Ceki: Perbedaan antara revisi
(139 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{pp}} |
|||
{{Under construction |placedby= |section= |nosection= |nocat= |notready= |comment= |category= |altimage= |notify= }} |
|||
{{Infobox game |
|||
| image = [[Berkas:Sesi ceki di bali 2023.jpg|240px]] |
|||
'''Ceki''' (dibaca dengan [[pepet|e pepet]] /tʃəki/) adalah sejenis [[kartu remi|kartu]] permainan dari masyarakat Tionghoa dan [[Orang Peranakan|Peranakan]] yang dimainkan di [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Indonesia]]. Ceki merupakan turunan {{Interlanguage link multi|kartu permainan Tionghoa|en|Chinese playing cards}} bergambar uang dan tokoh [[Batas Air]] yang gambar-gambarnya mengalami penyederhanaan dan abstraksi. Kartu ceki digunakan untuk sejumlah variasi permainan yang berbeda-beda di tiap daerah. Ceki sempat menjadi permainan populer yang dimainkan segala kalangan sebagai sarana rekreasi, pergaulan, dan juga perjudian. Peminat ceki mengalami penurunan jumlah memasuki abad ke-21 M, namun kartu ini masih lazim dimainkan di sejumlah daerah. |
|||
| caption = Sesi permainan di Bali, tahun 2023 |
|||
| italic title = no |
|||
| subject_name = Ceki |
|||
| genre = {{ubl|[[Olahraga pikiran]]|[[Game berbasis kartu]]|[[Game strategi abstrak]]}} |
|||
| players = 2 atau lebih |
|||
| setup_time = 1–5 menit |
|||
| playing_time = Bergantung pada variasi dan aturan |
|||
| random_chance = Sedang |
|||
| skills = Taktik, observasi, daya ingat, strategi adaptif |
|||
}} |
|||
'''Ceki''' ({{IPA-id|tʃəki}}) adalah sejenis [[kartu remi|kartu]] permainan dari masyarakat Tionghoa dan [[Orang Peranakan|Peranakan]] yang dimainkan di [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Indonesia]]. Ceki merupakan turunan {{Interlanguage link multi|kartu permainan Tionghoa|en|Chinese playing cards}} bergambar uang serta tokoh novel ''[[Batas Air]]'' (水滸傳 ''Shuǐhǔ zhuàn'') yang gambar-gambarnya mengalami penyederhanaan dan abstraksi. Kartu ceki dapat digunakan untuk berbagai permainan, dan pada masa kolonial umum dimainkan oleh berbagai kalangan masyarakat sebagai sarana rekreasi, pergaulan, dan juga perjudian. Memasuki abad ke-21, peminat ceki mengalami penurunan, namun kartu ini masih lazim dimainkan di sejumlah daerah seperti [[ranah Minang]] dan [[Bali]]. |
|||
==Nama== |
== Nama == |
||
Beberapa sumber menduga bahwa kata ''ceki'' ([[aksara Jawi|Jawi]] چکي, [[aksara Jawa]] ꦕꦼꦏꦶ, [[aksara Bali]] ᬘᭂᬓᬶ) berasal dari istilah [[Bahasa Hokkien]] seperti ''chít ki'' |
Beberapa sumber menduga bahwa kata ''ceki'' ([[aksara Jawi|Jawi]] چکي, [[aksara Jawa]] ꦕꦼꦏꦶ, [[aksara Bali]] ᬘᭂᬓᬶ) berasal dari istilah [[Bahasa Hokkien]] seperti 一枝 ''chít ki'' “satu kartu” atau 二枝 ''jī ki'' "dua kartu". Istilah ini mungkin merujuk pada jenis permainan sebelum bergeser makna menjadi kartunya sendiri.{{sfn|Jones|2008|p=48}}{{sfn|Amaro|1993}} Di beberapa tempat, ceki masih dirujuk sebagai jenis permainan sementara kartunya dikenal dengan nama lain seperti ''daun ceki'', ''ijo/iyu/yu'',{{sfn|Mayer|1897|pp=plaat XVI}}{{efn|Ejaan lama ''ijo'' dibaca i-yo /ijo/, bukan /idʒo/.}} ''kartu Cina'', ''kertu cilik'',{{sfn|Robson & Wibisono|2002|pp=365}} ''koa/kowa'',{{sfn|Matthes|1859|}}{{sfn|Matthes|1874|}}{{sfn|Wilkinson|1901|}} dan ''sikiah''.{{sfn|Robson & Wibisono|2002|pp=679}} [[KBBI]] dan Kamus Bahasa Melayu Malaysia sama-sama menggunakan ejaan ceki untuk Bahasa Indonesia dan Melayu baku,<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/ceki|title=Ceki|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring|access-date=2023-12-12|archive-date=2023-12-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20231212123344/https://kbbi.web.id/ceki|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://prpm.dbp.gov.my/cari1?keyword=ceki|title=Ceki|last=|first=|date=|website=Kamus Bahasa Melayu Malaysia Daring|access-date=2023-12-13|archive-date=2023-12-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20231213013628/https://prpm.dbp.gov.my/cari1?keyword=ceki|dead-url=no}}</ref> namun terdapat banyak variasi ejaan dalam rujukan eksiting, termasuk ''cuki'',{{sfn|Duff-Cooper|1987|pp=72}} ''cekian'',{{sfn|Dalton|1997|pp=174}} ''chĕki'',{{sfn|Hamilton|1924|pp=53}} ''cherki'', ''chaqui'',{{sfn|Amaro|1993}} ''tjeki/tjĕki'',{{sfn|Mayer|1897|pp=499}} dan ''tyekén''.{{sfn|Hoefte|1998|pp=170}} |
||
==Penggunaan |
== Penggunaan populer == |
||
{{multiple image |
{{multiple image |
||
| align = left |
| align = left |
||
Baris 12: | Baris 23: | ||
| width = 250 |
| width = 250 |
||
| footer = |
| footer = |
||
| image1 = KITLV 12052 - Kassian Céphas - Card Players, presumably at Yogyakarta - Around 1880.tif |
|||
| image1 = Kaartspelers op Java, KITLV 114266.tiff |
|||
| image2 = Tjeki advertisement in 1922 sinpo newspaper.png |
| image2 = Tjeki advertisement in 1922 sinpo newspaper.png |
||
| caption1 = Sebuah sesi permainan di |
| caption1 = Sebuah sesi permainan (mungkin ''Pèi'') di Yogyakarta, sekitar tahun 1880. Foto oleh [[Kassian Cephas|Kassian Céphas]] |
||
| caption2 = Iklan ceki cap "Doea Matjan" di koran [[Sin Po]], edisi 20 Maret 1922. |
| caption2 = Iklan kartu ceki cap "Doea Matjan" di koran ''[[Sin Po]]'', edisi 20 Maret 1922. |
||
}} |
}} |
||
Ceki pada awalnya hanya dimainkan oleh masyarakat Tionghoa dan Peranakan. Berkat jalur dagang dan kegiatan komersial masyarakat Tionghoa-Peranakan, permainan ceki kemudian menyebar ke masyarakat lokal di berbagai |
Ceki pada awalnya hanya dimainkan oleh masyarakat Tionghoa dan Peranakan. Berkat jalur dagang dan kegiatan komersial masyarakat Tionghoa-Peranakan, permainan ceki kemudian menyebar ke masyarakat lokal di berbagai pelabuhan Nusantara yang kembali menyebarkannya ke berbagai pelosok. Ceki juga pernah dimainkan di [[Suriname]], dibawa oleh [[Orang Jawa Suriname|tenaga kerja Jawa]] yang didatangkan pemerintahan kolonial Belanda pada akhir abad ke-19.{{sfn|Hoefte|1998|pp=170}} Ceki digunakan sebagai sarana rekreasi dan pergaulan; sesi-sesi tertentu dapat berjalan semalam suntuk karena berbarengan dengan obrolan panjang antar pemain. Permainan ceki juga kerap dibarengi dengan taruhan kecil, yang tidak jarang bergeser menjadi perjudian dengan taruhan besar.{{sfn|Raap|2013|pp=142}}{{sfn|Reimena|2021}} Asal-usul gambar abstrak pada ceki tidak selalu dipahami oleh khalayak umum dan ini mengantarkan pada sejumlah interpretasi dan penggunaan mistis ceki sebagai kartu peramal nasib (mirip dengan [[Tarot]]).{{sfn|Reimena|2021}} |
||
Di Malaysia dan Singapura masa kolonial, ceki sempat menjadi permainan segala kalangan, dari jelata hingga bangsawan. Sebagai contoh, catatan keuangan [[Badlishah dari Kedah|Sultan Abdul Hamid Halim]] dari [[Kedah]] ( |
Di Malaysia dan Singapura masa kolonial, ceki sempat menjadi permainan segala kalangan, dari jelata hingga bangsawan. Sebagai contoh, catatan keuangan [[Badlishah dari Kedah|Sultan Abdul Hamid Halim]] dari [[Kedah]] (1864–1943) menunjukkan bahwa sang sultan senang berjudi menggunakan ceki.{{sfn|Musa|2015|pp=58}} Pemain ceki di Malaysia-Singapura cenderung banyak menggunakan istilah [[Bahasa Hokkien|Hokkien]], dan gambar kartu yang digunakan lebih mendekati kartu Tionghoa asli dibanding kartu-kartu yang digunakan di Indonesia. Seiring waktu hanya wanita yang memainkan ceki, terutama dari kalangan peranakan, tapi dengan peminat yang terus berkurang hingga hampir punah di masa modern. Chia (1980) melaporkan bahwa memasuki 1980-an ceki hanya bisa dibeli di [[Malaka]].{{sfn|Chia|1980}}<!--Namun begitu terdapat upaya untuk melestarikan dan mengenalkan kembali ceki pada masyarakat umum.{{sfn|Chia|1980}}{{efn|Misal, oleh [https://www.peranakan.org.sg/2021/07/learn-to-play-cherki-peranakan-card-game-for-beginners-online-by-nyonya-benita-fong/ The Peranakan Association] di Singapura.}}--> |
||
Sama seperti di Malaysia dan Singapura, ceki juga sempat menjadi permainan segala kalangan di Indonesia masa kolonial. |
Sama seperti di Malaysia dan Singapura, ceki juga sempat menjadi permainan segala kalangan di Indonesia masa kolonial. Di Minang sebagai contoh, permainan ceki merupakan sarana pergaulan antara [[Ambtenaar|pegawai negeri ''ambtenaar'']] dengan tokoh adat dan rakyat.{{sfn|Samad|1986|pp=16, 17}} Foto-foto lama (lihat Raap, 2013) dan tulisan seperti Siem (1941) menunjukkan bahwa pada abad ke-20 M, kartu ceki dapat ditemukan di berbagai kota besar dan daerah-daerah di antaranya, seperti [[Padang]], [[Lembang, Bandung Barat|Lembang]], [[Pekalongan]], [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], [[Badung]], [[Klungkung]], [[Singaraja]], [[Lombok]], [[Banjarmasin]], [[Manado]], [[Kota Ambon|Ambon]], dan [[Pulau Timor|Timor]]. Pada awal abad ke-20, perusahaan kartu besar seperti di [[Turnhout]], [[Belgia]] mengekspor ceki ke Sumatra, sementara perusahaan lokal seperti Handelsvereeniging Harmsen Verweij & Dunlop N.V. memiliki percetakan ceki yang beroperasi di Padang, Jawa, dan Makassar. Hal ini mengindikasikan mangsa pasar yang cukup besar di masa itu.{{sfn|Alkatiry & Aviandy|2018|pp=281}} Memasuki abad ke-21, hanya beberapa daerah yang masih memainkan ceki. Di Jawa misal, ceki sudah jarang ditemukan. Sementara itu di [[ranah Minang]] serta [[Bali]], ceki masih cukup banyak diminati dan kartunya relatif mudah didapat di berbagai toko.{{sfn|Muhammad|2021|pp=170}}{{sfn|Alkatiry & Aviandy|2018}} Di Bali bahkan, terdapat pertemuan dan lomba ceki yang diselenggarakan berkala oleh berbagai banjar dengan dukungan pemerintahan daerah Bali. Pertemuan-pertemuan ini sekaligus menjadi ajang sosialisasi yang berupaya untuk menghapus kesan perjudian ceki dengan menunjukkan aspek positif seperti pengasahan strategi dan pemupuk pergaulan.<ref>{{cite web |url=https://www.detik.com/bali/budaya/d-6234530/turnamen-ceki-di-denpasar-hapus-kesan-judi-jadi-ajang-rekreasi |title=Turnamen Ceki di Denpasar, Hapus Kesan Judi Jadi Ajang Rekreasi |last=Putri |first=Ni Made Lastri Karsiani |date=14 Agustus 2022 |website=Detik Bali |publisher= |access-date= |quote= |archive-date=2023-12-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20231213012556/https://www.detik.com/bali/budaya/d-6234530/turnamen-ceki-di-denpasar-hapus-kesan-judi-jadi-ajang-rekreasi |dead-url=no }}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.nusabali.com/berita/149559/turnamen-ceki-wahana-gembira-dan-pelestarian-budaya-tanpa-judi|title=Turnamen Ceki, Wahana Gembira dan Pelestarian Budaya Tanpa Judi|last=rat|date=3 September 2023|website=Nusa Bali|publisher=|access-date=|quote=|archive-date=2023-12-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20231213012635/https://www.nusabali.com/berita/149559/turnamen-ceki-wahana-gembira-dan-pelestarian-budaya-tanpa-judi|dead-url=no}}</ref> |
||
{{clear}} |
|||
==Susunan |
== Susunan dek == |
||
Sebuah dek ceki (disebut ꦏꦼꦥꦭ ''kepala'' di Jawa) terdiri dari 3 kelompok simbol, masing-masing terdiri dari kartu bernilai 1-9 dengan 3 kartu tambahan, sehingga total terdapat 30 jenis kartu. Tiap kartu memiliki kembar, sehingga total terdapat 60 kartu dalam satu |
Sebuah dek ceki (disebut ꦏꦼꦥꦭ ''kepala'' di Jawa) terdiri dari 3 kelompok simbol, masing-masing terdiri dari kartu bernilai 1-9 dengan 3 kartu tambahan, sehingga total terdapat 30 jenis kartu. Tiap kartu memiliki kembar, sehingga total terdapat 60 kartu dalam satu dek.{{sfn|Pollard|2024}}{{sfn|Tauern|1914|pp=45}}{{efn|Banyak permainan ceki yang memerlukan minimal dua dek, atau 120 kartu.}} <!--Sistem simbol ceki umum diabaikan di Indonesia, sehingga tiap kartu cenderung diberi sebutan individu yang juga berbeda di tiap daerah.--> Ke-30 jenis kartu ceki<!--, dengan contoh sebutan yang ditemukan di Bali,{{efn|Disadur dari {{sfn|Siem|1941}}.}}--> dapat dilihat pada tabel berikut: |
||
{| class="wikitable" style="margin:1em auto;" |
{| class="wikitable" style="margin:1em auto;" |
||
Baris 41: | Baris 53: | ||
|- |
|- |
||
! Koin |
! Koin |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 old thousand.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong1.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong2.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong3.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong4.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong5.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong6.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong7.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong8.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 tong9.jpg|60px|pus]] |
||
<!--|- |
|||
! Sebutan (Bali) |
|||
| Raja |
|||
| Likas |
|||
| Jebug dua |
|||
| Jebug telu |
|||
| Jebug gedé/besar |
|||
| Prahu |
|||
| Pis nem |
|||
| Pis pitu/bendéra |
|||
| Pis kutus/pis ulu |
|||
| Pis sanga/gada--> |
|||
|- |
|- |
||
! Tali |
! Tali |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 white flower.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok1.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok2.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok3.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok4.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok5.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok6.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok7.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok8.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 sok9.jpg|60px|pus]] |
||
<!--|- |
|||
! Sebutan (Bali) |
|||
| Cakra/cepé |
|||
| Lokor/slodor |
|||
| Dengkek |
|||
| Gunung |
|||
| Sangkap/cawang |
|||
| Palu/gogos |
|||
| Mer |
|||
| Curing |
|||
| Manis |
|||
| Teja--> |
|||
|- |
|- |
||
! Muka |
! Muka |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 red flower.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban1.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban2.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban3.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban4.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban5.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban6.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban7.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban8.jpg|60px|pus]] |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban9.jpg|60px|pus]] |
||
|} |
|} |
||
=== Nilai === |
|||
Pada ceki, hanya kartu bersimbol muka yang nilainya ditulis secara eksplisit menggunakan [[angka Tionghoa]]. Indikasi nilai yang konsisten diterapkan pada semua kartu adalah bentuk pigura; kartu dengan nilai yang sama memiliki pigura yang sama. Sebagian besar permainan ceki berkutat pada pencarian pasangan pigura yang dapat dilakukan secara visual, sehingga pemain tidak selalu harus mengetahui nilai angka tiap pigura. Tiga kartu khusus memiliki nilai yang bergantung pada permainan.{{sfn|Alkatiry & Aviandy|2018|pp=278}}{{sfn|Pollard|2024}}{{sfn|Tauern|1914}}{{sfn|Siem|1941}} |
|||
=== Simbol === |
|||
Pada ceki, hanya kartu bersimbol muka yang nilainya ditulis secara eksplisit menggunakan [[angka Tionghoa]]. Indikasi nilai yang konsisten diterapkan pada semua kartu adalah bentuk pigura; kartu dengan nilai yang sama memiliki pigura yang sama. Sebagian besar permainan ceki berkutat pada pencarian pasangan pigura yang dapat dilakukan secara visual, sehingga pemain tidak selalu harus mengetahui nilai angka tiap pigura. Tiga kartu khusus memiliki nilai yang bergantung pada permainan. |
|||
Ketiga simbol ceki berasal satuan koin [[kepeng]] Tionghoa yang berkerabat dekat dengan simbol [[mahyong]], namun ketiga simbol ceki tidak memiliki sebutan konsisten dan kerap dijuluki dengan berbagai nama di seantero Nusantara.{{sfn|Mayer|1897|pp=499}}{{sfn|Pwee|2003|pp=119}} Hal ini berkaitan dengan gambar abstrak ceki yang rentan diinterpretasi ulang oleh pengamat tanpa pengetahuan konvensi desain kartu Tionghoa. Untuk konsistensi, artikel ini menggunakan istilah koin, tali, dan muka. |
|||
Ketiga simbol ceki berasal satuan koin [[kepeng]] Tionghoa, namun pemain dari berbagai daerah menggunakan banyak variasi nama dan julukan. Hal ini berkaitan dengan gambar abstrak ceki yang rentan diinterpretasi ulang oleh pemain yang tidak akrab dengan konvensi kartu Tionghoa. Untuk konsistensi, artikel ini menggunakan istilah koin, tali, dan muka. |
|||
{| class="wikitable" style="margin:1em auto;" |
{| class="wikitable" style="margin:1em auto;" |
||
|+ |
|+ |
||
! Simbol |
! Simbol |
||
! Contoh pada kartu 8 |
|||
! Benda rujukan |
! Benda rujukan |
||
! Keterangan |
! Keterangan |
||
Baris 89: | Baris 127: | ||
|- |
|- |
||
! Koin |
! Koin |
||
| [[Berkas:2019 tong8.jpg|50px|pus]] |
|||
| [[Gambar:Kang Xi Tong Bao (康熈通宝 二文鉄) - 2 wén - Iron cash coin - Dr. Luke Roberts 01.jpg|80px|center]] |
|||
| [[Berkas:Kai Yuan Tong Bao, early type, plain.jpg|150px|pus]] |
|||
| Satuan koin [[kepeng]] |
|||
| Satuan koin kepeng |
|||
| ''tong'' (Hokkien 筒 'tong'), ''piah'' (Hokkien 餅 ‘butiran’), ''hitam'', ''batik'' |
|||
| ''tong'' (Hokkien 筒 'tong'), ''piah'' (Hokkien 餅 ‘bulatan’), ''hitam'', ''batik'' |
|||
|- |
|- |
||
! Tali |
! Tali |
||
| [[Berkas:2019 sok8.jpg|50px|pus]] |
|||
| [[Gambar:Ancient Chinese Coin String (15874097297).jpg|150px|center]] |
|||
| [[Berkas:Ancient Chinese Coin String (15874097297).jpg|150px|pus]] |
|||
| Seratusan koin kepeng yang diikat dengan seutas tali |
| Seratusan koin kepeng yang diikat dengan seutas tali |
||
| ''sok'' ( |
| ''sok'' (Hokkien 索 ‘tali’), ''tiau'' (Hokkien 條 satuan untuk benda tipis/memanjang), ''lintrik'' (Jawa ꦭꦶꦤ꧀ꦠꦿꦶꦏ꧀ ‘barisan’), ''manik'' |
||
|- |
|- |
||
! Muka |
! Muka |
||
| [[ |
| [[Berkas:2019 ban8.jpg|50px|pus]] |
||
| [[Berkas:It-万.png|100px|pus]]<!--[[Berkas:朱仝(繡像第五才子書).jpg|100px|pus]]--> |
|||
| Pada sistem dasarnya, kartu ini merujuk pada 10,000 an koin kepeng yang diwakili oleh karakter [[Hanzi]] 万, secara figuratif dalam bahasa-bahasa Tionghoa dapat berarti "sangat banyak" atau "tidak terhingga". Namun bagi pemain yang tidak mengenal Hanzi, kartu ini jadi lebih dikenal lewat figur muka manusia yang merupakan abstraksi tokoh novel [[Batas Air]].{{efn|Karakter yang didepiksikan meliputi: 燕青 Yàn Qīng (1), 武松 Wǔ Sōng (2), 吳用 Wú Yòng (3), 花榮 Huā Róng (4), 李逵 Lǐ Kuí (5), 雷橫 Léi Héng (6), 秦明 Qín Míng (7), 朱仝 Zhū Tóng (8), dan 宋江 Sòng Jiāng (9).}} |
|||
| Pada sistem dasarnya di Tiongkok, kartu ini merujuk pada 10,000 an koin kepeng yang diwakili oleh karakter [[Hanzi]] {{lang|zh|{{linktext|萬}}}}/{{lang|zh|{{linktext|万}}}}.{{efn|Secara figuratif 萬/万 juga dapat berarti "sangat banyak" atau "tidak terhingga" dalam bahasa-bahasa Tionghoa.}} Namun bagi pemain ceki yang tidak mengenal Hanzi, kartu ini jadi lebih dikenal lewat figur muka manusia yang merupakan abstraksi tokoh novel ''[[Batas Air]]''.{{efn|Karakter yang didepiksikan meliputi: {{Interlanguage link multi|燕青 Yàn Qīng|en|Yan Qing}} (1), {{Interlanguage link multi|武松 Wǔ Sōng|en|Wu Song}} (2), {{Interlanguage link multi|吳用 Wú Yòng|en|Wu Yong}} (3), {{Interlanguage link multi|花榮 Huā Róng|en|Hua Rong}} (4), {{Interlanguage link multi|李逵 Lǐ Kuí|en|Li Kui}} (5), {{Interlanguage link multi|雷橫 Léi Héng|en|Lei Heng}} (6), {{Interlanguage link multi|秦明 Qín Míng|en|Qin Ming}} (7), {{Interlanguage link multi|朱仝 Zhū Tóng|en|Zhu Tong}} (8), dan {{Interlanguage link multi|宋江 Sòng Jiāng|en|Song Jiang}} (9).}} |
|||
| ''ban'' (Hokkien 万 '10,000an'), ''wong'' (ꦮꦺꦴꦁ |
| ''ban'' (Hokkien 万 '10,000an'), ''wong'' (Jawa ꦮꦺꦴꦁ 'orang'), ''cina'' |
||
|} |
|} |
||
== |
== Permainan == |
||
Kartu ceki dapat digunakan untuk berbagai jenis permainan.{{sfn|Gwee|2013|pp=124}} Namun permainan paling mendasar, dikenal juga dengan nama ceki atau koa, tampaknya adalah permainan ambil-buang yang sedikit mirip dengan [[mahyong]] namun dengan aturan lebih sederhana. Bentuk dasar dari permainan tersebut dapat dipahami sebagai berikut:{{sfn|Tauern|1914|pp=47-48}}{{sfn|Alkatiry & Aviandy|2018|pp=278}}{{sfn|Pollard|2024}} |
|||
[[Berkas:Ceki schematic bahasa indonesia.jpg|jmpl|kiri|400px|Skema umum permainan ceki mendasar.]] |
|||
==Permainan== |
|||
* Permainan membutuhkan 2-3 dek ceki (120-180 kartu) dan dapat dimainkan 2-6 pemain. Tiap pemain dibagikan 8 atau 11 kartu di awal dan sisa kartu diletakkan menghadap bawah di tengah. Pemain tidak boleh melihat kartu milik pemain lain. |
|||
* Dari kartu yang sudah dibagikan, pemain perlu mengumpulkan kartu-kartunya ke dalam kelompok triplet. Triplet sah terdiri dari 3 kartu yang jenis pigura dan gambar dalamnya sama persis. Pada beberapa variasi permainan, hanya piguranya yang diharuskan sama sementara salah satu atau ketiga gambar dalam triplet boleh berbeda. Poin dapat dihitung berdasarkan nilai jenis pigura, atau cara lain yang telah disetujui para pemain. |
|||
* Apabila kartu milik pemain sama sekali tidak memiliki triplet sah, pemain pertama mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu baru dan membuang 1 kartu miliknya ke tumpukan buangan sebelum melanjutkan ke pemain kedua. Pemain perlu berstrategi dalam memilih kartu yang sebaiknya disimpan dan kartu yang sebaiknya dibuang. |
|||
* Pemain kedua mempunyai pilihan untuk mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu baru atau 1 kartu paling atas dari tumpukan buangan. Pemain kedua kemudian membuang 1 kartu miliknya. |
|||
* Proses ambil-buang dilanjutkan oleh pemain-pemain berikutnya hingga para pemain berhasil menyusun triplet sah. Tergantung dari gaya permainan, triplet sah dapat dikeluarkan dari tangan dan ditunjukkan pada pemain lain di tengah permainan, atau disembunyikan hingga detik terakhir. |
|||
* Pemain yang kartunya bersisa 2 di tangan mengumumkan "ceki!" untuk memberi tahu pemain lain bahwa ia hanya perlu menunggu 1 kartu lagi untuk melengkapi triplet terakhirnya. |
|||
* Pemain yang pertama berhasil menghabiskan kartunya dinyatakan sebagai pemenang dan permainan selesai. Dalam beberapa variasi permainan, poin seluruh pemain dihitung terlebih dahulu. Terdapat kemungkinan pemain yang kartunya pertama habis tidak langsung menang karena triplet susunannya memiliki poin nilai rendah. |
|||
Berbagai daerah umum memiliki sedikit modifikasi pada salah satu atau beberapa aspek dari aturan dasar di atas, misal syarat triplet sah, atau metode perhitungan poin. Ini menghasilkan variasi permainan seperti ''balik satu'',{{sfn|Pwee|2003|pp=122}} ''balik lima belas'',{{sfn|Pwee|2003|pp=127}} ''chot'',{{sfn|Siem|1941|pp=127}} ''gonggong'',{{sfn|Siem|1941|pp=94-97}} dan ''tantanan''.{{sfn|Siem|1941|pp=98}} |
|||
=== Permainan lain === |
|||
Sejumlah permainan yang tercatat dimainkan menggunakan kartu ceki meliputi: |
|||
* '''Colek Tiga''', permainan Malaysia yang dimainkan oleh 2 hingga 3 orang.{{sfn|Pwee|2003|pp=125}} |
|||
* '''Pak Tui''', permainan Malaysia/Singapura yang menyerupai [[soliter]].{{sfn|Hock|2006|pp=215}} |
|||
* '''Pèi''', permainan Jawa untuk 3 orang yang bertujuan untuk mengumpulkan kombinasi kartu tertentu.{{sfn|Siem|1941|pp=58-70}} |
|||
* '''Thothot''', permainan Jawa untuk 3 orang yang bertujuan mengumpulkan pasangan kartu identik. {{sfn|Siem|1941|pp=717-2}} |
|||
== Kesenian == |
|||
Sebagai suatu produk budaya masyarakat, permainan ini juga terekam dalam bentuk kesenian lainnya. Salah satunya dalam bentuk lagu populer "Main Tjeki" karya Benny Walujo (1971), yang dinyanyikan oleh biduan terkenal [[Lilis Suryani]] dalam irama [[gambang kromong]].<ref>Internet Archive: [https://archive.org/details/eniknurkholidah_gmail_07_201708/Lilis+Surjani-+Main+Ceki.mp3 Lilis Surjani - Main Ceki]; diakses tgl 30 April 2024.</ref> Batik bermotif ceki juga pernah dibuat misal di Pekalongan.<ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Batik.html?id=zFngQwAACAAJ&redir_esc=y |title=Batik: Fabled Cloth of Java |last=Elliott|first=Inger McCabe |date=2010 |publisher= Periplus Editions|page= 185, 223}}</ref> |
|||
== Galeri == |
== Galeri == |
||
Baris 114: | Baris 175: | ||
|align=center colspan=2| |
|align=center colspan=2| |
||
<gallery mode="packed" heights="200px"> |
<gallery mode="packed" heights="200px"> |
||
Berkas:Set Ceki 1897 Mayer.jpg| Sebuah dek ceki yang digunakan di Jawa sekitar 1897 (disusun acak), dalam dokumentasi Mayer (1897:plaat XVI) |
|||
Berkas:Set Ceki 1914 Tauern.jpg| Sebuah dek ceki yang digunakan di Jawa sekitar 1914, dalam dokumentasi Tauern (1914:46) |
Berkas:Set Ceki 1914 Tauern.jpg| Sebuah dek ceki yang digunakan di Jawa sekitar 1914, dalam dokumentasi Tauern (1914:46) |
||
Berkas:天津的傳統紙牌2.png| Sebuah dek kartu Tiongkok bergambar uang dan tokoh [[Batas Air]] dari [[Tianjin]], sebagai perbandingan dengan ceki |
Berkas:天津的傳統紙牌2.png| Sebuah dek kartu Tiongkok bergambar uang dan tokoh ''[[Batas Air]]'' dari [[Tianjin]], sebagai perbandingan dengan ceki |
||
Berkas:Gezelschap speelt een kaartspel op Java, KITLV 183713.tiff| Sesi permainan di Jawa, sekitar tahun 1925 |
Berkas:Gezelschap speelt een kaartspel op Java, KITLV 183713.tiff| Sesi permainan di Jawa, sekitar tahun 1925 |
||
Berkas:Kaartspel op een Javaans feest in Paramaribo, Bestanddeelnr 252-2592.jpg| Sesi permainan di Paramaribo, Suriname, 1955 |
Berkas:Kaartspel op een Javaans feest in Paramaribo, Bestanddeelnr 252-2592.jpg| Sesi permainan di [[Paramaribo]], Suriname, 1955 |
||
</gallery> |
</gallery> |
||
|} |
|} |
||
Baris 125: | Baris 186: | ||
{{notelist}} |
{{notelist}} |
||
== |
== Referensi == |
||
=== Kutipan === |
|||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
=== Daftar |
=== Daftar pustaka === |
||
* {{cite journal|last1= |
* {{cite journal|last1=Alkatiry|first1=Zeffry|last2=Aviandy|first2=Mochammad |title=Tradition Card Game Ceki: Community Identity Chinese Melay Medan, Minang, and Bali|journal= International Review of Humanities Studies |year=2018|volume=3 |issue=2|page=274–286|url=https://doi.org/10.7454/irhs.v3i2.69|doi=10.7454/irhs.v3i2.69|ref={{sfnref|Alkatiry & Aviandy|2018}}}} |
||
* {{cite journal|last= |
* {{cite journal|last=Amaro|first=Ana Maria|title=‘Chaqui and Partui: Two Popular Card Games of the ‘Christãos’ of Malacca’, translated by A. G. Smith|journal=Journal of the International Playing-Card Society|year=1993|issue=2|volume=22|page=34-40|ref={{sfnref|Amaro|1993}}}} |
||
* {{ |
* {{Cite book|last=Chia|first=Felix |year=1980|title=The Babas|url=https://archive.org/details/babas0000chia|publisher= Times Books International|place=Singapore|isbn=9971-65-058-4|ref={{sfnref|Chia|1980}}}} |
||
* {{cite book|last=Dalton|first=Bill |title=Bali Handbook|url=https://archive.org/details/balihandbook00dalt_0|year=1997|publisher=Moon Publications|place=Chico|isbn=1-56691-073-0|ref={{sfnref|Dalton|1997}}}} |
|||
* {{cite journal|last=Duff-Cooper|first=Andrew |title=Some Imaginative Functions of Consciousness from a Balinese Form of Life on Lombok|journal=Anthropos|year=1987|volume=82|issue=1|page=63–85}} |
|||
* {{cite journal|last=Duff-Cooper|first=Andrew |title=Some Imaginative Functions of Consciousness from a Balinese Form of Life on Lombok|journal=Anthropos|year=1987|volume=82|issue=1|page=63–85|ref={{sfnref|Duff-Cooper|1987}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Chia|first=Felix |year=1980|title=The Babas|publisher= Times Books International|place=Singapore|isbn=9971-65-058-4}} |
|||
* {{Cite book|last=Gwee|first=William |year=2013|title=A Nyonya Mosaic: Memoirs of a Paranakan Childhood|publisher= Marshall Cavendish|place=Singapore|isbn=978-981-4435-52-9|ref={{sfnref|Gwee|2013}}}} |
|||
* {{cite journal|last=Hamilton|first=A. W. |title=Chinese Loan-Words in Malay|journal= Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society |year=1924|volume=2 |issue=June|page=48–56}} |
|||
* {{cite journal|last=Hamilton|first=A. W. |title=Chinese Loan-Words in Malay|journal= Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society |year=1924|volume=2 |issue=June|page=48–56|ref={{sfnref|Hamilton|1924}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Hoefte|first=Rosemarijn |year=1998|title=In Place of Slavery: A Social History of British Indian and Javanese Laborers in Suriname|publisher= University Press of Florida|place= Gainesville|isbn= 0-8130-1625-8}} |
|||
* {{Cite book|last=Hock|first=William Gwee Thian |year=2006|title=Baba Malay Dictionary: The First Comprehensive Compendium of Straits Chinese Terms and Expressions|url=https://books.google.co.id/books?id=XrxGCgAAQBAJ&dq=pak+tui+game&source=gbs_navlinks_s|publisher= Tuttle Publishing|ref={{sfnref|Hock|2006}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Jones|first=Russell |year=2008|title=Loan-words in Indonesian and Malay|publisher= KITLV Press|place=Leiden|isbn=978-90-6718-304-8}} |
|||
* {{Cite book|last=Hoefte|first=Rosemarijn |year=1998|title=In Place of Slavery: A Social History of British Indian and Javanese Laborers in Suriname|url=https://archive.org/details/inplaceofslavery0000hoef|publisher= University Press of Florida|place= Gainesville|isbn= 0-8130-1625-8|ref={{sfnref|Hoefte|1998}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Matthes|first=Benjamin Frederik|year=1859|title=Makassaarsch–Hollandsch woordenboek|publisher= Frederik Muller|place=Amsterdam}} |
|||
* {{Cite book|last= |
* {{Cite book|last=Jones|first=Russell|year=2008|title=Loan-words in Indonesian and Malay|publisher=KITLV Press|place=Leiden|isbn=978-90-6718-304-8|ref={{sfnref|Jones|2008}}}} |
||
* {{Cite book|last=Matthes|first=Benjamin Frederik|year=1859|title=Makassaarsch–Hollandsch woordenboek|publisher= Frederik Muller|place=Amsterdam|ref={{sfnref|Matthes|1859}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Muhammad|first=Ali Azhar|year=2021|title=Pages in Security, Democracy, and Society in Bali|publisher= Palgrave Macmillan|place=Singapore|isbn=978-981-15-5848-1|chapter=The Transitional Democracy Trap: Democracy, Complexity, and Local Oligarchy in Bali||editor-last=Vandenberg |editor-first=Andrew|pages=155–176}} |
|||
* {{Cite book|last=Matthes|first=Benjamin Frederik|year=1874|title=Boegineesch–Hollandsch woordenboek|publisher= C. A. Spin & Zoon|place=Amsterdam|ref={{sfnref|Matthes|1874}}}} |
|||
* {{cite journal|last=Musa|first=Mahani |title=The Memory of the World Register: The Sultan Abdul Hamid Correspondence and Kedah history|journal=Kajian Malaysia vol|year=2015|volume=33|page=53–74}} |
|||
* {{Cite book|last= |
* {{Cite book|last=Mayer|first=L. Th. |year=1897|title=Een blik in het Javaansche volksleven|volume=2|publisher=Brill|place=Leiden|ref={{sfnref|Mayer|1897}}}} |
||
* {{Cite book|last=Muhammad|first=Ali Azhar|year=2021|title=Pages in Security, Democracy, and Society in Bali|publisher= Palgrave Macmillan|place=Singapore|isbn=978-981-15-5848-1|chapter=The Transitional Democracy Trap: Democracy, Complexity, and Local Oligarchy in Bali||editor-last=Vandenberg |editor-first=Andrew|pages=155–176|ref={{sfnref|Muhammad|2021}}}} |
|||
*{{cite web |last=Reimena|first=Randi |url=https://padang.harianhaluan.com/indepth-feature/pr-1061582674/menyigi-sejarah-koaceki-dekat-dengan-mistik-bukan-produk-orang-minang|title=Menyigi Sejarah Koa/Ceki: Dekat dengan Mistik, Bukan "Produk" Orang Minang|date=31 Oktober 2021 |website=Haluan Padang |publisher= |access-date= |quote=}} |
|||
* {{cite journal|last=Musa|first=Mahani |title=The Memory of the World Register: The Sultan Abdul Hamid Correspondence and Kedah history|journal=Kajian Malaysia vol|year=2015|volume=33|page=53–74|ref={{sfnref|Musa|2015}}}} |
|||
* {{cite book|last1=Robson|first1=Stuart |last2=Wibisono |first2=Singgih |title=Javanese English Dictionary|year=2002|publisher=Periplus Editions|place=Singapore|isbn=0-7946-0000-X}} |
|||
* {{cite web |last=Pollard |first=George |url=https://games.porg.es/articles/cards/ceki/#ref-JavaneseEnglish|title=Ceki Cards|date=21 January 2024 |website=Ways to Play |publisher= |access-date= |quote=|ref={{sfnref|Pollard|2024}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Siem 沁|first=Tjan Tjoe 曾祖|year=1941|title=Javaanse Kaartspelen: bijdrage tot de beschrijving van land en volk; Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen volume 75|publisher= A. C. Nix & Co.|place=Bandung}} |
|||
* {{cite journal|last= |
* {{cite journal|last=Pwee|first=Keng Ho |title=Chiki Cards and Three Chiki Games|journal=Journal of the International Playing-Card Society|year=2003|volume=32|issue=3|page=119–128|ref={{sfnref|Pwee|2003}}}} |
||
* {{Cite book|last= |
* {{Cite book|last=Raap|first=Olivier Johannes |year=2013|title=Soeka Doeka Di Djawa Tempo Doeloe|publisher= KPG|place=Jakarta|isbn=978-979-91-0649-0|ref={{sfnref|Raap|2013}}}} |
||
* {{cite web |last=Reimena|first=Randi |url=https://padang.harianhaluan.com/indepth-feature/pr-1061582674/menyigi-sejarah-koaceki-dekat-dengan-mistik-bukan-produk-orang-minang|title=Menyigi Sejarah Koa/Ceki: Dekat dengan Mistik, Bukan "Produk" Orang Minang|date=31 Oktober 2021 |website=Haluan Padang |publisher= |access-date= |quote=|ref={{sfnref|Reimena|2021}}}} |
|||
* {{cite book|last1=Robson|first1=Stuart|last2=Wibisono|first2=Singgih |title=Javanese English Dictionary|url=https://archive.org/details/javaneseenglishd0000robs|year=2002|publisher=Periplus Editions|place=Singapore|isbn=0-7946-0000-X|ref={{sfnref|Robson & Wibisono|2002}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Samad|first=Muhammad Thahir|year=1986|title=Autobiografi Muhammad Thahir Samad gelar Datuk Rajo Mangkuo dan Ny. Djamari Amin selaku perintis kemerdekaan|publisher= Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kamerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan|url=https://books.google.co.id/books?newbks=0&redir_esc=y&id=BMoLAAAAIAAJ&dq=%22Kantor+Demang+Padang+Panjang+%2C+setelah+bertugas+*%22&focus=searchwithinvolume&q=ceki|ref={{sfnref|Samad|1986}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Siem 沁|first=Tjan Tjoe 曾祖|year=1941|title=Javaanse Kaartspelen: bijdrage tot de beschrijving van land en volk; Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen volume 75|publisher= A. C. Nix & Co.|place=Bandung|ref={{sfnref|Siem|1941}}|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB31:032685000}} |
|||
* {{cite journal|last=Tauern|first=O. D. |title=Javanische Kartenspiele|journal=Zeitschrift für Ethnologie|year=1914|volume=46|issue=1|page=45–48|ref={{sfnref|Tauern|1914}}}} |
|||
* {{Cite book|last=Wilkinson|first=Richard James |year=1901|title=A Malay–English Dictionary volume 1: ‘Alif to Za’|publisher= Kelly & Walsh|place=Singapore|ref={{sfnref|Wilkinson|1901}}}} |
|||
==Pranala |
== Pranala luar == |
||
{{commons category}} |
{{commons category}} |
||
* [https://www.peranakanlife.com/baba-nyonya-culture/games-past-time/cherki ''What is Cherki?'']. ''Peranakan Life Malaysia'' |
|||
[https://games.porg.es/articles/cards/ceki/#ref-JavaneseEnglish Ceki Cards] oleh George Pollard (2023) |
|||
{{Artikel bagus}} |
|||
[[Kategori:Permainan kartu]] |
[[Kategori:Permainan kartu]] |
||
[[Kategori:Permainan tradisional di Indonesia]] |
[[Kategori:Permainan tradisional di Indonesia]] |
Revisi terkini sejak 30 Juni 2024 11.11
Ceki (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [tʃəki]) adalah sejenis kartu permainan dari masyarakat Tionghoa dan Peranakan yang dimainkan di Malaysia, Singapura dan Indonesia. Ceki merupakan turunan kartu permainan Tionghoa bergambar uang serta tokoh novel Batas Air (水滸傳 Shuǐhǔ zhuàn) yang gambar-gambarnya mengalami penyederhanaan dan abstraksi. Kartu ceki dapat digunakan untuk berbagai permainan, dan pada masa kolonial umum dimainkan oleh berbagai kalangan masyarakat sebagai sarana rekreasi, pergaulan, dan juga perjudian. Memasuki abad ke-21, peminat ceki mengalami penurunan, namun kartu ini masih lazim dimainkan di sejumlah daerah seperti ranah Minang dan Bali.
Nama
Beberapa sumber menduga bahwa kata ceki (Jawi چکي, aksara Jawa ꦕꦼꦏꦶ, aksara Bali ᬘᭂᬓᬶ) berasal dari istilah Bahasa Hokkien seperti 一枝 chít ki “satu kartu” atau 二枝 jī ki "dua kartu". Istilah ini mungkin merujuk pada jenis permainan sebelum bergeser makna menjadi kartunya sendiri.[1][2] Di beberapa tempat, ceki masih dirujuk sebagai jenis permainan sementara kartunya dikenal dengan nama lain seperti daun ceki, ijo/iyu/yu,[3][a] kartu Cina, kertu cilik,[4] koa/kowa,[5][6][7] dan sikiah.[8] KBBI dan Kamus Bahasa Melayu Malaysia sama-sama menggunakan ejaan ceki untuk Bahasa Indonesia dan Melayu baku,[9][10] namun terdapat banyak variasi ejaan dalam rujukan eksiting, termasuk cuki,[11] cekian,[12] chĕki,[13] cherki, chaqui,[2] tjeki/tjĕki,[14] dan tyekén.[15]
Penggunaan populer
Ceki pada awalnya hanya dimainkan oleh masyarakat Tionghoa dan Peranakan. Berkat jalur dagang dan kegiatan komersial masyarakat Tionghoa-Peranakan, permainan ceki kemudian menyebar ke masyarakat lokal di berbagai pelabuhan Nusantara yang kembali menyebarkannya ke berbagai pelosok. Ceki juga pernah dimainkan di Suriname, dibawa oleh tenaga kerja Jawa yang didatangkan pemerintahan kolonial Belanda pada akhir abad ke-19.[15] Ceki digunakan sebagai sarana rekreasi dan pergaulan; sesi-sesi tertentu dapat berjalan semalam suntuk karena berbarengan dengan obrolan panjang antar pemain. Permainan ceki juga kerap dibarengi dengan taruhan kecil, yang tidak jarang bergeser menjadi perjudian dengan taruhan besar.[16][17] Asal-usul gambar abstrak pada ceki tidak selalu dipahami oleh khalayak umum dan ini mengantarkan pada sejumlah interpretasi dan penggunaan mistis ceki sebagai kartu peramal nasib (mirip dengan Tarot).[17]
Di Malaysia dan Singapura masa kolonial, ceki sempat menjadi permainan segala kalangan, dari jelata hingga bangsawan. Sebagai contoh, catatan keuangan Sultan Abdul Hamid Halim dari Kedah (1864–1943) menunjukkan bahwa sang sultan senang berjudi menggunakan ceki.[18] Pemain ceki di Malaysia-Singapura cenderung banyak menggunakan istilah Hokkien, dan gambar kartu yang digunakan lebih mendekati kartu Tionghoa asli dibanding kartu-kartu yang digunakan di Indonesia. Seiring waktu hanya wanita yang memainkan ceki, terutama dari kalangan peranakan, tapi dengan peminat yang terus berkurang hingga hampir punah di masa modern. Chia (1980) melaporkan bahwa memasuki 1980-an ceki hanya bisa dibeli di Malaka.[19]
Sama seperti di Malaysia dan Singapura, ceki juga sempat menjadi permainan segala kalangan di Indonesia masa kolonial. Di Minang sebagai contoh, permainan ceki merupakan sarana pergaulan antara pegawai negeri ambtenaar dengan tokoh adat dan rakyat.[20] Foto-foto lama (lihat Raap, 2013) dan tulisan seperti Siem (1941) menunjukkan bahwa pada abad ke-20 M, kartu ceki dapat ditemukan di berbagai kota besar dan daerah-daerah di antaranya, seperti Padang, Lembang, Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Badung, Klungkung, Singaraja, Lombok, Banjarmasin, Manado, Ambon, dan Timor. Pada awal abad ke-20, perusahaan kartu besar seperti di Turnhout, Belgia mengekspor ceki ke Sumatra, sementara perusahaan lokal seperti Handelsvereeniging Harmsen Verweij & Dunlop N.V. memiliki percetakan ceki yang beroperasi di Padang, Jawa, dan Makassar. Hal ini mengindikasikan mangsa pasar yang cukup besar di masa itu.[21] Memasuki abad ke-21, hanya beberapa daerah yang masih memainkan ceki. Di Jawa misal, ceki sudah jarang ditemukan. Sementara itu di ranah Minang serta Bali, ceki masih cukup banyak diminati dan kartunya relatif mudah didapat di berbagai toko.[22][23] Di Bali bahkan, terdapat pertemuan dan lomba ceki yang diselenggarakan berkala oleh berbagai banjar dengan dukungan pemerintahan daerah Bali. Pertemuan-pertemuan ini sekaligus menjadi ajang sosialisasi yang berupaya untuk menghapus kesan perjudian ceki dengan menunjukkan aspek positif seperti pengasahan strategi dan pemupuk pergaulan.[24][25]
Susunan dek
Sebuah dek ceki (disebut ꦏꦼꦥꦭ kepala di Jawa) terdiri dari 3 kelompok simbol, masing-masing terdiri dari kartu bernilai 1-9 dengan 3 kartu tambahan, sehingga total terdapat 30 jenis kartu. Tiap kartu memiliki kembar, sehingga total terdapat 60 kartu dalam satu dek.[26][27][b] Ke-30 jenis kartu ceki dapat dilihat pada tabel berikut:
Simbol/Nilai | Khusus | 1/一 | 2/二 | 3/三 | 4/四 | 5/五 | 6/六 | 7/七 | 8/八 | 9/九 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Koin | ||||||||||
Tali | ||||||||||
Muka |
Nilai
Pada ceki, hanya kartu bersimbol muka yang nilainya ditulis secara eksplisit menggunakan angka Tionghoa. Indikasi nilai yang konsisten diterapkan pada semua kartu adalah bentuk pigura; kartu dengan nilai yang sama memiliki pigura yang sama. Sebagian besar permainan ceki berkutat pada pencarian pasangan pigura yang dapat dilakukan secara visual, sehingga pemain tidak selalu harus mengetahui nilai angka tiap pigura. Tiga kartu khusus memiliki nilai yang bergantung pada permainan.[28][26][29][30]
Simbol
Ketiga simbol ceki berasal satuan koin kepeng Tionghoa yang berkerabat dekat dengan simbol mahyong, namun ketiga simbol ceki tidak memiliki sebutan konsisten dan kerap dijuluki dengan berbagai nama di seantero Nusantara.[14][31] Hal ini berkaitan dengan gambar abstrak ceki yang rentan diinterpretasi ulang oleh pengamat tanpa pengetahuan konvensi desain kartu Tionghoa. Untuk konsistensi, artikel ini menggunakan istilah koin, tali, dan muka.
Simbol | Contoh pada kartu 8 | Benda rujukan | Keterangan | Nama lain |
---|---|---|---|---|
Koin | Satuan koin kepeng | tong (Hokkien 筒 'tong'), piah (Hokkien 餅 ‘bulatan’), hitam, batik | ||
Tali | Seratusan koin kepeng yang diikat dengan seutas tali | sok (Hokkien 索 ‘tali’), tiau (Hokkien 條 satuan untuk benda tipis/memanjang), lintrik (Jawa ꦭꦶꦤ꧀ꦠꦿꦶꦏ꧀ ‘barisan’), manik | ||
Muka | Pada sistem dasarnya di Tiongkok, kartu ini merujuk pada 10,000 an koin kepeng yang diwakili oleh karakter Hanzi 萬/万.[c] Namun bagi pemain ceki yang tidak mengenal Hanzi, kartu ini jadi lebih dikenal lewat figur muka manusia yang merupakan abstraksi tokoh novel Batas Air.[d] | ban (Hokkien 万 '10,000an'), wong (Jawa ꦮꦺꦴꦁ 'orang'), cina |
Permainan
Kartu ceki dapat digunakan untuk berbagai jenis permainan.[32] Namun permainan paling mendasar, dikenal juga dengan nama ceki atau koa, tampaknya adalah permainan ambil-buang yang sedikit mirip dengan mahyong namun dengan aturan lebih sederhana. Bentuk dasar dari permainan tersebut dapat dipahami sebagai berikut:[33][28][26]
- Permainan membutuhkan 2-3 dek ceki (120-180 kartu) dan dapat dimainkan 2-6 pemain. Tiap pemain dibagikan 8 atau 11 kartu di awal dan sisa kartu diletakkan menghadap bawah di tengah. Pemain tidak boleh melihat kartu milik pemain lain.
- Dari kartu yang sudah dibagikan, pemain perlu mengumpulkan kartu-kartunya ke dalam kelompok triplet. Triplet sah terdiri dari 3 kartu yang jenis pigura dan gambar dalamnya sama persis. Pada beberapa variasi permainan, hanya piguranya yang diharuskan sama sementara salah satu atau ketiga gambar dalam triplet boleh berbeda. Poin dapat dihitung berdasarkan nilai jenis pigura, atau cara lain yang telah disetujui para pemain.
- Apabila kartu milik pemain sama sekali tidak memiliki triplet sah, pemain pertama mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu baru dan membuang 1 kartu miliknya ke tumpukan buangan sebelum melanjutkan ke pemain kedua. Pemain perlu berstrategi dalam memilih kartu yang sebaiknya disimpan dan kartu yang sebaiknya dibuang.
- Pemain kedua mempunyai pilihan untuk mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu baru atau 1 kartu paling atas dari tumpukan buangan. Pemain kedua kemudian membuang 1 kartu miliknya.
- Proses ambil-buang dilanjutkan oleh pemain-pemain berikutnya hingga para pemain berhasil menyusun triplet sah. Tergantung dari gaya permainan, triplet sah dapat dikeluarkan dari tangan dan ditunjukkan pada pemain lain di tengah permainan, atau disembunyikan hingga detik terakhir.
- Pemain yang kartunya bersisa 2 di tangan mengumumkan "ceki!" untuk memberi tahu pemain lain bahwa ia hanya perlu menunggu 1 kartu lagi untuk melengkapi triplet terakhirnya.
- Pemain yang pertama berhasil menghabiskan kartunya dinyatakan sebagai pemenang dan permainan selesai. Dalam beberapa variasi permainan, poin seluruh pemain dihitung terlebih dahulu. Terdapat kemungkinan pemain yang kartunya pertama habis tidak langsung menang karena triplet susunannya memiliki poin nilai rendah.
Berbagai daerah umum memiliki sedikit modifikasi pada salah satu atau beberapa aspek dari aturan dasar di atas, misal syarat triplet sah, atau metode perhitungan poin. Ini menghasilkan variasi permainan seperti balik satu,[34] balik lima belas,[35] chot,[36] gonggong,[37] dan tantanan.[38]
Permainan lain
Sejumlah permainan yang tercatat dimainkan menggunakan kartu ceki meliputi:
- Colek Tiga, permainan Malaysia yang dimainkan oleh 2 hingga 3 orang.[39]
- Pak Tui, permainan Malaysia/Singapura yang menyerupai soliter.[40]
- Pèi, permainan Jawa untuk 3 orang yang bertujuan untuk mengumpulkan kombinasi kartu tertentu.[41]
- Thothot, permainan Jawa untuk 3 orang yang bertujuan mengumpulkan pasangan kartu identik. [42]
Kesenian
Sebagai suatu produk budaya masyarakat, permainan ini juga terekam dalam bentuk kesenian lainnya. Salah satunya dalam bentuk lagu populer "Main Tjeki" karya Benny Walujo (1971), yang dinyanyikan oleh biduan terkenal Lilis Suryani dalam irama gambang kromong.[43] Batik bermotif ceki juga pernah dibuat misal di Pekalongan.[44]
Galeri
|
Catatan
- ^ Ejaan lama ijo dibaca i-yo /ijo/, bukan /idʒo/.
- ^ Banyak permainan ceki yang memerlukan minimal dua dek, atau 120 kartu.
- ^ Secara figuratif 萬/万 juga dapat berarti "sangat banyak" atau "tidak terhingga" dalam bahasa-bahasa Tionghoa.
- ^ Karakter yang didepiksikan meliputi: 燕青 Yàn Qīng (1), 武松 Wǔ Sōng (2), 吳用 Wú Yòng (3), 花榮 Huā Róng (4), 李逵 Lǐ Kuí (5), 雷橫 Léi Héng (6), 秦明 Qín Míng (7), 朱仝 Zhū Tóng (8), dan 宋江 Sòng Jiāng (9).
Referensi
Kutipan
- ^ Jones 2008, hlm. 48.
- ^ a b Amaro 1993.
- ^ Mayer 1897, hlm. plaat XVI.
- ^ Robson & Wibisono 2002, hlm. 365.
- ^ Matthes 1859.
- ^ Matthes 1874.
- ^ Wilkinson 1901.
- ^ Robson & Wibisono 2002, hlm. 679.
- ^ "Ceki". Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-12-12. Diakses tanggal 2023-12-12.
- ^ "Ceki". Kamus Bahasa Melayu Malaysia Daring. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-12-13. Diakses tanggal 2023-12-13.
- ^ Duff-Cooper 1987, hlm. 72.
- ^ Dalton 1997, hlm. 174.
- ^ Hamilton 1924, hlm. 53.
- ^ a b Mayer 1897, hlm. 499.
- ^ a b Hoefte 1998, hlm. 170.
- ^ Raap 2013, hlm. 142.
- ^ a b Reimena 2021.
- ^ Musa 2015, hlm. 58.
- ^ Chia 1980.
- ^ Samad 1986, hlm. 16, 17.
- ^ Alkatiry & Aviandy 2018, hlm. 281.
- ^ Muhammad 2021, hlm. 170.
- ^ Alkatiry & Aviandy 2018.
- ^ Putri, Ni Made Lastri Karsiani (14 Agustus 2022). "Turnamen Ceki di Denpasar, Hapus Kesan Judi Jadi Ajang Rekreasi". Detik Bali. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-12-13.
- ^ rat (3 September 2023). "Turnamen Ceki, Wahana Gembira dan Pelestarian Budaya Tanpa Judi". Nusa Bali. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-12-13.
- ^ a b c Pollard 2024.
- ^ Tauern 1914, hlm. 45.
- ^ a b Alkatiry & Aviandy 2018, hlm. 278.
- ^ Tauern 1914.
- ^ Siem 1941.
- ^ Pwee 2003, hlm. 119.
- ^ Gwee 2013, hlm. 124.
- ^ Tauern 1914, hlm. 47-48.
- ^ Pwee 2003, hlm. 122.
- ^ Pwee 2003, hlm. 127.
- ^ Siem 1941, hlm. 127.
- ^ Siem 1941, hlm. 94-97.
- ^ Siem 1941, hlm. 98.
- ^ Pwee 2003, hlm. 125.
- ^ Hock 2006, hlm. 215.
- ^ Siem 1941, hlm. 58-70.
- ^ Siem 1941, hlm. 717-2.
- ^ Internet Archive: Lilis Surjani - Main Ceki; diakses tgl 30 April 2024.
- ^ Elliott, Inger McCabe (2010). Batik: Fabled Cloth of Java. Periplus Editions. hlm. 185, 223.
Daftar pustaka
- Alkatiry, Zeffry; Aviandy, Mochammad (2018). "Tradition Card Game Ceki: Community Identity Chinese Melay Medan, Minang, and Bali". International Review of Humanities Studies. 3 (2): 274–286. doi:10.7454/irhs.v3i2.69.
- Amaro, Ana Maria (1993). "'Chaqui and Partui: Two Popular Card Games of the 'Christãos' of Malacca', translated by A. G. Smith". Journal of the International Playing-Card Society. 22 (2): 34-40.
- Chia, Felix (1980). The Babas. Singapore: Times Books International. ISBN 9971-65-058-4.
- Dalton, Bill (1997). Bali Handbook. Chico: Moon Publications. ISBN 1-56691-073-0.
- Duff-Cooper, Andrew (1987). "Some Imaginative Functions of Consciousness from a Balinese Form of Life on Lombok". Anthropos. 82 (1): 63–85.
- Gwee, William (2013). A Nyonya Mosaic: Memoirs of a Paranakan Childhood. Singapore: Marshall Cavendish. ISBN 978-981-4435-52-9.
- Hamilton, A. W. (1924). "Chinese Loan-Words in Malay". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society. 2 (June): 48–56.
- Hock, William Gwee Thian (2006). Baba Malay Dictionary: The First Comprehensive Compendium of Straits Chinese Terms and Expressions. Tuttle Publishing.
- Hoefte, Rosemarijn (1998). In Place of Slavery: A Social History of British Indian and Javanese Laborers in Suriname. Gainesville: University Press of Florida. ISBN 0-8130-1625-8.
- Jones, Russell (2008). Loan-words in Indonesian and Malay. Leiden: KITLV Press. ISBN 978-90-6718-304-8.
- Matthes, Benjamin Frederik (1859). Makassaarsch–Hollandsch woordenboek. Amsterdam: Frederik Muller.
- Matthes, Benjamin Frederik (1874). Boegineesch–Hollandsch woordenboek. Amsterdam: C. A. Spin & Zoon.
- Mayer, L. Th. (1897). Een blik in het Javaansche volksleven. 2. Leiden: Brill.
- Muhammad, Ali Azhar (2021). "The Transitional Democracy Trap: Democracy, Complexity, and Local Oligarchy in Bali". Dalam Vandenberg, Andrew. Pages in Security, Democracy, and Society in Bali. Singapore: Palgrave Macmillan. hlm. 155–176. ISBN 978-981-15-5848-1.
- Musa, Mahani (2015). "The Memory of the World Register: The Sultan Abdul Hamid Correspondence and Kedah history". Kajian Malaysia vol. 33: 53–74.
- Pollard, George (21 January 2024). "Ceki Cards". Ways to Play.
- Pwee, Keng Ho (2003). "Chiki Cards and Three Chiki Games". Journal of the International Playing-Card Society. 32 (3): 119–128.
- Raap, Olivier Johannes (2013). Soeka Doeka Di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: KPG. ISBN 978-979-91-0649-0.
- Reimena, Randi (31 Oktober 2021). "Menyigi Sejarah Koa/Ceki: Dekat dengan Mistik, Bukan "Produk" Orang Minang". Haluan Padang.
- Robson, Stuart; Wibisono, Singgih (2002). Javanese English Dictionary. Singapore: Periplus Editions. ISBN 0-7946-0000-X.
- Samad, Muhammad Thahir (1986). Autobiografi Muhammad Thahir Samad gelar Datuk Rajo Mangkuo dan Ny. Djamari Amin selaku perintis kemerdekaan. Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kamerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan.
- Siem 沁, Tjan Tjoe 曾祖 (1941). Javaanse Kaartspelen: bijdrage tot de beschrijving van land en volk; Verhandelingen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen volume 75. Bandung: A. C. Nix & Co.
- Tauern, O. D. (1914). "Javanische Kartenspiele". Zeitschrift für Ethnologie. 46 (1): 45–48.
- Wilkinson, Richard James (1901). A Malay–English Dictionary volume 1: ‘Alif to Za’. Singapore: Kelly & Walsh.
Pranala luar
- What is Cherki?. Peranakan Life Malaysia