A.A. Yewangoe: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Akuindo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
 
(24 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox officeholder
[[Berkas:aa_yewangoe.jpg|150px|right|thumb|A.A. Yewangoe]]
| name = Andreas Anangguru Yewangoe
'''Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe''' ({{lahirmati|[[Mamboru]], [[Sumba Barat]], [[Nusa Tenggara Timur]]|31|3|1945}}) adalah seorang [[pendeta]], [[dosen]] dan [[teologi|teolog]] [[Kristen Protestan]] yang merupakan salah satu tokoh pemimpin dan pemikir Kristen [[Indonesia]] saat ini.
| image = Andreas Anangguru Yewangoe official portrait.png
| imagesize =
| caption =
|office = Anggota Dewan Pengarah [[Badan Pembinaan Ideologi Pancasila]]
|state = <!--- mohon jangan diganti, ini sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia --->
|term_start = 7 Juni 2017<ref>[http://setkab.go.id/yudi-latief-kepala-presiden-jokowi-angkat-megawati-try-sutrisno-dan-kh-maruf-jadi-pengarah-ukp-pip/ setkab.go.id: Yudi Latief Kepala, Presiden Jokowi Angkat Megawati, Try Sutrisno, dan KH Ma’ruf Jadi Pengarah UKP PIP]
</ref>
|term_end =
|president = [[Joko Widodo]]
|1blankname = [[Daftar Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila|Ketua]]
|1namedata = [[Megawati Soekarnoputri]]
| birth_date = {{birth date and age|1945|3|31}}
| birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Mamboru]], [[Sumba Barat]], [[Nusa Tenggara Timur]]
| birth_name =
| othername =
| death_date =
| death_place =
| yearsactive =
| occupation = [[Pendeta]], [[Dosen]] Ketua PGI untuk periode 1994-1999, 2004-2009
| religion = [[Kristen Protestan]]
| spouse = Petronella Lejloh
| partner =
| children = Yudhistira Gresko Umbu Turu Bunosoru (lahir [[1972]]) <br> Anna Theodore Yewangoe (lahir [[1980]])
| parents =
| sibling =
| influences =
| influenced =
| website =
}}


Pdt. [[Doktor|Dr.]] '''Andreas Anangguru Yewangoe''' ({{lahirmati|[[Mamboru]], [[Sumba Barat]], [[Nusa Tenggara Timur]]|31|3|1945}}) adalah seorang [[pendeta]], [[dosen]] dan [[teologi|teolog]] [[Kristen Protestan]] yang merupakan salah satu tokoh pemimpin dan pemikir Kristen [[Indonesia]] saat ini. Awalnya ia adalah dosen Akademi Theologi Kupang, Sekolah Tinggi Theologi Kupang kemudian menjadi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Sekarang menjadi dosen tetap [[Sekolah Tinggi Teologi Moriah]] di Gading Serpong, [[Tangerang]], Banten.
== Latar belakang ==
Yewangoe dilahirkan dari suami-istri Lakimbaba dan Kuba Yowi, namun sejak usia 7 bulan, menurut kebiasaan di daerahnya, ia sudah diasuh oleh orangtua angkatnya, yaitu Pdt. S.M. Yewangoe yang melayani sebagai seorang pendeta di kampungnya, dan istrinya, Leda Kaka.


== Riwayat Hidup ==
Kehidupan Pdt. Yewangoe ini sangat sederhana karena gaji pendeta di desa sangat kecil. Karna itu, ayah angkatnya juga harus mencari nafkahnya sebagai seorang petani. Sebagai seorang anak tani, Yewangoe terbiasa hidup menggembalakan kerbau bersama teman-temannya. Hidup di tengah keluarga pendeta ternyata meninggalkan kesan yang sangat mendalam pada dirinya. Dalam benaknya muncul keinginan untuk juga menjadi seorang pendeta. Harapannya ini ternyata cocok dengan harapan ayah angkatnya, sehingga ia pun didorong untuk mengembangkan karier itu. Karenanya Yewangoe pun tertarik untul belajar [[teologi]], meskipun saat itu ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang studi teologi.
Yewangoe dilahirkan dari suami-istri Lakimbaba dan Kuba Yowi, namun sejak usia 7 bulan, menurut kebiasaan di daerahnya, ia sudah diasuh oleh orang tua angkatnya, yaitu Pdt. S.M. Yewangoe yang melayani sebagai seorang pendeta di kampungnya, dan istrinya, Leda Kaka.


Kehidupan Pdt. Yewangoe ini sangat sederhana karena gaji pendeta di desa sangat kecil. Karna itu, ayah angkatnya juga harus mencari nafkahnya sebagai seorang petani. Sebagai seorang anak tani, Yewangoe terbiasa hidup menggembalakan kerbau bersama teman-temannya. Hidup di tengah keluarga pendeta ternyata meninggalkan kesan yang sangat mendalam pada dirinya. Dalam benaknya muncul keinginan untuk juga menjadi seorang pendeta. Harapannya ini ternyata cocok dengan harapan ayah angkatnya, sehingga ia pun didorong untuk mengembangkan karier itu. Karenanya Yewangoe pun tertarik untul belajar [[teologi]], meskipun saat itu ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang studi teologi.
Demikianlah Yewangoe menempuh pendidikan dasarnya selama enam tahun di Sekolah Rakyat Masehi di Mamboru (1951-1957), yang dilanjutkannya dengan pendidikan menengahnya di sebuah sekolah Kristen di [[Waikabubak]], ibukota [[Kabupaten Sumba Barat]]. Setelah tamat dari SMA pada [[1963]], ia pun meninggalkan kampung halamannya menuju [[Jakarta]] untuk belajar di [[Sekolah Tinggi Teologi Jakarta]] (STT Jakarta).


Demikianlah Yewangoe menempuh pendidikan dasarnya selama enam tahun di Sekolah Rakyat Masehi di Mamboru (1951-1957), yang dilanjutkannya dengan pendidikan menengahnya di sebuah sekolah [[Kristen]] di [[Waikabubak]], ibu kota [[Kabupaten Sumba Barat]]. Setelah tamat dari SMA pada [[1963]], ia pun meninggalkan kampung halamannya menuju [[Jakarta]] untuk belajar di [[Sekolah Tinggi Teologi Jakarta]] (STT Jakarta).
== Menjadi mahasiswa ==
Yewangoe berangkat ke Jakarta dengan menumpang [[kapal]] hewan. Setibanya di ibukota, ia sangat terkejut menyaksikan perbedaan yang sangat besar dengan kampung halamannya.


=== Menjadi mahasiswa ===
Studinya di STT Jakarta tidak berjalan mudah, apalagi ia harus belajar [[bahasa Ibrani]], [[bahasa Yunani]], dan [[bahasa Inggris]]. Yewangoe mengaku ia bukanlah seorang mahasiswa yang sangat rajin belajar. Meskipun dari sekitar 40 orang mahasiswa yang masuk bersamanya ke sekolah itu hanya 8 orang saja yang lulus, Yewangoe bersyukur karena ia banyak tertolong karena ia sering belajar bersama dengan teman-temannya di [[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia|GMKI]].
Yewangoe berangkat ke Jakarta dengan menumpang [[kapal]] hewan. Setibanya di ibu kota, ia sangat terkejut menyaksikan perbedaan yang sangat besar dengan kampung halamannya.


Studinya di STT Jakarta tidak berjalan mudah, apalagi ia harus belajar [[bahasa Ibrani]], [[bahasa Yunani]], dan [[bahasa Inggris]]. Yewangoe mengaku ia bukanlah seorang mahasiswa yang sangat rajin belajar. Meskipun dari sekitar 40 orang mahasiswa yang masuk bersamanya ke sekolah itu hanya 8 orang saja yang lulus, Yewangoe bersyukur karena ia banyak tertolong karena ia sering belajar bersama dengan teman-temannya di [[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia|GMKI]].
== Mengajar teologi ==

Pada [[1969]], Yewangoe menyelesaikan studinya di STT Jakarta, lalu kembali ke [[Waingapu]], [[Sumba]] dan melayani sebagai pendeta di [[Gereja Kristen Sumba]] (GKS). Pada [[1971]], ia dipanggil untuk menjadi [[dosen]] untuk mata kuliah [[Teologi Sistematika]] di [[Universitas Kristen Artha Wacana|Akademi Theologia Kupang]] (kini telah menjadi [[Universitas Kristen Artha Wacana]] karena pendeta yang seharusnya mengajar di akademi itu mengundurkan diri.
=== Mengajar teologi ===
Pada [[1969]], Yewangoe menyelesaikan studinya di STT Jakarta, lalu kembali ke [[Waingapu]], [[Sumba]] dan melayani sebagai pendeta di [[Gereja Kristen Sumba]] (GKS). Pada [[1971]], ia dipanggil untuk menjadi [[dosen]] untuk mata kuliah [[Teologi Sistematika]] di [[Universitas Kristen Artha Wacana|Akademi Theologia Kupang]] (kini telah menjadi [[Universitas Kristen Artha Wacana]]) karena pendeta yang seharusnya mengajar di akademi itu mengundurkan diri.


Setahun kemudian, pada [[1972]], ia mendapat kepercayaan untuk menjadi [[rektor]] di sekolah itu untuk masa jabatan empat tahun, meskipun saat itu usianya baru 27 tahun.
Setahun kemudian, pada [[1972]], ia mendapat kepercayaan untuk menjadi [[rektor]] di sekolah itu untuk masa jabatan empat tahun, meskipun saat itu usianya baru 27 tahun.


== Studi lanjutan ==
=== Studi lanjut ===
Setelah menyelesaikan satu periode masa jabatannya sebagai rektor, Yewangoe dikirim ke [[Belanda]] untuk memperdalam studi teologinya di [[Universitas Vrije]]. Pada [[1979]] ia berhasil meraih gelar [[doktorandus]] teologi dan kembali lagi Kupang. Sementara itu, Akademi Theologia Kupang telah dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Teologi, dan Yewangoe pun kembali memperoleh kepercayaan untuk menjabat sebagai rektornya untuk periode 1980-1984.
Setelah menyelesaikan satu periode masa jabatannya sebagai rektor, Yewangoe dikirim ke [[Belanda]] untuk memperdalam studi teologinya di [[Universitas Vrije]]. Pada [[1979]] ia berhasil meraih gelar [[doktorandus]] teologi dan kembali lagi Kupang. Sementara itu, Akademi Theologia Kupang telah dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Teologi, dan Yewangoe pun kembali memperoleh kepercayaan untuk menjabat sebagai rektornya untuk periode 1980-1984.


Setelah periode jabatannya sebagai rektor selesai, ia kembali ke [[Belanda]] untuk melanjutkan studinya di universitas yang sama. Pada [[1987]] ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ''Theologia Crucis in Asia: Asian Christian Views on Suffering in the Face of Overwhelming Poverty and Multifaceted Religiosity in Asia'' Disertasinya ini kemudian diterbitkan oleh penerbit [[BPK Gunung Mulia]] dalam [[bahasa Indonesia]].
Setelah periode jabatannya sebagai rektor selesai, ia kembali ke [[Belanda]] untuk melanjutkan studinya di universitas yang sama. Pada [[1987]] ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ''Theologia Crucis in Asia: Asian Christian Views on Suffering in the Face of Overwhelming Poverty and Multifaceted Religiosity in Asia'' Disertasinya ini kemudian diterbitkan oleh penerbit [[BPK Gunung Mulia]] dalam [[bahasa Indonesia]].


== Kembali menjadi rektor ==
=== Kembali menjadi rektor ===
Sekembalinya dari Belanda, Sekolah Tinggi Teologi (STT) Kupang sudah berubah menjadi Universitas Kristen Artha Wacana. Yewangoe kembali mendapatkan kepercayaan sebagai rektor untuk dua periode ([[1990]]-[[1998]]). Setelah masa jabatannya habis, ia tetap mengajar sebagai salah seorang dosen di Fakultas Teologi.
Sekembalinya dari Belanda, Sekolah Tinggi Teologi (STT) Kupang sudah berubah menjadi Universitas Kristen Artha Wacana. Yewangoe kembali mendapatkan kepercayaan sebagai rektor untuk dua periode ([[1990]]-[[1998]]). Setelah masa jabatannya habis, ia tetap mengajar sebagai salah seorang dosen di Fakultas Teologi.


== Menjadi Ketua Umum PGI ==
=== Menjadi Ketua Umum PGI ===
Pada [[2001]], Yewangoe pindah ke Jakarta dan menjadi dosen Teologi Sistematika di STT Jakarta, sambil menjalankan tugasnya sebagai salah seorang ketua [[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia|PGI]] untuk periode 2000-2004. Pada Sidang Raya XIV PGI pada 2004 di [[Caringin, Caringin, Bogor|Caringin]], [[Bogor]], Yewangoe terpilih sebagai Ketua Umum organisasi gereja-gereja Protestan Indonesia itu untuk periode 2004-2009.
Pada [[2001]], Yewangoe pindah ke Jakarta dan menjadi dosen Teologi Sistematika di STT Jakarta, sambil menjalankan tugasnya sebagai salah seorang ketua [[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia|PGI]] untuk periode 2000-2004. Pada Sidang Raya XIV PGI pada 2004 di [[Caringin, Caringin, Bogor|Caringin]], [[Bogor]], Yewangoe terpilih sebagai Ketua Umum organisasi gereja-gereja Protestan Indonesia itu untuk periode 2004-2009.<ref>[http://www.tokohindonesia.com/en/tokoh/article/282-ensiklopedi/708-andreas-a-yewangoe/related Andreas A Yewangoe dalam Tokoh Indonesia]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


Sebelumnya, ia sudah dipilih sebagai Ketua PGI untuk periode 1994-1999, dan menjadi anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) pada periode 1989-1994.
Sebelumnya, ia sudah dipilih sebagai Ketua PGI untuk periode 1994-1999, dan menjadi anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) pada periode 1989-1994.Yewangoe juga dikenal sebagai seorang penulis yang cukup produktif. Tulisan-tulisannya banyak muncul di suratkabar [[Suara Pembaruan]].


== Kehidupan Pribadi ==
Yewangoe juga dikenal sebagai seorang penulis yang cukup produktif. Tulisan-tulisannya banyak muncul di suratkabar [[Suara Pembaruan]].

== Keluarga ==
Andreas Anangguru Yewangoe menikah dengan Petronella Lejloh, dan mempunyai dua orang anak yang sudah dewasa: Yudhistira Gresko Umbu Turu Bunosoru (lahir [[1972]]) dan Anna Theodore Yewangoe (lahir [[1980]]).
Andreas Anangguru Yewangoe menikah dengan Petronella Lejloh, dan mempunyai dua orang anak yang sudah dewasa: Yudhistira Gresko Umbu Turu Bunosoru (lahir [[1972]]) dan Anna Theodore Yewangoe (lahir [[1980]]).


== Bibliografi ==
== Karya ==
Berikut ini adalah daftar dari sebagian karya tulis Yewangoe:
Berikut ini adalah daftar dari sebagian karya tulis Yewangoe:
* Agama dan Kerukunan (2002)
* Agama dan Kerukunan (2002)
* Lea (2002)
* Lea (2002)
* Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila (2002)
* Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila (2002)
* Pengantar Sejarah Dogma Kristen (2001)
* Pengantar Sejarah Dogma Kristen (2001)
Baris 47: Baris 76:


== Jabatan lain ==
== Jabatan lain ==
Jabatan-jabatan lain yang pernah dipegang oleh Yewangoe antara lain adalah:
Jabatan-jabatan lain yang pernah dipegang oleh Yewangoe antara lain adalah:
* Anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI (1989-1994)
* Anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI (1989-1994)
* Penasihat Reformed Ecumenical Council (1992-1996)
* Penasihat Reformed Ecumenical Council (1992-1996)
Baris 57: Baris 86:
* Penasihat Sinode Gereja Kristen Sumba
* Penasihat Sinode Gereja Kristen Sumba
* Anggota Majelis Sinode [[Gereja Masehi Injili di Timor]]
* Anggota Majelis Sinode [[Gereja Masehi Injili di Timor]]

== Referensi ==
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/andreas-yewangoe/biografi/index.shtml Dr. Andreas Anangguru Yewangoe: Pelayan Gereja bagi Orang Lain]


* [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/andreas-yewangoe/biografi/index.shtml Dr. Andreas Anangguru Yewangoe: Pelayan Gereja bagi Orang Lain] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070607150820/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/andreas-yewangoe/biografi/index.shtml |date=2007-06-07 }}
{{DEFAULTSORT:Yewangoe, Andreas Anangguru}}


{{DEFAULTSORT:Yewangoe, A.A.}}
[[Kategori:Kelahiran 1945]]
[[Kategori:Teolog Indonesia]]
[[Kategori:Pendeta Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Nusa Tenggara Timur]]
[[Kategori:Teolog Indonesia|Yewangoe]]
[[Kategori:Pendeta Indonesia|Yewangoe]]
[[Kategori:Alumni Sekolah Tinggi Teologi Jakarta]]
[[Kategori:Alumni Sekolah Tinggi Teologi Jakarta]]
[[Kategori:Alumni Universitas Vrije]]
[[Kategori:Alumni Universitas VU Amsterdam]]
[[Kategori:Tokoh Nusa Tenggara Timur]]
[[Kategori:Tokoh dari Sumba Barat]]
[[Kategori:Tokoh GMKI]]

Revisi terkini sejak 8 Januari 2023 02.23

Andreas Anangguru Yewangoe
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
Mulai menjabat
7 Juni 2017[1]
PresidenJoko Widodo
KetuaMegawati Soekarnoputri
Informasi pribadi
Lahir31 Maret 1945 (umur 79)
Indonesia Mamboru, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur
Suami/istriPetronella Lejloh
AnakYudhistira Gresko Umbu Turu Bunosoru (lahir 1972)
Anna Theodore Yewangoe (lahir 1980)
PekerjaanPendeta, Dosen Ketua PGI untuk periode 1994-1999, 2004-2009
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe (lahir 31 Maret 1945) adalah seorang pendeta, dosen dan teolog Kristen Protestan yang merupakan salah satu tokoh pemimpin dan pemikir Kristen Indonesia saat ini. Awalnya ia adalah dosen Akademi Theologi Kupang, Sekolah Tinggi Theologi Kupang kemudian menjadi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Sekarang menjadi dosen tetap Sekolah Tinggi Teologi Moriah di Gading Serpong, Tangerang, Banten.

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Yewangoe dilahirkan dari suami-istri Lakimbaba dan Kuba Yowi, namun sejak usia 7 bulan, menurut kebiasaan di daerahnya, ia sudah diasuh oleh orang tua angkatnya, yaitu Pdt. S.M. Yewangoe yang melayani sebagai seorang pendeta di kampungnya, dan istrinya, Leda Kaka.

Kehidupan Pdt. Yewangoe ini sangat sederhana karena gaji pendeta di desa sangat kecil. Karna itu, ayah angkatnya juga harus mencari nafkahnya sebagai seorang petani. Sebagai seorang anak tani, Yewangoe terbiasa hidup menggembalakan kerbau bersama teman-temannya. Hidup di tengah keluarga pendeta ternyata meninggalkan kesan yang sangat mendalam pada dirinya. Dalam benaknya muncul keinginan untuk juga menjadi seorang pendeta. Harapannya ini ternyata cocok dengan harapan ayah angkatnya, sehingga ia pun didorong untuk mengembangkan karier itu. Karenanya Yewangoe pun tertarik untul belajar teologi, meskipun saat itu ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang studi teologi.

Demikianlah Yewangoe menempuh pendidikan dasarnya selama enam tahun di Sekolah Rakyat Masehi di Mamboru (1951-1957), yang dilanjutkannya dengan pendidikan menengahnya di sebuah sekolah Kristen di Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat. Setelah tamat dari SMA pada 1963, ia pun meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta untuk belajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STT Jakarta).

Menjadi mahasiswa[sunting | sunting sumber]

Yewangoe berangkat ke Jakarta dengan menumpang kapal hewan. Setibanya di ibu kota, ia sangat terkejut menyaksikan perbedaan yang sangat besar dengan kampung halamannya.

Studinya di STT Jakarta tidak berjalan mudah, apalagi ia harus belajar bahasa Ibrani, bahasa Yunani, dan bahasa Inggris. Yewangoe mengaku ia bukanlah seorang mahasiswa yang sangat rajin belajar. Meskipun dari sekitar 40 orang mahasiswa yang masuk bersamanya ke sekolah itu hanya 8 orang saja yang lulus, Yewangoe bersyukur karena ia banyak tertolong karena ia sering belajar bersama dengan teman-temannya di GMKI.

Mengajar teologi[sunting | sunting sumber]

Pada 1969, Yewangoe menyelesaikan studinya di STT Jakarta, lalu kembali ke Waingapu, Sumba dan melayani sebagai pendeta di Gereja Kristen Sumba (GKS). Pada 1971, ia dipanggil untuk menjadi dosen untuk mata kuliah Teologi Sistematika di Akademi Theologia Kupang (kini telah menjadi Universitas Kristen Artha Wacana) karena pendeta yang seharusnya mengajar di akademi itu mengundurkan diri.

Setahun kemudian, pada 1972, ia mendapat kepercayaan untuk menjadi rektor di sekolah itu untuk masa jabatan empat tahun, meskipun saat itu usianya baru 27 tahun.

Studi lanjut[sunting | sunting sumber]

Setelah menyelesaikan satu periode masa jabatannya sebagai rektor, Yewangoe dikirim ke Belanda untuk memperdalam studi teologinya di Universitas Vrije. Pada 1979 ia berhasil meraih gelar doktorandus teologi dan kembali lagi Kupang. Sementara itu, Akademi Theologia Kupang telah dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Teologi, dan Yewangoe pun kembali memperoleh kepercayaan untuk menjabat sebagai rektornya untuk periode 1980-1984.

Setelah periode jabatannya sebagai rektor selesai, ia kembali ke Belanda untuk melanjutkan studinya di universitas yang sama. Pada 1987 ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Theologia Crucis in Asia: Asian Christian Views on Suffering in the Face of Overwhelming Poverty and Multifaceted Religiosity in Asia Disertasinya ini kemudian diterbitkan oleh penerbit BPK Gunung Mulia dalam bahasa Indonesia.

Kembali menjadi rektor[sunting | sunting sumber]

Sekembalinya dari Belanda, Sekolah Tinggi Teologi (STT) Kupang sudah berubah menjadi Universitas Kristen Artha Wacana. Yewangoe kembali mendapatkan kepercayaan sebagai rektor untuk dua periode (1990-1998). Setelah masa jabatannya habis, ia tetap mengajar sebagai salah seorang dosen di Fakultas Teologi.

Menjadi Ketua Umum PGI[sunting | sunting sumber]

Pada 2001, Yewangoe pindah ke Jakarta dan menjadi dosen Teologi Sistematika di STT Jakarta, sambil menjalankan tugasnya sebagai salah seorang ketua PGI untuk periode 2000-2004. Pada Sidang Raya XIV PGI pada 2004 di Caringin, Bogor, Yewangoe terpilih sebagai Ketua Umum organisasi gereja-gereja Protestan Indonesia itu untuk periode 2004-2009.[2]

Sebelumnya, ia sudah dipilih sebagai Ketua PGI untuk periode 1994-1999, dan menjadi anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) pada periode 1989-1994.Yewangoe juga dikenal sebagai seorang penulis yang cukup produktif. Tulisan-tulisannya banyak muncul di suratkabar Suara Pembaruan.

Kehidupan Pribadi[sunting | sunting sumber]

Andreas Anangguru Yewangoe menikah dengan Petronella Lejloh, dan mempunyai dua orang anak yang sudah dewasa: Yudhistira Gresko Umbu Turu Bunosoru (lahir 1972) dan Anna Theodore Yewangoe (lahir 1980).

Karya[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah daftar dari sebagian karya tulis Yewangoe:

  • Agama dan Kerukunan (2002)
  • Lea (2002)
  • Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila (2002)
  • Pengantar Sejarah Dogma Kristen (2001)
  • "Theologia Crucis" di Asia: Pandangan Kristen Asia tentang Penderitaan (1987)
  • Pendamaian (1983)

Jabatan lain[sunting | sunting sumber]

Jabatan-jabatan lain yang pernah dipegang oleh Yewangoe antara lain adalah:

  • Anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI (1989-1994)
  • Penasihat Reformed Ecumenical Council (1992-1996)
  • Pengurus Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA) (1980-1984)
  • Wakil Ketua Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia (1996-2001)
  • Pengurus International Reformed Theological Institutions (IRTI), Leiden
  • Pengurus International Association for Promoting Christian Higher Education (IAPCHE), Michigan, AS
  • Moderator kelompok Keesaan, Teologi dan Misi dari Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), Hongkong
  • Penasihat Sinode Gereja Kristen Sumba
  • Anggota Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]