yang terutama peduli dengan pendidikan. Bersama politisi H. H. Kan dan birokrat Kapitan Nio Hoei Oen, Phoa kemudian menjadi bagian dari komite yang mengumpulkan 500.000 gulden untuk pendirian dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini Institut Teknologi Bandung), yang akhirnya didirikan pada tahun 1920 dan kini menjadi salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia.[4]

Di luar kegiatannya sebagai tokoh masyarakat, seperti sejumlah keluarganya, Phoa juga aktif menjadi tuan tanah.[3] Ia membeli tanah partikelir Teloek Poetjoeng di tenggara Batavia, yang kini menjadi bagian dari Bekasi.[19] Untuk menjaga moral dari para penduduk di tanah partikelirnya, pada tahun 1903, Phoa pun melarang perjudian di tanah partikelirnya.[1][2] Seperti tuan tanah lain, Phoa menanam dan menjual hasil pertanian. Ia juga memiliki pabrik beras dan teh di dalam tanah partikelirnya.[2]

Ratu Wilhelmina dari Belanda kemudian menganugerahkan Groote Gouden Ster, tingkat tertinggi di Ster voor Trouw en Verdienste kepada Phoa atas kegiatan sosialnya.[2] Phoa juga dianugerahi gelar Knight of the Order of Orange-Nassau pada tahun 1937.[2] Phoa akhirnya meninggal di Batavia pada tanggal 19 Juli 1937,[2] dan dimakamkan di Petamburan pada tanggal 25 Juli.[20] Karena Phoa tidak memiliki putra, salah satu cucunya dari Mayor Khouw Kim An, yakni Phoa Liong Djin, kemudian melanjutkan marga dari ibunya dan menggantikan Phoa sebagai pemimpin dari keluarganya.[21]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Suryadinata 1995, hlm. 130–1.
  2. ^ a b c d e f g h Setyautama & Mihardja 2008, hlm. 308.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 (dalam bahasa Inggris). Utrecht: Steve Haryono. ISBN 978-90-90-30249-2. Diakses tanggal 22 December 2020. 
  4. ^ a b c "Kisah Phoa Keng Hek Sang Pendiri ITB Bandung". KOMPASIANA. Kompas. 13 December 2018. Diakses tanggal 22 December 2020. 
  5. ^ Tio 1958, hlm. 63.
  6. ^ Lohanda 1996, hlm. 54–60.
  7. ^ Sidharta 2003, hlm. 51.
  8. ^ a b Nio 1940, hlm. 242–250.
  9. ^ Setyautama & Mihardja 2008, hlm. 309.
  10. ^ Suryadinata 1997, hlm. 53–54.
  11. ^ Suryadinata 1997, hlm. 4.
  12. ^ Tio 1958, hlm. 32–34, 36.
  13. ^ a b Suryadinata 1997, hlm. 3.
  14. ^ Setyautama & Mihardja 2008, hlm. 127.
  15. ^ a b Adam 1995, hlm. 72.
  16. ^ a b Cheah, Pheng (2003). Spectral Nationality: Passages of Freedom from Kant to Postcolonial Literatures of Liberation (dalam bahasa Inggris). Columbia: Columbia University Press. ISBN 978-0-231-50360-0. Diakses tanggal 22 December 2020. 
  17. ^ Suryadinata 1997, hlm. 8.
  18. ^ a b c Lohanda 1996, hlm. 125.
  19. ^ Landsdrukkerij (1922). Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1922 (dalam bahasa Belanda). Weltevreden: Landsdrukkerij. Diakses tanggal 22 December 2020. 
  20. ^ De Indische Courant 1937.
  21. ^ Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië 1937.