Lompat ke isi

Suku Madura: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Rizalmahmud35 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(185 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{ethnic group|
{{ethnic group|
| group = Suku Madura<br /> Orèng Madhurâ <br /> ꦲꦺꦴꦫꦺꦁꦩꦢꦸꦫ
|group=Suku Madura
| image = [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Madoerees dorpshoofd en twee dorpsbewoners en face TMnr 10004958.jpg|300px]]
|image=
| caption = Potret kepala desa Madura.
|poptime=6.8 million (2000 census)<ref>{{cite book
| population = 7.179.356 (sensus 2010)<ref>{{cite book
| last =
|last =
| first =
|first =
| publisher=Institute of Southeast Asian Studies
|publisher=Badan Pusat Statistik
| title =Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape
|title =Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia – Hasil Sensus Penduduk 2010
| date =
| year =2003
|date =
| url =
|year =2011
| accessdate =
|url =
|accessdate =
| isbn = 9812302123}}</ref>
|isbn = 9789790644175
|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>
|popplace=[[Jawa Timur]]: '''6.281.000'''.{{br}}
| region1 = [[Jawa Timur]]
[[Kalimantan Barat]]: '''204.000'''.{{br}}
| pop1 = 6.520.403|ref1
[[Kalimantan Tengah]]: '''62.000'''.
| region2 = [[Kalimantan Barat]]
|langs=[[bahasa Madura|Madura]], [[bahasa Jawa|Jawa]] dan [[bahasa Indonesia|Indonesia]].
| pop2 = 274.869|ref2
|rels=Sebagian besar [[Islam]] dan sebuah minoritas kecil ada yang beragama [[Kristen]].
| region3 = [[DKI Jakarta]]
|related=[[suku Jawa]] dan [[suku Melayu]].
| pop3 = 79.925
| ref3 =
| region4 = [[Kalimantan Selatan]]
| pop4 = 53.002
| ref4 =
| region5 = [[Kalimantan Timur]]
| pop5 = 46.823
| ref5 =
| region6 = [[Jawa Barat]]
| pop6 = 43.001
| ref6 =
| region7 = [[Kalimantan Tengah]]
| pop7 = 42.668
| ref7 =
| region8 = [[Bali]]
| pop8 = 29.864
| ref8 =
| langs = [[Bahasa Madura|Madura]] (utama), [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] dan [[Bahasa Jawa|Jawa]] (hanya komunitas yang menetap di jawa).
| rels = [[Islam]], [[Kristen]], [[Katolik]], [[Hindu]]
| related = [[Suku Bawean|Bawean]], [[Suku Kangean|Kangean]], [[Suku Madura Pendalungan|Pendalungan]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Sasak|Sasak/Lombok]], [[Suku Bali|Bali]]
}}
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Danseressen Madoera TMnr 60022651.jpg|thumb|300px|Penari dari Madura (1890-1917)]]
'''Suku Madura''' merupakan etnis dengan populasi besar di [[Indonesia]], jumlahnya sekitar 6,8 juta jiwa. Mereka berasal dari [[Pulau Madura]] dan pulau-pulau sekitarnya, seperti [[Gili Raja]], [[Pulau Sapudi|Sapudi]], [[Pulau Raas|Raas]], dan [[Kangean]]. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur [[Jawa Timur]], dari [[Pasuruan]] sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Situbondo]] dan [[Bondowoso]], serta timur [[Probolinggo]] jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa [[bahasa Jawa|berbahasa Jawa]].


'''Suku Madura''' ([[Bahasa Madura]]: ''Orèng Madhurâ'') merupakan salah satu etnis dengan populasi besar di [[Indonesia]], jumlahnya sekitar 7.179.356 juta jiwa (sensus 2010). Mereka berasal dari [[Pulau Madura]] dan pulau-pulau sekitarnya ([[Pulau Puteran]], [[Pulau Gili Iyang]], [[Pulau Sapudi]], [[Pulau Gili Raja]], [[Pulau Giligenting]], [[Pulau Raas]], dan lain-lain). Suku Madura adalah suku perantau yang banyak tersebar di beberapa wilayah-wilayah Indonesia. Selain di Indonesia, beberapa orang Madura perantauan juga dapat ditemui di negara tetangga yaitu [[Malaysia]] dan [[Singapura]].<ref name="Ensiklopedi Suku Bangsa">{{cite book|url=https://www.google.co.id/books/edition/Ensiklopedi_Suku_Bangsa_di_Indonesia_Jil/FbGECgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=banjar-madura&pg=PA493&printsec=frontcover|language=id|pages=493|first=M. Junus|last=Melalatoa|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z|year=1995|date=1 Januari 1995|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|location= Indonesia|isbn=}}</ref>
Disamping [[suku Jawa]] dan [[suku Sunda|Sunda]], orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke [[Kalimantan Barat]] dan [[Kalimantan Tengah]]. Beberapa kota di [[Kalimantan]] seperti [[Sampit]] dan [[Sambas]], pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh.


== Persebaran ==
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik [[haji]], orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual ''Pethik Laut'' atau ''Rokat Tasse'' (sama dengan larung sesaji).
Suku Madura berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti [[Gili Raja]], [[Pulau Sapudi|Sapudi]], dan [[Pulau Raas|Raas]]. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur [[Jawa Timur]] biasa disebut wilayah [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]], dari [[Pasuruan]] sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Situbondo]], [[Bondowoso]], sebelah timur [[Probolinggo]], utara [[Lumajang]], dan utara [[Jember]], jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa [[bahasa Jawa|berbahasa Jawa]], juga Surabaya utara, serta sebagian Malang. ada juga yang menetap di [[Bawean]], di negeri jiran [[Malaysia]], [[Timor Leste]], [[Brunei Darussalam]] misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di negara negara [[Timur Tengah]].


== Demografi ==
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa ''lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata''. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi [[carok]] pada masyarakat Madura.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Danseressen Madoera TMnr 60022651.jpg|jmpl|Penari dari Madura (1890–1917)]]
Suku Madura hidup tersebar di berbagai wilayah di [[Indonesia]], terutama di wilayah bagian utara [[Jawa Timur]] yang meliputi [[Pulau Madura]] dan [[Tapal Kuda (kawasan)|Kawasan Tapal Kuda]].<ref>{{Cite book|last=Sukandar, dkk.|date=Desember 2016|url=http://bpp.fpik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/PROFIL-DESA-PESISIR-UTARA-JAWA-TIMUR-Vol-1.pdf|title=Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur)|location=Surabaya|publisher=Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur|pages=3|url-status=live}}</ref> Selain itu, orang Madura juga banyak yang merantau ke wilayah lain terutama ke [[Kalimantan]], [[Jabodetabek]], [[Bali]], juga ke negara-negara di [[Timur Tengah]] khususnya [[Arab Saudi]]. Beberapa kota di [[Kalimantan]] seperti [[Sampit]] dan [[Sambas]], pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura disebabkan oleh kesenjangan sosial, tetapi sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat sudah rukun kembali.{{Butuh rujukan}}


Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet, mereka suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar. Namun, tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi tokoh nasional seperti:
== Lihat pula ==

* [[Madura]]
* [[Mahfud MD]] (mantan Ketua [[Mahkamah Konstitusi]])
* [[Wardiman Djojonegoro]] ([[Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]] pada tahun [[1993]] hingga tahun [[1998]] di bawah pemerintahan [[Presiden Soeharto]] dalam [[Kabinet Pembangunan VI]])
* [[Rachmat Saleh]] ([[Gubernur Bank Indonesia]] pada tahun [[1973]] hingga tahun [[1983]] dan [[Menteri Perdagangan Indonesia]] tahun 1983 hingga tahun [[1988]])
* [[R. Hartono]] (mantan jenderal dengan pangkat tertinggi di TNI Angkatan Darat yaitu jenderal bintang empat dengan jabatan tertinggi pula sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]). Dia merupakan satu-satunya perwira tinggi dari korps Kavaleri yang mendapatkan pangkat jenderal penuh (bintang empat) juga ( Mantan Mentri Penerangan )
* [[M.A. Rachman]] ([[Jaksa Agung Republik Indonesia]] untuk periode [[2001]] sampai [[2004]])
* [[Hadi Purnomo]] (Mantan Ketua [[Badan Pemeriksa Keuangan]] BPK )
* [[Nurmahmudi Ismail]] (Mantan Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Wali Kota Depok, dan Presiden PKS )
* [[Soedjono C. Atmonegoro]] ([[Jaksa Agung Republik Indonesia]] pada [[Kabinet Pembangunan VII]])
* [[Herman Widyananda]] (Mantan Wakil Ketua [[Badan Pemeriksa Keuangan]] periode 2009–2011)
* [[Banurusman Astrosemitro]] ([[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] periode 1993–1996)
* [[Hanafie Asnan]] (Mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara]])
* [[Muhamad Arifin]] ( Mantan [[Kepala Staf TNI Angkatan Laut]] periode 1989–1993)
* [[Roesmanhadi]] (Mantan Kepala Staf Kepolisian RI ).
* [[D. Zawawi Imron]] (Tokoh penyair dan budayawan Madura yang terkenal dengan julukan Clurit Emas. Dia merupakan tokoh budayawan kelahiran [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]].
* [[Mien Achmad Rifai]] (Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc.,Ph.D.) yang akrab dipanggil Pak Mien lahir di Desa Gapura Tengah, Sumenep, Beliau Sebagai Ahli Botani Indonesia
* Achsanul Qosasi (Anggota VII [[Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia]] 2014–2019, Presiden Klub [[Madura United FC]], Mantan Manajer Persepam Madura United,)

Selain itu banyak juga terdapat tokoh pejuang kemerdekaan yang layak menjadi [[Pahlawan nasional Indonesia]] Seperti:
* [[Trunojoyo]], yang telah memberikan perlawanan terhadap Kolonial Belanda ([[VOC]] tahun [[1677]]).
* [[Halim Perdana Kusuma]] salah satu pahlawan Nasional kelahiran [[Kabupaten Sampang|Sampang]] yang tewas di [[semenanjung Malaya]]
* [[As'ad Samsul Arifin|KH.R. As`ad Syamsul `Arifin]] Pahlawan Kemerdekaan, Pahlawan Pendidikan dan Pahlawan Asas Tunggal pancasila
* [[Kyai Taman]], adalah seorang pejuang Islam yang gigih menentang Belanda pada tahun [[1919]]
* [[Kyai Djauhari]], membuka cabang [[Hizbullah (Indonesia)|Hizbullah]] di Prenduan. Didirikan pada tahun [[1944]], Hizbullah adalah organisasi militer pemuda Majelis Muslimin Indonesia ([[Masjumi]]), organisasi yang berpengaruh secara nasional kala itu.
* [[KH. Abdullah Sajjad]], salah satu pengasuh Pondok Pesantren An-Nuqayah salah satu pahlawan dari [[Kabupaten Sumenep]].
* [[KH. Mawardi]], salah satu pengasuh [[Pondok Pesantren Sumber Anyar]] salah satu pahlawan dari [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]].

Madura masih menyimpan banyak tokoh ulama seperti
* [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil Bangkalan]]
* KH Bahaudin Mudhary
* [[K.Abdul Majid Bata-bata]]
* [[K.Moh.Ilyas Guluk-guluk]]
* [[K.Abdul Hamid Baqir Banyuanyar]]
* [[KH.M.Tidjani Djauhari]]
* [[KH.M. Idris Djauhari]]
* [[KH.`Afifuddin Muhajir]]
* [[K.Jufri Marzuqi Sumber Batu]] (dianugerahi gelar al-Syahidul Kabir oleh [[PBNU]])

== Kepercayaan ==
Mayoritas masyarakat suku Madura hampir 100 % beragama Islam, bahkan suku Madura yang tinggal di Madura bisa dikatakan 100 % muslim. suku Madura terkenal sangat taat dalam beragama Islam, seperti halnya [[suku Melayu]] atau [[suku Bugis]] yang juga sangat menjunjung agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh pulau madura. Misalnya Pondok Pondok pesantren miftahul ulum panyepen, Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, pondok pesantren Al hamidiy banyuanyar Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan, Pondok pesantren Annuqayah disingkat PPA pesantren yang terletak di desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren Al-Amin di Sumenep dan, Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Pondok Pesantren Attaraqqi Sampang, dan pesantren-pesantren lainnya dari yang memiliki santri ribuan, ratusan, dan puluhan yang tersebar di Pulau Madura. Pesantren-pesantren begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat Madura karena pesantren tidak sekadar mengajar ilmu agama tetapi juga mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan peduli pada nasib rakyat kecil.

== Karakter ==
Suku Madura dikenal dengan intonasi bicaranya yang keras dan terdengar kasar. Walaupun begitu mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual ''Pethik Laut'' atau ''Rokat Tasse'' (sama dengan larung sesaji).{{cn}} Sekali pun berpendapatan kecil pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji.

== Budaya sosial ==
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa ''lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata''. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi [[carok]] pada masyarakat Madura, tetapi tradisi lambat laun melemah seiring dengan terdidiknya kaum muda di pelosok desa, dahulu mereka memakai kekuatan emosional dan tenaga saja, tetapi kini mereka lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.

Rampa' Naong Bhringin Korong juga menjadi falsafah hidup orang-orang Madura. Yang mana falsafah tersebut secara harafiah berarti Rimbun Menaungi Seperti Beringin Kurung. Tetapi falsafah tersebut bermakna orang yang berdaya melindungi yang lemah serta hidup rukun dan teduh meneduhkan seperti di bawah pohon beringin kurung. Dalam konteks ini menandakan kerukunan antar masyarakat bagi Suku Madura sehari-hari.

Abhântal Ombâ' Asapo' Angen Salanjhânga secara harafiah berarti Berbantal Ombak Berselimut Angin Selamanya. Peribahasa ini bermakna bahwa bagi masyarakat Suku Madura mempercayai bahwa sepanjang hidup kita pasti terdapat halangan sebagaimana kehidupan para nelayan yang mencari penghidupan di laut yang selalu diterjang ombak dan disapu angin.

Ada perbedaan antara Madura Timur (Sumenep dan Pamekasan) dengan Madura Barat (Sampang dan Bangkalan). Orang Madura Timur dikenal lebih halus baik dari sikap, bahasa, dan tatakrama daripada orang Madura Barat.{{cn}} Orang Madura Barat lebih banyak merantau daripada Madura Timur.{{cn}} Hal ini, disebabkan Madura Barat lebih gersang daripada Madura Timur yang dikenal lebih subur.{{cn}}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pranala luar ==
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Madura]]
* http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/31?q_searchfield=martapoera {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171225145324/http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/31?q_searchfield=martapoera |date=2017-12-25 }} Serdadu Madura di Banjarmasin.
* http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/70?q_searchfield=martapoera {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171225145311/http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/70?q_searchfield=martapoera |date=2017-12-25 }} Perahu Madura di Banjarmasin.


[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Madura]]
[[de:Maduresen]]
[[Kategori:Madura]]
[[en:Madurese people]]
[[fr:Madurais (peuple)]]
[[hr:Madurci]]
[[ja:マドゥラ族]]
[[jv:Wong Madura]]
[[ms:Suku Madura]]
[[nl:Madoerezen]]
[[ru:Мадурцы]]
[[sh:Madurci]]

Revisi terkini sejak 15 September 2024 00.05

Suku Madura
Orèng Madhurâ
ꦲꦺꦴꦫꦺꦁꦩꦢꦸꦫ
Potret kepala desa Madura.
Jumlah populasi
7.179.356 (sensus 2010)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Jawa Timur6.520.403
Kalimantan Barat274.869
DKI Jakarta79.925
Kalimantan Selatan53.002
Kalimantan Timur46.823
Jawa Barat43.001
Kalimantan Tengah42.668
Bali29.864
Bahasa
Madura (utama), Indonesia dan Jawa (hanya komunitas yang menetap di jawa).
Agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu
Kelompok etnik terkait
Bawean, Kangean, Pendalungan, Jawa, Melayu, Sasak/Lombok, Bali

Suku Madura (Bahasa Madura: Orèng Madhurâ) merupakan salah satu etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 7.179.356 juta jiwa (sensus 2010). Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya (Pulau Puteran, Pulau Gili Iyang, Pulau Sapudi, Pulau Gili Raja, Pulau Giligenting, Pulau Raas, dan lain-lain). Suku Madura adalah suku perantau yang banyak tersebar di beberapa wilayah-wilayah Indonesia. Selain di Indonesia, beberapa orang Madura perantauan juga dapat ditemui di negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura.[2]

Persebaran

Suku Madura berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, dan Raas. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo, Bondowoso, sebelah timur Probolinggo, utara Lumajang, dan utara Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga Surabaya utara, serta sebagian Malang. ada juga yang menetap di Bawean, di negeri jiran Malaysia, Timor Leste, Brunei Darussalam misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di negara negara Timur Tengah.

Demografi

Penari dari Madura (1890–1917)

Suku Madura hidup tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di wilayah bagian utara Jawa Timur yang meliputi Pulau Madura dan Kawasan Tapal Kuda.[3] Selain itu, orang Madura juga banyak yang merantau ke wilayah lain terutama ke Kalimantan, Jabodetabek, Bali, juga ke negara-negara di Timur Tengah khususnya Arab Saudi. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura disebabkan oleh kesenjangan sosial, tetapi sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat sudah rukun kembali.[butuh rujukan]

Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet, mereka suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar. Namun, tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi tokoh nasional seperti:

Selain itu banyak juga terdapat tokoh pejuang kemerdekaan yang layak menjadi Pahlawan nasional Indonesia Seperti:

Madura masih menyimpan banyak tokoh ulama seperti

Kepercayaan

Mayoritas masyarakat suku Madura hampir 100 % beragama Islam, bahkan suku Madura yang tinggal di Madura bisa dikatakan 100 % muslim. suku Madura terkenal sangat taat dalam beragama Islam, seperti halnya suku Melayu atau suku Bugis yang juga sangat menjunjung agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh pulau madura. Misalnya Pondok Pondok pesantren miftahul ulum panyepen, Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, pondok pesantren Al hamidiy banyuanyar Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan, Pondok pesantren Annuqayah disingkat PPA pesantren yang terletak di desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren Al-Amin di Sumenep dan, Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Pondok Pesantren Attaraqqi Sampang, dan pesantren-pesantren lainnya dari yang memiliki santri ribuan, ratusan, dan puluhan yang tersebar di Pulau Madura. Pesantren-pesantren begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat Madura karena pesantren tidak sekadar mengajar ilmu agama tetapi juga mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan peduli pada nasib rakyat kecil.

Karakter

Suku Madura dikenal dengan intonasi bicaranya yang keras dan terdengar kasar. Walaupun begitu mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).[butuh rujukan] Sekali pun berpendapatan kecil pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji.

Budaya sosial

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura, tetapi tradisi lambat laun melemah seiring dengan terdidiknya kaum muda di pelosok desa, dahulu mereka memakai kekuatan emosional dan tenaga saja, tetapi kini mereka lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.

Rampa' Naong Bhringin Korong juga menjadi falsafah hidup orang-orang Madura. Yang mana falsafah tersebut secara harafiah berarti Rimbun Menaungi Seperti Beringin Kurung. Tetapi falsafah tersebut bermakna orang yang berdaya melindungi yang lemah serta hidup rukun dan teduh meneduhkan seperti di bawah pohon beringin kurung. Dalam konteks ini menandakan kerukunan antar masyarakat bagi Suku Madura sehari-hari.

Abhântal Ombâ' Asapo' Angen Salanjhânga secara harafiah berarti Berbantal Ombak Berselimut Angin Selamanya. Peribahasa ini bermakna bahwa bagi masyarakat Suku Madura mempercayai bahwa sepanjang hidup kita pasti terdapat halangan sebagaimana kehidupan para nelayan yang mencari penghidupan di laut yang selalu diterjang ombak dan disapu angin.

Ada perbedaan antara Madura Timur (Sumenep dan Pamekasan) dengan Madura Barat (Sampang dan Bangkalan). Orang Madura Timur dikenal lebih halus baik dari sikap, bahasa, dan tatakrama daripada orang Madura Barat.[butuh rujukan] Orang Madura Barat lebih banyak merantau daripada Madura Timur.[butuh rujukan] Hal ini, disebabkan Madura Barat lebih gersang daripada Madura Timur yang dikenal lebih subur.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia – Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175. 
  2. ^ Melalatoa, M. Junus (1 Januari 1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 493. 
  3. ^ Sukandar, dkk. (Desember 2016). Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur) (PDF). Surabaya: Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. hlm. 3. 

Pranala luar