Lompat ke isi

Abdul Hadi W.M.: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Karier: #1Lib1Ref #1Lib1RefID
 
(75 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:

[[Berkas:Abdu-hadi-wm.jpg|thumb|Prof. Dr. Abdul Hadi WM]]
{{Infobox person
'''Prof. Dr. Abdul Hadi WM''' ({{lahirmati|[[Sumenep]], [[Pulau Madura|Madura]], [[Jawa Timur]]|24|6|1946}}) adalah salah satu [[sastrawan]], [[budayawan]] dan ahli [[filsafat]] [[Indonesia]].Ia dikenal melalui karya-karyanya yang bernafaskan sufistik, penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusasteraan [[Bahasa Melayu|Melayu]] [[Nusantara]] dan pandangan-pandangannya tentang [[Islam]] dan [[pluralisme]].
| name = Abdul Hadi W.M.
| honorific_prefix = <!-- Hanya gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/haji) -->
| image = Hadi_70s.jpg
| caption = Abdul Hadi WM pada tahun 1970-an
| alt =
| birth_name =
| birth_date = {{birth date|1946|6|24}}
| birth_place = [[Sumenep]], [[Pulau Madura|Madura]], [[Jawa Timur]]
| baptised =
| disappeared_date =
| disappeared_place =
| disappeared_status =
| death_date = {{death date and age|2024|1|19|1946|6|24}}
| death_place = Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Gatot Soebroto, DKI Jakarta
| death_cause =
| body_discovered =
| resting_place =
| resting_place_coordinates =
| burial_place =
| burial_coordinates =
| monuments =
| nationality = Indonesia
| other_names =
| siglum =
| citizenship =
| education = [[Doktor Filsafat]]
| alma_mater = {{ubl|[[Universitas Gadjah Mada]]|[[Universitas Padjadjaran]]|[[Universitas Sains Malaysia]]}}
| occupation = {{hlist|[[Sastrawan]]|[[Filsuf]]|[[Budayawan]]|[[Akademikus]]}}
| years_active = 1960-an – sekarang
| era =
| employer =
| organization =
| agent = <!-- Discouraged in most cases, specifically when promotional, and requiring a reliable source -->
| known_for = Peneliti [[sufisme]]
| notable_works = ''Meditasi'', ''Madura'', dll
| style =
| net_worth = <!-- Net worth should be supported with a citation from a reliable source -->
| height = <!-- "X cm", "X m" or "X ft Y in" plus optional reference (conversions are automatic) -->
| television =
| title = <!-- Formal/awarded/job title. The parameter |office=may be used as an alternative when the label is better rendered as "Office" (e.g. public office or appointments) -->
| term =
| predecessor =
| successor =
| party = {{parpolicon|PPP}}
| movement =
| opponents =
| boards =
| criminal_charges = <!-- Criminality parameters should be supported with citations from reliable sources -->
| criminal_penalty =
| criminal_status =
| spouse =
| partner =
| children =
| parents =
| mother = <!-- may be used (optionally with father parameter) in place of parents parameter (displays "Parent(s)" as label) -->
| father = <!-- may be used (optionally with mother parameter) in place of parents parameter (displays "Parent(s)" as label) -->
| relatives =
| family =
| callsign =
| awards =
| website =
| module =
| module2 =
| module3 =
| module4 =
| module5 =
| module6 =
| signature =
| signature_size =
| signature_alt =
| footnotes =
}}

'''Abdul Hadi W.M.''' atau nama lengkapnya '''Abdul Hadi Wiji Muthari''' ({{lahirmati|[[Sumenep]]|24|6|1946|[Jakarta]]|19|1|2024}}) adalah [[sastrawan]], [[budayawan]] dan ahli [[filsafat]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Namanya dikenal melalui karya-karyanya yang bernapaskan sufistik, penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusasteraan [[Bahasa Melayu|Melayu]] [[Nusantara]] dan pandangan-pandangannya tentang [[Islam]] dan [[pluralisme]].<ref>{{Cite book|last=Abdul Hadi W. M.|date=2000|url=https://www.worldcat.org/oclc/45330308|title=Islam : cakrawala estetik dan budaya|location=Pasar Minggu, Jakarta|publisher=Pustaka Firdaus|isbn=979-541-117-9|edition=Cet. 1|oclc=45330308}}</ref>

== Masa kecil ==
== Masa kecil ==
Abdul Hadi WM lahir dari garis keturunan saudagar [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] yang hijrah dan menetap di Sumenep. <ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Ayahnya, saudagar dan guru bahasa [[Jerman]] bernama K. Abu Muthar menikah dengan putri keraton Solo bernama RA. Martiya.<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Anak sulung dari empat bersaudara (semua laki-laki) ini di masa kecilnya sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat dari pemikir-pemikir seperti [[Plato]], [[Sokrates]], [[Imam Ghazali]], [[Rabindranath Tagore]], dan [[Muhammad Iqbal]].<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Sejak kecil pula ia telah mencintai puisi dan dunia tulis menulis.<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Penulisannya dimatangkan terutama oleh karya-karya [[Amir Hamzah]] dan [[Chairil Anwar]].<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Bersama teman-temannya Zawawi Imron dan Ahmad Fudholi Zaini, Hadi mendirikan sebuah pesantren di kota kelahirannya tahun 1990 yang diberi nama "Pesantren An-Naba", yang terdiri dari masjid, asrama, dan sanggar seni tempat para santri diajari sastra, seni rupa (berikut memahat dan mematung), desain, kaligrafi, mengukir, keramik, musik, seni suara, dan drama.<ref>{{cite web|url=http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:MOviyRCgrpUJ:202.158.52.214/id/arsip/1990/01/06/AG/mbm.19900106.AG17722.id.html+abdul+hadi+wm+%2Ban-naba&cd=17&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id |title=:: Majalah Tempo: Kesenian di Pesantren :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>
Abdul Hadi W.M. terlahir dengan nama Abdul Hadi Wijaya. Ketika dewasa ia mengubah nama Wijaya menjadi Wiji. Ia lahir dari garis keturunan peranakan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] di wilayah [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]], Madura.<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki |accessdate=3 April 2011}}</ref> Ayahnya, saudagar dan guru bahasa [[Jerman]] bernama K. Abu Muthar, dan ibunya adalah putri keturunan Mangkunegaran bernama RA Sumartiyah atau Martiyah. Mereka dikaruniai sepuluh orang anak dan Abdul Hadi adalah putra ketiga; tetapi kedua kakaknya dan empat adiknya yang lain meninggal dunia ketika masih kecil. Anak sulung dari empat bersaudara (semua laki-laki) ini pada masa kecilnya sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat dari pemikir-pemikir seperti [[Plato]], [[Sokrates]], [[Imam Ghazali]], [[Rabindranath Tagore]], dan [[Muhammad Iqbal]]. Sejak kecil pula ia telah mencintai puisi dan dunia tulis-menulis. Penulisannya dimatangkan terutama oleh karya-karya [[Amir Hamzah]] dan [[Chairil Anwar]]. Bersama teman-temannya Zawawi Imron dan Ahmad Fudholi Zaini, Hadi mendirikan sebuah pesantren di kota kelahirannya tahun 1990 yang diberi nama ''Pesantren An-Naba'', yang terdiri dari masjid, asrama, dan sanggar seni tempat para santri diajari sastra, seni rupa (berikut memahat dan mematung), desain, kaligrafi, mengukir, keramik, musik, seni suara, dan drama.<ref>{{cite web|url=http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:MOviyRCgrpUJ:202.158.52.214/id/arsip/1990/01/06/AG/mbm.19900106.AG17722.id.html+abdul+hadi+wm+%2Ban-naba&cd=17&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id |title=Majalah Tempo: Kesenian di Pesantren |accessdate=3 April 2011}}</ref>


== Pendidikan ==
== Pendidikan ==
Pendidikan dasar dan sekolah menengah pertamanya diselesaikan di kota kelahirannya.<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Ketika memasuki sekolah menengah atas, Abdul Hadi meninggalkan kota kelahirannya, pergi ke [[Surabaya]] untuk menuntut ilmu di kota itu.<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Ia kemudian menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, [[Universitas Gadjah Mada]], [[Yogyakarta]] hingga tingkat [[sarjana muda]], lalu pindah ke studi Filsafat Barat di universitas yang sama hingga tingkat doktoral, namun tidak diselesaikannya.<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Ia beralih ke Fakultas Sastra, [[Universitas Padjadjaran]], [[Bandung]] dan mengambil program studi [[Antropologi]].<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Selama setahun sejak 1973-1974 Hadi bermukim di [[Iowa]], [[Amerika Serikat]] untuk mengikuti [[International Writing Program]] di [[University of Iowa]], lalu di [[Hamburg]], [[Jerman]] selama beberapa tahun untuk mendalami sastra dan filsafat.<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Pada tahun 1992 ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil gelar [[master]] dan [[doktor]] [[Filsafat]] dari [[Universiti Sains Malaysia]] di [[Penang]], [[Malaysia]], di mana pada saat yang bersamaan ia menjadi dosen di universitas tersebut.<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Sekembalinya ke Indonesia, Hadi menerima tawaran dari teman lamanya [[Nurcholis Madjid]] untuk mengajar di [[Universitas Paramadina]], Jakarta, universitas yang sama yang mengukuhkannya sebagai Guru Besar Falsafah dan Agama di tahun 2008.<ref>{{cite web|url=http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=203253 |title=:: Harian Suara Karya - Pengukuhan Prof. Dr. Abdul Hadi W.M. :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>
Pendidikan dasar dan sekolah menengah pertamanya diselesaikan di kota kelahirannya. Ketika memasuki sekolah menengah atas, Abdul Hadi meninggalkan kota kelahirannya, pergi ke [[Surabaya]] untuk menuntut ilmu di kota itu. Ia kemudian menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, [[Universitas Gadjah Mada]], [[Yogyakarta]] hingga tingkat [[sarjana muda]], lalu pindah ke studi Filsafat Barat di universitas yang sama hingga tingkat doktoral, namun tidak diselesaikannya. Ia beralih ke Fakultas Sastra, [[Universitas Padjadjaran]], [[Bandung]] dan mengambil program studi [[Antropologi]]. Selama setahun sejak 1973-1974 Hadi bermukim di [[Iowa]], [[Amerika Serikat]] untuk mengikuti [[International Writing Program]] di [[Universitas Iowa]], lalu di [[Hamburg]], [[Jerman]] selama beberapa tahun untuk mendalami sastra dan filsafat. Pada tahun 1992 ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil gelar [[master]] dan [[Doktor Filsafat]] dari [[Universitas Sains Malaysia]] di [[Penang]], [[Malaysia]], di mana pada saat yang bersamaan ia menjadi dosen di universitas tersebut. Sekembalinya ke Indonesia, Hadi menerima tawaran dari teman lamanya [[Nurcholis Madjid]] untuk mengajar di [[Universitas Paramadina]], Jakarta, universitas yang sama yang mengukuhkannya sebagai Guru Besar Falsafah dan Agama pada tahun 2008.<ref>{{cite web|url=http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=203253|title=Harian Suara Karya - Pengukuhan Prof. Dr. Abdul Hadi W.M.|accessdate=3 April 2011}}{{Pranala mati|date=Oktober 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


== Karier ==
== Karier ==
[[Berkas:Hadi_70s.jpg‎|left|thumb|Abdul Hadi WM 1970-an]]Keterlibatannya dalam dunia jurnalistik diawali sejak menjadi mahasiswa, di mana Hadi menjadi [[redaktur]] [[Gema Mahasiswa]] (1967-1968) dan redaktur [[Mahasiswa Indonesia]] (1969-1974).<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Kemudian ia menjadi Redaktur Pelaksana majalah [[Budaya Jaya]] (1977-1978), redaktur majalah [[Kamar Dagang dan Industri Indonesia]] (KADIN) (1979-1981), redaktur [[Balai Pustaka]] (1981-1983) dan redaktur jurnal kebudayaan [[Ulumul Qur'an]]..<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Sejak 1979 sampai awal 1990-an ia menjabat sebagai redaktur kebudayaan harian [[Berita Buana]]..<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Tahun 1982 ia dilantik menjadi Ketua [[Dewan Kesenian Jakarta]] dan ketika reformasi bergulir, dalam pemilu multi partai 1999, atas desakan rekannya Dr. H. [[Hamzah Haz]], Abdul Hadi didesak maju sebagai wakil daerah wilayah pemilihan Jawa Timur dari [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP).<ref>{{cite web|url=http://sastra-pesantren.blogspot.com/2011/03/sosok-prof-dr-abdul-hadi-wm.html |title=:: Sastra Pesantren: Biografi Abdul Hadi W.M. :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Tahun 2000 ia dilantik menjadi anggota [[Lembaga Sensor Film]] dan sampai saat ini dia menjabat Ketua Dewan Kurator [[Bayt al-Qur'an]] dan [[Museum Istiqlal]], Ketua Majlis Kebudayaan [[Muhammadiyah]], anggota Dewan Pakar [[Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]] (ICMI) dan anggota Dewan Penasihat [[PARMUSI]] (Persaudaraan Muslimin Indonesia).<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>
Hadi telah menjadi [[redaktur]] ''[[Gema Mahasiswa]]'' (1967-1968) dan redaktur ''[[Mahasiswa Indonesia]]'' (1969-1974) ketika masih berstatus sebagai [[mahasiswa]].<ref>{{Cite journal|last=Mu’jizah|date=2012|title=Abdul Hadi W.M.: Dari Puisi ke Teori|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/4279/1/Majalah%20Pusat%20Edisi%204.pdf|journal=Pusat: Majalah Sastra|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|volume=4|pages=75|issn=2086-3934}}</ref> Kemudian ia menjadi Redaktur Pelaksana majalah ''[[Budaya Jaya]]'' (1977-1978), redaktur majalah [[Kamar Dagang dan Industri Indonesia]] (KADIN) (1979-1981), redaktur [[Balai Pustaka]] (1981-1983) dan redaktur jurnal kebudayaan [[Ulumul Qur'an]]. Sejak 1979 sampai awal 1990-an ia menjabat sebagai redaktur kebudayaan harian [[Berita Buana]]. Tahun 1982, Ia dilantik menjadi Ketua [[Dewan Kesenian Jakarta]] dan ketika [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|reformasi bergulir]], dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu multi partai 1999]], atas desakan rekannya Dr. H. [[Hamzah Haz]], Abdul Hadi didesak maju sebagai wakil daerah wilayah pemilihan [[Jawa Timur]] dari [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP). Tahun 2000, Ia dilantik menjadi anggota [[Lembaga Sensor Film]] dan sampai saat ini dia menjabat Ketua Dewan Kurator [[Bayt al-Qur'an]] dan [[Museum Istiqlal]], Ketua Majlis Kebudayaan [[Muhammadiyah]], anggota Dewan Pakar [[Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]] (ICMI) dan anggota Dewan Penasihat [[PARMUSI]] (Persaudaraan Muslimin Indonesia). Keterlibatan Abdul Hadi WM dalam lingkaran aktivis Muslim telah dimulai sejak ia menjadi anggota [[Himpunan Mahasiswa Islam]] (HMI) selama menjadi mahasiswa di [[Universitas Gadjah Mada|UGM]], kemudian ikut merintis lahirnya [[Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah]] (IMM) pada tahun 1964 bersama-sama [[Amien Rais]] dan sahabatnya sesama penyair, [[Slamet Sukirnanto]]


Sebagai pengajar, saat ini tercatat sebagai dosen tetap [[Fakultas Falsafah]] [[Universitas Paramadina]],{{fact}} dosen luar biasa Fakultas Ilmu Budaya [[Universitas Indonesia]],{{fact}} dan dosen pascasarjana [[Universitas Muhammadiyah Jakarta]]{{fact}} dan [[The Islamic College for Advanced Studies]] (ICAS) [[London]] kampus Jakarta.<ref>{{cite web|url=http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html |title=:: Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>
Abdul Hadi bekerja sebagai pengajar. Ia merupakan salah seorang guru besar falsafah dan sastra di [[Universitas Paramadina]].<ref>{{Cite book|last=Shaleh|first=Badrus|date=Maret 2020|url=https://www.nusantarainstitute.com/wp-content/uploads/2020/02/E-Book-NAA-2019-Sastrawan-Santri.pdf|title=Sastrawan Santri: Etnografi Sastra Pesantren|location=Semarang|publisher=Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Press|isbn=978- 602-6418-56-2|editor-last=Al Qutuby|editor-first=Sumanto|pages=2|url-status=live}}</ref> Selain itu, ia juga merupakan dosen luar biasa Fakultas Ilmu Budaya [[Universitas Indonesia]], dan dosen Pascasarjana [[Universitas Muhammadiyah Jakarta]] dan [[The Islamic College for Advanced Studies]] (ICAS) [[London]] kampus Jakarta.


Sebagai sastrawan, Hadi bersama sahabat-sahabatnya antara lain [[Taufik Ismail]], [[Sutardji Calzoum Bachri]], [[Hamid Jabar]] dan [[Leon Agusta]] menggerakkan program ''Sastrawan Masuk Sekolah '' (SMS), di bawah naungan [[Departemen Pendidikan Nasional]] dan [[Yayasan Indonesia]], dengan sponsor dari [[The Ford Foundation]].
Sebagai sastrawan, Hadi bersama sahabat-sahabatnya antara lain [[Taufik Ismail]], [[Sutardji Calzoum Bachri]], [[Hamid Jabar]] dan [[Leon Agusta]] menggerakkan program ''Sastrawan Masuk Sekolah ''(SMS), di bawah naungan [[Departemen Pendidikan Nasional]] dan [[Yayasan Indonesia]], dengan sponsor dari [[The Ford Foundation]].<ref>{{Cite web|title=Artikel "Abdul Hadi W.M." - Ensiklopedia Sastra Indonesia|url=https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Abdul_Hadi_W_M|website=ensiklopedia.kemdikbud.go.id|access-date=2023-08-29}}</ref>
<ref>{{cite web|url=http://sastra-pesantren.blogspot.com/2011/03/sosok-prof-dr-abdul-hadi-wm.html |title=:: Sastra Pesantren: Biografi Abdul Hadi W.M. :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>}


== Karya ==
== Karya ==
Sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta puisi sufis. Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu.<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Seiring dengan waktu, karya-karyanya kian kuat diwarnai oleh tasawuf Islam.{{fact}} Orang{{who}} sering membandingkannya dengan sahabat karibnya [[Taufik Ismail]], yang juga berpuisi religius. Namun ia membantah. ''“Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik menekankan sisi moralistisnya.”''<ref>{{cite web|url=http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html |title=:: "Apa dan Siapa" - Pusat Data Tempo :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>
Sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta puisi [[Sufisme|sufis]]. Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu. Seiring dengan waktu, karya-karyanya kian kuat diwarnai oleh tasawuf Islam. Orang sering membandingkannya dengan sahabat karibnya [[Taufik Ismail]], yang juga berpuisi religius. Namun ia membantah. ''“Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik menekankan sisi moralistisnya.”''


Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika Timur menguat dalam sastra Indonesia kontemporeran, puitika sufistik yang dikembangkan Abdul Hadi menjadi mainstream cukup dominan dan cukup banyak pengaruh dan pengikutnya.<ref>{{cite web|url=http://sastra-indonesia.com/2010/09/sastra-abdul-hadi-wm-dan-fenomena-puisi-sufistik/ |title=:: Sastra, Abdul Hadi W.M., dan Fenomena Puisi Sufistik :: |accessdate=2011-04-03}}</ref> Tampak ia ikut menafasi kebudayaan dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami,{{fact}} ikut mendorong masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap sebagai penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler.<ref>{{cite web|url=http://sastra-indonesia.com/2010/09/sastra-abdul-hadi-wm-dan-fenomena-puisi-sufistik/ |title=:: Sastra, Abdul Hadi W.M., dan Fenomena Puisi Sufistik :: |accessdate=2011-04-03}}</ref>}
Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika timur menguat dalam sastra Indonesia kontemporer, puitika sufistik yang dikembangkan Abdul Hadi menjadi mainstream cukup dominan dan cukup banyak pengaruh dan pengikutnya. Tampak ia ikut menafasi kebudayaan dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami, ikut mendorong masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap sebagai penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler.<ref>{{cite web|url=http://sastra-indonesia.com/2010/09/sastra-abdul-hadi-wm-dan-fenomena-puisi-sufistik/ |title= Sastra, Abdul Hadi W.M., dan Fenomena Puisi Sufistik|accessdate= 3 April 2011}}</ref>


Sampai saat ini Abdul Hadi telah menulis beberapa buku penelitian filsafat di antaranya ''Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik'' (Pustaka Firdaus, 1999), ''Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya'' (Pustaka Firdaus, 1999), ''Tasawuf Yang Tertindas'', serta beberapa buku kumpulan puisi antara lain ''At Last We Meet Again'', ''Arjuna in Meditation'' (bersama [[Sutardji Calzoum Bachri]] dan [[Darmanto Yatman]]), ''Laut Belum Pasang'', ''Meditasi'', ''Cermin'', ''Tergantung pada Angin'', ''Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur'', ''Anak Laut Anak Angin'', ''Madura: Luang Prabhang dan Pembawa Matahari'', sejumlah karya terjemahan sastra sufi dan sastra dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz, Goethe, penyair sufi Persia dan penyair modern Jepang. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku dongeng anak-anak untuk [[Balai Pustaka]].
Sampai saat ini Abdul Hadi telah menulis beberapa buku penelitian filsafat di antaranya ''Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik'' (Pustaka Firdaus, 1999), ''Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya'' (Pustaka Firdaus, 1999), ''Tasawuf Yang Tertindas'', serta beberapa buku kumpulan puisi antara lain ''At Last We Meet Again'', ''Arjuna in Meditation'' (bersama [[Sutardji Calzoum Bachri]] dan [[Darmanto Yatman]]), ''Laut Belum Pasang'', ''Meditasi'', ''Cermin'', ''Tergantung pada Angin'', ''Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur'', ''Anak Laut Anak Angin'', ''Madura: Luang Prabhang dan Pembawa Matahari'', sejumlah karya terjemahan sastra sufi dan sastra dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz, Goethe, penyair sufi Persia dan penyair modern Jepang. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku dongeng anak-anak untuk [[Balai Pustaka]].


Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa [[Inggris]], [[Prancis]], [[Belanda]], [[Jepang]], [[Jerman]], [[Cina]], [[Thailand]], [[Bahasa Arab|Arab]], [[Bengali]], [[Urdu]], [[Korea]] dan [[Spanyol]].
Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa [[Inggris]], [[Prancis]], [[Belanda]], [[Jepang]], [[Jerman]], [[Cina]], [[Thailand]], [[Bahasa Arab|Arab]], [[Bengali]], [[Urdu]], [[Korea]] dan [[Spanyol]].{{fact}}


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
* Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra ''Horison'' (1969){{fact}}
* Hadiah Buku Puisi Terbaik [[Dewan Kesenian Jakarta]] (1978){{fact}}
* Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1979){{fact}}
* South-East Asia (SEA) Write Award, [[Bangkok]], [[Thailand]] (1985){{fact}}
* Anugerah Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) (2003){{fact}}


Pada tahun 1969, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra ''Horison.''{{Butuh rujukan}} Hadiah ini diperoleh untuk sajaknya yang berjudul ''Madura'' yang terbit tahun 1968. Lalu pada tahun 1977, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Buku Puisi Terbaik dari [[Dewan Kesenian Jakarta]]. Hadiah ini diberikan kepadanya untuk kumpulan sajak yang ditulisnya, yaitu ''Meditasi''. Kumpulan sajak ini diterbitkan pada tahun 1976. Pemerintah Indonesia juga memberikan Hadiah Seni kepadanya pada tahun 1979 atas prestasinya dalam penulisan sajak. Kemudian, pada tahun 1985, Abdul Hadi menerima Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand di [[Bangkok]]. Hadiah ini merupakan penghargaan atas sajaknya yang berjudul ''Tergantung pada Angin''. Sajak ini diterbitkan pada tahun 1983.<ref>{{Cite book|date=2003|url=https://www.researchgate.net/profile/Puji-Santosa/publication/330889150_Ensiklopedia_Sastra_Indonesia_Modern/links/5c5a264045851582c3d173e0/Ensiklopedia-Sastra-Indonesia-Modern.pdf|title=Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=979-685-308-6|editor-last=Sugono, D., dkk.|editor-first=|pages=6-7|url-status=live}}</ref>
== Kehidupan Pribadi ==
Tahun 1978 ia menikah dengan wartawati dan pelukis Tedjawati Koentjoro, dan dikarunia tiga orang putri Gayatri Wedotami, Dian Kuswandini dan Ayusha Ayutthaya. Dengan istrinya ia sering terlibat diskusi soal seni,{{fact}} dan sejak dini selalu membawa anak-anak mereka mengunjungi pameran-pameran kesenian, di mana [[Taman Ismail Marzuki]] mereka jadikan tempat berlibur di akhir pekan. Ia juga menyukai karya [[Bach]], [[Beethoven]], dan [[The Beatles]].


Abdul Hadi juga meneriama Anugerah Mastera dari Majelis Sastra Asia Tenggara pada tahun 2003. Selain itu, ia menerima Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2010.{{Butuh rujukan}} Lalu pada bulan Maret 2011, Hadi memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata [[Jero Wacik]], penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.<ref>{{Cite news|url=http://www.antaranews.com/berita/1300963597/menbudpar-sematkan-satyalencana-kebudayaan-2010|title=Menbudpar Sematkan Satyalencana Kebudayaan 2010|accessdate=3 April 2011|last=Adityawarman|editor-last=Wire|editor-first=PR|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]}}</ref> Pada tahun 2014, Abdul Hadi memperoleh Habibie Award di bidang sastra dan kebudayaan.{{Butuh rujukan}}
== Tulisan tentang Abdul Hadi WM ==

== Kehidupan pribadi ==
Pada 25 November tahun 1978, ia menikah dengan wartawati dan pelukis Tedjawati atau akrab dikenal sebagai [[Atiek Koentjoro]]. Atiek adalah saudara sepupu budayawan [[Umar Kayam]]. Mereka dikaruniai tiga orang putri yaitu [[Gayatri Wedotami]] (atau juga dikenal sebagai Chen Chen, seorang cerpenis dan aktivis di bidang perdamaian antar-iman), [[Dian Kuswandini]] (seorang jurnalis yang sekarang bermukim di Paris), dan [[Ayusha Ayutthaya]] (seorang guru bahasa Mandarin). Saat ini Abdul Hadi WM memperoleh tiga orang cucu, dua orang anak perempuan dari Gayatri dan seorang dari Ayusha.
Sewaktu masih tinggal di Jakarta, Abdul Hadi WM hidup bertetangga dengan saudara sepupu ibunya, [[Soetarni]], istri dari tokoh PKI [[Nyoto]]. Dari sini keluarga Sutarni maupun keluarga Abdul Hadi WM menjadi dekat. Abdul Hadi WM menyukai karya [[Bach]], [[Beethoven]], dan [[The Beatles]]. Selain membaca buku, ia juga gemar berkebun.{{fact}}
== Rujukan ==
{{reflist|30em}}

== Bacaan lanjutan ==
* "Naturmagie und Sufismus - Gedichte des indonesischen Lyrikers Abdul Hadi W.M.", dalam ''Orientierungen'' 1/1991, S. 113-122.
* "Naturmagie und Sufismus - Gedichte des indonesischen Lyrikers Abdul Hadi W.M.", dalam ''Orientierungen'' 1/1991, S. 113-122.
* "Struktur sajak penyair Abdul Hadi W.M." (1998) oleh Anita K. Rustapa
* "Struktur sajak penyair Abdul Hadi W.M." (1998) oleh Anita K. Rustapa
Baris 42: Baris 118:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/A/ads,20030616-09,A.html Profil Abdul Hadi WM di Pusat Data dan Analisa Tempo (memerlukan pendaftaran)]
* {{id}} [http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html Profil Abdul Hadi WM di situs web Taman Ismail Marzuki]
* {{id}} [http://pusatbahasa.diknas.go.id/laman/index.php?info=sea_award&rmenu=penghargaan&infocmd=show&award_tahun=&award_title=&award_penerima=&infoid=8&row= Profil singkat di Pusat Bahasa Diknas]{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html Profil Abdul Hadi WM di situs Taman Ismail Marzuki ]
* {{id}} [http://www.eramuslim.net/?buka=show_artikel&id=837 Era Muslim: Abdul Hadi WM: Islam itu Bukan Kebudayaan Arab]
* [http://pusatbahasa.diknas.go.id/laman/index.php?info=sea_award&rmenu=penghargaan&infocmd=show&award_tahun=&award_title=&award_penerima=&infoid=8&row= Profil singkat di Pusat Bahasa Diknas]
* {{id}} [http://republika.co.id:8080/berita/45094/Prof_Dr_Abdul_Hadi_WM_Indonesia_tak_Punya_Rumah_Kebudayaan_Sendiri Wawancara dengan Republika] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110925222745/http://republika.co.id:8080/berita/45094/Prof_Dr_Abdul_Hadi_WM_Indonesia_tak_Punya_Rumah_Kebudayaan_Sendiri |date=2011-09-25 }}
* [http://islamlib.com/id/artikel/seni-tak-bisa-dihalal-haramkan/ Jaringan Islam Liberal - Abdul Hadi WM: Seni Tak Bisa Dihalal-Haramkan]
* {{id}} [http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=203253 Pengukuhan Guru Besar Abdul Hadi WM di Suara Karya]{{Pranala mati|date=Oktober 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.eramuslim.net/?buka=show_artikel&id=837 Eramuslim.net - Abdul Hadi WM: Islam itu Bukan Kebudayaan Arab]
* [http://www.sastra-indonesia.com/2009/03/abdul-hadi-wm-seni-itu-kendaraan-naik/ Wawancara dengan Sastra Indonesia: Seni itu Kendaraan Naik]
* [http://www.perspektifbaru.com/wawancara/453 Wawancara dengan Perspektif Baru]
* [http://republika.co.id:8080/berita/45094/Prof_Dr_Abdul_Hadi_WM_Indonesia_tak_Punya_Rumah_Kebudayaan_Sendiri Wawancara dengan Republika]
* [http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=203253 Pengukuhan Guru Besar Abdul Hadi WM di Suara Karya]
* [http://entertainment.kompas.com/read/2008/06/10/1412352/abdul.hadi.wm.dalam.sastra.sufistik Kompas: Abdul Hadi WM dalam Sastra Sufistik]
* [http://www.arsip.net/id/link.php?lh=Ug4MBwUBBQBa Ulasan harian Republika]
* [http://melayuonline.com/store/?show=detail&a=TFZYL3FibTZvLzNYUWdJb2k%3D=,479,545 Penghormatan untuk Abdul Hadi WM]


{{lifetime|1946||Abdul Hadi Wiji Muthari}}
==Referensi==
{{Authority control}}

{{reflist}}

{{lifetime|1946||Muthari, Abdul Hadi Wiji}}


[[Kategori:Filsuf Indonesia]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:Sufi Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Indonesia]]
[[Kategori:Wartawan Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Alumni Universitas Gadjah Mada]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Sains Malaysia]]
[[Kategori:Dosen Universitas Sains Malaysia]]
[[Kategori:Dosen Universitas Paramadina]]
[[Kategori:Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta]]
[[Kategori:Dosen Universitas Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Muhammadiyah]]
[[Kategori:Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Himpunan Mahasiswa Islam]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Tokoh Madura]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Sumenep]]
[[Kategori:Kelahiran 1946]]
[[Kategori:Kematian 2024]]

Revisi terkini sejak 16 Mei 2024 03.18

Abdul Hadi W.M.
Abdul Hadi WM pada tahun 1970-an
Lahir(1946-06-24)24 Juni 1946
Sumenep, Madura, Jawa Timur
Meninggal19 Januari 2024(2024-01-19) (umur 77)
Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Gatot Soebroto, DKI Jakarta
KebangsaanIndonesia
PendidikanDoktor Filsafat
Almamater
Pekerjaan
Tahun aktif1960-an – sekarang
Dikenal atasPeneliti sufisme
Karya terkenalMeditasi, Madura, dll
Partai politikPPP

Abdul Hadi W.M. atau nama lengkapnya Abdul Hadi Wiji Muthari (24 Juni 1946 – 19 Januari 2024) adalah sastrawan, budayawan dan ahli filsafat berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya yang bernapaskan sufistik, penelitian-penelitiannya dalam bidang kesusasteraan Melayu Nusantara dan pandangan-pandangannya tentang Islam dan pluralisme.[1]

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]

Abdul Hadi W.M. terlahir dengan nama Abdul Hadi Wijaya. Ketika dewasa ia mengubah nama Wijaya menjadi Wiji. Ia lahir dari garis keturunan peranakan Tionghoa di wilayah Sumenep, Madura.[2] Ayahnya, saudagar dan guru bahasa Jerman bernama K. Abu Muthar, dan ibunya adalah putri keturunan Mangkunegaran bernama RA Sumartiyah atau Martiyah. Mereka dikaruniai sepuluh orang anak dan Abdul Hadi adalah putra ketiga; tetapi kedua kakaknya dan empat adiknya yang lain meninggal dunia ketika masih kecil. Anak sulung dari empat bersaudara (semua laki-laki) ini pada masa kecilnya sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat dari pemikir-pemikir seperti Plato, Sokrates, Imam Ghazali, Rabindranath Tagore, dan Muhammad Iqbal. Sejak kecil pula ia telah mencintai puisi dan dunia tulis-menulis. Penulisannya dimatangkan terutama oleh karya-karya Amir Hamzah dan Chairil Anwar. Bersama teman-temannya Zawawi Imron dan Ahmad Fudholi Zaini, Hadi mendirikan sebuah pesantren di kota kelahirannya tahun 1990 yang diberi nama Pesantren An-Naba, yang terdiri dari masjid, asrama, dan sanggar seni tempat para santri diajari sastra, seni rupa (berikut memahat dan mematung), desain, kaligrafi, mengukir, keramik, musik, seni suara, dan drama.[3]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Pendidikan dasar dan sekolah menengah pertamanya diselesaikan di kota kelahirannya. Ketika memasuki sekolah menengah atas, Abdul Hadi meninggalkan kota kelahirannya, pergi ke Surabaya untuk menuntut ilmu di kota itu. Ia kemudian menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta hingga tingkat sarjana muda, lalu pindah ke studi Filsafat Barat di universitas yang sama hingga tingkat doktoral, namun tidak diselesaikannya. Ia beralih ke Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung dan mengambil program studi Antropologi. Selama setahun sejak 1973-1974 Hadi bermukim di Iowa, Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, lalu di Hamburg, Jerman selama beberapa tahun untuk mendalami sastra dan filsafat. Pada tahun 1992 ia mendapatkan kesempatan studi dan mengambil gelar master dan Doktor Filsafat dari Universitas Sains Malaysia di Penang, Malaysia, di mana pada saat yang bersamaan ia menjadi dosen di universitas tersebut. Sekembalinya ke Indonesia, Hadi menerima tawaran dari teman lamanya Nurcholis Madjid untuk mengajar di Universitas Paramadina, Jakarta, universitas yang sama yang mengukuhkannya sebagai Guru Besar Falsafah dan Agama pada tahun 2008.[4]

Hadi telah menjadi redaktur Gema Mahasiswa (1967-1968) dan redaktur Mahasiswa Indonesia (1969-1974) ketika masih berstatus sebagai mahasiswa.[5] Kemudian ia menjadi Redaktur Pelaksana majalah Budaya Jaya (1977-1978), redaktur majalah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) (1979-1981), redaktur Balai Pustaka (1981-1983) dan redaktur jurnal kebudayaan Ulumul Qur'an. Sejak 1979 sampai awal 1990-an ia menjabat sebagai redaktur kebudayaan harian Berita Buana. Tahun 1982, Ia dilantik menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan ketika reformasi bergulir, dalam Pemilu multi partai 1999, atas desakan rekannya Dr. H. Hamzah Haz, Abdul Hadi didesak maju sebagai wakil daerah wilayah pemilihan Jawa Timur dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tahun 2000, Ia dilantik menjadi anggota Lembaga Sensor Film dan sampai saat ini dia menjabat Ketua Dewan Kurator Bayt al-Qur'an dan Museum Istiqlal, Ketua Majlis Kebudayaan Muhammadiyah, anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan anggota Dewan Penasihat PARMUSI (Persaudaraan Muslimin Indonesia). Keterlibatan Abdul Hadi WM dalam lingkaran aktivis Muslim telah dimulai sejak ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selama menjadi mahasiswa di UGM, kemudian ikut merintis lahirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tahun 1964 bersama-sama Amien Rais dan sahabatnya sesama penyair, Slamet Sukirnanto

Abdul Hadi bekerja sebagai pengajar. Ia merupakan salah seorang guru besar falsafah dan sastra di Universitas Paramadina.[6] Selain itu, ia juga merupakan dosen luar biasa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan The Islamic College for Advanced Studies (ICAS) London kampus Jakarta.

Sebagai sastrawan, Hadi bersama sahabat-sahabatnya antara lain Taufik Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabar dan Leon Agusta menggerakkan program Sastrawan Masuk Sekolah (SMS), di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Yayasan Indonesia, dengan sponsor dari The Ford Foundation.[7]

Sekitar tahun 1970-an, para pengamat menilainya sebagai pencipta puisi sufis. Ia memang menulis tentang kesepian, kematian, dan waktu. Seiring dengan waktu, karya-karyanya kian kuat diwarnai oleh tasawuf Islam. Orang sering membandingkannya dengan sahabat karibnya Taufik Ismail, yang juga berpuisi religius. Namun ia membantah. “Dengan tulisan, saya mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman religius yang saya rasakan. Sedang Taufik menekankan sisi moralistisnya.”

Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika timur menguat dalam sastra Indonesia kontemporer, puitika sufistik yang dikembangkan Abdul Hadi menjadi mainstream cukup dominan dan cukup banyak pengaruh dan pengikutnya. Tampak ia ikut menafasi kebudayaan dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami, ikut mendorong masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap sebagai penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler.[8]

Sampai saat ini Abdul Hadi telah menulis beberapa buku penelitian filsafat di antaranya Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik (Pustaka Firdaus, 1999), Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus, 1999), Tasawuf Yang Tertindas, serta beberapa buku kumpulan puisi antara lain At Last We Meet Again, Arjuna in Meditation (bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Darmanto Yatman), Laut Belum Pasang, Meditasi, Cermin, Tergantung pada Angin, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Anak Laut Anak Angin, Madura: Luang Prabhang dan Pembawa Matahari, sejumlah karya terjemahan sastra sufi dan sastra dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz, Goethe, penyair sufi Persia dan penyair modern Jepang. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku dongeng anak-anak untuk Balai Pustaka.

Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman, Cina, Thailand, Arab, Bengali, Urdu, Korea dan Spanyol.[butuh rujukan]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1969, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra Horison.[butuh rujukan] Hadiah ini diperoleh untuk sajaknya yang berjudul Madura yang terbit tahun 1968. Lalu pada tahun 1977, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Buku Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta. Hadiah ini diberikan kepadanya untuk kumpulan sajak yang ditulisnya, yaitu Meditasi. Kumpulan sajak ini diterbitkan pada tahun 1976. Pemerintah Indonesia juga memberikan Hadiah Seni kepadanya pada tahun 1979 atas prestasinya dalam penulisan sajak. Kemudian, pada tahun 1985, Abdul Hadi menerima Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand di Bangkok. Hadiah ini merupakan penghargaan atas sajaknya yang berjudul Tergantung pada Angin. Sajak ini diterbitkan pada tahun 1983.[9]

Abdul Hadi juga meneriama Anugerah Mastera dari Majelis Sastra Asia Tenggara pada tahun 2003. Selain itu, ia menerima Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2010.[butuh rujukan] Lalu pada bulan Maret 2011, Hadi memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.[10] Pada tahun 2014, Abdul Hadi memperoleh Habibie Award di bidang sastra dan kebudayaan.[butuh rujukan]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Pada 25 November tahun 1978, ia menikah dengan wartawati dan pelukis Tedjawati atau akrab dikenal sebagai Atiek Koentjoro. Atiek adalah saudara sepupu budayawan Umar Kayam. Mereka dikaruniai tiga orang putri yaitu Gayatri Wedotami (atau juga dikenal sebagai Chen Chen, seorang cerpenis dan aktivis di bidang perdamaian antar-iman), Dian Kuswandini (seorang jurnalis yang sekarang bermukim di Paris), dan Ayusha Ayutthaya (seorang guru bahasa Mandarin). Saat ini Abdul Hadi WM memperoleh tiga orang cucu, dua orang anak perempuan dari Gayatri dan seorang dari Ayusha. Sewaktu masih tinggal di Jakarta, Abdul Hadi WM hidup bertetangga dengan saudara sepupu ibunya, Soetarni, istri dari tokoh PKI Nyoto. Dari sini keluarga Sutarni maupun keluarga Abdul Hadi WM menjadi dekat. Abdul Hadi WM menyukai karya Bach, Beethoven, dan The Beatles. Selain membaca buku, ia juga gemar berkebun.[butuh rujukan]

  1. ^ Abdul Hadi W. M. (2000). Islam : cakrawala estetik dan budaya (edisi ke-Cet. 1). Pasar Minggu, Jakarta: Pustaka Firdaus. ISBN 979-541-117-9. OCLC 45330308. 
  2. ^ "Profil Abdul Hadi W.M. di Taman Ismail Marzuki". Diakses tanggal 3 April 2011. 
  3. ^ "Majalah Tempo: Kesenian di Pesantren". Diakses tanggal 3 April 2011. 
  4. ^ "Harian Suara Karya - Pengukuhan Prof. Dr. Abdul Hadi W.M." Diakses tanggal 3 April 2011. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Mu’jizah (2012). "Abdul Hadi W.M.: Dari Puisi ke Teori" (PDF). Pusat: Majalah Sastra. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 4: 75. ISSN 2086-3934. 
  6. ^ Shaleh, Badrus (Maret 2020). Al Qutuby, Sumanto, ed. Sastrawan Santri: Etnografi Sastra Pesantren (PDF). Semarang: Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Press. hlm. 2. ISBN 978- 602-6418-56-2. 
  7. ^ "Artikel "Abdul Hadi W.M." - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2023-08-29. 
  8. ^ "Sastra, Abdul Hadi W.M., dan Fenomena Puisi Sufistik". Diakses tanggal 3 April 2011. 
  9. ^ Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 6–7. ISBN 979-685-308-6. 
  10. ^ Adityawarman. Wire, PR, ed. "Menbudpar Sematkan Satyalencana Kebudayaan 2010". ANTARA News. Diakses tanggal 3 April 2011. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • "Naturmagie und Sufismus - Gedichte des indonesischen Lyrikers Abdul Hadi W.M.", dalam Orientierungen 1/1991, S. 113-122.
  • "Struktur sajak penyair Abdul Hadi W.M." (1998) oleh Anita K. Rustapa
  • "Mysticism reborn? — The poet Abdul Hadi W.M." (1974) oleh Christine Deakin
  • "Arjuna in meditation: three young Indonesian poets: selected verse of Abdul Hadi W.M., Darmanto Jt & Sutardji Calzoum Bachri", (1976) Writers Workshop, Calcutta.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]