Lompat ke isi

Alawiyyin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ali Albar (bicara | kontrib)
k tambahan anggota Alawiyyin marga Albar/ Albaar
Kabul madras (bicara | kontrib)
merubah infobox family ke alawiyyin yang tadinya ke Ba Alwi
Tag: kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor
 
(121 revisi perantara oleh 57 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Family|name=Bani 'Alawi|image=|crest=Rabithah.gif|footnotes=Ketika masih di [[Basra]], leluhur mereka Imam [[Ahmad al-Muhajir]] merupakan kepala keluarga atau Naqib dari keluarga al-Uraidhi. Sehingga nama keluarga mereka sebelumnya adalah al-Uraidhi. Namun ketika mereka hijrah ke [[Hadramaut]], mereka kemudian membentuk keluarga sendiri berdasarkan nama tiga putra Ubaidillah bin [[Ahmad al-Muhajir]]. Yakni: Basri (Bernama asli Ismail), Jadid dan Alawi. Nama terakhir inilah yang menurunkan [[Alawiyyin|Bani Alawi]]|caption=Lambang Rabithah Alawiyah|early_forms=[[Ali bin Ja'far|al-Uraidhi]]|members=[[Basyeiban]], [[Azmatkhan]], [[al-Aydrus]], al-Muhdar, [[al-Attas]], [[Assegaf]], Albar (Albaar), [[Maula Aidid]], [[Bin Shahabuddin|Shahab]], [[al-Haddad]], Fad'aq, [[al-Habsyi Ba'Alawi|al-Habsyi]], Al-Hamid, al-Munaffar, [[Al Khered]], [[al-Kaff]], Bin Syechbubakar, Bafagih, Bilfaqih, dan sangat banyak lainnya|otherfamilies=Al Ahdal, Al Qudaimi, Al Jadid (Punah), Al Basri (Punah), Al Uraidhi|distinctions=[[Sayyid|Sa'adah]], [[Habib|Habaib]]|traditions=[[Tarekat Alawiyyah]]|heirlooms=|estate=|meaning=Keluarga Alawi bin Ubaidillah bin [[Ahmad al-Muhajir]]|ethnicity=[[Arab]]|region=Hampir seluruh dunia|birth_place=}}


{{Infobox Family|name=Alawiyyin|footnotes=Alawiyyin adalah sebutan bagi semua keturunan paternal (garis lurus laki) Imam Ali dengan Sayyidah Fatimah dari kedua anaknya yang bernama Imam Hasan dan Imam Husein . Keturunannya tersebar di seluruh dunia dan biasa dipanggil Sayyid dan Syarif. Alawiyyin berbeda dengan Ba 'Alwi , dimana jika klaim Ba'Alwi sebagai keturunan paternal Rasulullah benar , maka semua Ba'Alwi adalah Alawiyyin, tapi tidak semua Alawiyyin adalah Ba'Alwi .Keturunan dari jalur Ba 'Alwi biasa dipanggil dengan habib (pria) dan habibah (wanita) .|members=al Hasani , al Husaini|otherfamilies=Keturunan Imam Ali dari jalur istri selain Sayyidah Fatimah|meaning=Semua keturunan paternal (jalur lurus laki) dari Imam Hasan dan Imam Husein|ethnicity=Arab , Quraish, Hasyimi, Al Hasani , Al Husaini|region=Hampir seluruh dunia}}
'''Alawiyyin''' (arab: العلويّن) yang dimaksud disini adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang memiliki pertalian darah dengan [[Nabi Muhammad]] melalui Imam Alawi bin Ubaidillah dan bukan nisbat kepada Imam [[Ali bin Abi Thalib]]. Sebutan lain untuk Alawiyyin adalah '''Ba 'Alawi''' atau Bani Alawi. Ba' Alawi ialah nama keluarga yang bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada [[Alawi bin Ubaidillah|Alawi]] bin [[Ubaidillah bin Ahmad|'Ubaidillah]] bin [[Ahmad al-Muhajir]] bin [[Isa ar-Rumi]] bin [[Muhammad an-Naqib]] bin [[Ali bin Ja'far|Ali al-'Uraidhi]] bin [[Ja'far ash-Shadiq]] bin [[Muhammad al-Baqir]] bin [[Ali bin Husain|'Ali Zainal Abidin]] bin [[Husain bin Ali|Husain]] putra '[[Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] binti [[Muhammad]].


'''Alawiyyin''' ({{Lang-ar|العلويّن}}) adalah sebutan bagi keturunan Nabi Muhammad melalui Sayyidina [[Ali bin Abi Thalib]]. Keturunan Ali bin Abi Thalib melalui [[Fatimah az-Zahra]] binti Muhammad dikenal dengan sebutan [[Sayyid]] atau [[Syarif]].
== Awal pembentukan ==
Awal terbentuknya kelompok keluarga ialah dari Imam [[Ahmad al-Muhajir|Ahmad bin 'Isa al-Muhajir]], yang berangkat meninggalkan [[Basra]] di [[Irak]] bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke [[Hadramaut]] di [[Yaman]] Selatan.


Istilah '''Alawiyyin''' seringkali disalahartikan dianggap sama dengan [[Ba 'Alwi|Ba'Alwi / Ba'Alawi]]. Padahal Ba 'Alwi merupakan keturunan jalur laki-laki dari [[Alawi bin Ubaidillah|Alwi bin Ubaidillah]], yang klaim ketersambungan nasabnya kepada Nabi Muhammad SAW masih menjadi kontroversi karena ketiadaan sumber kitab sejaman yang mencatat Ubaidillah sebagai anak [[Ahmad al-Muhajir|Ahmad bin Isa]]<ref>Tabaqat al-Khawass Ahl al-Sudur wa al-Albab oleh Ahmad bin Sulaiman Abu Bakrah al-Turbani</ref><ref>Nashab al-Qurasy wa al-Hashimi oleh Murad Syukri Suwaidan</ref><ref>Asbab al-Nuzul oleh Sheikh Muqbil al-Wada'i</ref><ref>{{Cite book|last=Utsman al bantani|first=Imaduddin|date=2024|url=https://www.nahdlatul-ulum.com/wp-content/uploads/pdfs/Membongkar_Skandal_Ilmiah_Genealogi_Sejarah_Baalwi.pdf|title=Membongkar Skandal Ilmiah Genealogi Sejarah Ba 'Alwi|location=banten|publisher=Maktabah Nahdlatul Ulum|url-status=live}}</ref>.
Cucu Imam Ahmad yang bernama 'Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadramaut. Oleh karena itu, anak-cucu 'Alawi digelari dengan sebutan Ba 'Alawi, yang bermakna ''Bani 'Alawi'' (keturunan Alawi). Panggilan Ba 'Alawi juga bertujuan menandai kumpulan [[keluarga]] ini dari cabang-cabang keluarga lain dari keturunan [[Nabi Muhammad]].


== Asal Mula ==
Seorang Ba 'Alawi oleh masyarakat sering kali dipanggil dengan sebutan ''[[Sayyid]]/[[Habib]]'' untuk laki-laki, dan "Syarifah/HabIbah" untuk perempuan.
Kata '''Sadah''' atau '''Sadat''' ([[Abjad Arab|Arab]]: ادة) merupakan bentuk jamak dari kata [[Abjad Arab|Arab]]: ([[Sayyid]]), sedangkan kata '''Ba 'Alawi''' atau ''Bani 'Alawi'' berarti ''keturunan Alwi'' (Bā adalah bentuk dialek Hadhramaut dari Bani). Singkatnya, Ba'alawi adalah orang-orang [[Sayyid]] yang memiliki darah keturunan [[Muhammad|Nabi Muhammad]] melalui [[Alawi bin Ubaidillah|Alawi bin Ubaidullah]] [[Ahmad al-Muhajir|bin Ahmad al-Muhajir]]. Sedangkan '''Alawiyyin''' ([[Abjad Arab|Arab]]: العلويّن; al-`alawiyyin) Istilah Sayyid digunakan untuk menyebut keturunan [[Ali bin Abi Thalib]] dari [[Husain bin Ali]] ([[Sayyid]]) dan [[Hasan bin Ali]] ([[Sayyid|Syarif]]). Semua orang Ba 'Alawi adalah Sayyid Alawiyyin melalui [[Husain bin Ali|Husain ibn Ali]], tetapi tidak semua orang dari keluarga Alawiyyin adalah dari Ba 'Alawi.

Cucu Imam al-Muhajir, Alawi, adalah [[Sayyid]] pertama yang lahir di [[Hadramaut|Hadhramaut]], dan satu-satunya keturunan Imam al-Muhajir yang menghasilkan garis lanjutan; garis keturunan cucu Imam al-Muhajir lainnya, Bashri dan Jadid, terputus setelah beberapa generasi. Oleh karena itu, keturunan Imam Al-Muhajir di [[Hadramaut]] menyandang nama Bā 'Alawi ("keturunan Alawi").

Ba 'Alawi Sadah sejak itu tinggal di Hadhramaut di [[Yaman Selatan]], mempertahankan Syahadat [[Sunni]] di sekolah [[Fikih|fiqh]] [[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Syafii]]. Pada mulanya seorang keturunan [[Ahmad al-Muhajir|Imam Ahmad Muhajir]] yang menjadi ulama dalam studi Islam disebut [[Imam]], kemudian [[Syekh]], tetapi kemudian disebut [[Habib]].

Baru sejak 1700 M mereka mulai bermigrasi <ref>Dostal, Walter; Wolfgang Kraus, eds. (2005). [[iarchive:shatteringtradit00dost|Shattering Tradition: Custom, Law and the Individual in the Muslim Mediterranean]] (print). New York: I.B. Tauris. pp. [[iarchive:shatteringtradit00dost/page/n241|233]]–253.</ref> dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk [[Dakwah|berdakwah]].<ref>Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). ''Readings on Islam in Southeast Asia''. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN <bdi>[[Special:BookSources/978-9971-988-08-1|978-9971-988-08-1]]</bdi>.</ref> Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke [[Asia Tenggara]]. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, '''Keluarga Jamalullail''' dari [[Perlis]] adalah keturunan dari Ba 'Alawi. '''Habib Salih''' dari [[Lamu]], [[Kenya]] juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit), terkadang bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, dan keturunan mereka kemudian menjadi [[sultan]] atau raja, seperti di [[Kerajaan Kubu|Kesultanan Kubu]], [[Kesultanan Palembang|Kesultanan Palembang Darussalam]]<ref>{{cite book|last=bin Thahir Al-Haddad|first=Al-Habib Alwi|year=1997|url=https://books.google.co.id/books/about/Sejarah_masuknya_Islam_di_Timur_Jauh.html?id=kcU1AAAACAAJ&redir_esc=y|title=Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh|location=Jakarta|publisher=Lentera Basritama|isbn=9789798880087|pages=67}}</ref><ref>{{cite book|last=Noegraha|first=Nindya|year=2001|url=https://books.google.co.id/books/about/Asal_usul_raja_raja_Palembang_dan_hikaya.html?id=MqPBAAAACAAJ&redir_esc=y|title=Asal-usul Raja-raja Palembang dan Hikayat Nakhoda Asyiq dalam Naskah Kuno: Koleksi Perpustakaan Nasional RI|location=Jakarta|publisher=Perpustakaan Nasional RI|isbn=9789799316455|pages=}}</ref>, atau di [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Kesultanan Siak Indrapura]]<ref>Ulrike Freitag; William G. Clarence-Smith, eds. (1997). ''[https://books.google.com/books?id=gBTbS4eNGp8C&q=hadhrami+married+local+women+indonesia&pg=PA9 Hadhrami Traders, Scholars and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s to 1960s]''. Vol. 57 (illustrated ed.). BRILL. p. 9. [[International Standard Book Number|ISBN]] <bdi>[[Special:BookSources/978-90-04-10771-7|978-90-04-10771-7]]</bdi>.</ref>.

Pencatatan riwayat migrasi 1700 M di Nusantara dalam hamisy kitab Syamsudzahirah yang tertua adalah dari manuskrip Palembang tahun 1748 Masehi diragukan karena bertentangan dengan manuskrip-manuskrip Nusantara yang lebih tua, yang menyebut bahwa para sultan dan wali di Nusantara ini adalah contohnya manuskrip Bangkalan yang berangka tahun 1624 Masehi, dimana keturunan Rasulullah Muhammad Saw dari jalur Musa al-Kadzim.


== Penyebaran ==
== Penyebaran ==
Ba 'Alawi yang bermula di Hadhramaut ini telah memiliki banyak keturunan dan pada saat ini banyak di antara mereka menetap di segenap pelosok [[Nusantara]], [[India]], dan [[Afrika]].
Ba 'Alawi yang bermula di Hadhramaut ini telah memiliki banyak keturunan dan pada saat ini banyak di antara mereka menetap di segenap pelosok [[Nusantara]], [[India]], dan [[Afrika]].


Di Indonesia, penelitian tentang otentisitas keturunan (''nasab'') Alawiyyin diatur oleh suatu organisasi yang bernama [[Rabithah Alawiyah]], yang berkantor pusat di Jakarta Selatan. Namun di kalangan Sa'adah Alawiyyin, ada yang telah berhijrah pada abad-abad ke-16 dan 17 Masehi atau bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia. Daftar nasab mereka tersebut mungkin tidak tercatat atau bahkan telah hilang sama sekali.
Di kalangan Sa'adah Alawiyyin, ada yang telah berhijrah pada abad-abad ke-16 dan 17 Masehi atau bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* http://www.princehamzah.jo/English/The_Hashemite_Lineage.html
* Situs resmi [http://www.rabithah-alawiyah.org Rabithah Alawiyah]
* https://www.familytreedna.com/public/Qurayishj1c3d?iframe=yresults
{{masyarakat-stub}}
* https://www.familytreedna.com/public/baalawi?iframe=yresults

* https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Haplogroup_G-M201
* https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Haplogroup_J-M172
* https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Haplogroup_J-M267
* https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Haplogroup_E-M35
* Haplogroup_J-Y86887
[[Kategori:Bani Hasyim| ]]
[[Kategori:Bani Hasyim| ]]
[[Kategori:Sayyid| ]]
[[Kategori:Sayyid| ]]
Baris 24: Baris 36:
[[Kategori:Alawiyyin]]
[[Kategori:Alawiyyin]]
[[Kategori:Habib]]
[[Kategori:Habib]]

==Referensi==
{{Reflist}}

== Bibliografi ==

* {{Cite book|last=|date=|title=|location=|publisher=|ref=}}

{{masyarakat-stub}}

Revisi terkini sejak 10 Agustus 2024 02.31

Alawiyyin
Kelompok etnisArab , Quraish, Hasyimi, Al Hasani , Al Husaini
Region saat iniHampir seluruh dunia
EtimologiSemua keturunan paternal (jalur lurus laki) dari Imam Hasan dan Imam Husein
Anggotaal Hasani , al Husaini
Keluarga terkaitKeturunan Imam Ali dari jalur istri selain Sayyidah Fatimah
Alawiyyin adalah sebutan bagi semua keturunan paternal (garis lurus laki) Imam Ali dengan Sayyidah Fatimah dari kedua anaknya yang bernama Imam Hasan dan Imam Husein . Keturunannya tersebar di seluruh dunia dan biasa dipanggil Sayyid dan Syarif. Alawiyyin berbeda dengan Ba 'Alwi , dimana jika klaim Ba'Alwi sebagai keturunan paternal Rasulullah benar , maka semua Ba'Alwi adalah Alawiyyin, tapi tidak semua Alawiyyin adalah Ba'Alwi .Keturunan dari jalur Ba 'Alwi biasa dipanggil dengan habib (pria) dan habibah (wanita) .

Alawiyyin (bahasa Arab: العلويّن) adalah sebutan bagi keturunan Nabi Muhammad melalui Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Keturunan Ali bin Abi Thalib melalui Fatimah az-Zahra binti Muhammad dikenal dengan sebutan Sayyid atau Syarif.

Istilah Alawiyyin seringkali disalahartikan dianggap sama dengan Ba'Alwi / Ba'Alawi. Padahal Ba 'Alwi merupakan keturunan jalur laki-laki dari Alwi bin Ubaidillah, yang klaim ketersambungan nasabnya kepada Nabi Muhammad SAW masih menjadi kontroversi karena ketiadaan sumber kitab sejaman yang mencatat Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa[1][2][3][4].

Asal Mula

[sunting | sunting sumber]

Kata Sadah atau Sadat (Arab: ادة) merupakan bentuk jamak dari kata Arab: (Sayyid), sedangkan kata Ba 'Alawi atau Bani 'Alawi berarti keturunan Alwi (Bā adalah bentuk dialek Hadhramaut dari Bani). Singkatnya, Ba'alawi adalah orang-orang Sayyid yang memiliki darah keturunan Nabi Muhammad melalui Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir. Sedangkan Alawiyyin (Arab: العلويّن; al-`alawiyyin) Istilah Sayyid digunakan untuk menyebut keturunan Ali bin Abi Thalib dari Husain bin Ali (Sayyid) dan Hasan bin Ali (Syarif). Semua orang Ba 'Alawi adalah Sayyid Alawiyyin melalui Husain ibn Ali, tetapi tidak semua orang dari keluarga Alawiyyin adalah dari Ba 'Alawi.

Cucu Imam al-Muhajir, Alawi, adalah Sayyid pertama yang lahir di Hadhramaut, dan satu-satunya keturunan Imam al-Muhajir yang menghasilkan garis lanjutan; garis keturunan cucu Imam al-Muhajir lainnya, Bashri dan Jadid, terputus setelah beberapa generasi. Oleh karena itu, keturunan Imam Al-Muhajir di Hadramaut menyandang nama Bā 'Alawi ("keturunan Alawi").

Ba 'Alawi Sadah sejak itu tinggal di Hadhramaut di Yaman Selatan, mempertahankan Syahadat Sunni di sekolah fiqh Syafii. Pada mulanya seorang keturunan Imam Ahmad Muhajir yang menjadi ulama dalam studi Islam disebut Imam, kemudian Syekh, tetapi kemudian disebut Habib.

Baru sejak 1700 M mereka mulai bermigrasi [5] dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk berdakwah.[6] Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke Asia Tenggara. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, Keluarga Jamalullail dari Perlis adalah keturunan dari Ba 'Alawi. Habib Salih dari Lamu, Kenya juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit), terkadang bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, dan keturunan mereka kemudian menjadi sultan atau raja, seperti di Kesultanan Kubu, Kesultanan Palembang Darussalam[7][8], atau di Kesultanan Siak Indrapura[9].

Pencatatan riwayat migrasi 1700 M di Nusantara dalam hamisy kitab Syamsudzahirah yang tertua adalah dari manuskrip Palembang tahun 1748 Masehi diragukan karena bertentangan dengan manuskrip-manuskrip Nusantara yang lebih tua, yang menyebut bahwa para sultan dan wali di Nusantara ini adalah contohnya manuskrip Bangkalan yang berangka tahun 1624 Masehi, dimana keturunan Rasulullah Muhammad Saw dari jalur Musa al-Kadzim.

Penyebaran

[sunting | sunting sumber]

Ba 'Alawi yang bermula di Hadhramaut ini telah memiliki banyak keturunan dan pada saat ini banyak di antara mereka menetap di segenap pelosok Nusantara, India, dan Afrika.

Di kalangan Sa'adah Alawiyyin, ada yang telah berhijrah pada abad-abad ke-16 dan 17 Masehi atau bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Tabaqat al-Khawass Ahl al-Sudur wa al-Albab oleh Ahmad bin Sulaiman Abu Bakrah al-Turbani
  2. ^ Nashab al-Qurasy wa al-Hashimi oleh Murad Syukri Suwaidan
  3. ^ Asbab al-Nuzul oleh Sheikh Muqbil al-Wada'i
  4. ^ Utsman al bantani, Imaduddin (2024). Membongkar Skandal Ilmiah Genealogi Sejarah Ba 'Alwi (PDF). banten: Maktabah Nahdlatul Ulum. 
  5. ^ Dostal, Walter; Wolfgang Kraus, eds. (2005). Shattering Tradition: Custom, Law and the Individual in the Muslim Mediterranean (print). New York: I.B. Tauris. pp. 233–253.
  6. ^ Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). Readings on Islam in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN 978-9971-988-08-1.
  7. ^ bin Thahir Al-Haddad, Al-Habib Alwi (1997). Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. Jakarta: Lentera Basritama. hlm. 67. ISBN 9789798880087. 
  8. ^ Noegraha, Nindya (2001). Asal-usul Raja-raja Palembang dan Hikayat Nakhoda Asyiq dalam Naskah Kuno: Koleksi Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. ISBN 9789799316455. 
  9. ^ Ulrike Freitag; William G. Clarence-Smith, eds. (1997). Hadhrami Traders, Scholars and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s to 1960s. Vol. 57 (illustrated ed.). BRILL. p. 9. ISBN 978-90-04-10771-7.

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]