Lompat ke isi

Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Memperbaharui informasi
 
(46 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox building
{{Infobox religious building
| name = Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin<br>''مسجد راي سبيلال المهتدين بانجارماسين''
| building_name = Masjid Raya Sabilal Muhtadin
| image = Masjid_Raya_Banjarmasin.jpg
| image = Masjid Raya Sabilal Muhtadi depan.jpg
| image_size = 250px
| caption = Masjid Raya Sabilal Muhtadin
| map_type =
| caption =
| religious_affiliation = [[Islam]] – [[Sunni]]
| altitude =
| location = [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]]
| building_type =
| province = {{flag|Kalimantan Selatan}}
| architectural_style =
| country = {{flag|Indonesia}}
| structural_system =
| established = [[1974]] - [[1981]]<ref>{{Cite web|last=Banjarmasin|first=A. S. N.|title=Masjid Raya Sabilal Muhtadin|url=http://disbudpar.banjarmasinkota.go.id/2018/10/masjid-raya-sabilal-muhtadin.html|access-date=2022-12-25}}</ref>
| cost =
| architect =
| ren_cost =
| architecture_type = [[Masjid]]
| location = {{flagicon|Indonesia}} [[Banjarmasin]], [[Indonesia]]
| architecture_style = [[Timur Tengah]]
| address = Jalan Sudirman, Kelurahan [[Antasan Besar, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin]]
| capacity = 15.000 [[Jemaah]]<ref>{{Cite web|title=Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin|url=https://duniamasjid.islamic-center.or.id/859/masjid-raya-sabilal-al-muhtadin/|access-date=2022-12-25}}</ref>
| client =
| owner =
|dome_quantity = 1
| current_tenants =
|dome_height_outer =
| landlord =
|dome_dia_outer =
| coordinates =
|minaret_quantity = 5
| start_date =
|minaret_height =
| completion_date =
| website =
| inauguration_date =
| renovation_date =
| demolition_date =
| destruction_date =
| height =
| diameter =
| other_dimensions =
| floor_count =
| floor_area =
| main_contractor =
| architect =
| architecture_firm =
| structural_engineer =
| services_engineer =
| civil_engineer =
| other_designers =
| quantity_surveyor =
| awards =
| ren_architect =
| ren_firm =
| ren_str_engineer =
| ren_serv_engineer =
| ren_civ_engineer =
| ren_oth_designers =
| ren_qty_surveyor =
| ren_awards =
| references =
| latd=3 |latm=19 |lats=8.20 |latNS=S
| longd=114 |longm=35 |longs=28.40 |longEW=E
}}
}}


'''Masjid Raya Sabilal Muhtadin''' adalah sebuah [[masjid]] bersejarah yang berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 1, [[Antasan Besar, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|Kelurahan Antasan Besar]], [[Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|Kecamatan Banjarmasin Tengah]], [[Kota Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan|Provinsi Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. Masjid ini dibangun pada tahun [[1974]] dan diresmikan pada tahun [[1981]]<ref name=":7">{{Cite web|last=Banjarmasin|first=A. S. N.|title=Masjid Raya Sabilal Muhtadin|url=http://disbudpar.banjarmasinkota.go.id/2018/10/masjid-raya-sabilal-muhtadin.html|access-date=2022-12-25}}</ref> sebagai penghormatan terhadap [[ulama]] besar [[Syekh]] [[Muhammad Arsyad al-Banjari]], dimana nama masjid ini diambil dari nama kitabnya yang berjudul ''[[Sabilal Muhtadin|Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din]]'' (Jalan bagi Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk untuk Mendalami Urusan-Urusan Agama), sebuah kitab fikih mazhab Syafii yang menjadi salah satu rujukan ulama di Nusantara. Masjid ini berdiri di bekas tanah [[asrama]] tentara [[Pulau Tatas]], dimana pada era [[Hindia Belanda|kolonialisme Belanda]], tempat ini dikenal dengan ''Fort Van Tatas'' atau [[Benteng Tatas]].<ref name=":3">{{Cite web|title=Sejarah Singkat {{!}} Masjid Raya Sabilal Muhtadin|url=https://sabilalmuhtadin.or.id/profil.cfm?KodeTentang=A|website=sabilalmuhtadin.or.id|access-date=2022-12-25}}{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref name=":5">{{Cite web|last=klikkalsel.com|date=2022-03-01|title=Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin dari Lokasi Bekas Hotel Hingga Asrama Pulau Tatas - Laman 3 dari 4|url=https://klikkalsel.com/sejarah-masjid-raya-sabilal-muhtadin-dari-lokasi-bekas-hotel-hingga-asrama-pulau-tatas/|website=Klikkalsel.com|language=id-ID|access-date=2022-12-25}}</ref><ref name=":4">{{Cite web|title=Sejarah Singkat Masjid Sabilal Muhtadin, Salah Satu Masjid Terbesar di Kota Banjarmasin|url=https://www.beritabanjarmasin.com/2022/04/sejarah-singkat-masjid-sabilal-muhtadin.html|website=Berita Banjarmasin {{!}} Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin|access-date=2024-06-22}}</ref><ref name=":6">{{Cite web|title=Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin|url=https://duniamasjid.islamic-center.or.id/859/masjid-raya-sabilal-al-muhtadin/|access-date=2022-12-25}}</ref>.
[[Berkas:Belakang Sabilal Muhtadin.JPG|thumb|250px|Halaman Belakang Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin]]
'''Masjid Raya Sabilal Muhtadin''' adalah sebuah [[Masjid Raya]] yang terletak di Kelurahan [[Antasan Besar, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|Antasan Besar]], kota [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]]. Di dalam kompleks mini juga terdapat kantor MUI Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di tepi barat sungai Martapura dan dibangun pada tahun 1981.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=uRX5zMsCeNgC&lpg=PA485&dq=masjid%20banjarmasin&pg=PA485#v=onepage&q=masjid%20banjarmasin&f=false Rough guide to Southeast Asia Oleh Jeremy Atiyah,Rough Guides]</ref> Di Masjid ini akan diselenggarakan Seleksi Tilawatil Quran Nasional (STQN) Ke XXI 2011 pada tanggal 4-11 Juni 2011.<ref>[http://www.kalselprov.go.id/berita/persiapan-pelaksanaan-stq-nasional-di-banjarmasin-4-11-juni Persiapan Pelaksanaan STQ Nasional di Banjarmasin 4 - 11 ]</ref>


== Sejarah ==
'''Sabilal Muhtadin''', nama pilihan untuk '''Mesjid Raya Banjarmasin''' ini, adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm. Syekh [[Muhammad Arsyad al-Banjari]] ([[1710]] — [[1812]] M) yang selama hidup-nya memperdalam dan mengembangkan agama [[Islam]] di [[Kerajaan Banjar]] atau [[Kalimantan Selatan]] sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati meliwati batas negerinya sampai ke [[Malaka]], [[Filipina]], [[Bombay]], [[Mekkah]], [[Madinah]], [[Istambul]] dan [[Mesir]].
[[Berkas:In het Fort Tatas te Bandjermasin, Zuid-Borneo, KITLV 27006.tiff|jmpl|Benteng Tatas pada zaman [[Hindia Belanda]]]]


== Bangunan fisik ==
=== Benteng Tatas ===
Dahulu, Pulau Tatas, yang merupakan pulau delta, merupakan lokasi dari [[Benteng Tatas|Fort van Tatas]] yang merupakan benteng dan barak Belanda, dimana benteng ini dikelilingi kanal dan berada di persimpangan yang dinilai strategis, yaitu wilayah [[Kesultanan Banjar]] di [[Kuin]] di bagian baratnya dan daerah menuju [[Martapura, Banjar|Martapura]] dan Hulu Sungai di bagian timurnya. Selain strategis dari segi pertahanan, dari segi ekonomi juga dinilai strategis karena armada dagang Eropa ([[Belanda]], [[Portugal|Portugis]], [[Inggris]]), [[Tiongkok]], Melayu, Bugis, dan Jawa kerap berkabuh di daerah ini untuk melakukan perdagangan lada yang merupakan komoditas perdagangan kesultanan masa itu.<ref name=":0">{{Cite web|last=Helmi|first=Muhammad|date=20 Juli 2022|title=Kisah Masjid Sabilal Muhtadin Berdiri di Atas Benteng dan Barak Belanda|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/tahulah-pian/1973149843/kisah-masjid-sabilal-muhtadin-berdiri-di-atas-benteng-dan-barak-belanda|website=Radar Banjarmasin|access-date=22 Juni 2024}}</ref>
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini di-bangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, letaknya ditengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya adalah Kompiek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas.
Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2. Menara mesjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour ber-warna emas yang ditopang oleh su-sunan kerangka baja. Dan kubah menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M.


Awalnya, Pulau Tatas tidak dilirik oleh [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] sebagai benteng pertahanan dan lebih memilih [[Sungai Barito]] di dekat muara [[Sungai Kuin]] karena berdekatan dengan keraton kesultanan. Bahkan pada kedatangan VOC yang kedua pada tahun 1612, armada VOC belum melihat pulau ini. Baru pada Oktober 1756, ketika Sultan Banjar melakukan perjanjian dengan Johan Andreas Para Vinci, pulau ini menjadi benteng pertahanan dimana wilayah ini berada di tangan [[Perusahaan Hindia Timur Britania Raya|Inggris]], dimana benteng ini dibangun dengan bentuk pentagin yang diperkuat selekoh (bastion) di sisi sungai dan sisi daratan. Lalu, pada tahun 1786-1787, saat Sultan Banjar menyerahkan kedaulatan kepada VOC, VOC mendirikan pusat pemerintahan di pulau ini.<ref name=":0" />
Kemudian seperti biasanya yang ter dapat pada setiap mesjid-raya, maka pada Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga, kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk Ke-agungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pe-milihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, maksudnya tentu tiada lain adalah upaya menampilkan bobot ataupun makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruh annya dibuat dari bahan tembaga de ngan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan.


=== Pembangunan ===
Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis de-ngan porselein, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik. Seluruh bangunan Mesjid Raya ini, dengan luas seperti disebut di atas, pada bagian dalam dan halaman bangunan, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.
Keinginan untuk membangun sebuah masjid raya dimulai ketika beberapa tokoh seperti [[Hasan Basry|Brigjend H. Hasan Basry]], [[Maksid|H. Maksid]], [[M. Yusi]], dan sejumlah ulama sepakat membangun sebuah masjid raya yang berfungsi sebagai pusat kegiatan Islam dalam arti luas di Banjarmasin. Pada awalnya, lokasi masjid raya yang akan dibangun berlokasi di areal bekas Hotel Banjar. Rencana ini mendapat masukan dari Pangdam X Lambung Mangkurat saat itu, [[Amir Machmud]] dan Gubernur Kalsel pada saat itu, [[Aberani Sulaiman]]. Namun, pertimbangan lain yang kemudian diterima adalah bahwa lokasi masjid raya yang akan dibangun adalah di Pulau Tatas yang berada di pusat Kota Banjarmasin,dan lahannya masih tergolong luas (sekitar 100 ribu meter persegi), dimana pada saat itu merupakan asrama militer.<ref name=":3" /><ref name=":4" /><ref name=":0" /><ref name=":2">{{Cite web|last=Maudhody|first=Achmad|date=2020-02-05|title=KalselPedia: Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Masjid Terbesar di Kalsel|url=https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/02/05/kalselpedia-masjid-raya-sabilal-muhtadin-masjid-terbesar-di-kalsel|website=Banjarmasinpost.co.id|language=id-ID|access-date=2024-06-22}}</ref>


Setelah pemilihan lokasi dilakukan dengan bantuan para ahli dari [[Institut Teknologi Bandung]], dilakukan peletakan batu pertama oleh Aberani Sulaiman dan Amir Machmud pada tahun 1964. Namun, pembangunan masjid sempat tertunda karena kondisi perekonomian, politik, dan keamanan saat itu belum sepenuhnya stabil akibat [[Gerakan 30 September|peristiwa Gerakan 30 September]]. Selain itu, banyak pejabat dan tokoh yang berperan dalam pembangunan masjid mengalami mutasi tugas. Akhirnya, pada 10 November 1974, Gubernur Kalimantan Selatan saat itu, [[Subardjo Surosarojo|Soebardjo]], baru meresmikan pemancangan tiang pertama Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang menandakan bahwa pembangunan masjid telah dimulai kembali, dimana dia menunjuk PT Griya Cipta Sarana sebagai perencana dan PT Barata Metelworles sebagai pelaksana pembangunan.<ref name=":3" /><ref name=":4" /><ref name=":2" /><ref name=":1" /> Seeblumnya, Kantor Wilayah Departemen Agama telah membentuk tim khusus untuk menentukan arah kiblat pada masjid ini pada tanggal 8 Agustus 1974 yang terdiri dari [[Muhammad Hanafie Gobit|K.H. M.Hanafie Gobit]], [[Abdullah Busthani|K.H. Abdullah Busthani]], [[Mas’ud Djuhrie|Drs. Mas’ud Djuhrie]] serta [[Muhammad Arsyad Suban|M. Arsyad Suban]].<ref name=":5" />
== Konsep estetika interior masjid ==
[[Berkas:Plakat Masjid Sabilal Muhtadin.jpg|jmpl|Prasasti Peresmian Masjid Raya Sabilal Muhtadin]]
Peranan elemen-hias pada sebuah bangunan, bila diolah secara cermat dan diarahkan dengan tepat, akan tam-pak bukan saja sesuatu yang 'indah dimata' akan tetapi sekaligus dapat bermakna lain pada diri kita. Bisa jadi memberikan pengalaman batin yang menyentuh dan menimbulkan macam-macam perasaan, misalnya perasaan haru, kagum, syahdu dan seterusnya. Dengan ini berarti kita berbicara me-ngenai wawasan estetis dan pemilihan teknis dari seorang seniman untuk se-lanjutnya sebagai konsep dasar pijakan kreatifitasnya.
Pada 31 Oktober 1979 atau 10 Zulhijah 1399 Hijriah, dilaksanakan [[Salat]] [[Iduladha]] untuk yang pertama kalinya di masjid ini. Meskipun kondisi masjid pada saat itu belum sepenuhnya selesai dibangun, salat berjamaah tersebut dapat dilaksanakan yang menandakan bahwa masjid ini sudah dapat digunakan pada masyarakat. Setelah itu, dibentuklah panitia pengumpul dana yang diketuai oleh [[Hasan Moegni Marwan|K.H. Hasan Moegni Marwan]] dengan sekretaris [[Rafi'i Hamdi|H.M Rafi'i Hamdi]]. Kurang lebih selama tujuh tahun dibangun, akhirnya masjid ini diresmikan oleh Presiden [[Soeharto]] pada 9 Februari 1981.<ref name=":3" /><ref name=":4" /><ref name=":2" /><ref name=":1">{{Cite book|date=Juni 2022|title=Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Percikan Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari|location=Malang|publisher=Edulitera|isbn=9786234850000|pages=6|url-status=live}}</ref>


Hingga saat ini, ada beberapa orang yang pernah berperan menjadi pengurus masjid dari periode ke periode, seperti K.H. Hasan Moegeni Marwan (ketua umum periode 1980-1982), [[Muhammad Said|Ir. H. M. Said]] (ketua umum pada periode 1982-1987, dimana dibantu oleh K.H. Muhammad Rafi'i Hamdie), H.Maksid (ketua umum 1987-1999), [[Husin Naparin|K.H.Husin Naparin, Lc, M.A]] (ketua umum periode 1999-2004), [[Ahmad Bakrie|K.H.Ahmad Bakeri]] (ketua umum periode 2004-2006), [[Rudy Ariffin|Drs.H.Rudy Ariffin, M.M]] (ketua umum periode 2006-2008, dimana dibantu oleh K.H. Ahmad Bakeri sebagai ketua harian), [[Tabrani Basri|Drs.K.H.Tabrani Basri]] (ketua umum periode 2008-2010), [[Rusdiansyah Asnawi|Drs. H. Rusdiansyah Asnawi, S.H]] (ketua umum periode 2010-2012 & 2012-2015), [[Akhmad Sagir|Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag]] (ketua umum periode 2016-2018) dan [[Darul Quthni|Drs. K.H. Darul Quthni, M.H]] (ketua umum periode 2018-Sekarang).<ref name=":3" /><ref name=":4" />
=== Tiga pokok pijakan ===
Sejalan dengan hal yang baru di-sebut di atas, maka wawasan estetis pada bangunan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini dilakukan dalam tiga pokok pijakan sebagai berikut.
# Sesuatu yang dapat memberikan dan menimbulkan rasa keagama an yang lebih dalam.
# Ornamen-dekoratif yang selaras dan fungsional sesuai dengan arsitektur mesjid.
# Sebagai ciri-khas atau identitas yang menunjukkan kekayaan kebudayaan lingkungan Kalimantan.


=== Kaligrafi ===
=== Renovasi ===
Pada tahun 2009, dilakukan renovasi yang dilaksanakan oleh gubernur saat itu, Rudy Ariffin dengan menggunakan anggaran sekitar 37 miliar rupiah. Renovasi dilakukan untuk memperbaiki berbagai sisi masjid termasuk kubah utama di bagian dalam masjid, mengngat beberapa bagian masjid dinilai sudah tidak prima karena usia. Meskipun begitu, proses renovasi ini tidak merubah bentuk asli masjid, meskipun ada wacana ingin memperluas areal pelataran masjid dan memasang atap payung elektrik seperti [[Masjid Nabawi]] pada tahun 2015.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|last=Maskuriah|first=Ulul|date=2014-02-05|title=Sabilal Dirancang Seperti Madinah|url=https://kalsel.antaranews.com/berita/15832/sabilal-dirancang-seperti-madinah|website=ANTARA News Kalimantan Selatan|access-date=2024-06-22}}</ref>
Atas dasar ini, maka elemen-estetik untuk mesjid-raya ini dibentuk dalam kaligrafi-arab dengan mengambil ayat-ayat Al-Quran, Asmaul Husna, yaitu 99 nama Keagungan Tuhan dan nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam
Kaligrafi ini kemudian dirangkai dan dipadu dengan unsur-unsur ragam-hias motif tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagdi tradisi seni-hias pada bangunan bangunan mesjid seluruh dunia.


== Arsitektur ==
Bentuk floral (tumbuh-tumbuhan) ini memberikan sesuatu kesan hidup dan dinamis, akan tetapi yang terpenting adalah menghindarkan ke-cendrungan untuk menjadi gambar pe-mujaan, seperti halnya gambar yang bertemakan bentuk manusia dan he-wan. Demikian pula ayat-ayat suci yang dituliskan dalam bentuk khat in-dah dengan Gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus dan Kufik, kiranya menimbulkan rasa kekayaan citarasa dan khayal-seni untuk meluhurkan puja kepada Tuhan.
[[Berkas:Bagian Dalam Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.jpg|jmpl|Interior Masjid Raya Sabilal Muhtadin]]
Seacar keseluruhan, masjid yang memiliki luas bangunan kurang lebih 5.250 meter persegi ini dapat menampung jamaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan. Bangunan ini dikelilingi empat menara setinggi 21 meter dan satu menara setinggi 45 meter. Bangunan ini menggunakan [[batu pualam]] sebagai pelapis lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam. Walaupun begitu, bangunan ini juga menggunakan [[porselen]] pada lantai tempat pengambilan air wudhu dan keramik pada lantai plazanya.<ref name=":5" /><ref name=":6" />


Bangunan ini memiliki kerawang yang tembus pandang pada pintu-pintu dan dindingnya sebagai penyeimbang bangunan yang memiliki kubah yang berbentuk bulat pipih di atas bangunan, tiang-tiang yang kokoh dan dinding yang tebal. Bangunan ini juga didukung dengan 17 buah lampu hias dengan ribuan bola kaca di bagian dalam ruang utama yang tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 meter.<ref name=":5" /><ref name=":6" />
== Desain keseluruhan ==
[[Berkas:Bagian Dalam Masjid Raya Sabilal Muhtadin.jpg|jmpl|Mihrab dan Mimbar Masjid Raya Sabilal Muhtadin]]
Disain keseluruhan bangunan mesjid, dengan kubah besar, tiang-tiang kokoh dan tegap serta dinding tebal dan padat yang keseluruhan dibalut oleh le-bih kurang 14.830 M2 pualam kremmuda seakan memberikan suasana be-rat, kukuh dan kadahg-kadang terasa menekan. Kesan ini timbul balk dari eksteriornya maupun interiornya.
Masjid ini memiliki elemen hias [[Kaligrafi Islam|kaligrafi]] yang diukir pada bahan tembaga berwarna gelap bertuliskan ayat-ayat [[Al-Qur'an]], [[Asmaulhusna]], lafaz [[Allah]], dan lafaz [[Muhammad|Nabi Muhammad]] dan [[Khulafaur Rasyidin|keempat sahabatnya]] yang ditulis dalam gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus, dan Kufik. Selain itu, masjid ini memiliki elemen hias berupa motif khas Kalimantan yang berbentuk tumbuh- tumbuhan.<ref name=":5" /><ref name=":6" />
Kesejuruhan keadaan banguann mesjid seperti disebut di atas menjadi per-timbangan dalam memperhitungkan pembuatan elemen-estetik yang akan ditempatkan dalam ruang dalam dan luar bangunan mesjid itu.
Penetapan disain krawang untuk pintu-utama, pintu samping dan din-ding, adalah upaya untuk memberikan keseimbangan antara 'rasa berat' yang ditimbulkan fisik bangunan dan 'rasa ringan' yang ditimbulkan oleh sifat 'tembus pandang' dari ornamen krawang tersebut. Lampu hias (chandelier) yang terdiri dari 17 buah unit gan-tungan dengan ribuan bola kaca ter-susun dalam lingkaran bergaris tengah 9 M, menimbulkan 'rasa-ringan' yang ditempatkan sebagai kontras terhadap fisik bangunan itu sendiri.


== Fasilitas dan aktivitas ==
<!-- dipindahkan ke [[Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary]]
[[Berkas:Salat Magrib di Masjid Raya Sabilal Muhtadin.jpg|jmpl|Suasana kegiatan salat magrib sebelum kegiatan majelis taklim setiap kamis malam di Masjid Raya Sabilal Muhtadin]]
Ulama-ulama yang muncul dikemudian hari, menduduki tempat-tempat penting di seluruh Keraiaan Baniar dan mendirikan syurau dan madrasah, adalah Iah dari didikan syuraunya di Pagar Dalam yang didirikannya setelah kem-bali dari menuntut ilmu di tanah Mekkah.
Saat ini, daerah masjid tidak hanya berisi bangunan utama masjid, melainkan juga berbagai macam bangunan yang digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya Kantor Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Angkatan Muda Sabilal Muhtadin, [[Majelis Ulama Indonesia]] Kalsel, [[Badan Amil Zakat Nasional]] Kalsel dan [[Badan Wakaf Indonesia]] Kalsel. Selain itu, masjid ini memiliki perpustakaan, ''Islamic Center'', taman, hingga aula yang disewakan untuk berbagai kegiatan umum.


Masjid ini juga memiliki saluran radio dengan nama "Radio Dakwah Sabilal Muhtadin" dengan frekuensi 88,5 FM dan saluran YouTube dengan nama "Syiar Majelis Sabilal Muhtadin" (Syima Sabilal Muhtadin).<ref name=":7" />
Di samping mendidik di syuraunya, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab 'SABILAL MUHTADIN' yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara.
Selain dari pada mengajar, menulis dan dakwah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary juga sangat memperhatikan rakyat sekitarnya. Kepada mereka beliau memberi contoh bagaimana bercocok tanam membuat pengairan untuk me-majukan pertanian penduduk.


Masjid ini juga memiliki Lembaga Pendidikan Islam yang menanungi berbagai satuan pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi (STIKIP Sabilal Muhtadin). Untuk PAUD, SD, dan SMP Islam Sabilal Muhtadin, bangunannya terletak di kompleks masjid, sedangkan SMA dan SMK Islam Sabilal Muhtadin serta STIKIP Sabilal Muhtadin berada Kompleks Malkon Temon di daerah Jalan Sultan Adam Banjarmasin.
Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 - 1734 M) memerintah Kerajaan-Banjar, suatu hari ketika ber-kunjung ke kampung Lok Ngabang. Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan me-minta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya ting-gal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.


Dalam menjalankan aktivitasnya, selain digunakan untuk salat berjamaah, juga sering digunakan dalam kegiatan keagamaan lainnya seperti majelis taklim dan peringatan hari besar Islam, dimana dalam sejarahnya, majelis taklim ini pernah diisi oleh beberapa ulama seperti K.H. Ahmad Bakeri, [[Ahmad Zuhdiannoor|K.H. Ahmad Zuhdiannoor]], dan lain-lain.<ref name=":2" /><ref name=":22">{{Cite web|date=2 Mei 2020|title=Riwayat Singkat Almarhum Guru Zuhdi|url=https://kalselpos.com/2020/05/riwayat-singkat-almarhum-guru-zuhdi/|website=Kalselpos.com|access-date=3 Mei 2020}}</ref>
Kemudian atas permintaannya sendiri, pada waktu ber-umur sekitar 30 tahun. Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah memperdalam ilmunya, dan lebih dari 30 tahun kemudian, setelah gurunya menyatakan su-dahlah cukup bekal ilmunya, barulah ia kembali pulang ke Banjarmasin.
Akan tetapi Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantu dan member! warna pada kehidupannya telah mangkat dan digantikan kemudian oleh Sultan TahmiduHah II bin Sultan HW, yaitu cucu Sultan Tahlilullah yang sejak semula telah akrab bagaikan bersahabat. Kepada Sultan Tahlilullah ia tidak sempat menyatakan terimakasih-nya ataupun memberikan pengabdiannya dan mereka ter-pisah karena jarak dan umur.


== Referensi ==
Sekembalinya dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakan nya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Pagar Dalam, yang kemudian lama-kelamaan men-jadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam.
{{ref-list}}


[[Kategori: Masjid di Banjarmasin|Sabilal Muhtadin]]
Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Ke-rajaan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap per-kembangan serta kemajuan agama Islam dikerajaannya, meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh) yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.
[[Kategori:Masjid di Kalimantan Selatan]]

[[Kategori:Masjid di Kalimantan]]
Sebelumnya, untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, ia telah menulis beberapa kitab serta risalah-risalah, di-antaranya ialah Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh, Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat, Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri, Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata. Da-ri beberapa risalahnya, dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian di-himpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Mengenai bidang Tasauf {semacam Filsafat Ketuhanan) ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.

Kitab Sabilal Muhtadin yang disebut pada mula di atas se-lengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, dan untuk singkatnya disebut Kitab Sabilal saja; dan artinya dalam terjemahan bebas adalah Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama.

Dengan demikian maka Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sekaligus adalah guru, ulama, dan teladan bagi mu-ridnya, dan juga penduduk sekitarnya, ia telah berbakti kepada agama dan kehidupan itu sendiri dengan setulus jiwa-raganya.

Maka pada akhirnya, sebagai akibat dari semua itu, kelak kemudian hari, suri tauladan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, seperti telah diriwayatkan di atas, membekas dan terpatri pada hati seluruh kerajaan dan penduduknya dengan kenyataan sebagaimana kita lihat sampai hari ini ialah demikian banyaknya mesjid, langgar, syurau dan madrasah didirikan dan dibangun oleh penduduk disetiap desa, kampung dan kota di seluruh Kerajaan Banjar atau di Kalimantan Selatan sekarang ini.
Dan Mesjid Raya Banjarmasin ini, berdasarkan sejarah serta riwat sebagaimana telah disebut di atas, kita pahatkan namanya : SABILAL MUHTADIN.
--->
== Pranala luar ==
* [http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/50/4136 Radar Banjarmasin - Sejarah Masjid Ray Sabilal Muhtadin]

==Rujukan==
{{reflist}}

{{DEFAULTSORT:Raya Sabilal Muhtadin}}
{{Masjid di Indonesia}}

[[Kategori:Masjid di Indonesia]]
[[Kategori:Kota Banjarmasin]]

[[en:Sabilal Muhtadin]]

Revisi terkini sejak 27 Juni 2024 12.05

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin
مسجد راي سبيلال المهتدين بانجارماسين
Agama
AfiliasiIslamSunni
Provinsi Kalimantan Selatan
Lokasi
LokasiBanjarmasin
Negara Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturTimur Tengah
Didirikan1974 - 1981[1]
Spesifikasi
Kapasitas15.000 Jemaah[2]
Kubah1
Menara5

Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 1, Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan pada tahun 1981[3] sebagai penghormatan terhadap ulama besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, dimana nama masjid ini diambil dari nama kitabnya yang berjudul Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din (Jalan bagi Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk untuk Mendalami Urusan-Urusan Agama), sebuah kitab fikih mazhab Syafii yang menjadi salah satu rujukan ulama di Nusantara. Masjid ini berdiri di bekas tanah asrama tentara Pulau Tatas, dimana pada era kolonialisme Belanda, tempat ini dikenal dengan Fort Van Tatas atau Benteng Tatas.[4][5][6][7].

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Benteng Tatas pada zaman Hindia Belanda

Benteng Tatas[sunting | sunting sumber]

Dahulu, Pulau Tatas, yang merupakan pulau delta, merupakan lokasi dari Fort van Tatas yang merupakan benteng dan barak Belanda, dimana benteng ini dikelilingi kanal dan berada di persimpangan yang dinilai strategis, yaitu wilayah Kesultanan Banjar di Kuin di bagian baratnya dan daerah menuju Martapura dan Hulu Sungai di bagian timurnya. Selain strategis dari segi pertahanan, dari segi ekonomi juga dinilai strategis karena armada dagang Eropa (Belanda, Portugis, Inggris), Tiongkok, Melayu, Bugis, dan Jawa kerap berkabuh di daerah ini untuk melakukan perdagangan lada yang merupakan komoditas perdagangan kesultanan masa itu.[8]

Awalnya, Pulau Tatas tidak dilirik oleh VOC sebagai benteng pertahanan dan lebih memilih Sungai Barito di dekat muara Sungai Kuin karena berdekatan dengan keraton kesultanan. Bahkan pada kedatangan VOC yang kedua pada tahun 1612, armada VOC belum melihat pulau ini. Baru pada Oktober 1756, ketika Sultan Banjar melakukan perjanjian dengan Johan Andreas Para Vinci, pulau ini menjadi benteng pertahanan dimana wilayah ini berada di tangan Inggris, dimana benteng ini dibangun dengan bentuk pentagin yang diperkuat selekoh (bastion) di sisi sungai dan sisi daratan. Lalu, pada tahun 1786-1787, saat Sultan Banjar menyerahkan kedaulatan kepada VOC, VOC mendirikan pusat pemerintahan di pulau ini.[8]

Pembangunan[sunting | sunting sumber]

Keinginan untuk membangun sebuah masjid raya dimulai ketika beberapa tokoh seperti Brigjend H. Hasan Basry, H. Maksid, M. Yusi, dan sejumlah ulama sepakat membangun sebuah masjid raya yang berfungsi sebagai pusat kegiatan Islam dalam arti luas di Banjarmasin. Pada awalnya, lokasi masjid raya yang akan dibangun berlokasi di areal bekas Hotel Banjar. Rencana ini mendapat masukan dari Pangdam X Lambung Mangkurat saat itu, Amir Machmud dan Gubernur Kalsel pada saat itu, Aberani Sulaiman. Namun, pertimbangan lain yang kemudian diterima adalah bahwa lokasi masjid raya yang akan dibangun adalah di Pulau Tatas yang berada di pusat Kota Banjarmasin,dan lahannya masih tergolong luas (sekitar 100 ribu meter persegi), dimana pada saat itu merupakan asrama militer.[4][6][8][9]

Setelah pemilihan lokasi dilakukan dengan bantuan para ahli dari Institut Teknologi Bandung, dilakukan peletakan batu pertama oleh Aberani Sulaiman dan Amir Machmud pada tahun 1964. Namun, pembangunan masjid sempat tertunda karena kondisi perekonomian, politik, dan keamanan saat itu belum sepenuhnya stabil akibat peristiwa Gerakan 30 September. Selain itu, banyak pejabat dan tokoh yang berperan dalam pembangunan masjid mengalami mutasi tugas. Akhirnya, pada 10 November 1974, Gubernur Kalimantan Selatan saat itu, Soebardjo, baru meresmikan pemancangan tiang pertama Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang menandakan bahwa pembangunan masjid telah dimulai kembali, dimana dia menunjuk PT Griya Cipta Sarana sebagai perencana dan PT Barata Metelworles sebagai pelaksana pembangunan.[4][6][9][10] Seeblumnya, Kantor Wilayah Departemen Agama telah membentuk tim khusus untuk menentukan arah kiblat pada masjid ini pada tanggal 8 Agustus 1974 yang terdiri dari K.H. M.Hanafie Gobit, K.H. Abdullah Busthani, Drs. Mas’ud Djuhrie serta M. Arsyad Suban.[5]

Prasasti Peresmian Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Pada 31 Oktober 1979 atau 10 Zulhijah 1399 Hijriah, dilaksanakan Salat Iduladha untuk yang pertama kalinya di masjid ini. Meskipun kondisi masjid pada saat itu belum sepenuhnya selesai dibangun, salat berjamaah tersebut dapat dilaksanakan yang menandakan bahwa masjid ini sudah dapat digunakan pada masyarakat. Setelah itu, dibentuklah panitia pengumpul dana yang diketuai oleh K.H. Hasan Moegni Marwan dengan sekretaris H.M Rafi'i Hamdi. Kurang lebih selama tujuh tahun dibangun, akhirnya masjid ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 9 Februari 1981.[4][6][9][10]

Hingga saat ini, ada beberapa orang yang pernah berperan menjadi pengurus masjid dari periode ke periode, seperti K.H. Hasan Moegeni Marwan (ketua umum periode 1980-1982), Ir. H. M. Said (ketua umum pada periode 1982-1987, dimana dibantu oleh K.H. Muhammad Rafi'i Hamdie), H.Maksid (ketua umum 1987-1999), K.H.Husin Naparin, Lc, M.A (ketua umum periode 1999-2004), K.H.Ahmad Bakeri (ketua umum periode 2004-2006), Drs.H.Rudy Ariffin, M.M (ketua umum periode 2006-2008, dimana dibantu oleh K.H. Ahmad Bakeri sebagai ketua harian), Drs.K.H.Tabrani Basri (ketua umum periode 2008-2010), Drs. H. Rusdiansyah Asnawi, S.H (ketua umum periode 2010-2012 & 2012-2015), Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag (ketua umum periode 2016-2018) dan Drs. K.H. Darul Quthni, M.H (ketua umum periode 2018-Sekarang).[4][6]

Renovasi[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2009, dilakukan renovasi yang dilaksanakan oleh gubernur saat itu, Rudy Ariffin dengan menggunakan anggaran sekitar 37 miliar rupiah. Renovasi dilakukan untuk memperbaiki berbagai sisi masjid termasuk kubah utama di bagian dalam masjid, mengngat beberapa bagian masjid dinilai sudah tidak prima karena usia. Meskipun begitu, proses renovasi ini tidak merubah bentuk asli masjid, meskipun ada wacana ingin memperluas areal pelataran masjid dan memasang atap payung elektrik seperti Masjid Nabawi pada tahun 2015.[9][11]

Arsitektur[sunting | sunting sumber]

Interior Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Seacar keseluruhan, masjid yang memiliki luas bangunan kurang lebih 5.250 meter persegi ini dapat menampung jamaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan. Bangunan ini dikelilingi empat menara setinggi 21 meter dan satu menara setinggi 45 meter. Bangunan ini menggunakan batu pualam sebagai pelapis lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam. Walaupun begitu, bangunan ini juga menggunakan porselen pada lantai tempat pengambilan air wudhu dan keramik pada lantai plazanya.[5][7]

Bangunan ini memiliki kerawang yang tembus pandang pada pintu-pintu dan dindingnya sebagai penyeimbang bangunan yang memiliki kubah yang berbentuk bulat pipih di atas bangunan, tiang-tiang yang kokoh dan dinding yang tebal. Bangunan ini juga didukung dengan 17 buah lampu hias dengan ribuan bola kaca di bagian dalam ruang utama yang tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 meter.[5][7]

Mihrab dan Mimbar Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Masjid ini memiliki elemen hias kaligrafi yang diukir pada bahan tembaga berwarna gelap bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an, Asmaulhusna, lafaz Allah, dan lafaz Nabi Muhammad dan keempat sahabatnya yang ditulis dalam gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus, dan Kufik. Selain itu, masjid ini memiliki elemen hias berupa motif khas Kalimantan yang berbentuk tumbuh- tumbuhan.[5][7]

Fasilitas dan aktivitas[sunting | sunting sumber]

Suasana kegiatan salat magrib sebelum kegiatan majelis taklim setiap kamis malam di Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Saat ini, daerah masjid tidak hanya berisi bangunan utama masjid, melainkan juga berbagai macam bangunan yang digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya Kantor Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Angkatan Muda Sabilal Muhtadin, Majelis Ulama Indonesia Kalsel, Badan Amil Zakat Nasional Kalsel dan Badan Wakaf Indonesia Kalsel. Selain itu, masjid ini memiliki perpustakaan, Islamic Center, taman, hingga aula yang disewakan untuk berbagai kegiatan umum.

Masjid ini juga memiliki saluran radio dengan nama "Radio Dakwah Sabilal Muhtadin" dengan frekuensi 88,5 FM dan saluran YouTube dengan nama "Syiar Majelis Sabilal Muhtadin" (Syima Sabilal Muhtadin).[3]

Masjid ini juga memiliki Lembaga Pendidikan Islam yang menanungi berbagai satuan pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi (STIKIP Sabilal Muhtadin). Untuk PAUD, SD, dan SMP Islam Sabilal Muhtadin, bangunannya terletak di kompleks masjid, sedangkan SMA dan SMK Islam Sabilal Muhtadin serta STIKIP Sabilal Muhtadin berada Kompleks Malkon Temon di daerah Jalan Sultan Adam Banjarmasin.

Dalam menjalankan aktivitasnya, selain digunakan untuk salat berjamaah, juga sering digunakan dalam kegiatan keagamaan lainnya seperti majelis taklim dan peringatan hari besar Islam, dimana dalam sejarahnya, majelis taklim ini pernah diisi oleh beberapa ulama seperti K.H. Ahmad Bakeri, K.H. Ahmad Zuhdiannoor, dan lain-lain.[9][12]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Banjarmasin, A. S. N. "Masjid Raya Sabilal Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  2. ^ "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  3. ^ a b Banjarmasin, A. S. N. "Masjid Raya Sabilal Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  4. ^ a b c d e "Sejarah Singkat | Masjid Raya Sabilal Muhtadin". sabilalmuhtadin.or.id. Diakses tanggal 2022-12-25. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ a b c d e klikkalsel.com (2022-03-01). "Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin dari Lokasi Bekas Hotel Hingga Asrama Pulau Tatas - Laman 3 dari 4". Klikkalsel.com. Diakses tanggal 2022-12-25. 
  6. ^ a b c d e "Sejarah Singkat Masjid Sabilal Muhtadin, Salah Satu Masjid Terbesar di Kota Banjarmasin". Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin. Diakses tanggal 2024-06-22. 
  7. ^ a b c d "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  8. ^ a b c Helmi, Muhammad (20 Juli 2022). "Kisah Masjid Sabilal Muhtadin Berdiri di Atas Benteng dan Barak Belanda". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 22 Juni 2024. 
  9. ^ a b c d e Maudhody, Achmad (2020-02-05). "KalselPedia: Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Masjid Terbesar di Kalsel". Banjarmasinpost.co.id. Diakses tanggal 2024-06-22. 
  10. ^ a b Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Percikan Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Malang: Edulitera. Juni 2022. hlm. 6. ISBN 9786234850000. 
  11. ^ Maskuriah, Ulul (2014-02-05). "Sabilal Dirancang Seperti Madinah". ANTARA News Kalimantan Selatan. Diakses tanggal 2024-06-22. 
  12. ^ "Riwayat Singkat Almarhum Guru Zuhdi". Kalselpos.com. 2 Mei 2020. Diakses tanggal 3 Mei 2020.