Lompat ke isi

Togog: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Riwayat: clean up
Tarusbawa (bicara | kontrib)
→‎Riwayat: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 21: Baris 21:
Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, tetapi yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi ''dower'' karena Togog memaksakan dirinya untuk menelan, padahal mulutnya tidak muat. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah [[Semar]] berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam [[wayang kulit]]. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa ''kadewatan'' adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.
Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, tetapi yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi ''dower'' karena Togog memaksakan dirinya untuk menelan, padahal mulutnya tidak muat. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah [[Semar]] berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam [[wayang kulit]]. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa ''kadewatan'' adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.


Adapun Batara Antaga (Togog), dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, sedangkan Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ([[Pandawa]]) dan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.
Adapun Batara Antaga (Togog), dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia. Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ([[Pandawa]]). Sedangkan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.Dalam perannya menjadi pamong untuk menasihati kesatria angkara murka ,Togog didampingi ''Bilung'' ([[Sarawita]]) yang tercipta dari Hawa Nafsu Togog melalui sabda sakti dari ''Sanghyang Podo Wenang''
Dalam perannya menjadi pamong untuk menasihati kesatria angkara murka ,Togog didampingi ''Bilung''([[Sarawita]]) yang tercipta dari Hawa Nafsu Togog melalui sabda sakti dari ''Sanghyang Podo Wenang''


{{tokoh wayang}}
{{tokoh wayang}}

Revisi terkini sejak 18 Oktober 2023 12.09

Togog
Tokoh pewayangan Jawa
Wayang Togog.

Togog adalah nama tokoh pewayangan Jawa. Ia dikisahkan sebagai putra dewa yang lahir sebelum Semar, tetapi karena tidak mampu mengayomi Bumi, maka Togog kembali ke asalnya; pada waktu bersamaan, lahirlah Semar.

Pada zaman kadewatan diceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari ketiga anaknya yang lahir dari sebutir telur. Lapisan-lapisan telur yakni kulit paling luar diberi nama Batara Antaga (Togog), putih telur diberi nama Batara Ismaya (Semar) dan kuning telur diberi nama Batara Manikmaya (Batara Guru). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari ketiga anaknya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa Kahyangan.

Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, tetapi yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi dower karena Togog memaksakan dirinya untuk menelan, padahal mulutnya tidak muat. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam wayang kulit. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.

Adapun Batara Antaga (Togog), dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke marcapada (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia. Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik (Pandawa). Sedangkan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.Dalam perannya menjadi pamong untuk menasihati kesatria angkara murka ,Togog didampingi Bilung (Sarawita) yang tercipta dari Hawa Nafsu Togog melalui sabda sakti dari Sanghyang Podo Wenang