Lompat ke isi

Suku Melayu Loloan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alfi Alafgani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Fazily (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Bukan Kaos Kaki (2) (bicara) ke revisi terakhir oleh Fazily
Tag: Pengembalian
 
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
|group = Melayu Loloan
|group = Melayu Loloan
|langs = [[Bahasa Melayu Bali|Melayu Loloan]]{{br}}[[Bahasa Bali|Bali]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|langs = [[Bahasa Melayu Bali|Melayu Loloan]]{{br}}[[Bahasa Bali|Bali]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|related = [[Suku Bugis|Bugis]]{{•}}[[Suku Bali|Bali]]{{•}}[[Suku Makassar|Makassar]]
|related = [[Suku Melayu|Melayu]],[[Suku Bali|Bali]]
|rels = [[Islam]]
|rels = [[Islam]],[[Hindu]]
|poptime = 45.000-60.000
|poptime = 45.000-60.000
|popplace= [[Kabupaten Jembrana]]
|popplace= [[Kabupaten Jembrana]]
,[[Kabupaten Buleleng]],[[Kabupaten Tabanan]]}}
}}
'''Suku Loloan''' juga dikenal sebagai '''Melayu Loloan''' adalah [[masyarakat adat]] yang bermukim di daerah Loloan ([[Loloan Barat, Negara, Jembrana|Loloan Barat]] dan [[Loloan Timur, Jembrana, Jembrana|Loloan Timur]]), [[Kabupaten Jembrana]], [[Bali]]. Masyarakat suku Loloan diperkirakan telah ada setidaknya sejak [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke–17]]. Jumlah penduduk Loloan ini berkisar antara 45 ribu hingga 60 ribu di Bali.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|title=Melayu-Bali kekal tradisi|last=Ismail|first=Lukman|website=Utusan Online|access-date=2019-03-04|archive-date=2019-03-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190306045059/http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|dead-url=yes}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/19397/ID|title=Loloan-Malay Bali in Indonesia|last=Project|first=Joshua|website=joshuaproject.net|language=en|access-date=2019-03-04}}</ref>
'''Suku Melayu Loloan''' juga dikenal sebagai '''Orang Loloan''' adalah [[masyarakat adat]] yang bermukim di daerah Loloan ([[Loloan Barat, Negara, Jembrana|Loloan Barat]] dan [[Loloan Timur, Jembrana, Jembrana|Loloan Timur]]), [[Kabupaten Jembrana]], [[Bali]]. Masyarakat suku Loloan diperkirakan telah ada setidaknya sejak [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke–17]]. Jumlah penduduk Loloan ini berkisar antara 45 ribu hingga 60 ribu di Bali.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|title=Melayu-Bali kekal tradisi|last=Ismail|first=Lukman|website=Utusan Online|access-date=2019-03-04|archive-date=2019-03-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190306045059/http://www.utusan.com.my/rencana/utama/melayu-bali-kekal-tradisi-1.343843|dead-url=yes}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/19397/ID|title=Loloan-Malay Bali in Indonesia|last=Project|first=Joshua|website=joshuaproject.net|language=en|access-date=2019-03-04}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Baris 14: Baris 14:
Pada tahun 1799, empat kapal dari [[Kota Pontianak]], [[Kesultanan Pontianak]] tiba di Jembrana dan disambut oleh Raja Jembrana yakni Putu Seloka. Rombongan tersebut dipimpin oleh Syarif Abdullah Yahya al-Qadri dan membawa ulama dari [[Terengganu]] yakni Muhammad Ya'qub. Oleh Raja Jembrana, rombongan tersebut diizinkan tinggal di tanah seluas 80 hektar di [[Loloan Barat, Negara, Jembrana|Loloan Barat]] dan [[Loloan Timur, Jembrana, Jembrana|Loloan Timur]].<ref name=":0" /><ref name=":1" />
Pada tahun 1799, empat kapal dari [[Kota Pontianak]], [[Kesultanan Pontianak]] tiba di Jembrana dan disambut oleh Raja Jembrana yakni Putu Seloka. Rombongan tersebut dipimpin oleh Syarif Abdullah Yahya al-Qadri dan membawa ulama dari [[Terengganu]] yakni Muhammad Ya'qub. Oleh Raja Jembrana, rombongan tersebut diizinkan tinggal di tanah seluas 80 hektar di [[Loloan Barat, Negara, Jembrana|Loloan Barat]] dan [[Loloan Timur, Jembrana, Jembrana|Loloan Timur]].<ref name=":0" /><ref name=":1" />


Namun menurut sesepuh Loloan, Haji Achmad Damannuri, perkembangan masyarakat Melayu Bali merupakan akibat pertemuan antara [[orang Bugis]] yang melarikan diri awalnya ke Perancak, Jembrana dari pengejaran [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] di Makassar pada 1653 dengan ulama asal Sarawak, Buyut Lebai, pada 1675 yang mengajarkan [[agama Islam]] menggunakan [[bahasa Melayu]] sebagai bahasa pengantar. Orang-orang Bugis tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Jembrana untuk menempati daerah Loloan.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://travel.kompas.com/read/2015/07/11/115045527/Menyambangi.Kampung.Islam.di.Loloan.Bali|title=Menyambangi Kampung Islam di Loloan Bali Halaman 1|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-03-28}}</ref>
Namun menurut sesepuh Loloan, Haji Achmad Damannuri, perkembangan masyarakat Melayu Bali merupakan akibat pertemuan antara [[orang Bugis]] yang melarikan diri awalnya ke Perancak, Jembrana dari pengejaran [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] di Makassar pada 1653 dengan ulama asal Sarawak, Buyut Lebai, pada 1675 yang mengajarkan [[agama Islam]] menggunakan [[bahasa Melayu]] sebagai bahasa pengantar. Orang-orang Bugis tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Jembrana untuk menempati daerah Loloan.<ref name=":2">{{Cite news|url=https://travel.kompas.com/read/2015/07/11/115045527/Menyambangi.Kampung.Islam.di.Loloan.Bali|title=Menyambangi Kampung Islam di Loloan Bali|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2019-03-28|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made}}</ref>


Kajian lain yang dilakukan akademisi [[Universitas Udayana]] sepaham dengan penuturan Haji Achmad Damannuri mengemukakan bahwa suku Melayu Bali merupakan akibat perkawinan campur antara suku Bugis yang diizinkan menetap di Loloan dengan suku Bali yang tinggal di sekitarnya. Gelombang kedua pembentukan identitas Melayu Bali di Loloan diterangkan pada kedatangan pendatang dari Pontianak yang juga berujung pada perkawinan campur.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/GuyupMinoritasMelayuLoloandiBali.pdf|title=Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya|last=|first=Sumarsono|date=|website=|publisher=|access-date=}}</ref> Menurut sumber lain menuliskan bahwa perbedaan antara mayoritas suku Bali yang [[Hindu]] dengan pendatang Muslim justru berdampak pada pengucilan kaum pendatang tersebut.<ref name=":1" />
Kajian lain yang dilakukan akademisi [[Universitas Udayana]] sepaham dengan penuturan Haji Achmad Damannuri mengemukakan bahwa suku Melayu Bali merupakan akibat perkawinan campur antara suku Bugis yang diizinkan menetap di Loloan dengan suku Bali yang tinggal di sekitarnya. Gelombang kedua pembentukan identitas Melayu Bali di Loloan diterangkan pada kedatangan pendatang dari Pontianak yang juga berujung pada perkawinan campur.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/GuyupMinoritasMelayuLoloandiBali.pdf|title=Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya|last=|first=Sumarsono|date=|website=|publisher=|access-date=}}</ref> Menurut sumber lain menuliskan bahwa perbedaan antara mayoritas suku Bali yang [[Hindu]] dengan pendatang Muslim justru berdampak pada pengucilan kaum pendatang tersebut.<ref name=":1" />
Baris 21: Baris 21:
Menurut koran [[Utusan Malaysia]], sekitar 75 persen dari sekitar 60 ribu penduduk Melayu Bali di Loloan masih menggunakan [[Bahasa Melayu Bali|bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Namun varian bahasa Melayu yang digunakan tersebut telah diadaptasi dan dipengaruhi bahasa Bali sehingga juga disebut sebagai ''base Loloan'' atau ''omong kampung''.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Hidangan khas masyarakat Melayu Bali adalah pecel ayam kampung dan [[Kelapa kopyor|kopyor]] yang terutama dihidangkan pada bulan [[Ramadan]].<ref name=":2" /> Mayoritas suku Melayu Bali menganut agama Islam. Kepercayaan beberapa masyarakat suku Melayu Bali turut dipengaruhi oleh [[animisme]] dan [[takhayul]].<ref name=":1" />
Menurut koran [[Utusan Malaysia]], sekitar 75 persen dari sekitar 60 ribu penduduk Melayu Bali di Loloan masih menggunakan [[Bahasa Melayu Bali|bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Namun varian bahasa Melayu yang digunakan tersebut telah diadaptasi dan dipengaruhi bahasa Bali sehingga juga disebut sebagai ''base Loloan'' atau ''omong kampung''.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Hidangan khas masyarakat Melayu Bali adalah pecel ayam kampung dan [[Kelapa kopyor|kopyor]] yang terutama dihidangkan pada bulan [[Ramadan]].<ref name=":2" /> Mayoritas suku Melayu Bali menganut agama Islam. Kepercayaan beberapa masyarakat suku Melayu Bali turut dipengaruhi oleh [[animisme]] dan [[takhayul]].<ref name=":1" />


[[Rumah panggung|Rumah-rumah panggung]] Melayu masih digunakan masyarakat Melayu Bali di Loloan tetapi jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh unit saja. Menurut budayawan dan sesepuh Loloan, Haji Musadat, keturunan Melayu Bali saat ini lebih memilih membangun rumah dengan arsitektur modern dan menjual rumah panggung yang dibagikan sebagai warisan.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|url=https://bali.antaranews.com/berita/132002/masyarakat-melayu-jembrana-sikapi-globalisasi-dengan-ikhtiar-budaya|title=Masyarakat Melayu Jembrana sikapi globalisasi dengan ikhtiar budaya - ANTARA News Bali|last=Agency|first=ANTARA News|website=Antara News|access-date=2019-03-28}}</ref> Pintu depan rumah panggung Loloan menghadap ke timur untuk mencegah penghuninya terganggu saat salat yang berkiblat ke barat.<ref name=":1" />
[[Rumah panggung|Rumah-rumah panggung]] Melayu masih digunakan masyarakat Melayu Bali di Loloan tetapi jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh unit saja. Menurut budayawan dan sesepuh Loloan, Haji Musadat, keturunan Melayu Bali saat ini lebih memilih membangun rumah dengan arsitektur modern dan menjual rumah panggung yang dibagikan sebagai warisan.<ref name=":0" /><ref>{{Cite news|url=https://bali.antaranews.com/berita/132002/masyarakat-melayu-jembrana-sikapi-globalisasi-dengan-ikhtiar-budaya|title=Masyarakat Melayu Jembrana sikapi globalisasi dengan ikhtiar budaya|last=Yakub|first=Edy M|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2019-03-28}}</ref> Pintu depan rumah panggung Loloan menghadap ke timur untuk mencegah penghuninya terganggu saat salat yang berkiblat ke barat.<ref name=":1" />


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 9 Mei 2024 07.59

Melayu Loloan
Daerah dengan populasi signifikan
Kabupaten Jembrana ,Kabupaten Buleleng,Kabupaten Tabanan
Bahasa
Melayu Loloan
Bali
Indonesia
Agama
Islam,Hindu
Kelompok etnik terkait
Melayu,Bali

Suku Melayu Loloan juga dikenal sebagai Orang Loloan adalah masyarakat adat yang bermukim di daerah Loloan (Loloan Barat dan Loloan Timur), Kabupaten Jembrana, Bali. Masyarakat suku Loloan diperkirakan telah ada setidaknya sejak abad ke–17. Jumlah penduduk Loloan ini berkisar antara 45 ribu hingga 60 ribu di Bali.[1][2]

Kedatangan orang Melayu di Pulau Bali tercatat pada tahun 1669 ketika empat ulama dan pengikutnya tiba di Jembrana untuk menyebarkan ajaran Islam di Bali. Misi tersebut diizinkan oleh Raja Jembrana yakni I Gusti Arya Pancoran. Keempat ulama tersebut ialah Dawan Sirajuddin dari Sarawak, Kekaisaran Brunei; Syeikh Basir dari Yaman, Kesultanan Utsmaniyah; Mohammad Yasin dari Makassar; dan Syihabbudin juga dari Makassar.[1][2]

Pada tahun 1799, empat kapal dari Kota Pontianak, Kesultanan Pontianak tiba di Jembrana dan disambut oleh Raja Jembrana yakni Putu Seloka. Rombongan tersebut dipimpin oleh Syarif Abdullah Yahya al-Qadri dan membawa ulama dari Terengganu yakni Muhammad Ya'qub. Oleh Raja Jembrana, rombongan tersebut diizinkan tinggal di tanah seluas 80 hektar di Loloan Barat dan Loloan Timur.[1][2]

Namun menurut sesepuh Loloan, Haji Achmad Damannuri, perkembangan masyarakat Melayu Bali merupakan akibat pertemuan antara orang Bugis yang melarikan diri awalnya ke Perancak, Jembrana dari pengejaran VOC di Makassar pada 1653 dengan ulama asal Sarawak, Buyut Lebai, pada 1675 yang mengajarkan agama Islam menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Orang-orang Bugis tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Jembrana untuk menempati daerah Loloan.[3]

Kajian lain yang dilakukan akademisi Universitas Udayana sepaham dengan penuturan Haji Achmad Damannuri mengemukakan bahwa suku Melayu Bali merupakan akibat perkawinan campur antara suku Bugis yang diizinkan menetap di Loloan dengan suku Bali yang tinggal di sekitarnya. Gelombang kedua pembentukan identitas Melayu Bali di Loloan diterangkan pada kedatangan pendatang dari Pontianak yang juga berujung pada perkawinan campur.[4] Menurut sumber lain menuliskan bahwa perbedaan antara mayoritas suku Bali yang Hindu dengan pendatang Muslim justru berdampak pada pengucilan kaum pendatang tersebut.[2]

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]

Menurut koran Utusan Malaysia, sekitar 75 persen dari sekitar 60 ribu penduduk Melayu Bali di Loloan masih menggunakan bahasa Melayu.[1] Namun varian bahasa Melayu yang digunakan tersebut telah diadaptasi dan dipengaruhi bahasa Bali sehingga juga disebut sebagai base Loloan atau omong kampung.[3][4] Hidangan khas masyarakat Melayu Bali adalah pecel ayam kampung dan kopyor yang terutama dihidangkan pada bulan Ramadan.[3] Mayoritas suku Melayu Bali menganut agama Islam. Kepercayaan beberapa masyarakat suku Melayu Bali turut dipengaruhi oleh animisme dan takhayul.[2]

Rumah-rumah panggung Melayu masih digunakan masyarakat Melayu Bali di Loloan tetapi jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh unit saja. Menurut budayawan dan sesepuh Loloan, Haji Musadat, keturunan Melayu Bali saat ini lebih memilih membangun rumah dengan arsitektur modern dan menjual rumah panggung yang dibagikan sebagai warisan.[1][5] Pintu depan rumah panggung Loloan menghadap ke timur untuk mencegah penghuninya terganggu saat salat yang berkiblat ke barat.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Ismail, Lukman. "Melayu-Bali kekal tradisi". Utusan Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-06. Diakses tanggal 2019-03-04. 
  2. ^ a b c d e f Project, Joshua. "Loloan-Malay Bali in Indonesia". joshuaproject.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-04. 
  3. ^ a b c Asdhiana, I Made (ed.). "Menyambangi Kampung Islam di Loloan Bali". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-03-28. 
  4. ^ a b "Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya" (PDF). 
  5. ^ Yakub, Edy M. "Masyarakat Melayu Jembrana sikapi globalisasi dengan ikhtiar budaya". ANTARA News. Diakses tanggal 2019-03-28.