Lompat ke isi

Sutan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ryan Ikhsan R (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Multiple issues|
{{kembangkan}}{{one source}}{{refimprove}}'''Sutan''' merupakan nama kecil atau gelar dalam kebudayaan [[Minangkabau]], adakala disingkat menjadi '''''St.'''''.<ref>{{cite book|last=Bishop|first=E.|authorlink=|coauthors=Waller, J.M.,|title=International co-operation in Orientalist librarianship|year=1972|publisher=National Library of Australia for the Library Seminars Planning Committee|location=|id= }}</ref>
{{kembangkan}}
{{one source}}
{{refimprove}}
}}
'''Sutan''' merupakan nama kecil atau gelar dalam kebudayaan [[Minangkabau]], adakala disingkat menjadi '''''St.'''''.<ref>{{cite book|last=Bishop|first=E.|authorlink=|coauthors=Waller, J.M.,|title=International co-operation in Orientalist librarianship|year=1972|publisher=National Library of Australia for the Library Seminars Planning Committee|location=|id= }}</ref>


Sutan di Minangkabau adalah gelar yang sangat biasa, sangat lumrah. Di Minangkabau gelar ''sutan'' diperoleh pada hal tertentu dan biasanya secara umum diberikan kepada laki-laki Minang yang akan melepas masa lajangnya alias mau menikah yang biasanya diberikan oleh sang ''mamak'' dalam suku.
Sutan di Minangkabau adalah suatu gelar ataupun suatu panggilan yang sangat biasa, sangat lumrah. Di Minangkabau gelar ''sutan'' diperoleh pada hal tertentu dan biasanya secara umum diberikan kepada laki-laki Minang yang akan melepas masa lajangnya alias mau menikah yang biasanya diberikan oleh sang ''mamak'' dalam suku. Selain itu, panggilan ini biasanya juga ditujukan pada laki-laki yang lebih muda dan juga pada seorang anak laki-laki yang masih dalam didikan orangtuanya.


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Tidak jarang terjadi kesalahpahaman pada orang Minang itu sendiri dengan menganggap kata ''sutan'' kemungkinan merupakan pergeseran penyebutan untuk [[sultan]] dalam [[Bahasa Minang]] yang kemudian berubah tutur, dan anggapan itu sangatlah keliru. Ini juga terjadi pada kata ''puti'' yang mana mereka menganggap itu berasal dari kata ''putri'' (suatu panggilan untuk anak perempuan raja), padahal tidaklah begitu. Hal itu terjadi di antara orang-orang Minang yang menganggap demikian karena dalam kebiasaan masyarakat Minang tempo dulu, penyebutan huruf "r" dan "l" sering menghilang dan juga tak jarang huruf "r" bila di tengah sebuah "kata" berubah pengucapannya menjadi "gh","h", dan "l" atau menghilang.
Tidak jarang terjadi kesalahpahaman pada orang Minang itu sendiri dengan menganggap kata ''sutan'' kemungkinan merupakan pergeseran penyebutan untuk [[sultan]] dalam [[Bahasa Minang]] yang kemudian berubah tutur, dan anggapan itu sangatlah keliru. Ini juga terjadi pada kata ''[[puti]]'' yang mana mereka menganggap itu berasal dari kata ''putri'' (suatu panggilan untuk anak perempuan raja), padahal tidaklah demikian. Hal itu terjadi di antara orang-orang Minang yang menganggap demikian karena dalam kebiasaan masyarakat Minang tempo dulu, penyebutan huruf "r" dan "l" sering menghilang dan juga tak jarang huruf "r" bila di tengah sebuah "kata" berubah pengucapannya menjadi "gh","h", dan "l" atau menghilang.


Kata ''sutan'' dan ''puti'' yang disebutkan sebelumnya, merupakan gelar adat yang disematkan untuk orang-orang tertentu, seperti gelar ''sutan'' yang diberikan pada hal tertentu dan secara umum untuk yang mau melepas masa lajangnya, sesuai dengan pepatah Minang yaitu ''“ketek banamo, gadang bagala”''. Maka demikian, tidak ada jenis perbedaan tingkatan antara gelar ''sutan'' dan ''puti'' seperti antara ayah dan anak, dan tentu anggapan keliru yang mengatakan ''sutan'' adalah sultan dan ''puti'' adalah putri dan itu tentu benar-benar suatu kesalahpahaman. Berdasarkan pepatah ''“baradaik ka Pariangan, barajo ka Pagaruyuang”'', tentu berbeda antara ''sutan'' dengan ''sultan'' dan juga ''puti'' dengan ''putri'', karena tentu beda antara gelar adat dengan gelar bangsawan.
Kata ''sutan'' dan ''[[puti]]'' yang disebutkan sebelumnya, merupakan gelar ataupun panggilan ciri khas adat yang disematkan untuk orang-orang tertentu, seperti gelar ''sutan'' yang diberikan pada hal tertentu dan secara umum untuk yang mau melepas masa lajangnya, sesuai dengan pepatah Minang yaitu ''“ketek banamo, gadang bagala”''. Maka demikian, tidak ada jenis perbedaan tingkatan antara gelar ''sutan'' dan ''puti'' seperti antara ayah (sebagai raja) dan anak (sebagai putri raja), dan tentu anggapan keliru yang mengatakan ''sutan'' adalah sultan dan ''puti'' adalah putri dan itu tentu benar-benar suatu kesalahpahaman. Berdasarkan pepatah ''“baadaik ka Pariangan, barajo ka Pagaruyuang”'', tentu berbeda antara ''sutan'' dengan ''sultan'' dan juga ''[[puti]]'' dengan ''putri'', karena tentu beda antara gelar adat dengan gelar bangsawan.


Dan jika pun di kalangan bangsawan ada yang bergelar ''sutan'' ataupun ''puti'', itu tetap merupakan gelar adat dan bukanlah gelar bangsawan. Sederhananya bisa juga kita lihat pada salah satu tokoh nasional yaitu [[Sutan Sjahrir]] yang merupakan Perdana Menteri Pertama Indonesia dan tentunya beliau bukanlah seorang sultan.
Dan jika pun di kalangan bangsawan ada yang bergelar ataupun berpanggilan ''sutan'' maupun ''[[puti]]'', itu tetap merupakan gelar ataupun panggilan ciri khas adat dan bukanlah gelar bangsawan. Jadi baik itu bangsawan maupun non-bangsawan, siapa pun orang Minang bisa saja memperoleh gelar ataupun panggilan tersebut. Bisa juga kita lihat pada salah satu tokoh nasional yaitu [[Sutan Sjahrir]] yang merupakan Perdana Menteri Pertama Indonesia dan tentunya beliau bukanlah seorang bangsawan apalagi seorang sultan.


Mengenai ''sutan'', ada pendapat lain dari seorang budayawan [[Minang]], AA Navis, bahwa kata "sutan" berasal dari [[Bahasa Sanskerta]], dimana "su" dan "tan" yang berarti baik, bagus dan orang, sehingga sutan bermakna orang baik, orang yang mulia.-->
Mengenai ''sutan'', ada pendapat lain dari seorang budayawan [[Minang]], AA Navis, bahwa kata "sutan" berasal dari [[Bahasa Sanskerta]], dimana "su" dan "tan" yang berarti baik, bagus dan orang, sehingga sutan bermakna orang baik, orang yang mulia.-->
Baris 14: Baris 19:
== Tokoh ==
== Tokoh ==
* [[Sutan Adam Bachtiar]], ahli [[kartografi]] [[Indonesia]], [[rektor]]
* [[Sutan Adam Bachtiar]], ahli [[kartografi]] [[Indonesia]], [[rektor]]
* [[Sutan Anwar]] ([[21 Maret]] [[1914]] - ''tanggal meninggal tidak diketahui''), pemain [[Tim nasional sepak bola Hindia Belanda|Timnas Hindia Belanda]] (Indonesia era kolonial Belanda)
* [[Sutan Aswar]] ([[23 Juni]] [[1925]] – [[27 Agustus]] [[2006]]), perintis [[Angkatan Udara Republik Indonesia]]
* [[Sutan Aswar]] ([[23 Juni]] [[1925]] – [[27 Agustus]] [[2006]]), perintis [[Angkatan Udara Republik Indonesia]]
* [[Sutan Mohammad Rasjid]] ([[19 November]] [[1911]] – [[30 April]] [[2000]]), [[menteri]] Indonesia
* [[Sutan Mohammad Rasjid]] ([[19 November]] [[1911]] – [[30 April]] [[2000]]), [[menteri]] Indonesia

Revisi terkini sejak 11 Agustus 2024 09.02

Sutan merupakan nama kecil atau gelar dalam kebudayaan Minangkabau, adakala disingkat menjadi St..[1]

Sutan di Minangkabau adalah suatu gelar ataupun suatu panggilan yang sangat biasa, sangat lumrah. Di Minangkabau gelar sutan diperoleh pada hal tertentu dan biasanya secara umum diberikan kepada laki-laki Minang yang akan melepas masa lajangnya alias mau menikah yang biasanya diberikan oleh sang mamak dalam suku. Selain itu, panggilan ini biasanya juga ditujukan pada laki-laki yang lebih muda dan juga pada seorang anak laki-laki yang masih dalam didikan orangtuanya.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Tidak jarang terjadi kesalahpahaman pada orang Minang itu sendiri dengan menganggap kata sutan kemungkinan merupakan pergeseran penyebutan untuk sultan dalam Bahasa Minang yang kemudian berubah tutur, dan anggapan itu sangatlah keliru. Ini juga terjadi pada kata puti yang mana mereka menganggap itu berasal dari kata putri (suatu panggilan untuk anak perempuan raja), padahal tidaklah demikian. Hal itu terjadi di antara orang-orang Minang yang menganggap demikian karena dalam kebiasaan masyarakat Minang tempo dulu, penyebutan huruf "r" dan "l" sering menghilang dan juga tak jarang huruf "r" bila di tengah sebuah "kata" berubah pengucapannya menjadi "gh","h", dan "l" atau menghilang.

Kata sutan dan puti yang disebutkan sebelumnya, merupakan gelar ataupun panggilan ciri khas adat yang disematkan untuk orang-orang tertentu, seperti gelar sutan yang diberikan pada hal tertentu dan secara umum untuk yang mau melepas masa lajangnya, sesuai dengan pepatah Minang yaitu “ketek banamo, gadang bagala”. Maka demikian, tidak ada jenis perbedaan tingkatan antara gelar sutan dan puti seperti antara ayah (sebagai raja) dan anak (sebagai putri raja), dan tentu anggapan keliru yang mengatakan sutan adalah sultan dan puti adalah putri dan itu tentu benar-benar suatu kesalahpahaman. Berdasarkan pepatah “baadaik ka Pariangan, barajo ka Pagaruyuang”, tentu berbeda antara sutan dengan sultan dan juga puti dengan putri, karena tentu beda antara gelar adat dengan gelar bangsawan.

Dan jika pun di kalangan bangsawan ada yang bergelar ataupun berpanggilan sutan maupun puti, itu tetap merupakan gelar ataupun panggilan ciri khas adat dan bukanlah gelar bangsawan. Jadi baik itu bangsawan maupun non-bangsawan, siapa pun orang Minang bisa saja memperoleh gelar ataupun panggilan tersebut. Bisa juga kita lihat pada salah satu tokoh nasional yaitu Sutan Sjahrir yang merupakan Perdana Menteri Pertama Indonesia dan tentunya beliau bukanlah seorang bangsawan apalagi seorang sultan.

Mengenai sutan, ada pendapat lain dari seorang budayawan Minang, AA Navis, bahwa kata "sutan" berasal dari Bahasa Sanskerta, dimana "su" dan "tan" yang berarti baik, bagus dan orang, sehingga sutan bermakna orang baik, orang yang mulia.-->

  1. ^ Bishop, E. (1972). International co-operation in Orientalist librarianship. National Library of Australia for the Library Seminars Planning Committee. 

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]