Lompat ke isi

Republik Romawi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
perbaikan kalimat
TheKrakenz (bicara | kontrib)
k Penambahan pranala
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{Infobox Former Country
{{Infobox Former Country
| native_name = <span style="font-variant:small-caps;">Res publica Romana</span>
| native_name = <span style="font-variant:small-caps;">Res publica Romana</span>
| conventional_long_name = Republik Romawi
| conventional_long_name = Republik Romawi
| common_name = Republik Romawi
| common_name =
| image_coat = Spqrstone.jpg
| image_coat = Spqrstone.jpg
| symbol_type = [[SPQR]]
| symbol_type = [[SPQR]]
Baris 55: Baris 54:
}}
}}


'''Republik Romawi''' ({{lang-la|Rēs pūblica Rōmāna}}; {{IPA-la|ˈreːs ˈpuːblɪka roːˈmaːna}}) adalah fase dari [[Romawi Kuno|Kebudayaan Romawi Kuno]] yang ditandai dengan bentuk [[pemerintah]]an [[republik]]. Periode Republik Romawi dimulai dari runtuhnya [[Kerajaan Roma]] (509 SM) dan diikuti oleh banyaknya [[perang saudara]]. Pada masa Republik Romawi, terjadi perang terkenal bernama [[Perang Punisia|Perang Punic]] antara Republik Romawi dengan [[Kartago|Kekaisaran Kartago]].
'''Republik Romawi''' adalah periode [[Romawi Kuno|peradaban klasik Romawi]] yang dimulai dengan kejatuhan [[Kerajaan Romawi]] (secara tradisional pada tahun 509 SM) dan berakhir pada tahun 27 SM dengan berdirinya [[Kekaisaran Romawi]] setelah [[Pertempuran Actium]]. Selama periode ini, kendali [[Roma]] meluas dari wilayah sekitarnya hingga mencapai hegemoni atas seluruh dunia [[Mediterania]].


Pada masa Republik Romawi, masyarakat Romawi merupakan campuran budaya yang mencakup unsur-unsur [[Orang Latin|Latin]] dan [[Etruskan|Etruska]], serta elemen-elemen budaya [[Sabini]], Oscan, dan [[Yunani]], yang terlihat terutama dalam agama [[Romawi Kuno]] dan [[Daftar dewa-dewi Romawi|Panteon-nya]]. Organisasi politik Romawi berkembang pada waktu yang hampir bersamaan dengan demokrasi langsung di [[Yunani Kuno]], dengan lembaga-lembaga kolektif dan tahunan, yang diawasi oleh senat. Pemilihan umum tahunan diadakan, tetapi sistem republik ini adalah oligarki elektif, bukan demokrasi; sejumlah kecil keluarga berkuasa secara dominan memonopoli jabatan-jabatan publik. Lembaga-lembaga Romawi mengalami banyak perubahan selama masa Republik untuk menyesuaikan diri dengan tantangan yang dihadapi, seperti pembentukan promagistrasi untuk memerintah provinsi-provinsi yang ditaklukkan atau perubahan komposisi senat.
Berakhirnya masa Republik Romawi berakhir masih belum ditentukan oleh para [[sejarawan]], tergantung definisi yang digunakan. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa akhir dari Republik Romawi adalah saat ditunjuknya [[Julius Caesar]] sebagai [[diktator Romawi|diktator]] seumur hidup pada 44 SM. Sedangkan sebagian sejarawan lainnya berpendapat [[Pertempuran Actium]] (2 September 31 SM). Di sisi lain, ada juga sejarawan yang berpendapat pemberian kekuasaan penuh bagi [[Octavianus]] pada 16 Januari 27 SM sebagai tanggal berakhirnya Republik Romawi dan berdirinya [[Kekaisaran Romawi]].


Tidak seperti ''[[Pax Romana]]'' pada masa [[Kekaisaran Romawi]], selama era republik, [[Roma]] berada dalam keadaan perang yang hampir terus-menerus. Musuh-musuh awalnya adalah tetangga [[Orang Latin|Latin]] dan [[Etruskan|Etruska]], serta suku [[Galia]] yang menjarah [[Roma]] pada tahun 387 SM. Setelah penjarahan oleh suku [[Galia]], [[Roma]] menaklukkan seluruh [[Semenanjung Italia]] dalam waktu satu abad dan menjadi kekuatan utama di [[Mediterania]]. Rival strategis terbesar [[Roma]] adalah [[Kartago]], melawan yang mereka berperang dalam tiga perang. [[Roma]] mengalahkan [[Kartago]] dalam [[Pertempuran Zama]] pada tahun 202 SM, menjadikannya kekuatan dominan di dunia Mediterania kuno. Setelah itu, [[Roma]] memulai serangkaian penaklukan yang sulit, mengalahkan [[Filipus V]] dan Perseus dari Makedonia, [[Antiokhus III]] dari [[Kekaisaran Seleukia]], Viriathus dari [[Lusitania]], [[Jugurtha]] dari [[Numidia]], [[Mithridates VI dari Pontus]], [[Vercingetorix]] dari suku [[Arverni]] di [[Galia]], dan ratu Mesir, [[Kleopatra]].
Pemerintahan Republik Romawi diatur oleh [[adat]], [[tradisi]] dan [[hukum]]. Secara garis besar, [[pemerintah]]an dijalankan bersama-sama oleh tiga pihak, yaitu dua orang [[konsul Romawi|konsul]], [[senat Romawi|senat]], dan golongan [[Pleb]]s.


Di dalam negeri, selama '''''Konflik Ordo''''', para [[patricius]], yaitu elit oligarki tertutup, berkonflik dengan kaum [[plebs]] yang jumlahnya lebih banyak; konflik ini diselesaikan dengan damai, dengan kaum [[plebs]] mencapai kesetaraan politik pada abad ke-4 SM. Republik akhir, dari tahun 133 SM dan seterusnya, mengalami kerusuhan domestik yang signifikan, seringkali dipandang secara anakronistik sebagai konflik antara '''optimates''' (politisi konservatif) dan '''populares''' (politisi reformis). '''Perang Sosial''' antara Roma dan sekutu-sekutu [[Italia]] atas kewarganegaraan dan hegemoni Romawi di [[Italia]] memperluas cakupan kekerasan sipil. Perbudakan massal juga berkontribusi pada tiga '''Perang Budak'''. Ketegangan di dalam negeri dan ambisi di luar negeri menyebabkan lebih banyak perang saudara. Yang pertama melibatkan [[Gaius Marius|Marius]] dan [[Sulla]]. Setelah satu generasi, Republik jatuh ke dalam perang saudara lagi pada tahun 49 SM antara [[Julius Caesar]] dan [[Pompeius]]. Meskipun Caesar menang dan diangkat sebagai diktator seumur hidup, ia dibunuh pada tahun 44 SM. Ahli waris Caesar, [[Octavianus]], dan letnannya, [[Markus Antonius]], mengalahkan para pembunuh Caesar pada tahun 42 SM, tetapi mereka akhirnya berpisah. Kekalahan Antonius bersama sekutunya dan kekasihnya [[Kleopatra]] dalam [[Pertempuran Actium]] pada tahun 31 SM, serta pemberian kekuasaan luar biasa oleh Senat kepada [[Octavianus]] sebagai ''[[Augustus (gelar)|Augustus]]'' pada tahun 27 SM, yang secara efektif menjadikannya [[kaisar Romawi]] pertama, menandai berakhirnya Republik.
== Lembaga politik ==
Republik Romawi memiliki beberapa lembaga politik sebagai struktrur pemerintahan negara, seperti [[senat]], [[dewan legislatif]], dewan centuria, dewan suku, dewan pleb serta [[hakim]] eksekutif. Masing-masing lembaga politik memiliki tugas dan wewenang masing-masing yakni sebagai berikut:


=== Senat ===
== Sejarah ==
[[Senat]] memiliki wewenang yang disebut ''Senatus consultum'', yaitu pertimbangan senat untuk [[hakim]] dan biasanya dipatuhi oleh para [[hakim]]. Meskipun secara teknis tidak punya peran resmi dalam konflik militer, dalam praktiknya Senat adalah pihak yang mengawasi masalah seperti ini. Senat juga mengatur [[administrasi]] masyarakat sipil. Persyaratan untuk menjadi seorang senator adalah memiliki tanah senilai minimal 100.000 [[denarii]], terlahir dari golongan bangsawan, dan telah memegang jabatan publik minimal sekali.


=== Dewan Legislatif ===
=== Pendirian ===
Republik didirikan setelah penggulingan raja terakhir Romawi, [[Lucius Tarquinius Superbus]], yang dikenal karena pemerintahannya yang tiran dan tidak populer. Pemberontakan melawan Tarquinius dipicu oleh insiden yang melibatkan putranya, Sextus Tarquinius, yang memperkosa [[Lucretia]], seorang wanita bangsawan Romawi yang kemudian bunuh diri karena rasa malu dan kesedihan.<ref>{{Cite book|last=Bastian|first=Radis|date=Mei 2015|url=https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Pintar_Terlengkap_Sistem_sistem_Pem/KAhsEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA43&printsec=frontcover|title=Buku Pintar Terlengkap Sistem-Sistem Pemerintahan Dunia|location=Yogyakarta|publisher=IRCiSoD|isbn=978-602-255-897-2|editor-last=Utami R.|pages=42|url-status=live}}</ref> Pendirian Republik Romawi berawal dari gagasan kalangan bawah untuk memperluas dan mengembangkan [[Kerajaan Romawi]].<ref name=":0">{{Cite book|last=Wilujeng D.|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Romawi_Kuno/YAcBEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA7&printsec=frontcover|title=Romawi Kuno|location=Semarang|publisher=ALPRIN|isbn=978-979-021-246-6|editor-last=Hesti|pages=6|url-status=live}}</ref> Kejadian ini memicu kemarahan di kalangan bangsawan Romawi, dipimpin oleh '''Lucius Junius Brutus''', yang menggalang dukungan rakyat untuk menggulingkan raja dan menghapuskan monarki. Setelah penggulingan Tarquinius, Brutus dan Collatinus, suami Lucretia, diangkat sebagai konsul pertama Republik Romawi, sebuah jabatan eksekutif yang menggantikan kekuasaan raja.<ref name=":0" /> Dengan pendirian republik, sistem pemerintahan baru ini mengedepankan konsep ''checks and balances'' melalui pembagian kekuasaan antara [[Konsul Romawi]], [[Senat Republik Romawi]], dan Majelis Rakyat, serta pengenalan prinsip tahunan dalam pergantian jabatan untuk mencegah dominasi kekuasaan oleh individu tertentu.<ref>{{Cite book|last=Diamond|first=Jared|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Upheaval/j6WBEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&printsec=frontcover|title=Upheaval|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-481-849-4|pages=6|url-status=live}}</ref>
Dewan Legislatif memiliki kewenangan untuk menentukan hakim, memvonis [[hukuman mati]], berwenang untuk menyatakan [[perang]] dan perjanjian damai, dan membentuk persekutuan. Ada dua macam dewan legislatif,yaitu ''comitia'' dan ''concilia.'' ''Comitia'' merupakan dewan dari semua kelompok masyarakat. Sedangkan ''concilia'' merupakan dewan dari kelompok masyarakat tertentu.


=== Dewan Centuria ===
=== Perluasan wilayah ===
Perluasan wilayah Republik Romawi merupakan salah satu aspek paling signifikan dalam sejarah Romawi, yang berlangsung secara bertahap selama lebih dari lima abad.<ref>{{Cite book|last=Priyono|first=B. Herry|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Korupsi_Melacak_Arti_Menyimak_Implikasi/VOp8DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA81&printsec=frontcover|title=Korupsi: Melacak Arti, Menyimak Implikasi|location=Jakarta|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-602-06-1905-7|editor-last=Tarigan|editor-first=Andi|pages=81|url-status=live}}</ref> Proses ini dimulai segera setelah pendirian republik pada 509 SM, ketika Romawi masih merupakan kota kecil yang bersaing dengan tetangganya di [[Italia Tengah]]. Dalam tahap awal, Romawi terlibat dalam serangkaian konflik dengan suku-suku tetangga, termasuk [[Etruria]], [[Latin]], dan [[Sabini]], yang sering kali berlangsung dalam bentuk peperangan kecil untuk mempertahankan dan memperluas pengaruh mereka di wilayah [[Latium]]. '''Perang Latin''' (340–338 SM) merupakan titik balik penting di mana Romawi berhasil mengalahkan [[Liga Latin]] dan mengukuhkan dominasinya atas [[Italia Tengah]], yang memungkinkan Romawi untuk memperluas kontrolnya hingga ke [[Italia Selatan]], terutama melalui penaklukan terhadap suku-suku [[Samnium]] dalam '''Perang Samnitik''' (343–290 SM). Keberhasilan dalam konflik-konflik ini memberikan fondasi bagi Romawi untuk melakukan ekspansi lebih lanjut dan menempatkan mereka sebagai kekuatan utama di [[Semenanjung Italia]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Abdul Hakim|first=Manshur|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Bangsa_Romawi_Dan_Perang_Akhir_Zaman/TNvdDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA81&printsec=frontcover|title=Ghulibat Ar-Rum: Bangsa Romawi dan Perang Akhir Zaman|location=Jakarta Timur|publisher=Pustaka Al-Kautsar|isbn=978-979-592-767-9|pages=77|translator-last=Irham|translator-first=Masturi|trans-title=Ghulibat Ar-Rum Dzat Al-Qurun|url-status=live}}</ref>

Periode berikutnya dalam perluasan Republik Romawi ditandai oleh serangkaian perang besar yang memperluas kekuasaan Romawi jauh melampaui [[Italia]].<ref name=":1" /> [[Perang Punisia]] (264–146 SM) melawan [[Kartago]] menjadi salah satu konflik yang paling berpengaruh, di mana Romawi akhirnya berhasil menguasai wilayah-wilayah penting di [[Mediterania]], termasuk [[Sisilia]], [[Sardinia]], [[Spanyol]], dan [[Afrika Utara]], setelah kemenangan mutlak di [[Perang Punisia Ketiga]] yang mengakibatkan penghancuran [[Kartago]].<ref>{{Cite book|last=Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma|date=Januari 2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Catatan_Pinggir_Mosaik_Afrika/Mf_RDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA165&printsec=frontcover|title=Catatan Pinggir Mosaik Afrika: Tanggapan Terhadap Kumpulan Tulisan Mosaik Afrika|location=Sukabumi|publisher=CV Jejak|isbn=978-623-247-102-3|editor-last=Kurniawan|editor-first=Hendra|pages=165|url-status=live}}</ref> Kemenangan dalam perang ini tidak hanya memperluas wilayah Republik Romawi, tetapi juga memberikan Romawi kendali atas jalur perdagangan utama di [[Mediterania]], yang memperkuat posisi ekonominya dan memperluas pengaruhnya ke wilayah '''Mediterania Barat'''. Di saat yang sama, Romawi juga terlibat dalam serangkaian konflik di [[Mediterania Timur]], terutama melalui '''Perang Makedonia''' (214–148 SM) dan '''Perang Seleukia''', yang menyebabkan penaklukan [[Makedonia]] dan [[Yunani]], serta kekuasaan atas sebagian besar wilayah [[Asia Kecil]]. Penaklukan ini tidak hanya memperluas kekuasaan Romawi di wilayah-wilayah baru, tetapi juga membawa budaya dan tradisi Helenistik ke dalam lingkup Romawi, yang selanjutnya memperkaya kehidupan intelektual dan budaya Romawi.<ref name=":1" />

Pada abad terakhir Republik Romawi, ekspansi terus berlanjut di bawah pimpinan jenderal-jenderal besar seperti [[Gaius Marius]], [[Sulla]], [[Pompey]], dan [[Julius Caesar]], yang memimpin serangkaian kampanye militer untuk menaklukkan wilayah-wilayah baru. [[Julius Caesar]], misalnya, menaklukkan [[Galia]] dalam kampanye yang berlangsung dari 58 hingga 50 SM, yang secara efektif menggandakan wilayah Romawi dan membawa kekayaan besar serta ribuan budak ke [[Roma]]. Sementara itu, [[Pompey]] memperluas kekuasaan Romawi di Timur dengan menaklukkan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh [[Kekaisaran Seleukia]] dan [[Armenia]], serta mendirikan provinsi-provinsi baru seperti [[Suriah]] dan [[Yudea]].<ref>{{Cite book|last=Adams|first=Simon|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Atlas_Dunia_Zaman_Kuno/BbRMU2K_tycC?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA31&printsec=frontcover|title=Atlas Dunia Zaman Kuno|publisher=Erlangga for Kids|isbn=978-979-015-887-0|pages=30|url-status=live}}</ref>

=== Akhir pemerintahan ===
Akhir pemerintahan Republik Romawi ditandai oleh serangkaian krisis politik dan militer yang berlangsung selama beberapa dekade pada abad pertama SM, yang berpuncak pada transisi dari republik ke kekaisaran. Krisis ini dimulai dengan ketegangan sosial yang diakibatkan oleh ketidaksetaraan ekonomi yang semakin dalam, persaingan politik antara faksi-faksi elit, dan reformasi agraria yang gagal, seperti yang diusulkan oleh Tiberius dan [[Gaius Gracchus]]. Konflik ini memicu serangkaian perang saudara, dimulai dengan '''Perang Saudara Marius''' dan '''Sulla''' pada awal abad pertama SM, yang semakin melemahkan institusi-institusi republik.<ref name=":2">{{Cite book|last=Purba|first=Darwin|url=https://www.google.co.id/books/edition/Menuju_Indonesia_Baru_Jilid_2/eklPEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA105&printsec=frontcover|title=Menuju Indonesia Baru Jilid 2|publisher=Guepedia|pages=105|url-status=live}}</ref> Ketegangan meningkat dengan munculnya '''Triumvirat Pertama''' pada tahun 60 SM, sebuah aliansi politik antara [[Julius Caesar]], [[Pompey]], dan [[Crassus]], yang semakin merusak sistem pemerintahan republik tradisional dan menempatkan kekuasaan di tangan segelintir individu.<ref>{{Cite book|last=Stambaugh, J., dan Balch, D.|date=2008|url=https://www.google.co.id/books/edition/Dunia_Sosial_Kekristenan_Mula_mula/N-CQOOpUH5YC?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA5&printsec=frontcover|title=Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula|location=Jakarta|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=978-979-415-789-3|pages=5|translator-last=Suleeman|translator-first=Stephen|trans-title=The New Testament in Its Social Environment|url-status=live}}</ref> Kematian [[Crassus]] dan persaingan yang semakin tajam antara [[Caesar]] dan [[Pompey]] memicu perang saudara yang berakhir dengan kemenangan Caesar dan konsolidasi kekuasaan di tangannya.<ref name=":2" /> Namun, setelah pembunuhan [[Caesar]] pada tahun 44 SM oleh sekelompok senator yang dipimpin oleh [[Brutus]] dan Cassius, republik kembali terjerumus ke dalam kekacauan, dengan munculnya [[Triumvirat Kedua]] yang terdiri dari [[Octavianus]], [[Markus Antonius]], dan Lepidus. Pertikaian antara Octavianus dan Antonius memuncak dalam [[Pertempuran Actium]] pada 31 SM, di mana Octavianus berhasil mengalahkan Antonius dan [[Cleopatra]]. Kemenangan Octavianus menandai berakhirnya perang saudara dan, pada tahun 27 SM, ia diangkat menjadi [[Augustus]], penguasa tunggal Romawi, yang secara efektif mengakhiri pemerintahan Republik Romawi dan memulai era [[Kekaisaran Romawi]]. Dengan ini, struktur republik yang telah berfungsi selama lebih dari 450 tahun digantikan oleh pemerintahan monarki yang tersentralisasi, dengan Augustus sebagai kaisar pertama.<ref>{{Cite book|last=Suryajaya|first=Martin|date=Agustus 2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sejarah_Pemikiran_Politik_Klasik/RmLeDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA248&printsec=frontcover|title=Sejarah Pemikiran Politik Klasik: Dari Prasejarah hingga Abad ke-4 M|location=Tangerang Selatan|publisher=CV. Marjin Kiri|isbn=978-979-1260-60-2|pages=247|url-status=live}}</ref>

== Tata negara ==
Sejak Republik Romawi memulai ekspansi skala besar ke arah timur pada abad ke-2 SM, [[Konstitusi Republik Romawi]] tidak lagi seimbang. Timbul perbedaan kekuatan politik antara [[monarki]], [[aristokrasi]] dan [[demokrasi]]. Polibios yang menjadi tahanan dari Bangsa Yunani di Republik Romawi mengemukakan bahwa perbedaan kekuatan politik ini berkaitan dengan stabilitas pemerintahan di Republik Romawi dalam skala institusi. Konstitusi Republik Romawi yang menyatakan bahwa kekuasaan berasal dari rakyat hanya menjadi aturan tertulis yang dilindungi oleh  [[Senat Republik Romawi]].<ref>{{Cite book|last=Strong|first=C. F.|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Konstitusi_Politik_Modern_Asal_Usul_dan/eqNsEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA9&printsec=frontcover|title=Konstitusi Politik Modern: Asal-usul dan Perkembangan Negara Konstitusional|publisher=Nusamedia|editor-last=Widowatie|editor-first=Derta Sri|pages=8-9|url-status=live}}</ref>

=== Lembaga politik ===
Republik Romawi memiliki beberapa lembaga politik sebagai struktur pemerintahan negara, seperti [[senat]], [[dewan legislatif]], dewan centuria, dewan suku, dewan pleb serta [[hakim]] eksekutif.{{Butuh rujukan}}

==== Senat ====
[[Senat]] memiliki wewenang yang disebut ''Senatus consultum'', yaitu pertimbangan senat untuk [[hakim]] dan biasanya dipatuhi oleh para [[hakim]]. Meskipun secara teknis tidak punya peran resmi dalam konflik militer, dalam praktiknya Senat adalah pihak yang mengawasi masalah seperti ini. Senat juga mengatur [[administrasi]] masyarakat sipil. Persyaratan untuk menjadi seorang senator adalah memiliki tanah senilai minimal 100.000 [[denarii]], terlahir dari golongan bangsawan, dan telah memegang jabatan publik minimal sekali.{{Butuh rujukan}}

==== Dewan Legislatif ====
Dewan Legislatif memiliki kewenangan untuk menentukan hakim, memvonis [[hukuman mati]], berwenang untuk menyatakan [[perang]] dan perjanjian damai, dan membentuk persekutuan. Ada dua macam dewan legislatif,yaitu ''comitia'' dan ''concilia.'' ''Comitia'' merupakan dewan dari semua kelompok masyarakat. Sedangkan ''concilia'' merupakan dewan dari kelompok masyarakat tertentu.{{Butuh rujukan}}

==== Dewan Centuria ====
Masyarakat [[Roma]] dikelompokan berdasarkan centuria-centuria dan suku-suku. Centuria-centuria dan suku-suku berkumpul membentuk kelompok mereka sendiri yang disebut ''Comitia Centuriata'' (Dewan Centuria). Pemimpin Dewan Centuria biasanya adalah seorang [[konsul]]. Dewan Centuria berwenang memilih hakim-hakim ([[konsul]], [[praetor]], dan [[censor]]), mengesahkan hasil suatu [[sensus]], menyatakan perang, dan mengurusi kasus yudisial tertentu.
Masyarakat [[Roma]] dikelompokan berdasarkan centuria-centuria dan suku-suku. Centuria-centuria dan suku-suku berkumpul membentuk kelompok mereka sendiri yang disebut ''Comitia Centuriata'' (Dewan Centuria). Pemimpin Dewan Centuria biasanya adalah seorang [[konsul]]. Dewan Centuria berwenang memilih hakim-hakim ([[konsul]], [[praetor]], dan [[censor]]), mengesahkan hasil suatu [[sensus]], menyatakan perang, dan mengurusi kasus yudisial tertentu.


=== Dewan Suku ===
==== Dewan Suku ====
Dewan suku (''Comitia Tributa'') dipimpin oleh seorang konsul. Konsul tersebut terdiri dari tiga puluh lima suku. Suku-suku tersebut tidak didasarkan pada pertalian etnik atau kekerabatan, melainkan dibentuk berdasarkan pembagian wilayah [[geografis]]. Dewan suku berwenang memilih ''[[quaestor]]'', ''[[curule]]'', ''aedile'', dan tribunal militer.
Dewan suku (''Comitia Tributa'') dipimpin oleh seorang konsul. Konsul tersebut terdiri dari tiga puluh lima suku. Suku-suku tersebut tidak didasarkan pada pertalian etnik atau kekerabatan, melainkan dibentuk berdasarkan pembagian wilayah [[geografis]]. Dewan suku berwenang memilih ''[[quaestor]]'', ''[[curule]]'', ''aedile'', dan tribunal militer.{{Butuh rujukan}}

==== Dewan Pleb ====
Dewan Pleb adalah perwakilan dari kelompok [[Pleb]]. Mereka memilih pejabat mereka sendiri, tribunal pleb, dan tribunal aedile. Biasanya Tribunal Pleb yang memimpin Dewan Pleb. Kelompok ini dapat bertindak sebagai [[pengadilan]] banding.{{Butuh rujukan}}

==== Hakim Eksekutif ====
Tiap hakim dapat membatalkan keputusan dari hakim yang setara atau di bawah tingkatannya, Tribunal Pleb dan Aedile. Hakim-hakim terdiri dari konsul, praetor, censor, aedile, quaestor, tribunal, dan [[diktator]].{{Butuh rujukan}}


=== Dewan Pleb ===
== Penguasa ==
Dewan Pleb adalah perwakilan dari kelompok [[Pleb]]. Mereka memilih pejabat mereka sendiri, tribunal pleb, dan tribunal aedile. Biasanya Tribunal Pleb yang memimpin Dewan Pleb. Kelompok ini dapat bertindak sebagai [[pengadilan]] banding.


=== Hakim Eksekutif ===
=== Yulius Kaisar ===
Ketika Yulius Kaisar memimpin Republik Romawi, seluruh wilayah [[Galia]] dikuasai oleh negara ini.<ref>{{Cite book|last=Wibisana, C., dkk.|date=2022|url=https://www.google.co.id/books/edition/Dari_Roma_Hingga_Indonesia/Wn18EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA7&printsec=frontcover|title=Dari Roma hingga Indonesia|location=Jakarta Selatan|publisher=Niosphere Digdaya Mulia|isbn=978-623-99818-2-2|editor-last=Sejati, C. T. F., dkk.|pages=7|url-status=live}}</ref> Namun, Republik Romawi berakhir setelah Yulius Kaisar mengadakan perubahan bentuk pemerintahan dari republik menjadi [[kekaisaran]].<ref>{{Cite book|last=Sani|first=Ridwan Abdullah|date=Juli 2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Utusan_Terakhir_dan_Fitnah_Dajjal/Inf8DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA11&printsec=frontcover|title=Utusan Terakhir dan Fitnah Dajjal|location=Malang|publisher=Inteligensia Media|isbn=978-623-6548-01-1|pages=11|url-status=live}}</ref> Perubahan ini diawali dengan [[Perang Saudara Caesar]] yang dimenangkan oleh Yulius Kaisar. Ia kemudian menetapkan pemusatan pemerintahan dan menetapkan dirinya sebagai [[Diktator Romawi]] seumur hidup.<ref>{{Cite book|last=Rizem Aizid|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sejarah_Terlengkap_Peradaban_Dunia/30IpEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA507&printsec=frontcover|title=Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia|location=Yogyakarta|publisher=Noktah|isbn=978-602-5781-01-8|editor-last=Rusdianto|pages=507|url-status=live}}</ref> Namun Yulius Kaisar mati setelah ditusuk oleh Marcus Junius Burtus dan beberapa anggota [[Senat Republik Romawi]] pada 15 Maret 44 SM. Karena kematian Yulius Kaisar, terjadi lagi perang saudara yang mengakhiri Republik Romawi. Perang ini dimenangkan oleh cucu lelaki dan putra angkat Yulius Kaisar yang bernama [[Augustus]] yang kemudian mendirikan Kekaisaran Romawi.<ref>{{Cite book|last=Rengganis|first=Ratna|date=2013|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sosok_di_Balik_Perang/op8PBwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Republik+Romawi&pg=PA183&printsec=frontcover|title=Sosok di Balik Perang|location=Jakarta Timur|publisher=Raih Asa Sukses|isbn=978-979-013-203-0|editor-last=Masruroh|editor-first=Nur Laeliyatul|pages=183|url-status=live}}</ref>
Tiap hakim dapat membatalkan keputusan dari hakim yang setara atau di bawah tingkatannya, Tribunal Pleb dan Aedile. Hakim-hakim terdiri dari konsul, praetor, censor, aedile, quaestor, tribunal, dan [[diktator]].


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Julius Caesar]]
* [[Yulius Kaisar]]
* [[Kerajaan Romawi]]
* [[Kerajaan Romawi]]
* [[Kekaisaran Romawi]]
* [[Kekaisaran Romawi]]

Revisi terkini sejak 13 September 2024 04.43

Republik Romawi

Res publica Romana
509 SM–27 SM
Daerah Republik Roma pada saat pembunuhan Julius Caesar, sekitar 44 SM
Daerah Republik Roma pada saat pembunuhan Julius Caesar, sekitar 44 SM
Ibu kotaRoma
Bahasa yang umum digunakanBahasa Latin
Agama
Mitologi Romawi
PemerintahanRepublik
Konsul 
• 509 SM-508 SM
Lucius Junius Brutus, Lucius Tarquinius Collatinus
• 27 SM
Gaius Julius Caesar Octavianus, Marcus Vipsanius Agrippa
LegislatifSenat Romawi
Era SejarahAbad Kuno
• Pemerkosaan Lucretia
509 SM
• Julius Caesar dinyatakan diktator seumur hidup
44 SM
2 September 31 SM
• Octavianus dinyatakan sebagai Kaisar
16 Januari 27 SM
Luas
326 SM[1]10.000 km2 (3.900 sq mi)
200 SM[1]360.000 km2 (140.000 sq mi)
146 SM[1]800.000 km2 (310.000 sq mi)
100 SM [1]1.200.000 km2 (460.000 sq mi)
50 SM [1]1.950.000 km2 (750.000 sq mi)
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Roma
Etruskan
ksrKekaisaran
Romawi
Sekarang bagian dari12 Negara
 Prancis
 Spanyol
 Portugal
 Italia
 Austria
 Slovenia
 Kroasia
 Montenegro
 Libya
 Yunani
 Turki
 Tunisia
 Suriah
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Republik Romawi adalah periode peradaban klasik Romawi yang dimulai dengan kejatuhan Kerajaan Romawi (secara tradisional pada tahun 509 SM) dan berakhir pada tahun 27 SM dengan berdirinya Kekaisaran Romawi setelah Pertempuran Actium. Selama periode ini, kendali Roma meluas dari wilayah sekitarnya hingga mencapai hegemoni atas seluruh dunia Mediterania.

Pada masa Republik Romawi, masyarakat Romawi merupakan campuran budaya yang mencakup unsur-unsur Latin dan Etruska, serta elemen-elemen budaya Sabini, Oscan, dan Yunani, yang terlihat terutama dalam agama Romawi Kuno dan Panteon-nya. Organisasi politik Romawi berkembang pada waktu yang hampir bersamaan dengan demokrasi langsung di Yunani Kuno, dengan lembaga-lembaga kolektif dan tahunan, yang diawasi oleh senat. Pemilihan umum tahunan diadakan, tetapi sistem republik ini adalah oligarki elektif, bukan demokrasi; sejumlah kecil keluarga berkuasa secara dominan memonopoli jabatan-jabatan publik. Lembaga-lembaga Romawi mengalami banyak perubahan selama masa Republik untuk menyesuaikan diri dengan tantangan yang dihadapi, seperti pembentukan promagistrasi untuk memerintah provinsi-provinsi yang ditaklukkan atau perubahan komposisi senat.

Tidak seperti Pax Romana pada masa Kekaisaran Romawi, selama era republik, Roma berada dalam keadaan perang yang hampir terus-menerus. Musuh-musuh awalnya adalah tetangga Latin dan Etruska, serta suku Galia yang menjarah Roma pada tahun 387 SM. Setelah penjarahan oleh suku Galia, Roma menaklukkan seluruh Semenanjung Italia dalam waktu satu abad dan menjadi kekuatan utama di Mediterania. Rival strategis terbesar Roma adalah Kartago, melawan yang mereka berperang dalam tiga perang. Roma mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Zama pada tahun 202 SM, menjadikannya kekuatan dominan di dunia Mediterania kuno. Setelah itu, Roma memulai serangkaian penaklukan yang sulit, mengalahkan Filipus V dan Perseus dari Makedonia, Antiokhus III dari Kekaisaran Seleukia, Viriathus dari Lusitania, Jugurtha dari Numidia, Mithridates VI dari Pontus, Vercingetorix dari suku Arverni di Galia, dan ratu Mesir, Kleopatra.

Di dalam negeri, selama Konflik Ordo, para patricius, yaitu elit oligarki tertutup, berkonflik dengan kaum plebs yang jumlahnya lebih banyak; konflik ini diselesaikan dengan damai, dengan kaum plebs mencapai kesetaraan politik pada abad ke-4 SM. Republik akhir, dari tahun 133 SM dan seterusnya, mengalami kerusuhan domestik yang signifikan, seringkali dipandang secara anakronistik sebagai konflik antara optimates (politisi konservatif) dan populares (politisi reformis). Perang Sosial antara Roma dan sekutu-sekutu Italia atas kewarganegaraan dan hegemoni Romawi di Italia memperluas cakupan kekerasan sipil. Perbudakan massal juga berkontribusi pada tiga Perang Budak. Ketegangan di dalam negeri dan ambisi di luar negeri menyebabkan lebih banyak perang saudara. Yang pertama melibatkan Marius dan Sulla. Setelah satu generasi, Republik jatuh ke dalam perang saudara lagi pada tahun 49 SM antara Julius Caesar dan Pompeius. Meskipun Caesar menang dan diangkat sebagai diktator seumur hidup, ia dibunuh pada tahun 44 SM. Ahli waris Caesar, Octavianus, dan letnannya, Markus Antonius, mengalahkan para pembunuh Caesar pada tahun 42 SM, tetapi mereka akhirnya berpisah. Kekalahan Antonius bersama sekutunya dan kekasihnya Kleopatra dalam Pertempuran Actium pada tahun 31 SM, serta pemberian kekuasaan luar biasa oleh Senat kepada Octavianus sebagai Augustus pada tahun 27 SM, yang secara efektif menjadikannya kaisar Romawi pertama, menandai berakhirnya Republik.

Pendirian

[sunting | sunting sumber]

Republik didirikan setelah penggulingan raja terakhir Romawi, Lucius Tarquinius Superbus, yang dikenal karena pemerintahannya yang tiran dan tidak populer. Pemberontakan melawan Tarquinius dipicu oleh insiden yang melibatkan putranya, Sextus Tarquinius, yang memperkosa Lucretia, seorang wanita bangsawan Romawi yang kemudian bunuh diri karena rasa malu dan kesedihan.[2] Pendirian Republik Romawi berawal dari gagasan kalangan bawah untuk memperluas dan mengembangkan Kerajaan Romawi.[3] Kejadian ini memicu kemarahan di kalangan bangsawan Romawi, dipimpin oleh Lucius Junius Brutus, yang menggalang dukungan rakyat untuk menggulingkan raja dan menghapuskan monarki. Setelah penggulingan Tarquinius, Brutus dan Collatinus, suami Lucretia, diangkat sebagai konsul pertama Republik Romawi, sebuah jabatan eksekutif yang menggantikan kekuasaan raja.[3] Dengan pendirian republik, sistem pemerintahan baru ini mengedepankan konsep checks and balances melalui pembagian kekuasaan antara Konsul Romawi, Senat Republik Romawi, dan Majelis Rakyat, serta pengenalan prinsip tahunan dalam pergantian jabatan untuk mencegah dominasi kekuasaan oleh individu tertentu.[4]

Perluasan wilayah

[sunting | sunting sumber]

Perluasan wilayah Republik Romawi merupakan salah satu aspek paling signifikan dalam sejarah Romawi, yang berlangsung secara bertahap selama lebih dari lima abad.[5] Proses ini dimulai segera setelah pendirian republik pada 509 SM, ketika Romawi masih merupakan kota kecil yang bersaing dengan tetangganya di Italia Tengah. Dalam tahap awal, Romawi terlibat dalam serangkaian konflik dengan suku-suku tetangga, termasuk Etruria, Latin, dan Sabini, yang sering kali berlangsung dalam bentuk peperangan kecil untuk mempertahankan dan memperluas pengaruh mereka di wilayah Latium. Perang Latin (340–338 SM) merupakan titik balik penting di mana Romawi berhasil mengalahkan Liga Latin dan mengukuhkan dominasinya atas Italia Tengah, yang memungkinkan Romawi untuk memperluas kontrolnya hingga ke Italia Selatan, terutama melalui penaklukan terhadap suku-suku Samnium dalam Perang Samnitik (343–290 SM). Keberhasilan dalam konflik-konflik ini memberikan fondasi bagi Romawi untuk melakukan ekspansi lebih lanjut dan menempatkan mereka sebagai kekuatan utama di Semenanjung Italia.[6]

Periode berikutnya dalam perluasan Republik Romawi ditandai oleh serangkaian perang besar yang memperluas kekuasaan Romawi jauh melampaui Italia.[6] Perang Punisia (264–146 SM) melawan Kartago menjadi salah satu konflik yang paling berpengaruh, di mana Romawi akhirnya berhasil menguasai wilayah-wilayah penting di Mediterania, termasuk Sisilia, Sardinia, Spanyol, dan Afrika Utara, setelah kemenangan mutlak di Perang Punisia Ketiga yang mengakibatkan penghancuran Kartago.[7] Kemenangan dalam perang ini tidak hanya memperluas wilayah Republik Romawi, tetapi juga memberikan Romawi kendali atas jalur perdagangan utama di Mediterania, yang memperkuat posisi ekonominya dan memperluas pengaruhnya ke wilayah Mediterania Barat. Di saat yang sama, Romawi juga terlibat dalam serangkaian konflik di Mediterania Timur, terutama melalui Perang Makedonia (214–148 SM) dan Perang Seleukia, yang menyebabkan penaklukan Makedonia dan Yunani, serta kekuasaan atas sebagian besar wilayah Asia Kecil. Penaklukan ini tidak hanya memperluas kekuasaan Romawi di wilayah-wilayah baru, tetapi juga membawa budaya dan tradisi Helenistik ke dalam lingkup Romawi, yang selanjutnya memperkaya kehidupan intelektual dan budaya Romawi.[6]

Pada abad terakhir Republik Romawi, ekspansi terus berlanjut di bawah pimpinan jenderal-jenderal besar seperti Gaius Marius, Sulla, Pompey, dan Julius Caesar, yang memimpin serangkaian kampanye militer untuk menaklukkan wilayah-wilayah baru. Julius Caesar, misalnya, menaklukkan Galia dalam kampanye yang berlangsung dari 58 hingga 50 SM, yang secara efektif menggandakan wilayah Romawi dan membawa kekayaan besar serta ribuan budak ke Roma. Sementara itu, Pompey memperluas kekuasaan Romawi di Timur dengan menaklukkan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Kekaisaran Seleukia dan Armenia, serta mendirikan provinsi-provinsi baru seperti Suriah dan Yudea.[8]

Akhir pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Akhir pemerintahan Republik Romawi ditandai oleh serangkaian krisis politik dan militer yang berlangsung selama beberapa dekade pada abad pertama SM, yang berpuncak pada transisi dari republik ke kekaisaran. Krisis ini dimulai dengan ketegangan sosial yang diakibatkan oleh ketidaksetaraan ekonomi yang semakin dalam, persaingan politik antara faksi-faksi elit, dan reformasi agraria yang gagal, seperti yang diusulkan oleh Tiberius dan Gaius Gracchus. Konflik ini memicu serangkaian perang saudara, dimulai dengan Perang Saudara Marius dan Sulla pada awal abad pertama SM, yang semakin melemahkan institusi-institusi republik.[9] Ketegangan meningkat dengan munculnya Triumvirat Pertama pada tahun 60 SM, sebuah aliansi politik antara Julius Caesar, Pompey, dan Crassus, yang semakin merusak sistem pemerintahan republik tradisional dan menempatkan kekuasaan di tangan segelintir individu.[10] Kematian Crassus dan persaingan yang semakin tajam antara Caesar dan Pompey memicu perang saudara yang berakhir dengan kemenangan Caesar dan konsolidasi kekuasaan di tangannya.[9] Namun, setelah pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM oleh sekelompok senator yang dipimpin oleh Brutus dan Cassius, republik kembali terjerumus ke dalam kekacauan, dengan munculnya Triumvirat Kedua yang terdiri dari Octavianus, Markus Antonius, dan Lepidus. Pertikaian antara Octavianus dan Antonius memuncak dalam Pertempuran Actium pada 31 SM, di mana Octavianus berhasil mengalahkan Antonius dan Cleopatra. Kemenangan Octavianus menandai berakhirnya perang saudara dan, pada tahun 27 SM, ia diangkat menjadi Augustus, penguasa tunggal Romawi, yang secara efektif mengakhiri pemerintahan Republik Romawi dan memulai era Kekaisaran Romawi. Dengan ini, struktur republik yang telah berfungsi selama lebih dari 450 tahun digantikan oleh pemerintahan monarki yang tersentralisasi, dengan Augustus sebagai kaisar pertama.[11]

Tata negara

[sunting | sunting sumber]

Sejak Republik Romawi memulai ekspansi skala besar ke arah timur pada abad ke-2 SM, Konstitusi Republik Romawi tidak lagi seimbang. Timbul perbedaan kekuatan politik antara monarki, aristokrasi dan demokrasi. Polibios yang menjadi tahanan dari Bangsa Yunani di Republik Romawi mengemukakan bahwa perbedaan kekuatan politik ini berkaitan dengan stabilitas pemerintahan di Republik Romawi dalam skala institusi. Konstitusi Republik Romawi yang menyatakan bahwa kekuasaan berasal dari rakyat hanya menjadi aturan tertulis yang dilindungi oleh  Senat Republik Romawi.[12]

Lembaga politik

[sunting | sunting sumber]

Republik Romawi memiliki beberapa lembaga politik sebagai struktur pemerintahan negara, seperti senat, dewan legislatif, dewan centuria, dewan suku, dewan pleb serta hakim eksekutif.[butuh rujukan]

Senat memiliki wewenang yang disebut Senatus consultum, yaitu pertimbangan senat untuk hakim dan biasanya dipatuhi oleh para hakim. Meskipun secara teknis tidak punya peran resmi dalam konflik militer, dalam praktiknya Senat adalah pihak yang mengawasi masalah seperti ini. Senat juga mengatur administrasi masyarakat sipil. Persyaratan untuk menjadi seorang senator adalah memiliki tanah senilai minimal 100.000 denarii, terlahir dari golongan bangsawan, dan telah memegang jabatan publik minimal sekali.[butuh rujukan]

Dewan Legislatif

[sunting | sunting sumber]

Dewan Legislatif memiliki kewenangan untuk menentukan hakim, memvonis hukuman mati, berwenang untuk menyatakan perang dan perjanjian damai, dan membentuk persekutuan. Ada dua macam dewan legislatif,yaitu comitia dan concilia. Comitia merupakan dewan dari semua kelompok masyarakat. Sedangkan concilia merupakan dewan dari kelompok masyarakat tertentu.[butuh rujukan]

Dewan Centuria

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Roma dikelompokan berdasarkan centuria-centuria dan suku-suku. Centuria-centuria dan suku-suku berkumpul membentuk kelompok mereka sendiri yang disebut Comitia Centuriata (Dewan Centuria). Pemimpin Dewan Centuria biasanya adalah seorang konsul. Dewan Centuria berwenang memilih hakim-hakim (konsul, praetor, dan censor), mengesahkan hasil suatu sensus, menyatakan perang, dan mengurusi kasus yudisial tertentu.

Dewan Suku

[sunting | sunting sumber]

Dewan suku (Comitia Tributa) dipimpin oleh seorang konsul. Konsul tersebut terdiri dari tiga puluh lima suku. Suku-suku tersebut tidak didasarkan pada pertalian etnik atau kekerabatan, melainkan dibentuk berdasarkan pembagian wilayah geografis. Dewan suku berwenang memilih quaestor, curule, aedile, dan tribunal militer.[butuh rujukan]

Dewan Pleb

[sunting | sunting sumber]

Dewan Pleb adalah perwakilan dari kelompok Pleb. Mereka memilih pejabat mereka sendiri, tribunal pleb, dan tribunal aedile. Biasanya Tribunal Pleb yang memimpin Dewan Pleb. Kelompok ini dapat bertindak sebagai pengadilan banding.[butuh rujukan]

Hakim Eksekutif

[sunting | sunting sumber]

Tiap hakim dapat membatalkan keputusan dari hakim yang setara atau di bawah tingkatannya, Tribunal Pleb dan Aedile. Hakim-hakim terdiri dari konsul, praetor, censor, aedile, quaestor, tribunal, dan diktator.[butuh rujukan]

Yulius Kaisar

[sunting | sunting sumber]

Ketika Yulius Kaisar memimpin Republik Romawi, seluruh wilayah Galia dikuasai oleh negara ini.[13] Namun, Republik Romawi berakhir setelah Yulius Kaisar mengadakan perubahan bentuk pemerintahan dari republik menjadi kekaisaran.[14] Perubahan ini diawali dengan Perang Saudara Caesar yang dimenangkan oleh Yulius Kaisar. Ia kemudian menetapkan pemusatan pemerintahan dan menetapkan dirinya sebagai Diktator Romawi seumur hidup.[15] Namun Yulius Kaisar mati setelah ditusuk oleh Marcus Junius Burtus dan beberapa anggota Senat Republik Romawi pada 15 Maret 44 SM. Karena kematian Yulius Kaisar, terjadi lagi perang saudara yang mengakhiri Republik Romawi. Perang ini dimenangkan oleh cucu lelaki dan putra angkat Yulius Kaisar yang bernama Augustus yang kemudian mendirikan Kekaisaran Romawi.[16]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Taagepera, Rein (1979). "Size and Duration of Empires: Growth-Decline Curves, 600 B.C. to 600 A.D." Social Science History. 3 (3/4): 125. doi:10.2307/1170959. 
  2. ^ Bastian, Radis (Mei 2015). Utami R., ed. Buku Pintar Terlengkap Sistem-Sistem Pemerintahan Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 42. ISBN 978-602-255-897-2. 
  3. ^ a b Wilujeng D. (2019). Hesti, ed. Romawi Kuno. Semarang: ALPRIN. hlm. 6. ISBN 978-979-021-246-6. 
  4. ^ Diamond, Jared (2022). Upheaval. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 6. ISBN 978-602-481-849-4. 
  5. ^ Priyono, B. Herry (2018). Tarigan, Andi, ed. Korupsi: Melacak Arti, Menyimak Implikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 81. ISBN 978-602-06-1905-7. 
  6. ^ a b c Abdul Hakim, Manshur (2017). Ghulibat Ar-Rum: Bangsa Romawi dan Perang Akhir Zaman [Ghulibat Ar-Rum Dzat Al-Qurun]. Diterjemahkan oleh Irham, Masturi. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 77. ISBN 978-979-592-767-9. 
  7. ^ Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma (Januari 2020). Kurniawan, Hendra, ed. Catatan Pinggir Mosaik Afrika: Tanggapan Terhadap Kumpulan Tulisan Mosaik Afrika. Sukabumi: CV Jejak. hlm. 165. ISBN 978-623-247-102-3. 
  8. ^ Adams, Simon (2007). Atlas Dunia Zaman Kuno. Erlangga for Kids. hlm. 30. ISBN 978-979-015-887-0. 
  9. ^ a b Purba, Darwin. Menuju Indonesia Baru Jilid 2. Guepedia. hlm. 105. 
  10. ^ Stambaugh, J., dan Balch, D. (2008). Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula [The New Testament in Its Social Environment]. Diterjemahkan oleh Suleeman, Stephen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 5. ISBN 978-979-415-789-3. 
  11. ^ Suryajaya, Martin (Agustus 2016). Sejarah Pemikiran Politik Klasik: Dari Prasejarah hingga Abad ke-4 M. Tangerang Selatan: CV. Marjin Kiri. hlm. 247. ISBN 978-979-1260-60-2. 
  12. ^ Strong, C. F. (2021). Widowatie, Derta Sri, ed. Konstitusi Politik Modern: Asal-usul dan Perkembangan Negara Konstitusional. Nusamedia. hlm. 8–9. 
  13. ^ Wibisana, C., dkk. (2022). Sejati, C. T. F., dkk., ed. Dari Roma hingga Indonesia. Jakarta Selatan: Niosphere Digdaya Mulia. hlm. 7. ISBN 978-623-99818-2-2. 
  14. ^ Sani, Ridwan Abdullah (Juli 2020). Utusan Terakhir dan Fitnah Dajjal. Malang: Inteligensia Media. hlm. 11. ISBN 978-623-6548-01-1. 
  15. ^ Rizem Aizid (2018). Rusdianto, ed. Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia. Yogyakarta: Noktah. hlm. 507. ISBN 978-602-5781-01-8. 
  16. ^ Rengganis, Ratna (2013). Masruroh, Nur Laeliyatul, ed. Sosok di Balik Perang. Jakarta Timur: Raih Asa Sukses. hlm. 183. ISBN 978-979-013-203-0.