Cucakrawa: Perbedaan antara revisi
FelixJL111 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
k →top: clean-up |
||
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Speciesbox |
|||
{{Taxobox |
|||
| fill = yes |
|||
| name = Cucakrawa |
| name = Cucakrawa |
||
| status = CR |
| status = <!--CR--> |
||
| status_system = IUCN3.1 |
| status_system = <!--IUCN3.1--> |
||
| status_ref = <ref>BirdLife International. 2018. Pycnonotus zeylanicus. The IUCN Red List of Threatened Species 2018: e.T22712603A132470468. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T22712603A132470468.en. |
| status_ref = <!--<ref>BirdLife International. 2018. Pycnonotus zeylanicus. The IUCN Red List of Threatened Species 2018: e.T22712603A132470468. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T22712603A132470468.en.</ref>--> |
||
| image = Straw Headed Bulbul.jpg |
| image = Straw Headed Bulbul.jpg |
||
| image_caption = Burung cucak rawa |
| image_caption = Burung cucak rawa |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
| |
| species = zeylanicus |
||
| |
| authority = ([[J.F. Gmelin|Gmelin]], 1789) |
||
⚫ | |||
| classis = [[Burung|Aves]] |
|||
| ordo = [[Passeriformes]] |
|||
| familia = [[Merbah|'''Pycnonotidae''']] |
|||
⚫ | |||
| species = '''''P. zeylanicus ''''' |
|||
| binomial = ''Pycnonotus zeylanicus'' |
|||
| binomial_authority = ([[J.F. Gmelin|Gmelin]], 1789) |
|||
}} |
}} |
||
'''Cucakrawa''' atau '''barau-barau''' (''Pycnonotus zeylanicus'' Gmelin, 1789) adalah sejenis [[burung pengicau]] dari suku [[Merbah|Pycnonotidae]] (merbah). Burung ini juga dikenal dalam bahasa-bahasa daerah sebagai ''krakau'' (di daerah [[Kabupaten Kapuas Hulu]]), ''cucakrawa'' ([[bahasa Jawa]]; dilafalkan [cucaʔ rɔwɔ]), ''cangkurawah'' ([[bahasa Sunda|Sunda]]), dan ''barau-barau'' ([[bahasa Melayu|Melayu]]). Dalam [[bahasa Inggris]] disebut ''straw-headed bulbul'', mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. |
'''Cucakrawa''', '''Cucakrowo''', atau '''barau-barau''' (''Pycnonotus zeylanicus'' Gmelin, 1789) adalah sejenis [[burung pengicau]] dari suku [[Merbah|Pycnonotidae]] (merbah). Burung ini juga dikenal dalam bahasa-bahasa daerah sebagai ''krakau'' (di daerah [[Kabupaten Kapuas Hulu]]), ''cucakrawa'' ([[bahasa Jawa]]; dilafalkan [cucaʔ rɔwɔ]), ''cangkurawah'' ([[bahasa Sunda|Sunda]]), dan ''barau-barau'' ([[bahasa Melayu|Melayu]]). Dalam [[bahasa Inggris]] disebut ''straw-headed bulbul'', mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. |
||
== Pemerian == |
== Pemerian == |
||
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 |
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm. |
||
Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-jerami pucat; ''setrip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam''. Punggung cokelat zaitun ''bercoret-coret putih'', sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau keputihan; leher dan dada abu-abu ''bercoret putih''; perut abu-abu, dan pantat kuning. |
Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-jerami pucat; ''setrip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam''. Punggung cokelat zaitun ''bercoret-coret putih'', sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau keputihan; leher dan dada abu-abu ''bercoret putih''; perut abu-abu, dan pantat kuning. |
||
Baris 37: | Baris 32: | ||
== Konservasi == |
== Konservasi == |
||
Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun |
Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun 1980-an. |
||
Burung-burung yang diperdagangkan di Jawa kebanyakan didatangkan dari Sumatra dan Kalimantan. Kini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di [[Jambi]], di sepanjang [[Batang Bungo]]) pun populasinya terus menyurut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi cucak rawa ke dalam status ''rentan''. Demikian pula [[IUCN]] menyatakan bahwa burung ini berstatus ''Rentan'' (VU, ''Vulnerable''). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN di bawah. |
Burung-burung yang diperdagangkan di Jawa kebanyakan didatangkan dari Sumatra dan Kalimantan. Kini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di [[Jambi]], di sepanjang [[Batang Bungo]]) pun populasinya terus menyurut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi cucak rawa ke dalam status ''rentan''. Demikian pula [[IUCN]] menyatakan bahwa burung ini berstatus ''Rentan'' (VU, ''Vulnerable''). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN di bawah. |
Revisi terkini sejak 5 Oktober 2024 13.29
Cucakrawa | |
---|---|
Burung cucak rawa | |
Klasifikasi ilmiah | |
Domain: | Eukaryota |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Ordo: | Passeriformes |
Infraordo: | Passerides |
Famili: | Pycnonotidae |
Genus: | Pycnonotus |
Spesies: | P. zeylanicus
|
Nama binomial | |
Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789)
| |
Cucakrawa, Cucakrowo, atau barau-barau (Pycnonotus zeylanicus Gmelin, 1789) adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae (merbah). Burung ini juga dikenal dalam bahasa-bahasa daerah sebagai krakau (di daerah Kabupaten Kapuas Hulu), cucakrawa (bahasa Jawa; dilafalkan [cucaʔ rɔwɔ]), cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut straw-headed bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat.
Pemerian
[sunting | sunting sumber]Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.
Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-jerami pucat; setrip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Punggung cokelat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau keputihan; leher dan dada abu-abu bercoret putih; perut abu-abu, dan pantat kuning.
Iris mata berwarna kemerahan, paruh hitam, dan kaki cokelat gelap.
Kebiasaan dan Penyebaran
[sunting | sunting sumber]Seperti namanya, cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, atau di tepi hutan. Sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas.
Suara lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan.
Di alam, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak seperti buah jenis-jenis beringin.
Menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Di Jawa Barat terdapat sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini dianggap punah karena perburuan.
Konservasi
[sunting | sunting sumber]Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun 1980-an.
Burung-burung yang diperdagangkan di Jawa kebanyakan didatangkan dari Sumatra dan Kalimantan. Kini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo) pun populasinya terus menyurut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi cucak rawa ke dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN di bawah.
Jika tidak ada langkah penyelamatan yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan burung ini hanya tinggal kenangan; tinggal disebut-sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Bahan Bacaan
[sunting | sunting sumber]- King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London. ISBN 0-00-219206-3
- MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
- MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7
Referensi
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Pycnonotus zeylanicus pada IUCN Red List Database, termasuk uraian mengapa jenis ini berstatus Rentan. Diakses pada 03/8/2006.
- (Inggris) Pycnonotus zeylanicus pada ITIS Database Diarsipkan 2004-11-18 di Wayback Machine.. Diakses pada 03/8/2006.
- (Indonesia) Database Burung Terancam Punah - Burung Indonesia[pranala nonaktif permanen]