Lompat ke isi

Arya Panangsang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membatalkan revisi 3222932 oleh 114.56.63.85 (Bicara)
 
(259 revisi perantara oleh 72 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox royalty
'''Arya Penangsang''' atau '''Arya Jipang''', adalah '''Bupati [[Jipang Panolan]]''' yang memerintah pada pertengahan abad ke-16. Ia melakukan pembunuhan terhadap [[Sunan Prawoto]], penguasa terakhir [[Kesultanan Demak]] tahun 1549, namun dirinya sendiri kemudian tewas ditumpas para pengikut [[Sultan Hadiwijaya]], penguasa [[Pajang]]. Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti [[Babad Tanah Jawi]] dan [[Serat Kanda]]. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna.
| name = Arya Penangsang
| title = Arya Jipang
| image =
| caption =
| succession = [[Sultan]] [[Kesultanan Demak|Demak]] ke-5
| reign = 1549–1554
| predecessor = [[Sunan Prawoto]]
| successor = [[Sultan Hadiwijaya]] <br>
(Pendiri [[Kesultanan Pajang]])
| birth_name = Arya Penangsang
| birth_date = 1505
| birth_place = [[Berkas:Id-siak1.GIF|25px]] [[Jipang, Cepu, Blora]], [[Kesultanan Demak]]
| death_date = 1554
| death_place = [[Berkas:Id-siak1.GIF|25px]] [[Kesultanan Demak]]
| spouses =
| spouse-type =
| issue =
| full name =
| regnal name =
| father = [[Pangeran Surowiyoto]] bin [[Raden Fatah]]
| mother = [[Putri Ayu Retno Panggung]] <br>
(Putri Adipati Jipang)
| religion = [[Islam]]
}}

'''Arya Panangsang''' alias '''Jipang kang''' '''(keturunan putri champa)''' atau '''Raden Jipang''' ia di kenal sebagai Sultan [[Kesultanan Demak|Demak]] V. Merupakan murid kesayangan Sunan Kudus. Memerintah pada pertengahan abad ke-16 M.


== Silsilah ==
== Silsilah ==
Menurut ''Serat Kanda'', Ayah dari Arya Penangsang adalah '''Raden Kikin''' atau sering disebut sebagai Pangeran Sekar, putra [[Raden Patah]] raja pertama [[Kesultanan Demak]]. Ibu Raden Kikin adalah putri bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki saudara lain ibu bernama [[Arya Mataram]].
Menurut ''Serat dan babad'', Arya Panangsang lahir di Lasem pada tahun 1505, merupakan putra pertama [[Pangeran Surowiyoto]] atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai [[Pangeran Surowiyoto|Pangeran Sekar Seda Lepen]] putra dari [[Raden Patah]] raja [[Kesultanan Demak|Demak Bintoro]]. Ibu Raden Kikin adalah cucu dari [[Sunan Ampel]] bernama [[Putri Solekha]] anak dari pasangan [[P. Wironegoro]] Raja adipati Lasem dengan [[Nyi Ageng Malokha]] putri dari [[Raden Rahmat]] Sunan Ampel. Ibu Arya Panangsang bernama [[Putri Ayu Retno Panggung]] anak dari Adipati Jipang [[Ratu Ayu Retno Kumolo]], anak dari Raja Majapahit [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]], isteri dari [[Ki Hajar Windusana]], sehingga Arya Panangsang juga mewarisi kedudukan neneknya sebagai [[Kabupaten Blora|Adipati Jipang]].

Pada tahun 1521 anak pertama Raden Patah yang bernama Adipati Kudus (orang [[Portugis]] menyebutnya [[Pati Unus|Pate Unus]], dikenal juga sebagai [[Pangeran Sabrang Lor]] karena melakukan penyerangan ke Malaka yang dikuasai Portugis) gugur dalam perang. Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana, malah berebut takhta. Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto (putra pertama Raden Trenggana) membunuh Raden Kikin sepulang [[salat Jumat]] di tepi sungai dengan menggunakan [[keris]] [[Kyai Setan Kober]] yang dicurinya dari [[Sunan Kudus]]. Sejak itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan '''Pangeran Sekar Seda ing Lepen''' ("Bunga yang gugur di sungai").

Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang Panolan. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di sekitar daerah [[Blora]], [[Jawa Tengah]].


== Aksi pembunuhan ==
== Sejarah ==
Pada tahun 1521 suami dari anak pertama Raden Patah yang bernama Pati Unus (orang [[Portugis]] menyebutnya [[Pate Unus]], dikenal juga sebagai [[Pangeran Sabrang Lor]]) anak dari Adipati Jepara Mohammad Yunus, melakukan penyerangan ke Portugis di Malaka. Pati Unus gugur dalam perang. Dikisahkan bahwa Trenggana adik dari Pate Unus berebut takhta dengan P. Surowiyoto atau R. Kikin anak dari R. Fatah.
Raden Trenggana naik takhta [[Demak]] sejak tahun 1521 bergelar [[Sultan Trenggana]]. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di [[Panarukan, Situbondo]] tahun 1546. Raden Mukmin menggantikan sebagai sultan keempat bergelar [[Sunan Prawoto]].


[[Pangeran Surowiyoto]] atau Raden Kikin memiliki dua orang putra yang bernama Raden Arya Panangsang dan [[R. Arya Mataram]], sedangkan Trenggana memiliki putra pertama bernama Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai [[Sunan Prawoto]]. Mukmin dikisahkan membunuh Raden Kikin sepulang [[sholat Jumat]] di tepi sebuah sungai di Lasem dengan menggunakan [[keris]] [[Kyai Setan Kober]] yang membuat Trenggana menjadi Sultan Demak ketiga. Sejak saat itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen, artinya "Bunga yang gugur di sungai".
Pada tahun 1549 Arya Penangsang dengan dukungan gurunya, yaitu [[Sunan Kudus]], membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh [[Sunan Prawoto]] dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas pula, saling bunuh dengan korbannya itu.


Sepeninggal Raden Kikin, Arya Panangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Saat itu usianya masih 16 tahun, sehingga pemerintahannya dibantu Patih Mat Ahun (Mentaun). Menurut [[Kitab Kapunggawan Jipang]] Jumenengan Arya Panangsang baru di laksanakan empat tahun kemudian yakni pada tahun 1525, saat itu Arya Panangsang berumur 20 tahun.
[[Ratu Kalinyamat]], adik [[Sunan Prawoto]], menemukan bukti kalau [[Sunan Kudus]] terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke [[Kudus]] meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban [[Sunan Kudus]] bahwa [[Sunan Prawoto]] mati karena [[karma]] membuat [[Ratu Kalinyamat]] kecewa.


Trenggana naik takhta [[Kerajaan Demak]] tahun 1521. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di [[Panarukan, Situbondo]] tahun 1546 saat mencoba kembali menyerang Portugis meneruskan perjuangan [[Pati Unus]]. Raden Mukmin menggantikan sebagai raja keempat bergelar [[Sunan Prawoto]]. Ibukota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Prawoto. Demak pada periode ini dikenal dengan sebutan [[Demak Prawoto]] (1546 - 1549).
[[Ratu Kalinyamat]] bersama suaminya pulang ke [[Jepara]]. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. [[Ratu Kalinyamat]] berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.


Pada tahun 1549 Arya Panangsang dikisahkan oleh ''[[Babad Tanah Jawi]]'' membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh [[Sunan Prawoto]] dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas saling bunuh dengan korbannya itu. Setelah kematian [[Sunan Prawoto]], Arya Panangsang menjadi Penguasa Demak sebagai Sultan Demak V, ibukota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Jipang. Periode ini dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]] (1549 - 1554).
Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu [[Hadiwijaya]], menantu [[Sultan Trenggana]] yang menjadi bupati [[Pajang]]. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, namun, mereka tetap dapat dikalahkan [[Hadiwijaya]] dan dipulangkan secara hormat.


Pada tahun 1554 Arya Panangsang berhasil dibunuh oleh Pasukan utusan Adipati Pajang. Dengan Gugur nya Arya Panangsang maka roboh pulalah kekuasaan Kesultanan Demak lalu berdirilah Kerajaan Pajang.
[[Hadiwijaya]] ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan [[Sunan Kudus]]. [[Hadiwijaya]] kemudian pamit pulang, sedangkan [[Sunan Kudus]] menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra yang sebenarnya akan digunakan untuk menjebak Hadiwijaya tetapi malah mengenai Arya Penangsang sendiri pada waktu bertengkar dengan Hadiwijaya karena emosi Aryo Penangsang sendiri yang labil.


== Dongeng ==
Mengenai Tuah Rajah Kalacakra, rajah ini sebenarnya dipasang oleh Sunan Kudus (yang adalah guru dari Arya Penangsang) untuk menjebak Hadiwijaya, dan rajah ini ditulis di atas kursi yang sebenarnya disediakan untuk Hadiwijaya. Namun Hadiwijaya berhasil mengetahui jebakan ini, dan malah dengan cerdiknya membuat Arya Penangsang duduk di atas jebakan yang dipasang gurunya sendiri. Arya Penangsang dan Hadiwijaya akhirnya saling bertengkar, dan di tengah-tengah emosinya, Arya Penangsang mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Hadiwijaya. Sunan Kudus berusaha melerai, dengan menyuruh Arya Penangsang untuk menyarungkan kerisnya. Maksud Sunan Kudus yang sebenarnya adalah menyuruh muridnya "menyarungkan" kerisnya ke perut Hadiwijaya, namun Arya Penangsang gagal menangkap maksud gurunya, dan malah benar-benar menyarungkan Setan Kober ke [[warangka]]nya. Hadiwijaya lantas pamit pulang, dan terhindar dari tipu muslihat Arya Penangsang dan gurunya.


Dikisahkan oleh ''Babad Tanah Jawi'' dalam perjalanan pulang ke [[Pajang]], rombongan Adipati Pajang [[Jaka Tingkir]] singgah ke Gunung Danaraja tempat [[Ratu Kalinyamat]] menyendiri setelah kematian [[Sunan Prawoto]] dan suaminya [[Sultan Hadlirin|Hadlirin]].{{Sfn|de Graaf|2019|p=175}} [[Ratu Kalinyamat]] mendesak [[Jaka Tingkir]] agar segera membunuh Arya Panangsang, dirinya yang mengaku sebagai pewaris takhta [[Sunan Prawoto]], berjanji akan menyerahkan [[Demak]] dan [[Jepara]] jika [[Jaka Tingkir]] menang.{{Sfn|de Graaf|2019|p=217}}
== Sayembara ==
Dalam perjalanan pulang ke [[Pajang]], rombongan [[Hadiwijaya]] singgah ke Gunung Danaraja tempat [[Ratu Kalinyamat]] bertapa. [[Ratu Kalinyamat]] mendesak [[Hadiwijaya]] agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia,, yang mengaku sebagai pewaris takhta [[Sunan Prawoto]], berjanji akan menyerahkan [[Demak]] dan [[Jepara]] jika [[Hadiwijaya]] menang.


[[Hadiwijaya]] segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sama-sama murid Sunan Kudus dan sesama anggota keluarga [[Demak]]. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah [[Pati]] dan [[Mataram]].
[[Jaka Tingkir]] segan memerangi Arya Panangsang secara langsung karena merasa dirinya hanya sebagai mantu keluarga [[Demak]]. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh Arya Panangsang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah [[Pati]] dan Alas Mentaok (yang akan menjadi wilayah [[Mataram]]). Orangtua angkat [[Jaka Tingkir]], yaitu [[Ki Ageng Pemanahan]] dan sahabatnya [[Ki Panjawi]] dibimbing oleh [[Ki Juru Martani]] untuk mendaftar sayembara itu. Putra kandung Ki Ageng Pemanahan yang bernama [[Sutawijaya]] juga ikut mendaftar dalam sayembara dengan bekal Tombak Kyai Plered dari [[Jaka Tingkir]].


Diceritakan dalam ''Babad Tanah Jawi,'' Ketika pasukan [[Pajang]] datang menyerang Kotaraja Jipang, saat itu P. Arya Panangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama [[Hadiwijaya]] membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh ''pekatik''-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan adik Arya Panangsang ([[Arya Mataram]]), Panangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama [[Gagak Rimang]].
Kedua kakak angkat [[Hadiwijaya]], yaitu [[Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. [[Hadiwijaya]] memberikan pasukan [[Pajang]] dan memberikan Tombak Kyai Plered untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu [[Sutawijaya]] (putra kandung [[Ki Ageng Pemanahan]] ikut serta.


Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara Pasukan [[Pajang]] dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Dalam perang tersebut perut Arya Panangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik [[Sutawijaya]]. Meskipun demikian kesaktian yang dimiliki oleh Arya Panangsang membuatnya tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang. Arya Panangsang berhasil meringkus [[Sutawijaya]]. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh [[Sutawijaya]], usus Arya Panangsang malah terpotong sehingga menyebabkan kematiannya. Dalam pertempuran itu Ki Matahun, patih Jipang tewas pula, sedangkan [[Arya Mataram]] dan isterinya serta beberapa kerabat berhasil meloloskan diri ke Palembang.
== Kematian ==
Ketika pasukan [[Pajang]] datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama [[Hadiwijaya]] membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh ''pekatik''-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan [[Arya Mataram]], Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama [[Gagak Rimang]].


== Referensi ==
Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara pasukan [[Pajang]] dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Akibatnya perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik [[Sutawijaya]]. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.
<references />
3 ^ Kitab Kapunggawan Jipang
4 ^ PRA. Barik Barliyan Surowiyoto, SH Yayasan Keratong Djipang


== Pustaka ==
Penangsang berhasil meringkus [[Sutawijaya]]. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh [[Sutawijaya]], usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya.
* {{Cite book|last=Olthof|first=W. L.|url=https://perpus.menpan.go.id/opac/detail-opac?id=1635|date=2007|title=Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=9789791681629|pages=|url-status=live}}


* {{Cite book|last=de Graff|first=H.J.|last2=Pigeaud|first2=TH. G. TH.|url=https://library.ui.ac.id/detail?id=20498903|date=2019|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, cetakan V edisi revisi|location=Yogyakarta|publisher=MataBangsa|isbn=9789799471239|pages=|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
Dalam pertempuran itu Ki Matahun, patih Jipang, tewas pula, sedangkan [[Arya Mataram]] meloloskan diri. Sejak awal, [[Arya Mataram]] memang tidak pernah sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.


* {{cite book|title=Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI|last=hayati|first=Chusnul|publisher=Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/13721/1/Peranan%20ratu%20kalinyamat%20di%20jepara%20pada%20abad%20xvi.PDF|year=2000|isbn=|location=Jakarta|ref={{sfnref|Hayati|2000}}|url-status=live}}
== Dampak budaya ==
Kisah kematian Arya Penangsang melahirkan tradisi baru dalam seni pakaian [[Jawa]], khususnya busana pengantin pria. Pangkal [[keris]] yang dipakai pengantin pria seringkali dihiasi untaian bunga [[mawar]] dan [[melati]]. Ini merupakan lambang pengingat supaya pengantin pria tidak berwatak pemarah dan ingin menang sendiri sebagaimana watak Arya Penangsang.


* {{cite book|title=A History of Modern Indonesia since c. 1200|last=Ricklefs|first=M.C.|publisher=Palgrave MacMillan|url=https://www.google.co.id/books/edition/A_History_of_Modern_Indonesia_since_c_12/HPEnBQAAQBAJ?hl=en&gbpv=0|year=2008|isbn=9780230546868|location=New York|ref={{sfnref|Ricklefs|2008}}|url-status=live}}
== Lihat pula ==
* [[Strategi untuk membunuh Arya Penangsang]]


* {{cite book|title=Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram|last=Moedjianto|first=G.|publisher=Kanisius|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=518699|year=1987|isbn=9780230546868|location=Yogyakarta|ref={{sfnref|Moedjianto|1987}}|url-status=live}}
== Kepustakaan ==
* Manuskrip Jipang
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
Kitab Kapunggawan
* H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. ''Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* Pra. Barik Barliyan, SH: Yayasan Keraton Djipang.
* Hayati dkk. 2000. ''Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI''. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
Pemegang Hak Cipta Kompilasi Data Sejarah Keraton Djipang yang dikeluarkan oleh Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM RI.
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius


[[Kategori:Kesultanan Demak]]
[[Kategori:Kerajaan Demak]]
[[Kategori:Raja Adipati Jipang Sultan Demak 5]]
[[Kategori:Kerajaan Djipang]]

Revisi terkini sejak 21 Januari 2024 10.56

Arya Penangsang
Arya Jipang
Sultan Demak ke-5
Berkuasa1549–1554
PendahuluSunan Prawoto
PenerusSultan Hadiwijaya
(Pendiri Kesultanan Pajang)
KelahiranArya Penangsang
1505
Jipang, Cepu, Blora, Kesultanan Demak
Kematian1554
Kesultanan Demak
AyahPangeran Surowiyoto bin Raden Fatah
IbuPutri Ayu Retno Panggung
(Putri Adipati Jipang)
AgamaIslam

Arya Panangsang alias Jipang kang (keturunan putri champa) atau Raden Jipang ia di kenal sebagai Sultan Demak V. Merupakan murid kesayangan Sunan Kudus. Memerintah pada pertengahan abad ke-16 M.

Menurut Serat dan babad, Arya Panangsang lahir di Lasem pada tahun 1505, merupakan putra pertama Pangeran Surowiyoto atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai Pangeran Sekar Seda Lepen putra dari Raden Patah raja Demak Bintoro. Ibu Raden Kikin adalah cucu dari Sunan Ampel bernama Putri Solekha anak dari pasangan P. Wironegoro Raja adipati Lasem dengan Nyi Ageng Malokha putri dari Raden Rahmat Sunan Ampel. Ibu Arya Panangsang bernama Putri Ayu Retno Panggung anak dari Adipati Jipang Ratu Ayu Retno Kumolo, anak dari Raja Majapahit Bhre Kertabhumi, isteri dari Ki Hajar Windusana, sehingga Arya Panangsang juga mewarisi kedudukan neneknya sebagai Adipati Jipang.

Pada tahun 1521 suami dari anak pertama Raden Patah yang bernama Pati Unus (orang Portugis menyebutnya Pate Unus, dikenal juga sebagai Pangeran Sabrang Lor) anak dari Adipati Jepara Mohammad Yunus, melakukan penyerangan ke Portugis di Malaka. Pati Unus gugur dalam perang. Dikisahkan bahwa Trenggana adik dari Pate Unus berebut takhta dengan P. Surowiyoto atau R. Kikin anak dari R. Fatah.

Pangeran Surowiyoto atau Raden Kikin memiliki dua orang putra yang bernama Raden Arya Panangsang dan R. Arya Mataram, sedangkan Trenggana memiliki putra pertama bernama Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto. Mukmin dikisahkan membunuh Raden Kikin sepulang sholat Jumat di tepi sebuah sungai di Lasem dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober yang membuat Trenggana menjadi Sultan Demak ketiga. Sejak saat itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen, artinya "Bunga yang gugur di sungai".

Sepeninggal Raden Kikin, Arya Panangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Saat itu usianya masih 16 tahun, sehingga pemerintahannya dibantu Patih Mat Ahun (Mentaun). Menurut Kitab Kapunggawan Jipang Jumenengan Arya Panangsang baru di laksanakan empat tahun kemudian yakni pada tahun 1525, saat itu Arya Panangsang berumur 20 tahun.

Trenggana naik takhta Kerajaan Demak tahun 1521. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546 saat mencoba kembali menyerang Portugis meneruskan perjuangan Pati Unus. Raden Mukmin menggantikan sebagai raja keempat bergelar Sunan Prawoto. Ibukota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Prawoto. Demak pada periode ini dikenal dengan sebutan Demak Prawoto (1546 - 1549).

Pada tahun 1549 Arya Panangsang dikisahkan oleh Babad Tanah Jawi membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas saling bunuh dengan korbannya itu. Setelah kematian Sunan Prawoto, Arya Panangsang menjadi Penguasa Demak sebagai Sultan Demak V, ibukota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Jipang. Periode ini dikenal dengan sebutan Demak Jipang (1549 - 1554).

Pada tahun 1554 Arya Panangsang berhasil dibunuh oleh Pasukan utusan Adipati Pajang. Dengan Gugur nya Arya Panangsang maka roboh pulalah kekuasaan Kesultanan Demak lalu berdirilah Kerajaan Pajang.

Dikisahkan oleh Babad Tanah Jawi dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Pajang Jaka Tingkir singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat menyendiri setelah kematian Sunan Prawoto dan suaminya Hadlirin.[1] Ratu Kalinyamat mendesak Jaka Tingkir agar segera membunuh Arya Panangsang, dirinya yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Jaka Tingkir menang.[2]

Jaka Tingkir segan memerangi Arya Panangsang secara langsung karena merasa dirinya hanya sebagai mantu keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh Arya Panangsang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Alas Mentaok (yang akan menjadi wilayah Mataram). Orangtua angkat Jaka Tingkir, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan sahabatnya Ki Panjawi dibimbing oleh Ki Juru Martani untuk mendaftar sayembara itu. Putra kandung Ki Ageng Pemanahan yang bernama Sutawijaya juga ikut mendaftar dalam sayembara dengan bekal Tombak Kyai Plered dari Jaka Tingkir.

Diceritakan dalam Babad Tanah Jawi, Ketika pasukan Pajang datang menyerang Kotaraja Jipang, saat itu P. Arya Panangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan adik Arya Panangsang (Arya Mataram), Panangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.

Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara Pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Dalam perang tersebut perut Arya Panangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian kesaktian yang dimiliki oleh Arya Panangsang membuatnya tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang. Arya Panangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Panangsang malah terpotong sehingga menyebabkan kematiannya. Dalam pertempuran itu Ki Matahun, patih Jipang tewas pula, sedangkan Arya Mataram dan isterinya serta beberapa kerabat berhasil meloloskan diri ke Palembang.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ de Graaf 2019, hlm. 175.
  2. ^ de Graaf 2019, hlm. 217.

3 ^ Kitab Kapunggawan Jipang 4 ^ PRA. Barik Barliyan Surowiyoto, SH Yayasan Keratong Djipang

  • hayati, Chusnul (2000). Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI (PDF). Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional. 

Kitab Kapunggawan

  • Pra. Barik Barliyan, SH: Yayasan Keraton Djipang.

Pemegang Hak Cipta Kompilasi Data Sejarah Keraton Djipang yang dikeluarkan oleh Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM RI.