Lompat ke isi

Babad Tanah Jawi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Menambah referensi penting
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(116 revisi perantara oleh 61 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Babad-tanah-jawi.jpg|jmpl|Halaman pembuka ''Babad Tanah Jawi'' yang disalin pada tahun 1862, koleksi [[Perpustakaan Kongres Amerika Serikat]].|354x354px]]
'''
'''Babad Tanah Jawi''' ({{lang-jv|ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ}}, [[bahasa Indonesia]]: ''Sejarah Tanah Jawa'') adalah sebuah [[sastra]] berbentuk tembang [[macapat]] ber[[bahasa Jawa]], yang berisi mengenai sejarah [[pulau Jawa]].
; Teks ini akan dicetak tebal
: Contoh item 1
: Contoh item 2
==
== Teks judul ==


Terdapat beragam susunan, isi dan tidak ditemukan salinan yang berusia lebih tua daripada [[abad ke-18]]. Dibuat sebagai karya [[sastra]] bertema [[sejarah]] yang berbentuk [[tembang]]. Sebagai [[babad]] dengan pusat zaman kerajaan [[Mataram]], naskah ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.
; Contoh definisiPAGENAME}}
: Contoh item 1
: Contoh item 2 ==
''''''''Babad Tanah Jawi''''' ([[aksara Jawa]]: [[Berkas:Babad Tanah Jawi-aksara Jawa.png|180px]]) yang ditulis oleh [[carik Braja]] atas perintah [[Sunan Paku Buwono III]] ini merupakan karya [[sastra]] [[sejarah]] dalam berbentuk [[tembang]] [[Jawa]]. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman [[Mataram]], buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa. Akan tetapi siapapun yang kesengsem memahami Babad Tanah Jawi ini harus bekerja keras menafsirkan setiap data yang dituliskan. Maklum seperti babad lainnya ,selain bahasanya yang jawa kuno ,perihal mitosnya cukup banyak


Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga [[nabi Adam]] dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja [[Hindu]] di tanah Jawa hingga Mataram [[Islam]].
Naskah ini juga memuat silsilah cikal bakal raja-raja tanah Jawa, dalam naskah ini penulis memberikan relasi hingga [[nabi Adam]] dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja [[Hindu]] sampai [[Islam]] di tanah Jawa.<ref>{{Cite book|last=Olthof|first=W. L.|date=2017|url=|title=Punika serat Babad Tanah Jawi wiwit saking Nabi Adam doemoegi ing taoen 1647|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=|editor-last=Floberita Aning|editor-first=A. Yogaswara|edition=5|pages=|translator-last=Soemarsono|translator-first=H. R.|trans-title=Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647|url-status=live}}</ref>


Naskah ini dipakai sebagai salah satu referensi dalam melakukan rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis dan tidak menjadikannya sebagai rujukan primer.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/220090178|title=Babad Tanah Jawi, mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647.|last=L.|first=Olthof, W.|date=2007|publisher=Narasi|isbn=9789791680479|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=220090178}}</ref>
Silsilah raja-raja [[Pajajaran]] yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya [[Majapahit]], [[Demak]], terus berurutan hingga sampai kerajaan [[Pajang]] dan [[Mataram]] pada pertengahan abad ke-18.


== Versi ==
Tidak dapat dipungkiri buku ini menjadi salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.
[[Berkas:Carriyos aneh.jpg|jmpl|Versi lain (sekitar abad ke-19)]]
Babad Tanah Jawi dikelompokkan menjadi dua kelompok induk naskah:


* Pertama, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh [[Pamong desa|Carik]] Tumenggung Tirtowiguno (Carik Braja)<ref>{{Cite journal|last=Bakir|last2=Fawaid|first2=Achmad|date=2017|title=KONTESTASI DAN GENEALOGI“KEBANGKITAN” ISLAM NUSANTARA:KAJIAN HISTORIOGRAFIS BABAD TANAH JAWI|url=http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/732338|journal=Jurnal Islam Nusantara|volume=1|issue=1|pages=|doi=}}{{Pranala mati|date=April 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> atas perintah [[Pakubuwana III]]. Induk ini telah beredar pada tahun [[1788]]. Pada tahun [[1874]], [[Johannes Jacobus Meinsma]] menerbitkan versi ''[[gancaran]]'' (prosa) dari induk ini yang dikerjakan oleh Ngabehi Kertapraja.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=rc6LDAAAQBAJ&pg=PA102&dq=meinsma&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiGlcznzpHaAhUFFZQKHT35D7QQ6AEIMTAB#v=onepage&q=meinsma&f=false|title=Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang Diterapkan Kepada Kunjarakarna|last=Molen|first=Willem van der|date=2011|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9789794617878|language=id}}</ref><ref>Meinsma, Johannes Jacobus. "Poenika serat Babad tanah Djawi wiwit saking nabi Adam doemoegi ing taoen 1647": Kaetjap wonten ing tanah Nèderlan ing taoen Welandi 1941, Volume 2</ref> W. L. Olthof pernah mereproduksi ulang versi Meinsma pada tahun 1941. Pada kedua versi tersebut, nama Ngabehi Kertapradja tidak dicantum.<ref name=":0">{{Cite book|last=Kertapradja|first=Ngabehi|date=2014|url=https://books.google.co.id/books?id=jaJ4CAAAQBAJ|title=Babad Tanah Jawi: Edisi Prosa Bahasa Jawa|location=|publisher=Penerbit Garudhawaca|isbn=978-602-7949-46-1|pages=3|language=jw|url-status=live}}</ref> Menurut [[Merle Calvin Ricklefs]], versi Meinsma bukan sumber utama yang bisa diterima untuk riset sejarah, dan sebaliknya mengakui edisi Olthof.<ref>{{Cite web|title=Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram|url=https://www.gramedia.com/products/babad-tanah-jawi-mulai-dari-nabi-adam-sampai-runtuhnya-mataram/|website=www.gramedia.com|access-date=2020-12-18}}</ref>
== Banyak versi ==
* Kedua, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Adilangu II yang hidup di masa [[Pakubuwana I]] dan [[Pakubuwana II]]. Naskah tertuanya bertanggal tahun 1722.<ref name=":0" />


Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah [[Jawa Kuno]] sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan, sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.
Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi.


Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Dua peneliti dari Belanda, [http://www.biografischportaal.nl/persoon/01569300 Dr. G.A.J. Hazeu] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Dr. Th. G. Th. Pigeaud]], menyebut Babad Tanah Jawi bukan termasuk karya ilmiah. Selain tidak bisa dipertanggung jawabkan, juga tak bisa dipercaya karena bercampur dongeng berbasis pujangga (non ilmiah). Sementara, [[H. J. de Graaf]] menyebut, apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya peristiwa sejarah pada [[abad ke-18]]. Namun, untuk sejarah di luar era itu, [[Andries Cornelies Dirk de Graeff|de Graaf]] tidak menyebutnya sebagai data sejarah karena sarat dengan campuran [[mitologi]], [[kosmologi]], dan [[dongeng]].
Menurut ahli sejarah [[Hoesein Djajadiningrat]], kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada [[1788]]. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh [[P. Adilangu II]] dengan naskah tertua bertarikh [[1722]].


Menjelang [[Perang Dunia II]], [[Balai Pustaka]] juga menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah [[Jawa Kuno]] sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.


== Penguasa Jawa menurut Babad Tanah Jawi ==
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah [[HJ de Graaf]]. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun [[1600]] sampai zaman [[Kartasura]] di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun [[1580]] yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran [[mitologi]], [[kosmologi]], dan [[dongeng]].
=== Era Jawa Kuno ===
==== Kerajaan Kadiri ====
* Prabu Gendrayana
* Prabu Jayapurusa
* Prabu Sariwahana
* Prabu Batara Aji Jayabaya
* Prabu Jaya Amijaya
* Prabu Jaya Amisena
* Prabu Aji Pamasa


==== Kerajaan Pengging ====
Selain Graaf, [[Meinsma]] berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada [[1874]] ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.
* Prabu Pancadriya
* Prabu Anglingdriya
* Prabu Darmamaya


==== Kerajaan Janggala ====
Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.
* Lembu Amiluhur
* Raden Panji
* Kuda Laleyan
* Prabu Banjaransari
* Prabu Mundingsari
* Prabu Sri Pamekas


== Pranala luar ==
==== Kerajaan Majapahit ====
* Raden Sesuruh
* {{jv}}[http://ki-demang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=725&Itemid=712 Babad Tanah Djawi] versi L. van Rijckevorsel & R.D.S. Hadiwidjana (1925), pada Situs Web Ki Dêmang Sókówatèn, di ki-demang.com
* Raden Anom
* Raden Adaningkung
* Raden Hayam Wuruk
* Raden Lembu Amisani
* Raden Bratanjung
* Raden Alit atau Prabu Brawijaya


=== Era Jawa Pertengahan ===
{{indo-sejarah-stub}}
==== Kerajaan Demak ====
* [[Raden Patah]] (1478 – 1518)
* [[Pati Unus]] (1518 – 1521)
* [[Trenggana]] (1521 – 1546)
* [[Sunan Prawoto|Sunan Prawata]] (1546 – 1547)
* [[Arya Panangsang]] (1547 - 1554)


==== Kerajaan Pajang ====
[[Kategori:Sastra Jawa Baru|T]]
* [[Joko Tingkir|Jaka Tingkir]], bergelar Adiwijaya (1568 – 1582)
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
* [[Arya Pangiri]], bergelar Awantipura (1583 – 1586)
* [[Pangeran Benawa]], bergelar Prabuwijaya (1586 – 1587)

==== Kerajaan Mataram ====
* [[Panembahan Senapati]] / R. Ng. Saloring Pasar (1586 –&nbsp;1601)
* [[Anyakrawati]] / Sunan Krapyak (1601 –&nbsp;1613)
* [[Sultan Agung dari Mataram|Anyakrakusuma]] / Sultan Agung (1613 –&nbsp;1645)
* [[Amangkurat I]] / Sunan Tegalarum (1645 –&nbsp;1677)
* [[Amangkurat II]] / Sunan Amral (1680 –&nbsp;1702)
* [[Amangkurat III]] / Sunan Mas (1702 –&nbsp;1705)
* [[Pakubuwana I]] / Sunan Ngalaga (1705 –&nbsp;1719)
* [[Amangkurat IV]] / Sunan Jawi (1719 –&nbsp;1726)
* [[Pakubuwana II]] / Sunan Kumbul (1726 –&nbsp;1742)
* [[Amangkurat V]] / Sunan Kuning (1742 –&nbsp;1743)

=== Era Jawa Baru ===
[[Perjanjian Giyanti]] membagi [[wangsa Mataram]] menjadi dua kekuasaan, kepada Pakubuwana di Surakarta dan Hamengkubuwana di Yogyakarta. Sedangkan [[Perjanjian Salatiga]] membagi kekuasaan baru dari Pakubuwana, yaitu Mangkunagara.

==== Kesunanan Surakarta ====
# [[Pakubuwana II]] / Sunan Kumbul (1745 –&nbsp;1749)
# [[Pakubuwana III]] (1749 –&nbsp;1788), mengakui kedaulatan&nbsp;Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
# [[Pakubuwana IV]] / Sunan Bagus (1788 –&nbsp;1820)
# [[Pakubuwana V]] / Sunan Sugih (1820 –&nbsp;1823)
# [[Pakubuwana VI]] / Sunan Bangun Tapa (1823 –&nbsp;1830)
# [[Pakubuwana VII]] (1830 –&nbsp;1858)
# [[Pakubuwana VIII]] (1859 –&nbsp;1861)
# [[Pakubuwana IX]] (1861 –&nbsp;1893)
# [[Pakubuwana X]] (1893 –&nbsp;1939)
# [[Pakubuwana XI]] (1939 –&nbsp;1944)
# [[Pakubuwana XII]] (1944 –&nbsp;2004)
# [[Pakubuwana XIII]] (2004 – sekarang)

==== Kesultanan Yogyakarta ====
# [[Hamengkubuwana I]] / Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792)
# [[Hamengkubuwana II]] / Sultan Sepuh (2 April 1792 - 1810) periode pertama
# [[Hamengkubuwana III]] (1810 -&nbsp; 1811) periode pertama
# [[Hamengkubuwana IV]] / Sultan Besiyar (9 November 1814 - 6 Desember 1823)
# [[Hamengkubuwana V]] (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826) periode pertama
# [[Hamengkubuwana VI]] (5 Juli 1855 - 20 Juli 1877)
# [[Hamengkubuwana VII]] / Sultan Sugih (22 Desember 1877 - 29 Januari 1921)
# [[Hamengkubuwana VIII]] (8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939)
# [[Hamengkubuwana IX]] (18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988)
# [[Hamengkubawana X]] (7 Maret 1989 - sekarang)

==== Kadipaten Mangkunagaran ====
# [[Mangkunagara I]] / Pangeran Sambernyawa (1757 - 1795)
# [[Mangkunagara II]] / di masa muda bergelar [[Pangeran Surya Mataram]] dan [[Pangeran Surya Mangkubumi]] (1795 - 1835)
# [[Mangkunagara III]] (1835 - 1853)
# [[Mangkunagara IV]] (1853 - 1881)
# [[Mangkunagara V]] (1881 - 1896)
# [[Mangkunagara VI]] (1896 - 1916)
# [[Mangkunagara VII]] (1916 - 1944)
# [[Mangkunagara VIII]] (1944- 1987)
# [[Mangkunagara IX]] (1987 - 2021)
# [[Mangkunegara X]] (2022 - sekarang)

== Referensi ==
<references />

== Pranala luar ==
=== Naskah digital ===
* [https://www.loc.gov/item/2012320671/ ''Babad Tanah Jawi''] (1862) koleksi [[Perpustakaan Kongres Amerika Serikat]] no. DS646.27


[[en:Babad Tanah Jawi]]
[[Kategori:Babad]]
[[Kategori:Sejarah Jawa]]
[[jv:Babad Tanah Jawi]]

Revisi terkini sejak 14 Agustus 2024 15.27

Halaman pembuka Babad Tanah Jawi yang disalin pada tahun 1862, koleksi Perpustakaan Kongres Amerika Serikat.

Babad Tanah Jawi (bahasa Jawa: ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ, bahasa Indonesia: Sejarah Tanah Jawa) adalah sebuah sastra berbentuk tembang macapat berbahasa Jawa, yang berisi mengenai sejarah pulau Jawa.

Terdapat beragam susunan, isi dan tidak ditemukan salinan yang berusia lebih tua daripada abad ke-18. Dibuat sebagai karya sastra bertema sejarah yang berbentuk tembang. Sebagai babad dengan pusat zaman kerajaan Mataram, naskah ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.

Naskah ini juga memuat silsilah cikal bakal raja-raja tanah Jawa, dalam naskah ini penulis memberikan relasi hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu sampai Islam di tanah Jawa.[1]

Naskah ini dipakai sebagai salah satu referensi dalam melakukan rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis dan tidak menjadikannya sebagai rujukan primer.[2]

Versi lain (sekitar abad ke-19)

Babad Tanah Jawi dikelompokkan menjadi dua kelompok induk naskah:

  • Pertama, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Tumenggung Tirtowiguno (Carik Braja)[3] atas perintah Pakubuwana III. Induk ini telah beredar pada tahun 1788. Pada tahun 1874, Johannes Jacobus Meinsma menerbitkan versi gancaran (prosa) dari induk ini yang dikerjakan oleh Ngabehi Kertapraja.[4][5] W. L. Olthof pernah mereproduksi ulang versi Meinsma pada tahun 1941. Pada kedua versi tersebut, nama Ngabehi Kertapradja tidak dicantum.[6] Menurut Merle Calvin Ricklefs, versi Meinsma bukan sumber utama yang bisa diterima untuk riset sejarah, dan sebaliknya mengakui edisi Olthof.[7]
  • Kedua, induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Adilangu II yang hidup di masa Pakubuwana I dan Pakubuwana II. Naskah tertuanya bertanggal tahun 1722.[6]

Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan, sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.

Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Dua peneliti dari Belanda, Dr. G.A.J. Hazeu dan Dr. Th. G. Th. Pigeaud, menyebut Babad Tanah Jawi bukan termasuk karya ilmiah. Selain tidak bisa dipertanggung jawabkan, juga tak bisa dipercaya karena bercampur dongeng berbasis pujangga (non ilmiah). Sementara, H. J. de Graaf menyebut, apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya peristiwa sejarah pada abad ke-18. Namun, untuk sejarah di luar era itu, de Graaf tidak menyebutnya sebagai data sejarah karena sarat dengan campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.

Menjelang Perang Dunia II, Balai Pustaka juga menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.

Penguasa Jawa menurut Babad Tanah Jawi

[sunting | sunting sumber]

Era Jawa Kuno

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Kadiri

[sunting | sunting sumber]
  • Prabu Gendrayana
  • Prabu Jayapurusa
  • Prabu Sariwahana
  • Prabu Batara Aji Jayabaya
  • Prabu Jaya Amijaya
  • Prabu Jaya Amisena
  • Prabu Aji Pamasa

Kerajaan Pengging

[sunting | sunting sumber]
  • Prabu Pancadriya
  • Prabu Anglingdriya
  • Prabu Darmamaya

Kerajaan Janggala

[sunting | sunting sumber]
  • Lembu Amiluhur
  • Raden Panji
  • Kuda Laleyan
  • Prabu Banjaransari
  • Prabu Mundingsari
  • Prabu Sri Pamekas

Kerajaan Majapahit

[sunting | sunting sumber]
  • Raden Sesuruh
  • Raden Anom
  • Raden Adaningkung
  • Raden Hayam Wuruk
  • Raden Lembu Amisani
  • Raden Bratanjung
  • Raden Alit atau Prabu Brawijaya

Era Jawa Pertengahan

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Demak

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Pajang

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Mataram

[sunting | sunting sumber]

Era Jawa Baru

[sunting | sunting sumber]

Perjanjian Giyanti membagi wangsa Mataram menjadi dua kekuasaan, kepada Pakubuwana di Surakarta dan Hamengkubuwana di Yogyakarta. Sedangkan Perjanjian Salatiga membagi kekuasaan baru dari Pakubuwana, yaitu Mangkunagara.

Kesunanan Surakarta

[sunting | sunting sumber]
  1. Pakubuwana II / Sunan Kumbul (1745 – 1749)
  2. Pakubuwana III (1749 – 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
  3. Pakubuwana IV / Sunan Bagus (1788 – 1820)
  4. Pakubuwana V / Sunan Sugih (1820 – 1823)
  5. Pakubuwana VI / Sunan Bangun Tapa (1823 – 1830)
  6. Pakubuwana VII (1830 – 1858)
  7. Pakubuwana VIII (1859 – 1861)
  8. Pakubuwana IX (1861 – 1893)
  9. Pakubuwana X (1893 – 1939)
  10. Pakubuwana XI (1939 – 1944)
  11. Pakubuwana XII (1944 – 2004)
  12. Pakubuwana XIII (2004 – sekarang)

Kesultanan Yogyakarta

[sunting | sunting sumber]
  1. Hamengkubuwana I / Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792)
  2. Hamengkubuwana II / Sultan Sepuh (2 April 1792 - 1810) periode pertama
  3. Hamengkubuwana III (1810 -  1811) periode pertama
  4. Hamengkubuwana IV / Sultan Besiyar (9 November 1814 - 6 Desember 1823)
  5. Hamengkubuwana V (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826) periode pertama
  6. Hamengkubuwana VI (5 Juli 1855 - 20 Juli 1877)
  7. Hamengkubuwana VII / Sultan Sugih (22 Desember 1877 - 29 Januari 1921)
  8. Hamengkubuwana VIII (8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939)
  9. Hamengkubuwana IX (18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988)
  10. Hamengkubawana X (7 Maret 1989 - sekarang)

Kadipaten Mangkunagaran

[sunting | sunting sumber]
  1. Mangkunagara I / Pangeran Sambernyawa (1757 - 1795)
  2. Mangkunagara II / di masa muda bergelar Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Surya Mangkubumi (1795 - 1835)
  3. Mangkunagara III (1835 - 1853)
  4. Mangkunagara IV (1853 - 1881)
  5. Mangkunagara V (1881 - 1896)
  6. Mangkunagara VI (1896 - 1916)
  7. Mangkunagara VII (1916 - 1944)
  8. Mangkunagara VIII (1944- 1987)
  9. Mangkunagara IX (1987 - 2021)
  10. Mangkunegara X (2022 - sekarang)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Olthof, W. L. (2017). Floberita Aning, A. Yogaswara, ed. Punika serat Babad Tanah Jawi wiwit saking Nabi Adam doemoegi ing taoen 1647 [Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647]. Diterjemahkan oleh Soemarsono, H. R. (edisi ke-5). Yogyakarta: Narasi. 
  2. ^ L., Olthof, W. (2007). Babad Tanah Jawi, mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647 (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Narasi. ISBN 9789791680479. OCLC 220090178. 
  3. ^ Bakir; Fawaid, Achmad (2017). "KONTESTASI DAN GENEALOGI"KEBANGKITAN" ISLAM NUSANTARA:KAJIAN HISTORIOGRAFIS BABAD TANAH JAWI". Jurnal Islam Nusantara. 1 (1). [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Molen, Willem van der (2011). Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang Diterapkan Kepada Kunjarakarna. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794617878. 
  5. ^ Meinsma, Johannes Jacobus. "Poenika serat Babad tanah Djawi wiwit saking nabi Adam doemoegi ing taoen 1647": Kaetjap wonten ing tanah Nèderlan ing taoen Welandi 1941, Volume 2
  6. ^ a b Kertapradja, Ngabehi (2014). Babad Tanah Jawi: Edisi Prosa Bahasa Jawa (dalam bahasa jw). Penerbit Garudhawaca. hlm. 3. ISBN 978-602-7949-46-1. 
  7. ^ "Babad Tanah Jawi: Mulai Dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram". www.gramedia.com. Diakses tanggal 2020-12-18. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Naskah digital

[sunting | sunting sumber]