Lompat ke isi

Ruma Maida: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Maqi (bicara | kontrib)
baru
 
Bot5958 (bicara | kontrib)
k WPCleaner v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Kategori lebih dari satu dalam sebaris - Kategori ganda - Pranala judul di teks)
 
(78 revisi perantara oleh 34 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Film
{{Infobox film
| movie_name = Ruma Maida
|name = Ruma Maida
| image =
|image = Rumah maida.jpg
|image size =
| director = [[Teddy Soeriaatmadja]]
|border =
| producer = [[P. Setiono]]{{br}}[[Teddy Soeriaatmadja]]
| eproducer =
|alt =
|caption = Poster promosi
| aproducer =
| writer = [[Ayu Utami]]
|director = [[Teddy Soeriaatmadja]]
|producer = {{plainlist|
| starring = [[Atiqah Hasiholan]]{{br}}[[Yama Carlos]]{{br}}[[Davina Veronica]]{{br}}[[Imelda Soraya]]{{br}}[[Nino Fernandez]]{{br}}[[Wulan Guritno]]{{br}}[[Frans Tumbuan]]{{br}}[[Verdy Solaiman]]{{br}}[[Lucky Martin]]
*P. Setiono
| music =
*Teddy Soeriaatmadja
| cinematography =
| editing =
| distributor = Lamp Pictures dan Karunia Pictures
| release_date = [[29 Oktober]] [[2009]]
| runtime = 90 menit
| country = [[Indonesia]]
| awards =
| movie_language = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| budget =
| gross =
| preceded_by =
| followed_by =
| amg_id =
| imdb_id =
}}
}}
|writer = [[Ayu Utami]]
'''Ruma Maida''' adalah film [[Indonesia]] yang dirilis pada [[29 Oktober]] [[2009]] dengan disutradarai oleh [[Teddy Soeriaatmadja]] dan dibintangi oleh [[Atiqah Hasiholan]], [[Yama Carlos]], [[Davina Veronica]], [[Imelda Soraya]], [[Nino Fernandez]], [[Wulan Guritno]], [[Frans Tumbuan]], dan [[Verdy Solaiman]]
|starring = {{plainlist|
*[[Atiqah Hasiholan]]
*[[Yama Carlos]]
*[[Nino Fernandez]]
*[[Frans Tumbuan]]
*[[Michael Adam Rickard]]
}}
|music = {{plainlist|
*Bobby Surjadi
*Didit Saad
*[[Naif (grup musik)|Naif]]
}}
|cinematography = Ical Tanjung
|editing = Waluyo Ichwandiardono
|studio = {{plainlist|
*Lamp Pictures
*Karuna Pictures
}}
|distributor =
|released = {{Film date|2009|10|28|Indonesia|df=yes}}
|runtime = 90 menit
|country = Indonesia
|language = Indonesia
|budget =
|gross =
}}
'''''Ruma Maida''''' (dirilis secara internasional dengan judul '''''Maida's House''''') adalah film drama Indonesia yang ditulis oleh [[Ayu Utami]], disutradarai [[Teddy Soeriaatmadja]], dan dibintangi [[Atiqah Hasiholan]], [[Yama Carlos]], [[Nino Fernandez]], dan [[Frans Tumbuan]]. Film ini, yang dirilis pada tahun 2009, menceritakan perjuangan seorang perempuan untuk menyelamatkan sebuah rumah bersejarah dari seorang pengembang; film ''Ruma Maida'' juga memperlihatkan bagaimana kehidupan pemilik rumah yang pertama.


Penggarapan film ini dimulai pada tahun 2008, ketika Ayu dihampiri oleh Lamp Pictures dan diminta untuk menulis sebuah [[skenario]] bertema [[nasionalisme]]; tugas itu diselesaikannya dalam waktu enam bulan, dengan bantuan dari Teddy. Setelah tiga bulan [[pra-produksi]], film mulai diambil di [[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]], dan [[Kota Tua Jakarta]]. Penyuntingan memerlukan waktu tiga bulan, lalu film ini —dengan musik yang disuguhkan oleh grup [[Naif (grup musik)|Naif]] dan lagu yang ditulis Ayu—ditayangkan pada tanggal 28 Oktober 2009, bertepatan dengan Hari [[Sumpah Pemuda]]. ''Ruma Maida'' juga sempat ditayangkan dalam festival film di [[Singapura]], [[Australia]], dan [[Italia]].
== Sinopsis ==
{{spoiler}}
Berkisah tentang Maida, seorang gadis kikuk yang idealis. Telah dua tahun ia mengelola sekolah bagi anak jalanan di sebuah bangunan tua yang terbengkalai. Disulapnya sisi dalam bangunan rongsok itu bagai istana putri salju dan para kurcaci. Meja dan bangku dibuat dari sisa kayu. Perlengkapan kelas dibuat bersama dari barang bekas.


''Ruma Maida'', yang menggunakan gaya penggambaran film yang berbeda untuk adegan pada masa lalu dan masa modern, membahas pentingnya pendidikan, sejarah, dan [[pluralisme]]. Film ini mendapat sambutan yang cukup hangat dari para kritikus film; mereka cenderung menyukai gambaran dalam ''Ruma Maida'' tetapi mengkritik [[dialog]] yang dianggap terlalu berat. Film ini mendapat dua belas nominasi Piala Citra pada [[Festival Film Indonesia]] tahun [[Festival Film Indonesia 2009|2009]].
Pada suatu hari, seorang pengusaha membeli kavling itu dan hendak mengubahnya menjadi sentra bisnis. Maida dan sekolah liarnya terancam terusir. Ia berjuang keras untuk mempertahankan istananya. Dalam perjuangannya, Maida justru menyibak misteri dan sejarah bangunan tua tersebut. Bangunan itu pernah menjadi saksi atas kisah cinta yang syahdu dan tragis antara dua insan dengan latar pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia.


== Alur ==
Melalui tokoh Maida, film ini bercerita tentang masa kini Indonesia. Tentang perjuangan seorang anak muda yang idealis untuk mendirikan sekolah gratis. Melalui kisah cinta kala lampau antara seorang penerbang dan penyanyi, film ini berkisah tentang nilai-nilai kebangsaan yang diperjuangkan para pendiri negeri ini.<ref>[http://www.21cineplex.com/ruma-maida,movie,2168.htm Ruma Maida], diakses pada 12 Oktober 2009</ref>
Seorang mahasiswi jurusan sejarah yang beragama [[Nasrani]], Maida ([[Atiqah Hasiholan]]), mengurus sekolah gratis untuk [[anak jalanan]] di [[Jakarta]]. Sebelumnya, bangunan sekolah itu adalah rumah seorang pencipta lagu sekaligus pilot beragama Nasrani [[orang Indo|keturunan Indo]], Ishak Pahin ([[Nino Fernandez]]), dan istrinya yang beragama [[Islam]], Nani Kuddus ([[Imelda Soraya]]); ketika masih tinggal di rumah itu, Pahing menciptakan lagu "Pulau Tenggara", yang mengilhami Presiden [[Soekarno]] untuk membentuk [[Gerakan Non-Blok]]. Setelah Maida mengetahui kisah Pahing, dia mulai menulis skripsinya tentang pencipta lagu itu.


Suatu hari, ketika mengajar, kelasnya diganggu oleh seorang [[arsitek]] Muslim muda bernama Sakera ([[Yama Carlos]]), yang ditugaskan untuk mengusir Maida oleh Dasaad Muchlisin ([[Frans Tumbuan]]), seorang pengembang yang juga atasannya. Saat Maida dan Sakera berdebat di jalanan, mendadak terjadi [[Kerusuhan Mei 1998|kerusuhan besar]] di sekeliling mereka. Sakera melindungi Maida, yang merupakan keturunan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], lalu memberitahukannya bahwa dia hendak membantu Maida agar sekolah itu tetap dapat dijalankan. Namun, bangunan sekolah itu dijadwalkan untuk diruntuhkan dalam waktu satu minggu.
== Pemeran ==

* ''[[Atiqah Hasiholan]]'' sebagai Maida
Setelah mereka gagal dalam usaha untuk membujuk Muchlisin untuk tetap melestarikan rumah itu, Sakera mendengar bahwa rumah itu berada di tanah sengketa. Karena itu, Maida mulai mencari bukti kepemilikan rumah tersebut, supaya bisa tetap menggunakannya. Dengan bantuan dari kelompok musik [[keroncong]] yang ada hubungan darah dengan Ishak, Maida menemukan ruang bawah tanah. Di sana, Maida dan Sakera&nbsp;– yang sudah mulai jatuh cinta&nbsp;– menemukan dokumentasi sejarah rumah itu. Dengan bantuan mantan pacar ibunya, seorang sejarawan Tionghoa bernama Kuan ([[Henky Solaiman]]), Maida bisa mengetahui pemilik rumah yang sebenarnya.
* ''[[Yama Carlos]]'' sebagai Sakera

* ''[[Davina Veronica]]'' sebagai Ratu
Ternyata Ishak, yang dibesarkan dalam [[Kebangkitan Nasional Indonesia|gerakan kemerdekaan]] dan kenal dengan banyak tokoh sejarah yang penting, ditangkap oleh [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|mata-mata Jepang]] bernama Maruyama ([[Verdi Solaiman]])&nbsp;– seorang pria yang menginginkan Nani, dengan alasan dia merupakan blasteran Indonesia-[[orang Belanda|Belanda]]. Setelah disiksa, Ishak dibebaskan dan mengetahui bahwa istrinya telah diperkosa dan dibunuh; anak mereka yang baru lahir, Fajar, diculik. Beberapa bulan kemudian Ishak gugur saat pesawat [[Dakota VT-CLA]], yang membawa keperluan medis, ditembak Belanda di [[Yogyakarta]]. Sementara, Fajar dibesarkan Maruyama&nbsp;– si penculik&nbsp;– dan namanya diganti menjadi Dasaad Muchlisin.
* ''[[Imelda Soraya]]'' sebagai Nani Kuddus

* ''[[Nino Fernandez]]'' sebagai Ishak Pahing
Dengan informasi ini, Maida, Sakera, dan Kuan mendekati Muchlisin dan menceritakan begitu pentingnya rumah itu dalam kehidupan Muchlisin. Setelah cukup lama bergeming, Muchlisin menyuruh mereka pergi. Beberapa bulan kemudian, pada hari pernikahan Maida dan Sakera&nbsp;– saat mereka menikah di [[masjid]] dan juga [[gereja]]&nbsp;– Muchlisin datang dan menyatakan bahwa dia sudah tidak ingin meruntuhkan rumah itu. Dia justru memperbaikinya dan menjadikannya sebagai sekolah untuk anak jalanan, dengan nama Ruma Maida.
* ''[[Wulan Guritno]]'' sebagai Bertha

* ''[[Verdy Solaiman]]'' sebagai Kolonel Maruyama
== Produksi ==
* ''[[Frans Tumbuan]]'' sebagai Dasaad Muchlisin
[[Berkas:Ayu Utami crop.JPG|170px|jmpl|alt=Seorang wanita Indonesia, yang melihat ke depan dan tersenyum. Dia mengenakan sebuah baju ungu bermodel v-neck.|[[Ayu Utami]] menulis [[skenario]] dalam waktu enam bulan. ''Ruma Maida'' merupakan skenarionya yang pertama.]]
* ''[[Hengky Solaeman]]'' sebagai Kuan
[[Skenario]] ''Ruma Maida'' ditulis [[Ayu Utami]]; ini merupakan skenarionya yang pertama.{{sfn|Setiawan 2009, Ayu Utami, nationalism}} Seorang wanita yang lebih dikenal karena menulis [[novel]], dia cenderung tidak mau menulis skenario karena beranggapan bahwa skenario itu terlalu mengutamakan kepentingan komersial.{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}}{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=2:25–2:30}} Dia menulis skenario ini dalam waktu enam bulan, mulai pada tahun 2008, saat dia diminta Lamp Pictures &nbsp;– yang mendanai film ini bersama dengan Karuna Pictures{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}}&nbsp;– agar dia menulis sebuah cerita bertema nasionalisme.{{sfn|Setiawan 2009, Ayu Utami, nationalism}}{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}} Menurut sutradara [[Teddy Soeriaatmadja]], yang sudah terlibat dari awal pembuatan skenario,{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=2:10–2:20}} dia dan Ayu membuat tujuh versi cerita sebelum akhirnya bisa menyepakati cerita yang akan digunakan.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=3:50–3:56}} Dia berpendapat bahwa skenario itu dapat digunakan sebagai cara belajar [[sejarah Indonesia]], yang menurut dia menarik,{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}} dan mengutamakan tema pendidikan, keragaman, serta sejarah.{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}}
* ''[[Imam Wibowo]]'' sebagai Bung Karno

* ''[[Rizal Edwin Manangsang]]'' sebagai Bung Hatta
[[Pra-produksi]] untuk ''Ruma Maida'' memerlukan waktu tiga bulan.{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}} Tokohnya ditulis tanpa membayangkan siapa yang akan memainkannya. Atiqah Hasiholan, yang pernah membintangi film ''[[Jamila dan Sang Presiden]]'' (2009), dipilih sebagai Maida.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=8:20–8:36}}{{sfn|The Jakarta Post 2009, 'Jamila dan Sang Presiden'}} Yama Carlos, yang berperan sebagai Sakera, awalnya dipilih untuk peran lain; dia dipilih untuk memainkan tokoh utama secara mendadak.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=10:15–10:33}} Pemain yang dipilih untuk berperan sebagai Muchlisin, Frans Tumbuan, merupakan satu-satunya yang diaudisi karena Teddy beranggapan bahwa memang Frans yang paling cocok.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=11:45–12:03}} Dalam sebuah wawancara, Teddy menyatakan bahwa ''Ruma Maida'' mempunyai jumlah pemain yang paling besar dari semua filmnya.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=4:46–4:49}}
* ''[[Alfath Risvandy]]'' sebagai Azhari

* ''[[Lucky Martin]]'' sebagai Chairil
Pengambilan gambar dilakukan di [[Kota Tua Jakarta]] serta [[Semarang]], [[Jawa Tengah]],{{sfn|Benke 2009, Membebaskan Sejarah}}{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=4:50–4:51}} dalam periode satu minggu. Teddy berpendapat bahwa adegan yang paling susah difilmkan ialah adegan yang terjadi pada masa modern, terutama saat terjadi kerusuhan;{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}} akan tetapi, penata artistik Indra Tamoron Musu beranggapan bahwa adegan yang terjadi pada masa lampau justru yang paling sukar, karena perlu penelitian terlebih dahulu.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=4:10–4:20}} Adegan yang terjadi di rumah Ishak diambil secara terpisah. Yang terjadi pada tahun 1998 diambil terlebih dahulu, lalu kru artistik merenovasi rumah tersebut untuk adegan yang terjadi pada masa lampau.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=0:30–0:40}} Atiqah beranggapan bahwa Teddy merupakan sutradara yang sangat tegas, yang menyatakan apa yang diinginkannya secara jelas kepada setiap pemain.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=15:20–15:32}} Akan tetapi, [[sinematografer]] Ical Tanjung menyatakan bahwa Teddy masih mau menerima masukan dari pemain dan kru.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=17:11–17:16}} Penyuntingan, yang dikerjakan Waluyo Ichwandiardono, memerlukan waktu tiga bulan.{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}}{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=14:07}}
* ''[[Yehuda Rumbini]]'' sebagai Abilio

* ''[[Alivia Aurice Pradiesha]]'' sebagai Kartini
Grup musik Indonesia [[Naif (grup musik)|Naif]] [[Daur ulang (musik)|mendaur ulang]] beberapa lagu untuk ''Ruma Maida'', termasuk lagu dari tahun 1940-an seperti "Juwita Malam" (karya [[Ismail Marzuki]]{{sfn|Mohamad 2006, K.A}}), "Di Bawah Sinar Bulan Purnama" (karya [[Maladi|R. Maladi]]{{sfn|Liner notes for ''Dekade''}}), dan "[[Ibu Pertiwi (lagu)|Ibu Pertiwi]]".{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}} Lagu daur ulang ini direkam dalam waktu lima hari.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=11:45–12:00}} Ayu menulis "Pulau Tenggara", yang dinyanyikan Imelda Soraya.{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}}
* ''[[Insos Sabarofek]]'' sebagai Martha

* ''[[Yobel Nathaniel]]'' sebagai Ndang
== Tema ==
* ''[[Adrian Simon]]'' sebagai Pak Ismail
Benny Benke, melalui tulisannya dalam koran ''[[Suara Merdeka]]'', menyatakan bahwa ''Ruma Maida'' merupakan "hasil interpretasi bebas atas sejarah resmi yang terlalu angkuh, mendominasi, sekaligus dogmatis."{{sfn|Benke 2009, Membebaskan Sejarah}} Dia menulis bahwa film ini terkadang kurang jelas membedakan peristiwa yang benar-benar terjadi dan yang dibuat-buat.{{sfn|Benke 2009, Membebaskan Sejarah}} Ayu menyatakan bahwa orang-orang dari zaman [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Revolusi Nasional]] "yakin dengan impian mereka" dan mempunyai "semangat heroisme dan patriotisme yang kuat", hal yang menurutnya diperlukan untuk Indonesia.{{sfn|Setiawan 2009, Ayu Utami, nationalism}} Teddy juga menyatakan bahwa film ini dimaksudkan agar membahas masalah modern Indonesia, melalui sejarah rumah Ishak.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=1:45–2:00}} Wakil sutradara Azhar Lubis menyatakan bahwa rumah itu mewakili Indonesia secara keseluruhan; menurut penjelasannya, bilamana negara tidak dirawat, bisa saja roboh dan runtuh.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=20:00–20:11}}
* ''[[Anthony Matheus Tjandang]]'' sebagai Pak Liem

* ''[[Tina Roostiati]]'' sebagai Ibu Titiek
Dalam harian ''[[Media Indonesia]]'', Yulia Permata Sari menulis bahwa Teddy tampaknya menekankan bahwa orang Indonesia harus ingat dan menghargai sejarah melalui alur dan penokohan film ''Ruma Maida''.{{sfn|Sari 2009, Sejarah dalam Balutan}} Film ini memperlihatkan pencipta lagu "[[Indonesia Raya]]", [[Wage Rudolf Soepratman|W.R. Supratman]], serta Laksmana Muda [[Maeda Tadashi]], Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]], Presiden Soekarno, dan Perdana Menteri [[Sutan Sjahrir]].{{sfn|Republika 2009, Ruma Maida, Pijakan}}{{sfn|Suditomo 2009, Ruma Itu Punya}} Atiqah beranggapan bahwa film ini merupakan suatu peringatan, agar kesalahan pada masa lampau tidak terulang.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=18:50–18:57}}
* ''[[David Van Noortwijk]]'' sebagai Hans Schmutzer

Triwik Kurnasari, melalui tulisannya dalam ''[[The Jakarta Post]]'', berpendapat bahwa adanya adegan Kerusuhan Mei 1998 serta [[kejatuhan Soeharto]] menyinggung soal pluralisme.{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}} Ayu, dalam sebuah wawancara dengan harian ''[[Jakarta Globe]]'', menyatakan bahwa dia bermaksud untuk menunjukkan diversitas dengan memberi setiap tokoh latar belakang etnis, agama, dan sosio-ekonomi yang berbeda.{{sfn|Sembiring 2009, A Modern Film}} Dalam wawancara lain, Ayu menyatakan bahwa film ini dimaksud untuk menunjukkan bagaimana [[moto]] nasional [[Bhinneka Tunggal Ika]] dapat diterapkan di Indonesia.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=18:06–18:11}} Dalam sebuah resensi lain, Dewi Anggraeni menulis bahwa ''Ruma Maida'' "melukis gambaran yang lebih nyata mengenai masyarakat Indonesia, ketika tidak semua orang dapat dimasukkan dalam kategori sosial, rasial, atau ekonomi",{{efn|Asli: "''paints a more realistic picture of Indonesia’s society, where people do not necessarily fit into neat social, racial or economic categories''"}} sehingga tokohnya tidak masuk dalam [[stereotipe]] yang berlaku pada umumnya.{{sfn|Anggraeni 2010, RI film festival}}

== Gaya penceritaan ==
[[Berkas:Rumah Maida visuals.jpg|jmpl|alt=Dua adegan film. Di atas ada Ishak Pahing (Nino Fernandez) dalam pernikahannya dengan Nani Kuddus (Imelda Soraya); di bawah terdapat Sakera (Yama Carlos) saat menikah dengan Maida (Atiqah Hasiholan). Kedua pernikahan ini dalam gaya Muslim.|''Ruma Maida'' menggunakan warna sepia serta kamera yang statis untuk menunjukkan adegan yang terjadi pada masa lampau, sementara adegan pada tahun 1998 digambarkan dengan warna yang lebih alami serta sudut pandang yang berbeda-beda. Ada kesamaan antara adegan yang terjadi pada masa lampau dan masa sekarang, misalkan pernikahan Ishak dan Nani (atas), serta Sakera dan Maida (bawah).]]
''Ruma Maida'' menggunakan warna dan cara pengambilan gambar untuk menunjukkan periode waktu yang berbeda. Adegan yang terjadi pada masa lampau diberi warna [[sepia]] dan diambil dengan kamera statis, sementara yang terjadi pada tahun 1998 mempunyai warna yang lebih alami dan diambil dengan menggunakan kamera ''handheld''.{{sfn|Republika 2009, Ruma Maida, Pijakan}} Penggunaan kamera ''handheld'' ini bertujuan agar masa modern dapat digambarkan dengan "sekasar mungkin dan tidak steril", sementara masa lampau dibuat kelihatan manis, indah dan bersih; ini berkaitan dengan tema mengindahkan masa lalu.{{sfn|Soeriaatmadja|2010b|loc=1:00–1:30}} Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Ishak digambarkan dalam kilas balik yang diselingi adegan yang menceritakan Maida.{{sfn|Republika 2009, Ruma Maida, Pijakan}}{{sfn|M. P. 2009, Ruma Maida : Suguhan}} Tempo film ini cukup pelan, dan gambarnya diambil dari sudut yang "unik".{{sfn|Siahaan 2009, 'Ruma Maida' A Potent}}

Dalam [[Tempo (majalah)|majalah ''Tempo'']], Kurie Suditmo menulis bahwa ''Ruma Maida'' memasukkan beberapa cerita kecil, misalkan Kongres Pemuda pada tahun 1928, pendidikan anak jalanan, serta adegan ketika Sakera membahas ilmu arsitek dengan Muchlisin; menurut Kurie, hal ini membuat film ini lebih susah dipahami.{{sfn|Suditomo 2009, Ruma Itu Punya}} Armando Siahaan, yang menulis resensi film di ''Jakarta Globe'', mencatat bahwa ada beberapa adegan yang mirip, misalkan kerusuhan setelah [[menyerahnya Jepang]] pada tahun 1945 dan yang terjadi pada bulan Mei 1998.{{sfn|Siahaan 2009, 'Ruma Maida' A Potent}}

== Rilis dan penerimaan ==
''Ruma Maida'' dirilis perdana pada tanggal 28&nbsp;Oktober 2009, pada Hari [[Sumpah Pemuda]]{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}}&nbsp;– tanggal ini sudah lama dipilih, karena dianggap tanggal yang mempunyai kekuatan historis.{{sfn|Soeriaatmadja|2010a|loc=3:25–3:32}} Pada hari berikutnya, film ini dirilis secara luas.{{sfn|Republika 2009, Ruma Maida, Pijakan}} ''Ruma Maida'' ditayangkan di Singapore International Film Festival pada bulan April&nbsp;2010.{{sfn|The Jakarta Post 2010, Rediscovering world cinema}} Pada bulan Agustus, ''Ruma Maida'' ditayangkan tiga kali pada Indonesian Film Festival di [[Melbourne]], [[Australia]].{{sfn|Anggraeni 2010, RI film festival}}{{sfn|IFF, More than a Learning}} Pada bulan November film ini ditayangkan di Asiatica Film Mediale di [[Roma]], [[Italia]], dengan judul ''La Casa Di Maida''.{{sfn|AFM, Ruma Maida}}

''Ruma Maida'' mendapatkan sambutan yang bermacam-macam. Triwik menyebut film ini sebagai "cara yang menarik untuk lebih memahami sejarah [Indonesia] yang panjang."{{sfn|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}} Benny menulis bahwa gambar yang ada dalam film ini cukup menarik, tetapi dialognya ada yang "berlarat-larat",{{sfn|Benke 2009, Membebaskan Sejarah}} Yulia menyatakan bahwa sinematografinya dikerjakan dengan baik, tetapi berpendapat bahwa alur film ini ada yang membingungkan.{{sfn|Sari 2009, Sejarah dalam Balutan}} Kurie berpendapat bahwa film ini memiliki gambar yang menarik tetapi kurang kuat karena alurnya yang berbelit-belit.{{sfn|Suditomo 2009, Ruma Itu Punya}}

Dewi, yang menulis laporan dari Indonesian Film Festival di Australia, beranggapan bahwa ''Ruma Maida'' dapat menggunakan alur yang dengan mudah mengalir bersama sejarah perjuangan Indonesia; akan tetapi, dia merasa bahwa ada unsur plot yang tidak mudah dipercaya.{{sfn|Anggraeni 2010, RI film festival}} Armando menulis bahwa film ini "mungkin terbatas dalam penciptaan dan penampilannya, tetapi patut dihargai karena mampu membahas masalah sosial sekaligus menunjukkan sejarah nasional."{{efn|Asli: "''may have limitations in its execution and presentation, but is highly commendable for its ability to raise social questions and delve into the nation’s history.''"}}{{sfn|Siahaan 2009, 'Ruma Maida' A Potent}} Sebuah resensi dalam surat kabar ''[[Republika (surat kabar)|Republika]]'' berisi pendapat bahwa film ini mungkin terlalu membosankan untuk penonton pada umumnya karena alurnya yang bergerak lambat.{{sfn|Republika 2009, Ruma Maida, Pijakan}}

''Ruma Maida'' dirilis dalam bentuk DVD di Indonesia pada pertengahan tahun 2010 oleh EZY Home Entertainment, setelah lulus dari [[Lembaga Sensor Film]] pada bulan Februari. DVD ini berisikan ''subtitle'' dalam bahasa Inggris serta sebuah film dokumenter yang menceritakan proses produksi ''Ruma Maida''.{{sfn|Liner notes for ''Ruma Maida''}}

== Penghargaan ==
''Ruma Maida'' dinominasikan untuk dua belas Piala Citra dalam [[Festival Film Indonesia]] pada tahun [[Festival Film Indonesia 2009|2009]]. Film ini memenangi satu kategori.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Penghargaan Ruma Maida}}

{| class="wikitable" style="font-size: 95%;"
|-
! scope="col" | Penghargaan
! scope="col"; width=50|Tahun
! scope="col" | Untuk
! scope="col" | Penerima
! scope="col" | Hasil
|-
! scope="row" rowspan="12" | [[Festival Film Indonesia]]
| rowspan="12" | [[Festival Film Indonesia 2009|2009]]
|Film Terbaik
| Ruma Maida
|{{Nom}}
|-
| Sutradara Terbaik
| [[Teddy Soeriaatmadja]]
|{{Nom}}
|-
| Skenario Asli Terbaik
| [[Ayu Utami]]
| {{Nom}}
|-
| Pemain Utama Pria Terbaik
| [[Yama Carlos]]
| {{Nom}}
|-
| Pemain Utama Wanita Terbaik
| [[Atiqah Hasiholan]]
| {{Nom}}
|-
| Pemeran Pendukung Pria Terbaik
| [[Frans Tumbuan]]
| {{Nom}}
|-
| Pemeran Pendukung Pria Terbaik
| [[Verdi Solaiman]]
| {{Nom}}
|-
| Tata Sinematografi Terbaik
| Ical Tanjung
| {{Nom}}
|-
| Tata Artistik Terbaik
| Indra Tamoron Musu
| {{Nom}}
|-
| Penyuntingan Terbaik
| Waluyo Ichwandiardono
| {{Nom}}
|-
| Tata Musik Terbaik
| Bobby Surjadi, Didit Saad
| {{Nom}}
|-
| Tata Suara Terbaik
| Shaft Daultsyah, Khikmawan Santosa
|{{Won}}
|}

{{clear}}

== Keterangan ==
{{notelist}}


== Referensi ==
== Referensi ==
;Catatan kaki
{{reflist}}
{{reflist|colwidth=30em}}


;Bibliografi
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite news
|last=Anggraeni
|first=Dewi
|title=RI film festival takes on Australian silver screen
|trans_title=Festival Film RI diadakan di Layar Perak Australia
|language=Inggris
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2010/09/08/ri-film-festival-takes-australian-silver-screen.html
|work=The Jakarta Post
|date=8 September 2010
|accessdate=7 April 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VeJmiBQ?url=http://www.thejakartapost.com/news/2010/09/08/ri-film-festival-takes-australian-silver-screen.html
|archivedate=2012-05-08
|ref={{SfnRef|Anggraeni 2010, RI film festival}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|url=http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/10/26/85418/Membebaskan-Sejarah
|work=Suara Merdeka
|title=Membebaskan Sejarah
|date=26 October 2009
|last=Benke
|first=Benny
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VXav4rQ?url=http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/10/26/85418/Membebaskan-Sejarah
|archivedate=2012-05-08
|ref={{sfnRef|Benke 2009, Membebaskan Sejarah}}
|dead-url=no
}}
* {{cite album-notes
|title=[[Dekade]]
|artist=[[Chrisye]]
|year=2002
|publisher=[[Musica Studios]]
|publisherid=MSCD 0306
|ref={{sfnRef|Liner notes for .27.27Dekade.27.27}}
}}
* {{cite news
|last=Kurniasari
|first=Triwik
|title='Ruma Maida' portrays the country's history
|trans_title='Ruma Maida' menunjukkan sejarah negara
|language=Inggris
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/11/01/ruma-maida039-portrays-country039s-history.html
|work=The Jakarta Post
|date=1 November 2009
|accessdate=7 April 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/66jvX9Z6z?url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/11/01/ruma-maida039-portrays-country039s-history.html
|archivedate=2012-04-07
|ref={{SfnRef|Kurniasari 2009, 'Ruma Maida' portrays}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|title=Ruma Maida : Suguhan Apik Dari Teddy Soeriaatmadja
|last=M. P.
|first=Erfanintya
|url=http://www.21cineplex.com/slowmotion/ruma-maidasuguhan-apik-dari-teddy-soeriaatmadja,986.htm
|work=21cineplex.com
|date=22 October 2009
|publisher=21 Cineplex
|location=Jakarta
|accessdate=9 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67WFEoI6d?url=http://www.21cineplex.com/slowmotion/ruma-maidasuguhan-apik-dari-teddy-soeriaatmadja,986.htm
|archivedate=2012-05-09
|ref={{sfnRef|M. P. 2009, Ruma Maida : Suguhan}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|title='Jamila dan Sang Presiden' ready for Oscar
|trans_title='Jamila dan Sang Presiden' siap meraih Oscar
|language=Inggris
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/10/31/%E2%80%98jamila-dan-sang-presiden%E2%80%99-ready-oscar.html
|work=The Jakarta Post
|date=31 October 2009
|accessdate=1 April 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/66b186bRv?url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/10/31/%E2%80%98jamila-dan-sang-presiden%E2%80%99-ready-oscar.html
|archivedate=2012-04-01
|ref={{SfnRef|The Jakarta Post 2009, 'Jamila dan Sang Presiden'}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2006/11/06/CTP/mbm.20061106.CTP122195.id.html
|work=Tempo
|title=K.A
|date=6 November 2006
|last=Mohamad
|first=Goenawan
|authorlink=Goenawan Mohamad
|accessdate=12 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67bHFlT4a?url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2006/11/06/CTP/mbm.20061106.CTP122195.id.html
|archivedate=2012-05-12
|ref={{sfnRef|Mohamad 2006, K.A}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|title=More than a Learning Experience
|trans_title=Lebih dari Sekadar Pengalaman
|language=Inggris
|url=http://www.indonesianfilmfestival.com.au/documents/IFF10_Ruma%20Maida_Educational_Program.pdf
|work=indonesianfilmfestival.com.au
|publisher=Indonesian Film Festival
|accessdate=13 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67cPsJSB6?url=http://www.indonesianfilmfestival.com.au/documents/IFF10_Ruma%20Maida_Educational_Program.pdf
|archivedate=2012-05-13
|ref={{SfnRef|IFF, More than a Learning}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|title=Penghargaan Ruma Maida
|url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-r009-09-263777_ruma-maida/award#.T6mtvlKITMw
|work=filmindonesia.or.id
|publisher=National Library of Indonesia and Sinamatek
|location=Jakarta
|accessdate=9 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67WBjFCVE?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-r009-09-263777_ruma-maida/award#.T6mtvlKITMw
|archivedate=2012-05-08
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Penghargaan Ruma Maida}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|title=Rediscovering world cinema in Singapore
|trans_title=Menemukan kembali sinema dunia di Singapura
|language=Inggris
|url=http://new.thejakartapost.com/news/2010/04/18/rediscovering-world-cinema-singapore.html
|work=The Jakarta Post
|date=18 April 2010
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VfZOwXw?url=http://new.thejakartapost.com/news/2010/04/18/rediscovering-world-cinema-singapore.html
|archivedate=2012-05-08
|ref={{SfnRef|The Jakarta Post 2010, Rediscovering world cinema}}
|dead-url=no
}}
* {{cite web
|title=Ruma Maida
|language=Inggris
|url=http://www.asiaticafilmmediale.it/en_schedafilm_view.php?id_config=5&id_scheda=339
|work=asiaticafilmmediale.it
|publisher=Asiatica Film Mediale
|accessdate=13 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67cQKgjzI?url=http://www.asiaticafilmmediale.it/en_schedafilm_view.php?id_config=5
|archivedate=2012-05-13
|ref={{SfnRef|AFM, Ruma Maida}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|url=http://www.republika.co.id/berita/senggang/film-musik/09/10/24/84369-ruma-maida-pijakan-pengingat-sejarah
|work=Republika
|title=Ruma Maida, Pijakan Pengingat Sejarah
|date=24 October 2009
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VbaWiTR?url=http://www.republika.co.id/berita/senggang/film-musik/09/10/24/84369-ruma-maida-pijakan-pengingat-sejarah
|archivedate=2012-05-08
|ref={{sfnRef|Republika 2009, Ruma Maida, Pijakan}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|url=http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2009/10/10/2283/11/Sejarah_dalam_Balutan_Romantisme
|work=Media Indonesia
|last=Sari
|first=Yulia Permata
|title=Sejarah dalam Balutan Romantisme
|date=23 October 2009
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VclFdup?url=http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2009/10/10/2283/11/Sejarah_dalam_Balutan_Romantisme
|archivedate=2012-05-08
|ref={{sfnRef|Sari 2009, Sejarah dalam Balutan}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|last=Sembiring
|first=Dalih
|title=A Modern Film Reflecting On Indonesia’s Storied Past
|trans_title=Film Modern yang Merenungkan Sejarah Indonesia yang Panjang
|language=Inggris
|url=http://www.thejakartaglobe.com/home/a-modern-film-reflecting-on-indonesias-storied-past/332489
|work=The Jakarta Globe
|date=29 September 2009
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67Vaehx9a?url=http://www.thejakartaglobe.com/home/a-modern-film-reflecting-on-indonesias-storied-past/332489
|archivedate=2012-05-08
|ref={{SfnRef|Sembiring 2009, A Modern Film}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|last=Setiawan
|first=Iwan
|title=Ayu Utami, nationalism and 'Ruma Maida'
|trans_title=Ayu Utami, nasionalisme, dan 'Ruma Maida'
|language=Inggris
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/11/01/ayu-utami-nationalism-and-ruma-maida039.html
|work=The Jakarta Post
|date=1 November 2009
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VcEXKiP?url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/11/01/ayu-utami-nationalism-and-ruma-maida039.html
|archivedate=2012-05-08
|ref={{SfnRef|Setiawan 2009, Ayu Utami, nationalism}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|last=Siahaan
|first=Armando
|title='Ruma Maida' A Potent Tangle
|trans_title='Ruma Maida' Cerita yang Kuat
|language=Inggris
|url=http://www.thejakartaglobe.com/artsandentertainment/ruma-maida-a-potent-tangle/337944
|work=The Jakarta Globe
|date=27 October 2009
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VgNQBjG?url=http://www.thejakartaglobe.com/artsandentertainment/ruma-maida-a-potent-tangle/337944
|archivedate=2012-05-08
|ref={{SfnRef|Siahaan 2009, 'Ruma Maida' A Potent}}
|dead-url=no
}}
* {{cite album-notes
|title=Ruma Maida
|last=Soeriaatmadja
|first=Teddy (director and producer)
|year=2010
|oclc=706774253
|type=DVD liner notes
|publisher=EZY Home Entertainment
|location=Jakarta
|ref={{sfnRef|Liner notes for .27.27Ruma Maida.27.27}}
}}
* {{cite video
| last =Soeriaatmadja
|first=Teddy (director and producer)
| year =2010a
| title =Di Balik Layar Part 1
| publisher =EZY Home Entertainment
| location =Jakarta
| oclc =706774253
| ref =harv
}}
* {{cite video
| last =Soeriaatmadja
|first=Teddy (director and producer)
| year =2010b
| title =Di Balik Layar Part 2
| publisher =EZY Home Entertainment
| location =Jakarta
| oclc =706774253
| ref =harv
}}
* {{cite news
|url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/11/09/FL/mbm.20091109.FL131878.id.html
|work=Tempo
|last=Suditomo
|first=Kurie
|title=Ruma Itu Punya Cerita
|date=9 November 2009
|accessdate=8 May 2012
|archiveurl=https://www.webcitation.org/67VdMMgiF?url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/11/09/FL/mbm.20091109.FL131878.id.html
|archivedate=2012-05-08
|ref={{sfnRef|Suditomo 2009, Ruma Itu Punya}}
|dead-url=no
}}
{{refend}}
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Portal|Film|Indonesia}}
* [http://www.rumamaida.com/ Situs Resmi]
* {{id}} [http://www.21cineplex.com/ruma-maida,movie,2168.htm Ulasan di Cineplex]
* {{resmi|http://www.rumamaida.com/}}
* {{IMDb title|1556029|Ruma Maida}}

* {{rotten-tomatoes|id=ruma-maida|title=Ruma Maida}}
{{film-stub}}
{{Featured article}}


[[Kategori:Film Indonesia tahun 2009]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2009]]
[[Kategori:Film drama]]
[[Kategori:Film Indonesia]]
[[Kategori:Film romantis]]

Revisi terkini sejak 10 November 2022 08.39

Ruma Maida
Berkas:Rumah maida.jpg
Poster promosi
SutradaraTeddy Soeriaatmadja
Produser
  • P. Setiono
  • Teddy Soeriaatmadja
Ditulis olehAyu Utami
Pemeran
Penata musik
  • Bobby Surjadi
  • Didit Saad
  • Naif
SinematograferIcal Tanjung
PenyuntingWaluyo Ichwandiardono
Perusahaan
produksi
  • Lamp Pictures
  • Karuna Pictures
Tanggal rilis
  • 28 Oktober 2009 (2009-10-28) (Indonesia)
Durasi90 menit
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia

Ruma Maida (dirilis secara internasional dengan judul Maida's House) adalah film drama Indonesia yang ditulis oleh Ayu Utami, disutradarai Teddy Soeriaatmadja, dan dibintangi Atiqah Hasiholan, Yama Carlos, Nino Fernandez, dan Frans Tumbuan. Film ini, yang dirilis pada tahun 2009, menceritakan perjuangan seorang perempuan untuk menyelamatkan sebuah rumah bersejarah dari seorang pengembang; film Ruma Maida juga memperlihatkan bagaimana kehidupan pemilik rumah yang pertama.

Penggarapan film ini dimulai pada tahun 2008, ketika Ayu dihampiri oleh Lamp Pictures dan diminta untuk menulis sebuah skenario bertema nasionalisme; tugas itu diselesaikannya dalam waktu enam bulan, dengan bantuan dari Teddy. Setelah tiga bulan pra-produksi, film mulai diambil di Semarang, Jawa Tengah, dan Kota Tua Jakarta. Penyuntingan memerlukan waktu tiga bulan, lalu film ini —dengan musik yang disuguhkan oleh grup Naif dan lagu yang ditulis Ayu—ditayangkan pada tanggal 28 Oktober 2009, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Ruma Maida juga sempat ditayangkan dalam festival film di Singapura, Australia, dan Italia.

Ruma Maida, yang menggunakan gaya penggambaran film yang berbeda untuk adegan pada masa lalu dan masa modern, membahas pentingnya pendidikan, sejarah, dan pluralisme. Film ini mendapat sambutan yang cukup hangat dari para kritikus film; mereka cenderung menyukai gambaran dalam Ruma Maida tetapi mengkritik dialog yang dianggap terlalu berat. Film ini mendapat dua belas nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 2009.

Alur

Seorang mahasiswi jurusan sejarah yang beragama Nasrani, Maida (Atiqah Hasiholan), mengurus sekolah gratis untuk anak jalanan di Jakarta. Sebelumnya, bangunan sekolah itu adalah rumah seorang pencipta lagu sekaligus pilot beragama Nasrani keturunan Indo, Ishak Pahin (Nino Fernandez), dan istrinya yang beragama Islam, Nani Kuddus (Imelda Soraya); ketika masih tinggal di rumah itu, Pahing menciptakan lagu "Pulau Tenggara", yang mengilhami Presiden Soekarno untuk membentuk Gerakan Non-Blok. Setelah Maida mengetahui kisah Pahing, dia mulai menulis skripsinya tentang pencipta lagu itu.

Suatu hari, ketika mengajar, kelasnya diganggu oleh seorang arsitek Muslim muda bernama Sakera (Yama Carlos), yang ditugaskan untuk mengusir Maida oleh Dasaad Muchlisin (Frans Tumbuan), seorang pengembang yang juga atasannya. Saat Maida dan Sakera berdebat di jalanan, mendadak terjadi kerusuhan besar di sekeliling mereka. Sakera melindungi Maida, yang merupakan keturunan Tionghoa, lalu memberitahukannya bahwa dia hendak membantu Maida agar sekolah itu tetap dapat dijalankan. Namun, bangunan sekolah itu dijadwalkan untuk diruntuhkan dalam waktu satu minggu.

Setelah mereka gagal dalam usaha untuk membujuk Muchlisin untuk tetap melestarikan rumah itu, Sakera mendengar bahwa rumah itu berada di tanah sengketa. Karena itu, Maida mulai mencari bukti kepemilikan rumah tersebut, supaya bisa tetap menggunakannya. Dengan bantuan dari kelompok musik keroncong yang ada hubungan darah dengan Ishak, Maida menemukan ruang bawah tanah. Di sana, Maida dan Sakera – yang sudah mulai jatuh cinta – menemukan dokumentasi sejarah rumah itu. Dengan bantuan mantan pacar ibunya, seorang sejarawan Tionghoa bernama Kuan (Henky Solaiman), Maida bisa mengetahui pemilik rumah yang sebenarnya.

Ternyata Ishak, yang dibesarkan dalam gerakan kemerdekaan dan kenal dengan banyak tokoh sejarah yang penting, ditangkap oleh mata-mata Jepang bernama Maruyama (Verdi Solaiman) – seorang pria yang menginginkan Nani, dengan alasan dia merupakan blasteran Indonesia-Belanda. Setelah disiksa, Ishak dibebaskan dan mengetahui bahwa istrinya telah diperkosa dan dibunuh; anak mereka yang baru lahir, Fajar, diculik. Beberapa bulan kemudian Ishak gugur saat pesawat Dakota VT-CLA, yang membawa keperluan medis, ditembak Belanda di Yogyakarta. Sementara, Fajar dibesarkan Maruyama – si penculik – dan namanya diganti menjadi Dasaad Muchlisin.

Dengan informasi ini, Maida, Sakera, dan Kuan mendekati Muchlisin dan menceritakan begitu pentingnya rumah itu dalam kehidupan Muchlisin. Setelah cukup lama bergeming, Muchlisin menyuruh mereka pergi. Beberapa bulan kemudian, pada hari pernikahan Maida dan Sakera – saat mereka menikah di masjid dan juga gereja – Muchlisin datang dan menyatakan bahwa dia sudah tidak ingin meruntuhkan rumah itu. Dia justru memperbaikinya dan menjadikannya sebagai sekolah untuk anak jalanan, dengan nama Ruma Maida.

Produksi

Seorang wanita Indonesia, yang melihat ke depan dan tersenyum. Dia mengenakan sebuah baju ungu bermodel v-neck.
Ayu Utami menulis skenario dalam waktu enam bulan. Ruma Maida merupakan skenarionya yang pertama.

Skenario Ruma Maida ditulis Ayu Utami; ini merupakan skenarionya yang pertama.[1] Seorang wanita yang lebih dikenal karena menulis novel, dia cenderung tidak mau menulis skenario karena beranggapan bahwa skenario itu terlalu mengutamakan kepentingan komersial.[2][3] Dia menulis skenario ini dalam waktu enam bulan, mulai pada tahun 2008, saat dia diminta Lamp Pictures  – yang mendanai film ini bersama dengan Karuna Pictures[4] – agar dia menulis sebuah cerita bertema nasionalisme.[1][2] Menurut sutradara Teddy Soeriaatmadja, yang sudah terlibat dari awal pembuatan skenario,[5] dia dan Ayu membuat tujuh versi cerita sebelum akhirnya bisa menyepakati cerita yang akan digunakan.[6] Dia berpendapat bahwa skenario itu dapat digunakan sebagai cara belajar sejarah Indonesia, yang menurut dia menarik,[4] dan mengutamakan tema pendidikan, keragaman, serta sejarah.[2]

Pra-produksi untuk Ruma Maida memerlukan waktu tiga bulan.[2] Tokohnya ditulis tanpa membayangkan siapa yang akan memainkannya. Atiqah Hasiholan, yang pernah membintangi film Jamila dan Sang Presiden (2009), dipilih sebagai Maida.[7][8] Yama Carlos, yang berperan sebagai Sakera, awalnya dipilih untuk peran lain; dia dipilih untuk memainkan tokoh utama secara mendadak.[9] Pemain yang dipilih untuk berperan sebagai Muchlisin, Frans Tumbuan, merupakan satu-satunya yang diaudisi karena Teddy beranggapan bahwa memang Frans yang paling cocok.[10] Dalam sebuah wawancara, Teddy menyatakan bahwa Ruma Maida mempunyai jumlah pemain yang paling besar dari semua filmnya.[11]

Pengambilan gambar dilakukan di Kota Tua Jakarta serta Semarang, Jawa Tengah,[12][13] dalam periode satu minggu. Teddy berpendapat bahwa adegan yang paling susah difilmkan ialah adegan yang terjadi pada masa modern, terutama saat terjadi kerusuhan;[2] akan tetapi, penata artistik Indra Tamoron Musu beranggapan bahwa adegan yang terjadi pada masa lampau justru yang paling sukar, karena perlu penelitian terlebih dahulu.[14] Adegan yang terjadi di rumah Ishak diambil secara terpisah. Yang terjadi pada tahun 1998 diambil terlebih dahulu, lalu kru artistik merenovasi rumah tersebut untuk adegan yang terjadi pada masa lampau.[15] Atiqah beranggapan bahwa Teddy merupakan sutradara yang sangat tegas, yang menyatakan apa yang diinginkannya secara jelas kepada setiap pemain.[16] Akan tetapi, sinematografer Ical Tanjung menyatakan bahwa Teddy masih mau menerima masukan dari pemain dan kru.[17] Penyuntingan, yang dikerjakan Waluyo Ichwandiardono, memerlukan waktu tiga bulan.[2][18]

Grup musik Indonesia Naif mendaur ulang beberapa lagu untuk Ruma Maida, termasuk lagu dari tahun 1940-an seperti "Juwita Malam" (karya Ismail Marzuki[19]), "Di Bawah Sinar Bulan Purnama" (karya R. Maladi[20]), dan "Ibu Pertiwi".[4] Lagu daur ulang ini direkam dalam waktu lima hari.[21] Ayu menulis "Pulau Tenggara", yang dinyanyikan Imelda Soraya.[4]

Tema

Benny Benke, melalui tulisannya dalam koran Suara Merdeka, menyatakan bahwa Ruma Maida merupakan "hasil interpretasi bebas atas sejarah resmi yang terlalu angkuh, mendominasi, sekaligus dogmatis."[12] Dia menulis bahwa film ini terkadang kurang jelas membedakan peristiwa yang benar-benar terjadi dan yang dibuat-buat.[12] Ayu menyatakan bahwa orang-orang dari zaman Revolusi Nasional "yakin dengan impian mereka" dan mempunyai "semangat heroisme dan patriotisme yang kuat", hal yang menurutnya diperlukan untuk Indonesia.[1] Teddy juga menyatakan bahwa film ini dimaksudkan agar membahas masalah modern Indonesia, melalui sejarah rumah Ishak.[22] Wakil sutradara Azhar Lubis menyatakan bahwa rumah itu mewakili Indonesia secara keseluruhan; menurut penjelasannya, bilamana negara tidak dirawat, bisa saja roboh dan runtuh.[23]

Dalam harian Media Indonesia, Yulia Permata Sari menulis bahwa Teddy tampaknya menekankan bahwa orang Indonesia harus ingat dan menghargai sejarah melalui alur dan penokohan film Ruma Maida.[24] Film ini memperlihatkan pencipta lagu "Indonesia Raya", W.R. Supratman, serta Laksmana Muda Maeda Tadashi, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Presiden Soekarno, dan Perdana Menteri Sutan Sjahrir.[25][26] Atiqah beranggapan bahwa film ini merupakan suatu peringatan, agar kesalahan pada masa lampau tidak terulang.[27]

Triwik Kurnasari, melalui tulisannya dalam The Jakarta Post, berpendapat bahwa adanya adegan Kerusuhan Mei 1998 serta kejatuhan Soeharto menyinggung soal pluralisme.[4] Ayu, dalam sebuah wawancara dengan harian Jakarta Globe, menyatakan bahwa dia bermaksud untuk menunjukkan diversitas dengan memberi setiap tokoh latar belakang etnis, agama, dan sosio-ekonomi yang berbeda.[2] Dalam wawancara lain, Ayu menyatakan bahwa film ini dimaksud untuk menunjukkan bagaimana moto nasional Bhinneka Tunggal Ika dapat diterapkan di Indonesia.[28] Dalam sebuah resensi lain, Dewi Anggraeni menulis bahwa Ruma Maida "melukis gambaran yang lebih nyata mengenai masyarakat Indonesia, ketika tidak semua orang dapat dimasukkan dalam kategori sosial, rasial, atau ekonomi",[a] sehingga tokohnya tidak masuk dalam stereotipe yang berlaku pada umumnya.[29]

Gaya penceritaan

Dua adegan film. Di atas ada Ishak Pahing (Nino Fernandez) dalam pernikahannya dengan Nani Kuddus (Imelda Soraya); di bawah terdapat Sakera (Yama Carlos) saat menikah dengan Maida (Atiqah Hasiholan). Kedua pernikahan ini dalam gaya Muslim.
Ruma Maida menggunakan warna sepia serta kamera yang statis untuk menunjukkan adegan yang terjadi pada masa lampau, sementara adegan pada tahun 1998 digambarkan dengan warna yang lebih alami serta sudut pandang yang berbeda-beda. Ada kesamaan antara adegan yang terjadi pada masa lampau dan masa sekarang, misalkan pernikahan Ishak dan Nani (atas), serta Sakera dan Maida (bawah).

Ruma Maida menggunakan warna dan cara pengambilan gambar untuk menunjukkan periode waktu yang berbeda. Adegan yang terjadi pada masa lampau diberi warna sepia dan diambil dengan kamera statis, sementara yang terjadi pada tahun 1998 mempunyai warna yang lebih alami dan diambil dengan menggunakan kamera handheld.[25] Penggunaan kamera handheld ini bertujuan agar masa modern dapat digambarkan dengan "sekasar mungkin dan tidak steril", sementara masa lampau dibuat kelihatan manis, indah dan bersih; ini berkaitan dengan tema mengindahkan masa lalu.[30] Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Ishak digambarkan dalam kilas balik yang diselingi adegan yang menceritakan Maida.[25][31] Tempo film ini cukup pelan, dan gambarnya diambil dari sudut yang "unik".[32]

Dalam majalah Tempo, Kurie Suditmo menulis bahwa Ruma Maida memasukkan beberapa cerita kecil, misalkan Kongres Pemuda pada tahun 1928, pendidikan anak jalanan, serta adegan ketika Sakera membahas ilmu arsitek dengan Muchlisin; menurut Kurie, hal ini membuat film ini lebih susah dipahami.[26] Armando Siahaan, yang menulis resensi film di Jakarta Globe, mencatat bahwa ada beberapa adegan yang mirip, misalkan kerusuhan setelah menyerahnya Jepang pada tahun 1945 dan yang terjadi pada bulan Mei 1998.[32]

Rilis dan penerimaan

Ruma Maida dirilis perdana pada tanggal 28 Oktober 2009, pada Hari Sumpah Pemuda[4] – tanggal ini sudah lama dipilih, karena dianggap tanggal yang mempunyai kekuatan historis.[33] Pada hari berikutnya, film ini dirilis secara luas.[25] Ruma Maida ditayangkan di Singapore International Film Festival pada bulan April 2010.[34] Pada bulan Agustus, Ruma Maida ditayangkan tiga kali pada Indonesian Film Festival di Melbourne, Australia.[29][35] Pada bulan November film ini ditayangkan di Asiatica Film Mediale di Roma, Italia, dengan judul La Casa Di Maida.[36]

Ruma Maida mendapatkan sambutan yang bermacam-macam. Triwik menyebut film ini sebagai "cara yang menarik untuk lebih memahami sejarah [Indonesia] yang panjang."[4] Benny menulis bahwa gambar yang ada dalam film ini cukup menarik, tetapi dialognya ada yang "berlarat-larat",[12] Yulia menyatakan bahwa sinematografinya dikerjakan dengan baik, tetapi berpendapat bahwa alur film ini ada yang membingungkan.[24] Kurie berpendapat bahwa film ini memiliki gambar yang menarik tetapi kurang kuat karena alurnya yang berbelit-belit.[26]

Dewi, yang menulis laporan dari Indonesian Film Festival di Australia, beranggapan bahwa Ruma Maida dapat menggunakan alur yang dengan mudah mengalir bersama sejarah perjuangan Indonesia; akan tetapi, dia merasa bahwa ada unsur plot yang tidak mudah dipercaya.[29] Armando menulis bahwa film ini "mungkin terbatas dalam penciptaan dan penampilannya, tetapi patut dihargai karena mampu membahas masalah sosial sekaligus menunjukkan sejarah nasional."[b][32] Sebuah resensi dalam surat kabar Republika berisi pendapat bahwa film ini mungkin terlalu membosankan untuk penonton pada umumnya karena alurnya yang bergerak lambat.[25]

Ruma Maida dirilis dalam bentuk DVD di Indonesia pada pertengahan tahun 2010 oleh EZY Home Entertainment, setelah lulus dari Lembaga Sensor Film pada bulan Februari. DVD ini berisikan subtitle dalam bahasa Inggris serta sebuah film dokumenter yang menceritakan proses produksi Ruma Maida.[37]

Penghargaan

Ruma Maida dinominasikan untuk dua belas Piala Citra dalam Festival Film Indonesia pada tahun 2009. Film ini memenangi satu kategori.[38]

Penghargaan Tahun Untuk Penerima Hasil
Festival Film Indonesia 2009 Film Terbaik Ruma Maida Nominasi
Sutradara Terbaik Teddy Soeriaatmadja Nominasi
Skenario Asli Terbaik Ayu Utami Nominasi
Pemain Utama Pria Terbaik Yama Carlos Nominasi
Pemain Utama Wanita Terbaik Atiqah Hasiholan Nominasi
Pemeran Pendukung Pria Terbaik Frans Tumbuan Nominasi
Pemeran Pendukung Pria Terbaik Verdi Solaiman Nominasi
Tata Sinematografi Terbaik Ical Tanjung Nominasi
Tata Artistik Terbaik Indra Tamoron Musu Nominasi
Penyuntingan Terbaik Waluyo Ichwandiardono Nominasi
Tata Musik Terbaik Bobby Surjadi, Didit Saad Nominasi
Tata Suara Terbaik Shaft Daultsyah, Khikmawan Santosa Menang

Keterangan

  1. ^ Asli: "paints a more realistic picture of Indonesia’s society, where people do not necessarily fit into neat social, racial or economic categories"
  2. ^ Asli: "may have limitations in its execution and presentation, but is highly commendable for its ability to raise social questions and delve into the nation’s history."

Referensi

Catatan kaki
Bibliografi

Pranala luar