Palagan Ambarawa: Perbedaan antara revisi
k ←Suntingan 110.137.181.98 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Andri.h |
|||
(230 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{for|monumen|Monumen Palagan Ambarawa}} |
|||
{{Infobox Military Conflict |
{{Infobox Military Conflict |
||
|conflict = Palagan Ambarawa |
| conflict = Palagan Ambarawa / Serangan Semarang |
||
|partof=[[ |
| partof = [[Revolusi Nasional Indonesia]] |
||
| image = The British Occupation of Java SE5896.jpg |
|||
|image=[[Berkas:Sudirman-dan-Soeharto.jpg]] |
|||
| image_size = 300px |
|||
|caption= |
|||
| caption = Pasukan Britania Raya di [[Ambarawa]] membakar sebuah desa sebagai pembalasan atas penahanan kaum nasionalis Indonesia, 1945. |
|||
|date= [[20 Oktober]] - [[15 Desember]] [[1945]] |
|||
| date = 20 Oktober - 16 Desember 1945{{br}}({{Age in months, weeks and days|month1=10|day1=20|year1=1945|month2=12|day2=16|year2=1945}}) |
|||
|place=[[Ambarawa, Semarang|Ambarawa]] |
|||
| place = [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]] |
|||
|casus= |
|||
| casus = |
|||
|territory= |
|||
| territory = [[Kabupaten Semarang]] dan [[Magelang]] sepenuhnya direbut kembali oleh pasukan [[Indonesia]]. |
|||
|result=Kemenangan Indonesia |
|||
| |
| result = Kemenangan [[Indonesia]] |
||
* Penarikan pasukan [[Britania Raya]] dari [[Magelang]] dan [[Ambarawa]] |
|||
|combatant2={{negaranama|Belanda}} |
|||
| combatant1 = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]] |
|||
|commander1=[[Soedirman|Kol. Soedirman]] |
|||
| combatant2 = {{tree list}} |
|||
⚫ | |||
* {{flag|Britania Raya}} |
|||
** {{flag|British Raj}} |
|||
{{Tree list/end}} |
|||
'''Didukung oleh:'''<br>{{flagdeco|Belanda}} [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]] |
|||
| commander1 = {{flagicon|Indonesia}} Kol. [[Soedirman]] <small>(Pemimpin Tentara Keamanan Rakyat, Divisi V/Banyumas)</small><br>{{flagicon|Indonesia}} Letkol. [[Isdiman]]{{KIA}}<br>{{flagicon|Indonesia}} Letkol. [[Gatot Soebroto]] <small>(Divisi V/Purwokerto)</small><br>{{flagicon|Indonesia}} Letkol. [[M. Sarbini]] <small>(Resimen Kedu Tengah)</small><br>{{flagicon|Indonesia}} Mayor [[Sardjono]] <small>(Batalyon VIII Divisi III/Surabaya)</small><br>{{flagicon|Indonesia}} Mayor [[Soeharto]] <small>(Batalyon X Divisi IX/Yogyakarta)</small> |
|||
⚫ | |||
| units1 = {{tree list}} |
|||
* [[Tentara Nasional Indonesia]] |
|||
** [[Tentara Nasional Indonesia|Divisi V/Banyumas]] |
|||
** [[Milisi|Milisi Sipil (Laskar-laskar Rakyat)]] |
|||
{{Tree list/end}} |
|||
| units2 = {{tree list}} |
|||
* [[Angkatan Darat Britania Raya]] |
|||
** Divisi Infanteri India ke-23 |
|||
*** Brigade Artileri ke-23 |
|||
{{Tree list/end}} |
|||
| casualties1 = 2,000 tewas<ref>{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=15 December 2017|title=Pertempuran Ambarawa, Kemenangan yang Memakan Banyak Korban|url=https://tirto.id/pertempuran-ambarawa-kemenangan-yang-memakan-banyak-korban-cBjN|url-status=live|access-date=10 November 2021|website=Tirto.id|archive-url=https://web.archive.org/web/20210418071429/https://tirto.id/pertempuran-ambarawa-kemenangan-yang-memakan-banyak-korban-cBjN |archive-date=2021-04-18 }}</ref> (Ambarawa, termasuk warga sipil) |
|||
| casualties2 = 100 tewas (Ambarawa) |
|||
| strength1 = 10,000+ (Ambarawa) |
|||
| strength2 = Tidak diketahui |
|||
}} |
}} |
||
{{Campaignbox Revolusi Nasional Indonesia}} |
|||
'''Palagan Ambarawa''' adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap [[Blok Poros|Sekutu]] yang terjadi di [[Ambarawa, Semarang|Ambarawa]], sebelah selatan [[Kota Semarang|Semarang]], [[Jawa Tengah]]. |
|||
'''Serangan [[Kota Semarang|Semarang]]''' merupakan gabungan dari '''Pertempuran [[Ambarawa, Semarang|Ambarawa]]''' (20 Oktober--15 Desember 1945; 55 hari), '''Pertempuran [[Kabupaten Magelang|Magelang]]''' (26 Oktober--15 Desember 1945; 49 hari)<ref>"Pertempuran Ambarawa: Latar Belakang, Tokoh, Akibat, dan Akhir", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latar-belakang-tokoh-akibat-dan-akhir. ''KOMPAS.com''</ref>, '''Pertempuran [[Ungaran (kota)|Ungaran]]''' atau '''Serangan Ungaran''', dan '''Serangan Semarang''' (15 Desember 1945--2 Maret 1946; 87 hari). Pertempuran besar ini terjadi antara [[Tentara Nasional Indonesia]] yang baru saja dibentuk dan [[Angkatan Darat Britania Raya]] dengan pasukan [[Belanda]] yang terjadi antara 20 Oktober 1945 dan 2 Maret 1946 di [[Kota Semarang]], [[Kabupaten Semarang]], dan [[Kabupaten Magelang]] di [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Mungkin serangan Indonesia yang paling sukses dalam [[Revolusi Nasional Indonesia]], serangan ini memperketat kontrol [[Britania Raya]] dan Belanda dari wilayah Magelang dan [[Kedungsepur|Semarang Raya]] menjadi hanya Kota Semarang. Di zaman modern, 15 Desember diperingati sebagai '''Hari Infanteri Nasional Indonesia'''. |
|||
== Kronologi peristiwa == |
|||
⚫ | Pada tanggal |
||
== Latar belakang == |
|||
⚫ | |||
⚫ | Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]] di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diwakili dari pihak Tentara Inggris. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah [[Wongsonegoro]] menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. |
||
Namun, ketika pasukan Tentara Inggris telah sampai di [[Ambarawa, Semarang|Ambarawa]] dan [[Kabupaten Magelang|Magelang]] untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di Magelang, hingga terjadi pertempuran. |
|||
⚫ | Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I |
||
⚫ | |||
Tanggal [[23 November]] [[1945]] ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. [[Imam Adrongi]], Yon. [[Soeharto]] dan Yon. [[Soegeng]]. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono. |
|||
⚫ | Di [[Kabupaten Magelang|Magelang]], tentara [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]] bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR) dan membuat kekacauan. TKR Resimen I Kedu pimpinan Letkol. [[M. Sarbini]] membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soekarno]] yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di [[Jambu, Semarang|Desa Jambu]] karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari [[Ambarawa, Semarang|Ambarawa]], [[Suruh, Semarang|Suruh]], dan [[Kota Surakarta|Surakarta]]. |
||
⚫ | Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di [[Ngipik, Pringsurat, Temanggung|Ngipik]]. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. [[Isdiman]] berusaha membebaskan kedua desa tersebut, tetapi ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. [[Soedirman]] merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Kota Salatiga|Salatiga]], [[Purwokerto (kota)|Purwokerto]], [[Kabupaten Magelang|Magelang]], [[Kota Semarang|Semarang]], dan lain-lain. |
||
⚫ | |||
Pada tanggal [[11 Desember]] [[1945]], Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal [[12 Desember]] [[1945]] jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar ''supit urang'', atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal [[15 Desember]] [[1945]] pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang. |
|||
== Akibat == |
|||
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya [[Monumen Palagan Ambarawa]] dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika. |
|||
Hanya tiga hari setelah kemenangan, Soedirman dipromosikan menjadi mayor jenderal dan pemilihannya sebagai Panglima Besar [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), yang berlaku surut sejak tanggal 12 November, dikukuhkan, menggantikan [[Oerip Soemohardjo]], pemimpin sementara angkatan perang, yang ditunjuk sebagai kepala staf. |
|||
[[Monumen Palagan Ambarawa]] di Ambarawa didirikan untuk mengenang pertempuran tersebut. Peringatan pertempuran ini juga dirayakan secara nasional sebagai Hari Juang Kartika TNI Angkatan Darat, sebuah hari untuk merayakan kemenangan pertama tentara muda dalam [[Revolusi Nasional Indonesia]]. |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* {{Cite book|title=Java in a time of revolution: occupation and resistance,1944-1946|last=Anderson|first=Benedict R. O'G|author-link=Benedict Anderson|publisher=Cornell University Press|year=1972|location=Ithaca, N.Y.}} |
|||
* {{cite book | last = MacMillan | first = Richard | title = The British Occupation of Indonesia 1945-1946: Britain, The Netherlands and the Indonesian Revolution | publisher = Routledge | year = 2006 | location = New York | isbn = 0-415-35551-6}} |
|||
* {{cite book | last = G. | first=Dwipayana | title = Soeharto : Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya | url = https://archive.org/details/soehartomythough0000soeh | publisher = Citra Kharisma Bunda | location = Jakarta | year = 1989 | isbn = 979-8085-01-9}} |
|||
{{indo-sejarah-stub}} |
{{indo-sejarah-stub}} |
||
{{Commonscat|Battle of Ambarawa}}{{Revolusi Nasional Indonesia}} |
|||
[[Kategori:Sejarah Indonesia]] |
[[Kategori:Sejarah Indonesia]] |
||
[[Kategori:Perang Kemerdekaan Indonesia]] |
|||
[[jv:Palagan Ambarawa]] |
Revisi terkini sejak 30 November 2024 10.23
Palagan Ambarawa / Serangan Semarang | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia | |||||||||
Pasukan Britania Raya di Ambarawa membakar sebuah desa sebagai pembalasan atas penahanan kaum nasionalis Indonesia, 1945. | |||||||||
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
Indonesia |
Didukung oleh: NICA | ||||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||||
Kol. Soedirman (Pemimpin Tentara Keamanan Rakyat, Divisi V/Banyumas) Letkol. Isdiman † Letkol. Gatot Soebroto (Divisi V/Purwokerto) Letkol. M. Sarbini (Resimen Kedu Tengah) Mayor Sardjono (Batalyon VIII Divisi III/Surabaya) Mayor Soeharto (Batalyon X Divisi IX/Yogyakarta) | Brigadir R. G. Bethell | ||||||||
Pasukan | |||||||||
| |||||||||
Kekuatan | |||||||||
10,000+ (Ambarawa) | Tidak diketahui | ||||||||
Korban | |||||||||
2,000 tewas[1] (Ambarawa, termasuk warga sipil) | 100 tewas (Ambarawa) |
Serangan Semarang merupakan gabungan dari Pertempuran Ambarawa (20 Oktober--15 Desember 1945; 55 hari), Pertempuran Magelang (26 Oktober--15 Desember 1945; 49 hari)[2], Pertempuran Ungaran atau Serangan Ungaran, dan Serangan Semarang (15 Desember 1945--2 Maret 1946; 87 hari). Pertempuran besar ini terjadi antara Tentara Nasional Indonesia yang baru saja dibentuk dan Angkatan Darat Britania Raya dengan pasukan Belanda yang terjadi antara 20 Oktober 1945 dan 2 Maret 1946 di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Magelang di Jawa Tengah, Indonesia. Mungkin serangan Indonesia yang paling sukses dalam Revolusi Nasional Indonesia, serangan ini memperketat kontrol Britania Raya dan Belanda dari wilayah Magelang dan Semarang Raya menjadi hanya Kota Semarang. Di zaman modern, 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri Nasional Indonesia.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diwakili dari pihak Tentara Inggris. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Tentara Inggris telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di Magelang, hingga terjadi pertempuran.
Pertempuran
[sunting | sunting sumber]Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan membuat kekacauan. TKR Resimen I Kedu pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh, dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, tetapi ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Akibat
[sunting | sunting sumber]Hanya tiga hari setelah kemenangan, Soedirman dipromosikan menjadi mayor jenderal dan pemilihannya sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang berlaku surut sejak tanggal 12 November, dikukuhkan, menggantikan Oerip Soemohardjo, pemimpin sementara angkatan perang, yang ditunjuk sebagai kepala staf.
Monumen Palagan Ambarawa di Ambarawa didirikan untuk mengenang pertempuran tersebut. Peringatan pertempuran ini juga dirayakan secara nasional sebagai Hari Juang Kartika TNI Angkatan Darat, sebuah hari untuk merayakan kemenangan pertama tentara muda dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Anderson, Benedict R. O'G (1972). Java in a time of revolution: occupation and resistance,1944-1946. Ithaca, N.Y.: Cornell University Press.
- MacMillan, Richard (2006). The British Occupation of Indonesia 1945-1946: Britain, The Netherlands and the Indonesian Revolution. New York: Routledge. ISBN 0-415-35551-6.
- G., Dwipayana (1989). Soeharto : Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya. Jakarta: Citra Kharisma Bunda. ISBN 979-8085-01-9.
- ^ Matanasi, Petrik (15 December 2017). "Pertempuran Ambarawa, Kemenangan yang Memakan Banyak Korban". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-18. Diakses tanggal 10 November 2021.
- ^ "Pertempuran Ambarawa: Latar Belakang, Tokoh, Akibat, dan Akhir", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latar-belakang-tokoh-akibat-dan-akhir. KOMPAS.com