Lompat ke isi

Aji Raden Muhammad Ayub: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(25 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 5: Baris 5:
| predecessor = [[Achmad Maulana]]
| predecessor = [[Achmad Maulana]]
| successor = [[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
| successor = [[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
| party = [[Nahdhatul Ulama|NU]]<br>{{parpolicon| PPP}}
| party = [[Nahdhatul Ulama|NU]] (1952–1973)<br>{{parpolicon| PPP}} (1973–1983)
| birth_date = 1917
| birth_date = 1917
| birth_place = [[Gunung Tabur]], [[Hindia Belanda]]
| birth_place = [[Gunung Tabur]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = 1983
| death_date = 1983 (umur 65–66)
| death_place = [[Samarinda]], [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]]
| death_place = [[Samarinda]], [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]]
| image = [[Berkas:Aji Raden Muhammad Ayub.png|150px]]
| image = [[Berkas:Aji Raden Muhammad Ayub.png|150px]]
| termstart = 1952
| termstart = 1951
| termend = 1960
| termend = 1960
| profession = [[Politisi]]
| profession = [[Politisi]]
Baris 21: Baris 21:
| successor2 = [[Yunuzal Yunus]]
| successor2 = [[Yunuzal Yunus]]
| monarch =
| monarch =
| governor2 = [[APT Pranoto]]<br>[[Abdoel Moeis Hassan]]
| president2 = [[Sukarno]]
| office3 = Anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]]
| termstart3 = 1972
| termend3 = 1977
| termstart4 = 1982
| termend4 = 1983
| constituency3 = [[Kalimantan Timur]]
| constituency4 = [[Kalimantan Timur]]
| president3 = [[Suharto]]
| children = [[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
}}
}}


[[Haji (gelar)|Haji]] '''Aji Raden Muhammad Ayub''' (1917–1983) adalah mantan [[Daftar Bupati Berau|Bupati Berau]] yang pertama sekaligus Sultan [[Kesultanan Gunung Tabur|Gunung Tabur]] yang terakhir. Dia diangkat menjadi bupati oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] pada tahun 1960 dan menjabat sebagai bupati hingga ia digantikan oleh [[Yunuzal Yunus]] akibat desakan dari Pangdam IX/Mulawarman, Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]] pada tahun 1964.{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}
[[Haji (gelar)|H.]] '''Sultan Aji Raden Muhammad Ayub''' (1917–1983) adalah mantan [[Daftar Bupati Berau|Bupati Berau]] yang pertama sekaligus Sultan [[Kesultanan Gunung Tabur|Gunung Tabur]] yang terakhir, sebelum didirikan kembali pada tahun 2016.<ref>{{Cite news|date=10 Februari 2016|title=Pengurus Lembaga Pemangku Adat Kesultanan Gunung Tabur Dikukuhkan|url=https://beritakaltim.co/2016/02/10/pengurus-lembaga-pemangku-adat-kesultanan-gunung-tabur-dikukuhkan/|work=Berita Kaltim|access-date=13 Juli 2024}}</ref> Ayub diangkat menjadi bupati oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] pada tahun 1960 dan menjabat sebagai bupati hingga digantikan oleh [[Yunuzal Yunus]] pada tahun 1964 akibat desakan dari Pangdam IX/Mulawarman saat itu, Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}


Selain itu, Ayub juga merupakan salah satu tokoh terkemuka [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Kalimantan Timur dan duduk sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur|DPRD Provinsi Kalimantan Timur]] mewakili partai tersebut, sebelum pada masa [[Orde Baru]] menjadi anggota [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]].{{sfn|Magenda|1991|p=95}}
Selain itu, Ayub juga merupakan salah satu tokoh terkemuka [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Kalimantan Timur dan duduk sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur|DPRD Provinsi Kalimantan Timur]] mewakili partai tersebut, sebelum pada masa [[Orde Baru]] menjadi anggota [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]].{{sfn|Magenda|1991|p=95}}


== Awal kehidupan dan karir ==
== Awal kehidupan dan karir ==
Ayub lahir di [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]] pada tahun 1917 dan merupakan putra dari Sultan [[Muhammad Siranuddin]], sultan Gunung Tabur yang keenam.<ref>{{Cite web|last=Kijlstra|first=Paul|date=2023|title=Silsilah Raja Raja Berau|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/kalimantan-4/sultan-van-sambaliung/silsilah-raja-raja-berau/|website=Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia|access-date=6 April 2024}}</ref> Dia menempuh pendidikan dasarnya di Inlandsche School dan tamat pada tahun 1930.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}} Dia sempat melanjutkan di Normaal School pada tahun berikutnya, namun tidak tamat.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}
Ayub lahir di [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]] pada tahun 1917 dan merupakan putra dari Sultan [[Muhammad Siranuddin]], sultan Gunung Tabur yang keenam.<ref>{{Cite web|last=Kijlstra|first=Paul|date=2023|title=Silsilah Raja Raja Berau|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/kalimantan-4/sultan-van-sambaliung/silsilah-raja-raja-berau/|website=Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia|access-date=6 April 2024}}</ref> Dia menempuh pendidikan dasarnya di Inlandsche School dan tamat pada tahun 1930.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}} Dia sempat melanjutkan di Normaalschool pada tahun berikutnya, namun tidak tamat.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}


Pada tahun 1937, Ayub bekerja sebagai juru tulis di kantor [[Kesultanan Gunung Tabur]] hingga sekitar tahun 1945.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}} Pada tahun berikutnya, dia menjabat sebagai Asisten Wedana [[Kepulauan Derawan]], sebelum pada tahun 1948 menjadi pegawai di kantor [[Negara Kalimantan Timur|Dewan Kalimantan Timur]] di [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Ia bekerja di sana selama setahun, lalu menjabat sebagai Asisten Wedana Gunung Tabur hingga tahun 1950.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}
Pada tahun 1937, Ayub bekerja sebagai juru tulis di kantor [[Kesultanan Gunung Tabur]] hingga sekitar tahun 1945.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}} Pada tahun berikutnya, dia menjabat sebagai Asisten Wedana [[Kepulauan Derawan]], sebelum pada tahun 1948 menjadi pegawai di kantor [[Negara Kalimantan Timur|Dewan Kalimantan Timur]] di [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Ia bekerja di sana selama setahun, lalu menjabat sebagai Asisten Wedana Gunung Tabur hingga tahun 1950.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}


== Sebagai Kepala Swapraja ==
== Sebagai Kepala Swapraja ==
Pada tahun 1950, Ayub diangkat menjadi Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan Umum di Kantor Kepala [[Daerah Istimewa Berau]], kemudian menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) hingga tahun 1951. Di tahun yang sama, dia menjadi Sultan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]] yang terakhir, menggantikan sultan sebelumnya, [[Achmad Maulana]], yang meninggal dunia pada tanggal 15 April 1951.{{sfn|Herawati|2013|p=344}} Sebagai sultan, dia juga merangkap sebagai Kepala Swapraja Gunung Tabur hingga tahun 1960.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Untuk jabatan ini, setiap dua tahun, dia bergantian dengan [[Sultan Muhammad Aminuddin]] dari [[Kesultanan Sambaliung]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=169}}
Pada tahun 1950, Ayub diangkat menjadi Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan Umum di Kantor Kepala [[Daerah Istimewa Berau]], kemudian menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) hingga tahun 1951. Di tahun yang sama, dia naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan [[Achmad Maulana]], yang meninggal dunia pada tanggal 15 April 1951.{{sfn|Herawati|2013|p=344}} Sebagai sultan, dia juga merangkap sebagai Kepala Swapraja Gunung Tabur hingga tahun 1960.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Untuk jabatan ini, setiap dua tahun, dia bergantian dengan [[Sultan Muhammad Aminuddin]] dari [[Kesultanan Sambaliung]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=169}} Ayub ikut serta dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilihan umum tahun 1955]] sebagai calon anggota [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] atas nama pribadi, namun tidak menang.{{sfn|Kementerian Penerangan|1956|p=269}} Dia juga menjabat sebagai ketua cabang Partai [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Berau dan bergabung dengan partai tersebut pada tahun 1952.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}{{efn|Buku ini keliru dalam menuliskan [[Muhammadiyah]] sebagai organisasi yang diikuti Ayub {{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}}}


Masa pemerintahan Ayub diwarnai dengan merosotnya kondisi perekonomian Berau, ketidakstabilan politik, dan memanasnya sentimen antifeodal. Performa perusahaan batu bara N.V. SMP ([[Steenkolen Maatschappij Parapattan]]) yang menurun drastis akibat kerusakan ekstensif semasa [[Perang Dunia II]] sangat merugikan Berau yang perekonomiannya bergantung pada batu bara.{{sfn|Obidzinski|2003|p=168}} Sebagai akibatnya, penyelundupan [[kopra]] dan [[ikan asin]] ke [[Tawau]] merajalela. Selain karena penurunan performa tambang batu bara, penyelundupan juga diperparah oleh tingginya angka pengangguran yang berasal dari pengungsi yang kembali ke Berau dan transmigran yang tertarik untuk bekerja di tambang-tambang milik SMP.{{sfn|Obidzinski|2003|p=170-171}}
Ayub ikut serta dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]] sebagai calon anggota [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] atas nama pribadi, namun tidak lolos.{{sfn|Kementerian Penerangan|1956|p=269}} Dia juga menjabat sebagai ketua cabang Partai [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Berau dan bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1952.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}{{efn|Buku ini keliru dalam menuliskan [[Muhammadiyah]] sebagai organisasi yang diikuti Ayub {{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}}}


=== Pembelian Aset-Aset SMP ===
Masa pemerintahan Ayub diwarnai dengan merosotnya kondisi perekonomian Berau, ketidakstabilan politik, dan meningkatnya sentimen antifeodal. Performa perusahaan batu bara N.V. SMP ([[Steenkolen Maatschappij Parapattan]]) yang menurun drastis akibat kerusakan ekstensif semasa [[Perang Dunia II]] sangat merugikan Berau yang perekonomiannya bergantung pada batu bara.{{sfn|Obidzinski|2003|p=168}} Sebagai akibatnya, penyelundupan [[kopra]] dan [[ikan asin]] ke [[Tawau]] merajalela. Selain karena menurunnya performa tambang batu bara, penyelundupan juga diperparah oleh tingginya angka pengangguran yang berasal dari pengungsi yang kembali ke Berau dan transmigran yang tertarik untuk bekerja di tambang-tambang milik SMP.{{sfn|Obidzinski|2003|p=170-171}}
Pada awal tahun 1956, SMP memutuskan untuk menghentikan operasinya dan membawa pergi semua infrastruktur dan peralatan mereka. Namun, mereka terbuka untuk menyerahkan tambang-tambang yang masih bisa beroperasi penuh kepada pemerintah daerah dengan syarat kompensasi sebesar Rp 3,5 juta.<ref>{{Cite news|date=1956-10-05|title=KPM verkoopt steenkolenmijnen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Beraoe%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1950-1959%7C1956%7C&identifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&resultsidentifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&rowid=2|work=Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant|access-date=7 April 2024}}</ref>{{sfn|Obidzinski|2003|p=172}} Sebab pemerintah swapraja tidak mempunyai dana sebesar itu, maka mereka meminta pinjaman ke berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] yang didominasi oleh [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Departemen Dalam Negeri]] setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 1 juta dan sisanya dipinjamkan oleh [[Kementerian Keuangan Republik Indonesia|Departemen Keuangan]], sehingga pemerintah daerah dapat mengambil alih aset-aset SMP dan mengelolanya melalui sebuah [[Badan usaha milik daerah|perusahaan daerah]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=172-173}}


Pembelian tersebut sangat memperkuat kedudukan PNI di Berau. Meskipun pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilihan umum tahun 1955]] PNI menempati posisi ketiga di sana, di bawah [[Nahdlatul Ulama|NU]] dan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Masjumi]], tetapi pasca pengambilalihan, jabatan-jabatan strategis di berbagai instansi secara perlahan diisi oleh kader-kader PNI.{{sfn|Obidzinski|2003|p=173-174}} Walau demikian, pemerintah swapraja tidak dapat menjalankan operasi pertambangan dengan optimal, sehingga terpaksa meminjamkan tambang-tambang tersebut kepada para pedagang [[Tionghoa]] (''tauke''), sebelum menjualnya kepada sebuah perusahaan swasta, N.V. Agusco Djakarta, pada tahun 1959.{{sfn|Obidzinski|2003|p=174}}
Pada awal tahun 1956, SMP memutuskan untuk menghentikan operasinya dan membawa pergi semua infrastruktur dan peralatan mereka. Namun, mereka terbuka untuk menyerahkan tambang-tambang yang masih bisa beroperasi penuh kepada pemerintah daerah dengan syarat kompensasi sebesar Rp 3,5 juta.<ref>{{Cite news|date=1956-10-05|title=KPM verkoopt steenkolenmijnen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Beraoe%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1950-1959%7C1956%7C&identifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&resultsidentifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&rowid=2|work=Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant|access-date=7 April 2024}}</ref>{{sfn|Obidzinski|2003|p=172}} Sebab pemerintah swapraja tidak mempunyai dana sebesar itu, maka mereka meminta pinjaman ke berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] yang didominasi oleh [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. [[Kementerian Dalam Negeri|Departemen Dalam Negeri]] setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 1 juta dan sisanya dipinjamkan oleh [[Kementerian Keuangan Republik Indonesia|Departemen Keuangan]], sehingga pemerintah daerah dapat mengambil alih aset-aset SMP dan mengelolanya melalui sebuah [[Badan usaha milik daerah|perusahaan daerah]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=172-173}}

Pembelian tersebut sangat memperkuat kedudukan PNI di Berau. Meskipun pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]] partai tersebut menempati posisi ketiga, di bawah [[Nahdlatul Ulama|NU]] dan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Masjumi]], tetapi setelah pembelian itu terjadi, jabatan-jabatan penting di parlemen, militer, kepolisian, dan dinas sipil secara perlahan diisi oleh para anggota PNI.{{sfn|Obidzinski|2003|p=173-174}} Meski demikian, pemerintah swapraja tidak dapat menjalankan operasi pertambangan dengan baik, sehingga akhirnya meminjamkan tambang-tambang tersebut kepada para pedagang [[Tionghoa]] (''tauke'') serta menjualnya kepada sebuah perusahaan bernama N.V. Agusco Djakarta pada tahun 1959.{{sfn|Obidzinski|2003|p=174}}


== Menjabat sebagai Bupati ==
== Menjabat sebagai Bupati ==
Pada tahun 1960, Ayub diangkat oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] menjadi Bupati Berau. Pengangkatan tersebut berkaitan erat dengan kebijakan Pranoto untuk memperkuat kedudukan politik golongan bangsawan di Kalimantan Timur.{{sfn|Magenda|1991|p=49}} Selain itu, kekuatan politik aristokrat yang mengakar di Berau dan dukungan dari [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] yang saat itu menjadi partai yang dominan di tingkat nasional maupun provinsi, juga menjadi faktor penting atas pengangkatannya.{{sfn|Obidzinski|2003|p=180}}
Pada tahun 1960, Ayub diangkat oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] menjadi Bupati Berau. Pengangkatan tersebut berkaitan erat dengan kebijakan Pranoto untuk memperkuat kedudukan politik golongan bangsawan di Kalimantan Timur.{{sfn|Magenda|1991|p=49}} Selain itu, kekuatan politik aristokrat yang mengakar di Berau dan dukungan dari [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] yang saat itu menjadi partai yang dominan juga menjadi faktor penting atas pengangkatannya.{{sfn|Obidzinski|2003|p=180}}


Walaupun seorang bangsawan, Ayub dapat bertahan cukup lama sebagai bupati berkat posisinya sebagai tokoh NU yang berpengaruh di tingkat provinsi.{{sfn|Magenda|1991|p=46}} Meski demikian, pengaruhnya sebagai bangsawan Berau melemah. Di sisi lain, pengaruh militer dalam birokrasi dan perekonomian Berau semakin menguat, terutama saat berlangsungnya [[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi]]. Jabatan-jabatan sipil mulai diisi oleh militer dan mereka pun terlibat dalam perdagangan gelap dyang telah merajalela di Berau kala itu akibat krisis ekonomi yang terjadi, termasuk penyelundupan ke [[Borneo Utara Britania|Borneo Utara]]. Perdagangan ilegal menjadi satu-satunya cara agar barang-barang kebutuhan dan pendapatan dapat diperoleh, baik untuk kepentingan pribadi maupun lembaga.{{sfn|Obidzinski|2003|p=180}}
Walaupun seorang bangsawan, Ayub dapat bertahan cukup lama sebagai bupati berkat posisinya sebagai tokoh NU yang berpengaruh di tingkat provinsi.{{sfn|Magenda|1991|p=46}} Meski demikian, pengaruhnya sebagai bangsawan Berau melemah. Di sisi lain, pengaruh militer dalam birokrasi dan perekonomian Berau semakin menguat, terutama saat berlangsungnya [[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi]]. Jabatan-jabatan sipil mulai diisi oleh militer dan mereka pun terlibat dalam perdagangan gelap yang telah merajalela di Berau kala itu akibat krisis ekonomi yang terjadi, termasuk penyelundupan ke [[Borneo Utara Britania|Borneo Utara]]. Perdagangan ilegal menjadi satu-satunya cara agar barang-barang kebutuhan dan pendapatan dapat diperoleh, baik untuk kepentingan pribadi maupun lembaga.{{sfn|Obidzinski|2003|p=180}} Guna menunjang Konfrontasi, pada tahun 1962 dibangun sebuah lapangan terbang yang kemudian, pada tahun 1976, diresmikan menjadi [[Bandar Udara Kalimarau]]. Selain itu, dilakukan pula proyek perbaikan jalan antara Berau dengan [[Kabupaten Bulungan|Bulungan]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}


Kondisi demikian, menurut Pangdam IX/Mulawarman Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]], disebabkan oleh kolusi antara para bangsawan dengan pihak-pihak asing, baik yang ada di dalam negeri ([[Tionghoa]]) maupun dari luar. Oleh karenanya, Soehario menggencarkan kampanye untuk melemahkan kekuatan politik para bangsawan, termasuk dengan menekan Ayub agar berhenti dari jabatannya sebagai bupati. Dia digantikan oleh [[Yunuzal Yunus]], salah seorang pendukungnya.{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}
Kondisi demikian, menurut Pangdam IX/Mulawarman Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]], disebabkan oleh kolusi antara kaum bangsawan dengan pihak-pihak asing, baik yang ada di dalam negeri ([[Tionghoa]]) maupun dari luar. Oleh karenanya, Soehario menggencarkan kampanye untuk melemahkan kekuatan politik para bangsawan, termasuk dengan menekan Ayub agar berhenti dari jabatannya sebagai bupati. Dia digantikan oleh [[Yunuzal Yunus]], salah seorang pendukung Soehario.{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}


== Karir pasca Bupati ==
== Karir pasca Bupati ==
Setelah berhenti menjadi bupati, Ayub pindah ke [[Kota Samarinda|Samarinda]] dan meneruskan tugasnya sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur|DPRD Provinsi Kalimantan Timur]].{{sfn|Magenda|1991|p=95}} Pada tahun 1967, dia menjabat sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau|DPRD Kabupaten Berau]].{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Pada tahun 1972, dia terpilih sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] mewakili Kalimantan Timur hingga tahun 1977.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Kemudian, pada tahun 1977, Ayub ditunjuk menjadi ketua Fraksi [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] di parlemen provinsi.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Panitia Pemilihan Daerah|1977|p=66}} Dia kembali terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1982, kini mewakili Fraksi PPP.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}
Setelah berhenti menjadi bupati, Ayub duduk di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau|DPRD Kabupaten Berau]] sejak tahun 1967.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Pada tahun 1972, dia terpilih sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] mewakili Kalimantan Timur hingga tahun 1977.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Kemudian, pada tahun 1977, Ayub ditunjuk menjadi ketua Fraksi [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] di parlemen provinsi.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Panitia Pemilihan Daerah|1977|p=66}} Dia kembali terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1982, kini mewakili Fraksi PPP.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}


== Kematian ==
== Kematian ==
Ayub wafat di [[Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie|RSUD Abdul Wahab Syahranie]], [[Kota Samarinda|Samarinda]], pada tahun 1983. Dia kemudian dimakamnkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Muslimin Kebon Sayur di Samarinda.<ref>{{Cite news|last=Rizal|date=2022-04-09|title=Makam Bupati Pertama Berau Bakal Direlokasikan ke TMP, Bupati Beri Dukungan|url=https://kaltimtara.id/makam-bupati-pertama-berau-bakal-direlokasikan-ke-tmp-bupati-beri-dukungan/|work=Kaltimtara.id|access-date=6 April 2024}}</ref> Pada tahun 2022, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Berau, Atilagarnadi, mengusulkan agar makamnya dipindah ke TMP Wijaya Kusuma di [[Tanjung Redeb, Berau|Tanjung Redeb]]. Rencana tersebut disetujui oleh Bupati Berau, [[Sri Juniarsih Mas]], dan sebuah pertemuan sempat diadakan dengan pihak keluarga [[Kesultanan Gunung Tabur]] untuk menindaklanjuti rencana.<ref>{{Cite news|date=2022-03-30|title=Pindahkan Makam Bupati Berau Pertama, Ketua Komisi II DPRD Berau Lakukan Koordinasi Dengan Keluarga Kesultanan|url=https://www.a-news.id/pindahkan-makam-bupati-berau-pertama-ketua-komisi-ii-dprd-berau-lakukan-koordinasi-dengan-keluarga-kesultanan/|work=A-News|access-date=6 April 2024}}</ref>
Ayub wafat di [[Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie|RSUD Abdul Wahab Syahranie]], [[Kota Samarinda|Samarinda]], pada tahun 1983. Dia kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Muslimin Kebon Sayur di Samarinda.<ref>{{Cite news|last=Rizal|date=2022-04-09|title=Makam Bupati Pertama Berau Bakal Direlokasikan ke TMP, Bupati Beri Dukungan|url=https://kaltimtara.id/makam-bupati-pertama-berau-bakal-direlokasikan-ke-tmp-bupati-beri-dukungan/|work=Kaltimtara.id|access-date=6 April 2024}}</ref> Pada tahun 2022, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Berau, Atilagarnadi, mengusulkan agar makamnya dipindah ke TMP Wijaya Kusuma di [[Tanjung Redeb, Berau|Tanjung Redeb]]. Rencana tersebut disetujui oleh Bupati Berau, [[Sri Juniarsih Mas]], dan sebuah pertemuan sempat diadakan dengan pihak keluarga [[Kesultanan Gunung Tabur]] untuk menindaklanjuti rencana tersebut.<ref>{{Cite news|date=2022-03-30|title=Pindahkan Makam Bupati Berau Pertama, Ketua Komisi II DPRD Berau Lakukan Koordinasi Dengan Keluarga Kesultanan|url=https://www.a-news.id/pindahkan-makam-bupati-berau-pertama-ketua-komisi-ii-dprd-berau-lakukan-koordinasi-dengan-keluarga-kesultanan/|work=A-News|access-date=6 April 2024}}</ref>


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan utama yang melintasi [[Gunung Tabur, Berau|Kecamatan Gunung Tabur]] dan [[Teluk Bayur, Berau|Teluk Bayur]] di [[Kabupaten Berau]].
Namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan utama yang melintasi [[Gunung Tabur, Berau|Kecamatan Gunung Tabur]] dan [[Teluk Bayur, Berau|Teluk Bayur]] di [[Kabupaten Berau]].<ref>{{Cite news|date=1 November 2022|title=Penuntasan Jalan HARM Ayoeb Tunggu Kepastian Lahan|url=https://www.a-news.id/penuntasan-jalan-harm-ayoeb-tunggu-kepastian-lahan/|work=A-News|access-date=13 Juli 2024}}</ref>


== Catatan ==
== Catatan ==
Baris 67: Baris 77:
== Daftar Pustaka ==
== Daftar Pustaka ==
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=1991|url=|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Ithaca|publisher=Cornell University|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=1991|url=|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Ithaca|publisher=Cornell University|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Obidzinski|first=Krystof|date=2003|url=|title=Logging in East Kalimantan, Indonesia. The Historical Expedience of Illegality|ref=harv|url-status=live}} (Tesis)
*{{Cite book|last=Obidzinski|first=Krystof|date=2003|url=https://web.archive.org/web/20190219090101/https://pure.uva.nl/ws/files/3620231/29873_Thesis.pdf|title=Logging in East Kalimantan, Indonesia. The Historical Expedience of Illegality|publisher=University of Amsterdam|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1972|url=https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA760&dq=%22A.R.+Padmo%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjx6onujYeCAxWD1jgGHVDyDykQ6AF6BAgLEAI#v=onepage&q=%22A.R.%20Padmo%22&f=false|title= Riwayat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1972|url=https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA760&dq=%22Ajub%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjx6onujYeCAxWD1jgGHVDyDykQ6AF6BAgLEAI#v=onepage&q=%22Ajub%22&f=false|title=Riwayat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=gWx4992njZ0C&pg=RA4-PA6-IA1&dq=adji+raden+ajoeb&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiMhqv51aqFAxUKcmwGHVJGA-EQ6AF6BAgDEAI#v=onepage&q=adji%20raden%20ajoeb&f=false|title= Ringkasan Riwayat Hidup Anggota DPRD-I Hasil Pemilihan Umum Tahun 1977 Untuk Wilayah Kalimantan dan Sulawesi|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=gWx4992njZ0C&pg=RA4-PA6-IA1&dq=adji+raden+ajoeb&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiMhqv51aqFAxUKcmwGHVJGA-EQ6AF6BAgDEAI#v=onepage&q=adji%20raden%20ajoeb&f=false|title= Ringkasan Riwayat Hidup Anggota DPRD-I Hasil Pemilihan Umum Tahun 1977 Untuk Wilayah Kalimantan dan Sulawesi|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1982|url=https://books.google.co.id/books?id=edVk8oFMZ_cC&pg=PA13&dq=%22aji+raden+said+mohammad%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwja5_ulpdOEAxWYzjgGHUEpAIYQ6AF6BAgIEAI#v=onepage&q&f=false|title= Ringkasan Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum Tahun 1982 yang Bukan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1982|url=https://books.google.co.id/books?id=edVk8oFMZ_cC&pg=PA13&dq=%22aji+raden+said+mohammad%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwja5_ulpdOEAxWYzjgGHUEpAIYQ6AF6BAgIEAI#v=onepage&q&f=false|title= Ringkasan Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum Tahun 1982 yang Bukan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}

Revisi terkini sejak 29 Agustus 2024 10.04

Aji Raden Muhammad Ayub
Sultan Gunung Tabur
Masa jabatan
1951–1960
Bupati Berau ke-1
Masa jabatan
1960–1964
PresidenSukarno
GubernurAPT Pranoto
Abdoel Moeis Hassan
Sebelum
Pendahulu
Jabatan baru
Pengganti
Yunuzal Yunus
Sebelum
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
Masa jabatan
1972–1977
PresidenSuharto
Daerah pemilihanKalimantan Timur
Masa jabatan
1982–1983
Daerah pemilihanKalimantan Timur
Informasi pribadi
Lahir1917
Gunung Tabur, Hindia Belanda
Meninggal1983 (umur 65–66)
Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
Partai politikNU (1952–1973)
PPP (1973–1983)
AnakAji Raden Muhammad Bachrul Hadi
ProfesiPolitisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

H. Sultan Aji Raden Muhammad Ayub (1917–1983) adalah mantan Bupati Berau yang pertama sekaligus Sultan Gunung Tabur yang terakhir, sebelum didirikan kembali pada tahun 2016.[1] Ayub diangkat menjadi bupati oleh Gubernur A.P.T. Pranoto pada tahun 1960 dan menjabat sebagai bupati hingga digantikan oleh Yunuzal Yunus pada tahun 1964 akibat desakan dari Pangdam IX/Mulawarman saat itu, Brigjen Soehario.[2]

Selain itu, Ayub juga merupakan salah satu tokoh terkemuka NU di Kalimantan Timur dan duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur mewakili partai tersebut, sebelum pada masa Orde Baru menjadi anggota PPP.[3]

Awal kehidupan dan karir

[sunting | sunting sumber]

Ayub lahir di Gunung Tabur pada tahun 1917 dan merupakan putra dari Sultan Muhammad Siranuddin, sultan Gunung Tabur yang keenam.[4] Dia menempuh pendidikan dasarnya di Inlandsche School dan tamat pada tahun 1930.[3][5] Dia sempat melanjutkan di Normaalschool pada tahun berikutnya, namun tidak tamat.[6]

Pada tahun 1937, Ayub bekerja sebagai juru tulis di kantor Kesultanan Gunung Tabur hingga sekitar tahun 1945.[3][6] Pada tahun berikutnya, dia menjabat sebagai Asisten Wedana Kepulauan Derawan, sebelum pada tahun 1948 menjadi pegawai di kantor Dewan Kalimantan Timur di Samarinda. Ia bekerja di sana selama setahun, lalu menjabat sebagai Asisten Wedana Gunung Tabur hingga tahun 1950.[3][5][6]

Sebagai Kepala Swapraja

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1950, Ayub diangkat menjadi Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan Umum di Kantor Kepala Daerah Istimewa Berau, kemudian menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) hingga tahun 1951. Di tahun yang sama, dia naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan Achmad Maulana, yang meninggal dunia pada tanggal 15 April 1951.[7] Sebagai sultan, dia juga merangkap sebagai Kepala Swapraja Gunung Tabur hingga tahun 1960.[3][5][8] Untuk jabatan ini, setiap dua tahun, dia bergantian dengan Sultan Muhammad Aminuddin dari Kesultanan Sambaliung.[9] Ayub ikut serta dalam pemilihan umum tahun 1955 sebagai calon anggota Konstituante atas nama pribadi, namun tidak menang.[10] Dia juga menjabat sebagai ketua cabang Partai NU di Berau dan bergabung dengan partai tersebut pada tahun 1952.[5][8][11][a]

Masa pemerintahan Ayub diwarnai dengan merosotnya kondisi perekonomian Berau, ketidakstabilan politik, dan memanasnya sentimen antifeodal. Performa perusahaan batu bara N.V. SMP (Steenkolen Maatschappij Parapattan) yang menurun drastis akibat kerusakan ekstensif semasa Perang Dunia II sangat merugikan Berau yang perekonomiannya bergantung pada batu bara.[12] Sebagai akibatnya, penyelundupan kopra dan ikan asin ke Tawau merajalela. Selain karena penurunan performa tambang batu bara, penyelundupan juga diperparah oleh tingginya angka pengangguran yang berasal dari pengungsi yang kembali ke Berau dan transmigran yang tertarik untuk bekerja di tambang-tambang milik SMP.[13]

Pembelian Aset-Aset SMP

[sunting | sunting sumber]

Pada awal tahun 1956, SMP memutuskan untuk menghentikan operasinya dan membawa pergi semua infrastruktur dan peralatan mereka. Namun, mereka terbuka untuk menyerahkan tambang-tambang yang masih bisa beroperasi penuh kepada pemerintah daerah dengan syarat kompensasi sebesar Rp 3,5 juta.[14][15] Sebab pemerintah swapraja tidak mempunyai dana sebesar itu, maka mereka meminta pinjaman ke berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat di Jakarta yang didominasi oleh PNI. Departemen Dalam Negeri setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 1 juta dan sisanya dipinjamkan oleh Departemen Keuangan, sehingga pemerintah daerah dapat mengambil alih aset-aset SMP dan mengelolanya melalui sebuah perusahaan daerah.[16]

Pembelian tersebut sangat memperkuat kedudukan PNI di Berau. Meskipun pada pemilihan umum tahun 1955 PNI menempati posisi ketiga di sana, di bawah NU dan Masjumi, tetapi pasca pengambilalihan, jabatan-jabatan strategis di berbagai instansi secara perlahan diisi oleh kader-kader PNI.[17] Walau demikian, pemerintah swapraja tidak dapat menjalankan operasi pertambangan dengan optimal, sehingga terpaksa meminjamkan tambang-tambang tersebut kepada para pedagang Tionghoa (tauke), sebelum menjualnya kepada sebuah perusahaan swasta, N.V. Agusco Djakarta, pada tahun 1959.[18]

Menjabat sebagai Bupati

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1960, Ayub diangkat oleh Gubernur A.P.T. Pranoto menjadi Bupati Berau. Pengangkatan tersebut berkaitan erat dengan kebijakan Pranoto untuk memperkuat kedudukan politik golongan bangsawan di Kalimantan Timur.[19] Selain itu, kekuatan politik aristokrat yang mengakar di Berau dan dukungan dari PNI yang saat itu menjadi partai yang dominan juga menjadi faktor penting atas pengangkatannya.[20]

Walaupun seorang bangsawan, Ayub dapat bertahan cukup lama sebagai bupati berkat posisinya sebagai tokoh NU yang berpengaruh di tingkat provinsi.[21] Meski demikian, pengaruhnya sebagai bangsawan Berau melemah. Di sisi lain, pengaruh militer dalam birokrasi dan perekonomian Berau semakin menguat, terutama saat berlangsungnya Konfrontasi. Jabatan-jabatan sipil mulai diisi oleh militer dan mereka pun terlibat dalam perdagangan gelap yang telah merajalela di Berau kala itu akibat krisis ekonomi yang terjadi, termasuk penyelundupan ke Borneo Utara. Perdagangan ilegal menjadi satu-satunya cara agar barang-barang kebutuhan dan pendapatan dapat diperoleh, baik untuk kepentingan pribadi maupun lembaga.[20] Guna menunjang Konfrontasi, pada tahun 1962 dibangun sebuah lapangan terbang yang kemudian, pada tahun 1976, diresmikan menjadi Bandar Udara Kalimarau. Selain itu, dilakukan pula proyek perbaikan jalan antara Berau dengan Bulungan.[2]

Kondisi demikian, menurut Pangdam IX/Mulawarman Brigjen Soehario, disebabkan oleh kolusi antara kaum bangsawan dengan pihak-pihak asing, baik yang ada di dalam negeri (Tionghoa) maupun dari luar. Oleh karenanya, Soehario menggencarkan kampanye untuk melemahkan kekuatan politik para bangsawan, termasuk dengan menekan Ayub agar berhenti dari jabatannya sebagai bupati. Dia digantikan oleh Yunuzal Yunus, salah seorang pendukung Soehario.[2]

Karir pasca Bupati

[sunting | sunting sumber]

Setelah berhenti menjadi bupati, Ayub duduk di DPRD Kabupaten Berau sejak tahun 1967.[8] Pada tahun 1972, dia terpilih sebagai anggota MPR mewakili Kalimantan Timur hingga tahun 1977.[5][8] Kemudian, pada tahun 1977, Ayub ditunjuk menjadi ketua Fraksi PPP di parlemen provinsi.[3][22] Dia kembali terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1982, kini mewakili Fraksi PPP.[6]

Ayub wafat di RSUD Abdul Wahab Syahranie, Samarinda, pada tahun 1983. Dia kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Muslimin Kebon Sayur di Samarinda.[23] Pada tahun 2022, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Berau, Atilagarnadi, mengusulkan agar makamnya dipindah ke TMP Wijaya Kusuma di Tanjung Redeb. Rencana tersebut disetujui oleh Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, dan sebuah pertemuan sempat diadakan dengan pihak keluarga Kesultanan Gunung Tabur untuk menindaklanjuti rencana tersebut.[24]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan utama yang melintasi Kecamatan Gunung Tabur dan Teluk Bayur di Kabupaten Berau.[25]

  1. ^ Buku ini keliru dalam menuliskan Muhammadiyah sebagai organisasi yang diikuti Ayub [11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Pengurus Lembaga Pemangku Adat Kesultanan Gunung Tabur Dikukuhkan". Berita Kaltim. 10 Februari 2016. Diakses tanggal 13 Juli 2024. 
  2. ^ a b c Obidzinski 2003, hlm. 181.
  3. ^ a b c d e f Magenda 1991, hlm. 95.
  4. ^ Kijlstra, Paul (2023). "Silsilah Raja Raja Berau". Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia. Diakses tanggal 6 April 2024. 
  5. ^ a b c d e Lembaga Pemilihan Umum 1972, hlm. 764.
  6. ^ a b c d Lembaga Pemilihan Umum 1982, hlm. 254.
  7. ^ Herawati 2013, hlm. 344.
  8. ^ a b c d Lembaga Pemilihan Umum 1982, hlm. 255.
  9. ^ Obidzinski 2003, hlm. 169.
  10. ^ Kementerian Penerangan 1956, hlm. 269.
  11. ^ a b Lembaga Pemilihan Umum 1980, hlm. 7.
  12. ^ Obidzinski 2003, hlm. 168.
  13. ^ Obidzinski 2003, hlm. 170-171.
  14. ^ "KPM verkoopt steenkolenmijnen". Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant. 1956-10-05. Diakses tanggal 7 April 2024. 
  15. ^ Obidzinski 2003, hlm. 172.
  16. ^ Obidzinski 2003, hlm. 172-173.
  17. ^ Obidzinski 2003, hlm. 173-174.
  18. ^ Obidzinski 2003, hlm. 174.
  19. ^ Magenda 1991, hlm. 49.
  20. ^ a b Obidzinski 2003, hlm. 180.
  21. ^ Magenda 1991, hlm. 46.
  22. ^ Panitia Pemilihan Daerah 1977, hlm. 66.
  23. ^ Rizal (2022-04-09). "Makam Bupati Pertama Berau Bakal Direlokasikan ke TMP, Bupati Beri Dukungan". Kaltimtara.id. Diakses tanggal 6 April 2024. 
  24. ^ "Pindahkan Makam Bupati Berau Pertama, Ketua Komisi II DPRD Berau Lakukan Koordinasi Dengan Keluarga Kesultanan". A-News. 2022-03-30. Diakses tanggal 6 April 2024. 
  25. ^ "Penuntasan Jalan HARM Ayoeb Tunggu Kepastian Lahan". A-News. 1 November 2022. Diakses tanggal 13 Juli 2024. 

Daftar Pustaka

[sunting | sunting sumber]


Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Achmad Maulana
Sultan Gunung Tabur
1952–1960
Diteruskan oleh:
Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi
Jabatan politik
Didahului oleh:
Jabatan baru
Kepala Daerah Istimewa Berau
1952–1960
Diteruskan oleh:
Jabatan dihapuskan
Didahului oleh:
Jabatan baru
Bupati Berau
1960–1964
Diteruskan oleh:
Yunuzal Yunus