Panglima Batur: Perbedaan antara revisi
k Memperbaiki artikel |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 17: | Baris 17: | ||
== Kematian == |
== Kematian == |
||
[[Berkas:Panglima Batur - Makam.jpg|jmpl|Makam Panglima Batur]] |
[[Berkas:Panglima Batur - Makam.jpg|jmpl|Makam Panglima Batur]] |
||
Di [[kota |
Di [[Muara Teweh|'''kota Muara Teweh''']], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke [[Kompleks Makam Pangeran Antasari]] di Kuburan Muslimin Banjarmasin. |
||
== Keluarga == |
== Keluarga == |
||
Baris 52: | Baris 52: | ||
[[Kategori:Kematian 1905]] |
[[Kategori:Kematian 1905]] |
||
[[Kategori:Perang Banjar]] |
[[Kategori:Perang Banjar]] |
||
{{indo-bio-stub}} |
Revisi terkini sejak 29 September 2024 05.03
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 1852 Buntok Baru |
Kematian | 5 Oktober 1905 (52/53 tahun) Banjarmasin |
Tempat pemakaman | Kompleks Makam Pangeran Antasari Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Kegiatan | |
Pekerjaan | panglima perang |
Batur bin Barui (lahir di Buntok Baru, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada tahun 1852 - meninggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 5 Oktober 1905 pada umur 53 tahun)[1] adalah seorang panglima suku Dayak Bakumpai[2] dalam Perang Banjar yang berlangsung di pedalaman Barito, sering disebut Perang Barito, sebagai kelanjutan dari Perang Banjar. Panglima Batur adalah salah seorang Panglima yang setia pada Sultan Muhammad Seman. Panglima Batur seorang Panglima dari suku Dayak yang telah beragama Islam berasal dari daerah Buntok Kecil, 40 Km di udik Muara Teweh.[3][4][5][6]
Gelar Panglima khusus untuk daerah suku-suku Dayak pada masa itu menunjukkan pangkat dengan tugas sebagai kepala yang mengatur keamanan dan mempunyai pasukan sebagai anak buahnya. Seorang panglima adalah orang yang paling pemberani, cerdik, berpengaruh dan biasanya kebal.
Perjuangan
[sunting | sunting sumber]Panglima Batur yang bersama Sultan mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke Kesultanan Pasir untuk memperoleh mesiu, saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Christofel yang berpengalaman dalam perang Aceh, dengan sejumlah besar pasukan marsose yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu benteng Manawing pada Januari 1905. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan dia gugur sebagai kesuma bangsa.
Tertegun dan dengan rasa sedih yang mendalam ketika Panglima Batur kembali ke benteng Manawing yang musnah, dan Sultan Muhammad Seman, pimpinannya telah tewas. Panglima Batur dan teman seperjuangannya Panglima Umbung pulau ke kampung halaman mereka masing-masing. Panglima Umbung kembali ke Buntok Kecil. Sultan Muhammad di Seman di makamkan di puncak gunung di Puruk Cahu.
Kini Panglima Baturlah satu-satunya pimpinan perjuangan yang masih bertahan. Ia terkenal sangat teguh dengan pendiriannya dan sangat patuh dengan sumpah yang telah diucapkannya, tetapi ia mudah terharu dan sedih jika melihat anak buahnya atau keluarganya yang jatuh menderita. Hal itu diketahui oleh Belanda kelemahan yang menjadi sifat Panglima Batur, dan kelemahan inilah yang dijadikan alat untuk menjebaknya. Ketika terjadi upacara adat perkawinan kemenakannya di kampung Lemo, dimana seluruh anggota keluarga Panglima Batur terkumpul, saat itulah serdadu Belanda mengadakan penangkapan. Pasangan mempelai yang sedang bertanding juga ditangkap dimasukkan ke dalam tahanan, dipukuli dan disiksa tanpa perikemanusiaan. Cara inilah yang dipakai residen Belanda van Wear untuk menjebak Panglima Batur.[7]
Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara sepupu Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, Haji Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah tahanan yang terdiri dari keluarganya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila Panglima tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak mati. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi korban sendirian daripada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya. Dengan diiringi orang-orang tua dan orang sekampungnya Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang didapatkan tetapi ia ditangkap sebagai tawanan dan selanjutnya dihadapkan di meja pengadilan. Ini terjadi pada tanggal 24 Agustus 1905. Setelah dua minggu ditawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan kapal ke Banjarmasin.
Kematian
[sunting | sunting sumber]Di kota Muara Teweh, dia diarak keliling kota dengan pemberitahuan bahwa inilah pemberontak yang keras kepala dan akan dijatuhkan hukuman mati. Pada tanggal 15 September 1905 Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya dia minta dibacakan Dua Kalimah Syahadat untuknya. Dia dimakamkan di belakang masjid Jami Banjarmasin, tetapi sejak 21 April 1958 jenazahnya dipindahkan ke Kompleks Makam Pangeran Antasari di Kuburan Muslimin Banjarmasin.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Perjuangan Panglima Batur telah dituangkan dalam buku "Jejak Langkah Perjuangan Panglima Batur" yang ditulis H Mukeri Inas. Diceritakannya, Barui, ayahnda Batur berasal dari keturunan Bakumpai Marabahan, Kalimantan Selatan.
Saat berusia 35 tahun, dia menikahi Samayap binti Kimat yang berumur 30 tahun pada tahun 1887. Istri Batur, Samayap mempunyai nama gelaran samaran Idas. Ibunda Samayap berasal dari keturunan Kapuas Kahayan orang Petak Bahandang, Kalimantan Tengah.
Saat ini cucu buyut Panglima Batur yang masih tersisa yakni Anang Syachrani putra Khairul yang bermukim di Anjir Barunai Kilometer 18 Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Banjarmasin Post - Monumen Panglima Batur segera dibangun[pranala nonaktif permanen]
- ^ (Indonesia)Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001
- ^ http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/10/14/panglima-batur/
- ^ http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267097:panglima-batur-diusulkan-jadi-pahlawan&catid=95:nusantara&Itemid=146
- ^ http://nasional.news.viva.co.id/news/read/101755-2010__tni_ad_bangun_batalion_pedalaman_barito
- ^ http://media.hariantabengan.com/index/detail/id/34773[pranala nonaktif permanen]
- ^ (Indonesia)J. U. Lontaan (1985). Menjelajah Kalimantan. Penerbit Baru. hlm. 159.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- M. Gazali Usman, Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam, Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press, 1994.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Video di YouTube SEJARAH PANGLIMA BATUR ( 1852 - 1905 )
- http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/10/14/panglima-batur/ PANGLIMA BATUR
- https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html Diarsipkan 2017-10-29 di Wayback Machine.
- http://www.antaranews.com/berita/528386/panglima-batur-menanti-pengakuan-pahlawan-nasional
- https://www.youtube.com/watch?v=KOpsW087sE4
- https://www.youtube.com/watch?v=lQyO6y_180s SUSUR SUNGAI BARITO 'NAPAK TILAS PANGLIMA BATUR'
- http://bumibanjar.blogspot.co.id/2010/05/ir-pangeran-muhammad-noor.html
- http://mieinstantnikmat.blogspot.co.id/2015/10/jejak-dan-langkah-perjuangan-panglima.html
- https://www.infoitah.net/2016/03/jejak-langkah-perjuangan-panglima-batur.html Diarsipkan 2017-10-29 di Wayback Machine.