Lompat ke isi

Sawah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q842623
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(35 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Mengolah-sawah.jpg|thumb|right|250px|Sawah berteras di hulu Cipamingkis, Sukamakmur, Kabupaten Bogor]]
[[Berkas:Mengolah-sawah.jpg|jmpl|ka|250px|[[Terasiring|Sawah berteras]] di hulu Cipamingkis, Sukamakmur, Kabupaten Bogor]]
[[Berkas:sawahpadi.jpg|thumb|250px|Sawah berteras di Bali]]
[[Berkas:P_20160703_103837.jpg|jmpl|ka|250px|Sawah dari jarak dekat]]
[[Berkas:Bw merah di sawah.jpg|thumb|Pertanaman bawang merah di lahan sawah. Brebes, Jawa Tengah]]
[[Berkas:Rice fields of Bali.jpg|jmpl|250px|Sawah berteras di Bali]]
[[Berkas:Canh-dong-Viet.JPG|jmpl|Sawah di [[Vietnam]].]]
'''Sawah''' adalah [[lahan]] usaha [[pertanian]] yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh [[pematang]], serta dapat ditanami [[padi]], [[palawija]] atau [[tanaman budidaya]] lainnya.
'''Sawah''', '''carik''',<ref>{{Kamus|carik (3)}}</ref> atau '''bendang'''<ref>{{Kamus|bendang}}</ref> adalah [[tanah]] yang digarap dan diairi untuk tempat menanam [[padi]].<ref>{{cite web |url = http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php |title = Kamus Besar Bahasa Indonesia |access-date = 2013-12-11 |archive-date = 2014-05-27 |archive-url = https://web.archive.org/web/20140527102944/http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php |dead-url = yes }}</ref> Orang yang bekerja di sawah disebut '''pesawah''' atau '''pebendang'''. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem [[irigasi]] dari [[mata air]], [[sungai]] atau air [[hujan]]. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (''lowland rice'').


Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal [[terasering]] atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.
Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam [[padi]]. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem [[irigasi]] dari [[mata air]], [[sungai]] atau air [[hujan]]. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (''lowland rice'').


Sebuah studi yang dipublikasikan [[Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America]] menemukan bahwa semua jenis padi yang dibudidayakan saat ini, baik dari spesies ''indica'' maupun ''japonica'', berasal dari satu spesies padi liar ''[[Oryza rufipogon]]'' yang ada pada tahun 8200 tahun hingga 13500 tahun yang lalu di China.<ref name="pnas1">{{Cite journal | last1 = Molina | first1 = J. | last2 = Sikora | first2 = M. | last3 = Garud | first3 = N. | last4 = Flowers | first4 = J. M. | last5 = Rubinstein | first5 = S. | last6 = Reynolds | first6 = A. | last7 = Huang | first7 = P. | last8 = Jackson | first8 = S. | last9 = Schaal | first9 = B. A. | last10 = Bustamante | doi = 10.1073/pnas.1104686108 | first10 = C. D. | last11 = Boyko | first11 = A. R. | last12 = Purugganan | first12 = M. D. | title = Molecular evidence for a single evolutionary origin of domesticated rice | journal = Proceedings of the National Academy of Sciences | volume = 108 | issue = 20 | pages = 8351 | year = 2011 | pmid = | pmc = }}</ref> Padi sawah dibudidayakan di berbagai negara seperti [[Bangladesh]], [[China]], [[Filipina]], [[India]], [[Indonesia]], [[Iran]], [[Jepang]], [[Kamboja]], [[Korea Selatan]], [[Korea Utara]], [[Laos]], [[Malaysia]], [[Myanmar]], [[Nepal]], [[Pakistan]], [[Sri Lanka]], [[Taiwan]], [[Thailand]], dan [[Vietnam]]. Padi sawah juga ditanam di Eropa seperti di [[Piedmont]] ([[Italia]]) dan [[Camargue]] ([[Prancis]]).<ref>{{cite web|url=http://www.riz-camargue.com/pages-uk/moisparmois.html |title=Riz de Camargue, Silo de Tourtoulen, Riz blanc de Camargue, Riz et céréales de Camargue |publisher=Riz-camargue.com |date= |accessdate=2013-04-25}}</ref>
Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.


Sawah merupakan salah satu sumber utama emisi [[metana]] atmosferik dan diperkirakan mengemisikan antara 50 hingga 100 juta ton gas metana per tahun.<ref>{{cite web|title=Methane Sources - Rice Paddies|url=http://www.ghgonline.org/methanerice.htm|website=GHG Online|accessdate=28 Maret 2023}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.sptimes.com/2007/05/02/Worldandnation/Scientists_blame_glob.shtml |title=Scientists blame global warming on rice |publisher=Sptimes.com |date=2007-05-02 |accessdate=2013-04-25}}</ref> Sebuah studi menunjukan dengan mengeringkan sawah untuk sementara sambil mengaerasikan tanah bermanfaat untuk mengganggu emisi gas metana dan juga meningkatkan hasil padi.<ref>{{cite web
|url=http://www.gsfc.nasa.gov/topstory/2002/1204paddies.html
|title=Shifts in rice farming practices in China reduce greenhouse gas methane
|accessdate=2002-12-19
|archive-date=2003-01-11
|archive-url=https://web.archive.org/web/20030111112837/http://www.gsfc.nasa.gov/topstory/2002/1204paddies.html
|dead-url=yes
}}</ref>
[[Berkas:Cambodian farmers planting rice.jpg|jmpl|ka|Petani menanam padi di sawah di [[Kamboja]].]]


== Pranala luar ==
== Sejarah ==
Para pakar arkeologi sepakat bahwa pembudidayaan di lahan basah berawal di [[China]]. Bukti keberadaan sawah padi pertama ditemukan bertanggal 6280 tahun yang lalu berdasarkan penanggalan karbon dari biji padi dan materi organik tanah yang ditemukan di situs Chaodun di Kushan County.<ref>{{Cite journal | last1 = Cao | first1 = Zhihong | last2 = Fu | first2 = Jianrong | last3 = Zou | first3 = Ping | last4 = Huang | first4 = Jing Fa | last5 = Lu | first5 = Hong | last6 = Weng| first6 = Jieping | last7 = Ding | first7 = Jinlong|title=Origin and chronosequence of paddy soils in China.|journal=Proceedings of the 19th World Congress of Soil Science|year=2010|month=August|pages=39–42|url=http://www.cabdirect.org/abstracts/20123011310.html|accessdate=8 February 2013}}</ref> Di sebuah situs Neolitik di Caoxieshan, arkeologis melakukan penggalian dan menemukan sebuah lokasi yang dipercaya dulunya merupakan sawah.<ref>Fujiwara, H. (ed.). ''Search for the Origin of Rice Cultivation: The Ancient Rice Cultivation in Paddy Fields at the Cao Xie Shan Site in China''. Miyazaki: Society for Scientific Studies on Cultural Property, 1996. (In Japanese and Chinese)</ref> Diperkirakan situs di Caoxieshan bertanggal 4000 hingga 3000 SM.<ref>Fujiwara 1996</ref><ref>Tsude, Hiroshi. Yayoi Farmers Reconsidered: New Perspectives on Agricultural Development in East Asia. ''Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association'' 21(5):53-59, 2001.</ref> Selain itu terdapat 10 lokasi arkeologi yang terkait dengan sawah di Korea. Dua diantaranya yang tertua berada di Okhyun dan Yaumdong, [[Ulsan]], dibangun sejak [[Mumun pottery period]].<ref>Crawford, Gary W. and Gyoung-Ah Lee. Agricultural Origins in the Korean Peninsula. ''Antiquity'' 77(295):87-95, 2003.</ref> Terdapat bukti arkeologis pula bahwa beras (padi yang sudah dihilangkan sekamnya) disimpan untuk keperluan militer dan prosesi pemakaman sejak zaman [[Neolitik]] hingga [[Dinasti Han]] di China.<ref>{{cite web
{{Commons|Paddy field|Sawah}}
|url=http://http-server.carleton.ca/~bgordon/Rice/papers/fumi98.htm
|title=Expansion of Chinese Paddy Rice to the Yunnan-Guizhou Plateau
|publisher=
|accessdate=2007-08-06
}}
</ref>


== Ekosistem Sawah ==
{{pertanian-stub}}
Sawah sebagai [[ekosistem]] disebut oleh seorang [[ahli antropologi]] berkebangsaan [[Amerika Serikat]], [[Clifford Geertz|Geertz]] yakni sawah sangat stabil atau tahan lama.<ref>{{Cite book|title=Involusi Pertanian|last=Geertz|first=Clifford|date=2016|publisher=Komunitas Bambu|isbn=978-979-9542-38-3|edition=5|location=Depok|pages=218|translator-last=Triwira|translator-first=Gatot|trans-title=Agricultural Involution: The PRocesses of Ecological Changes in Indonesia|orig-year=1974|url-status=live}}</ref> Sawah dapat terus menghasilkan panenan yang boleh dikatakan tidak berkurang dari tahun ke tahun, bahkan sering dua kali setahun.<ref>{{Cite book|title=The Quality of Land Use of Tropical Cultivators|last=Gourou|first=Pierre|date=1956|publisher=|isbn=|location=|pages=336-349|url-status=live}}</ref> Peranan air di dalam ekosistem sawah sangat berpengaruh terhadap dinamika kehidupan sawah. Di sini, karakter tanah tropis yang tipis diatasi dengan memasukkan zat hara ke sawah dengan air irigasi untuk menggantikan zat makanan yang diambil dari tanah; penyerapan nitrogen oleh ganggang hijau-biru yang berkembang biark dalam air hangat; pembusukan kimiawi bakteri dari bahan organik, termasuk sisa-sisa tanaman yang sudah dituai tertinggal dalam air; pengisian udara pada tanah dengan gerakan air sawah yang perlahan; dan tentu saja dengan fungsi-fungsi ekologis lainnya yang dilaksanakan oleh irigasi masih belum diketahui.<ref>{{Cite book|title=Rice|last=Grist|first=D. H.|date=1959|publisher=Longmans Green|isbn=|edition=3|location=London|pages=|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=Pioneer Settlement in the Asiatic Tropics|last=Pelzer|first=Karl Josef|date=1945|publisher=Institute of Pacific Relations|isbn=|location=New York|pages=|url-status=live}}</ref>

Lebih lanjut, pada ekosistem sawah terdapat komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri atas faktor edafik atau kesuburan tanah yang dilihat dari parameter Kapasitas Pertukaran Kation (KTK), kandungan bahan organik tanah, kandungan N total, P tersedia, dan K tersedia dalam tanah; dan faktor hidrologik yang dilihat dari parameter kedalaman genangan air sawah. Sedangkan komponen biotik ekosistem sawah dioihat dari parameter keragaman hayati, populasi hama dan musuh alaminya, serta pola interaksi yang terjadi di antara tanaman dan serangga herbivora, serta antara serangga hama dan musuh alaminya.<ref>{{Cite journal|last=Aminatun|first=Tien|last2=Widyastuti|first2=Sri Harti|first3=Djuwanto|year=2014|title=Pola Kearifan Masyarakat Lokal dalam Sistem Sawah Surjan untuk Konservasi Ekosistem Pertanian|url=|journal=Jurnal Penelitian Humaniora|volume=19|issue=1|pages=65-76|doi=}}</ref>{{Sitasi tak relevan}}

== Referensi ==
{{reflist|2}}

== Bahan bacaan terkait ==

* Bale, Martin T. Archaeology of Early Agriculture in Korea: An Update on Recent Developments. ''Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association'' 21(5):77-84, 2001.
* Barnes, Gina L. Paddy Soils Now and Then. ''World Archaeology'' 22(1):1-17, 1990.
* Crawford, Gary W. and Gyoung-Ah Lee. Agricultural Origins in the Korean Peninsula. ''Antiquity'' 77(295):87-95, 2003.
* Kwak, Jong-chul. Urinara-eui Seonsa – Godae Non Bat Yugu [Dry- and Wet-field Agricultural Features of the Korean Prehistoric].In ''Hanguk Nonggyeong Munhwa-eui Hyeongseong'' [The Formation of Agrarian Societies in Korea]: 21-73. Papers of the 25th National Meetings of the [[Korean Archaeological Society]], Busan, 2001.

== Pranala luar ==
{{Commons category|Paddy fields}}
* [http://www.imaginatorium.org/sano/tanbo.htm How a paddy-field works]
<!-- jangan hapus interwiki yang deutsch, mereka tidak punya halaman khusus "sawah" -->


[[Kategori:Pertanian]]
[[Kategori:Manajemen lahan]]
[[Kategori:Manajemen lahan]]
[[Kategori:Padi]]
[[Kategori:Air dan lingkungan]]


[[de:Reis#Reisanbau]]
[[de:Reis#Reisanbau]]

Revisi terkini sejak 11 Mei 2024 15.08

Sawah berteras di hulu Cipamingkis, Sukamakmur, Kabupaten Bogor
Sawah dari jarak dekat
Sawah berteras di Bali
Sawah di Vietnam.

Sawah, carik,[1] atau bendang[2] adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.[3] Orang yang bekerja di sawah disebut pesawah atau pebendang. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).

Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal terasering atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.

Sebuah studi yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America menemukan bahwa semua jenis padi yang dibudidayakan saat ini, baik dari spesies indica maupun japonica, berasal dari satu spesies padi liar Oryza rufipogon yang ada pada tahun 8200 tahun hingga 13500 tahun yang lalu di China.[4] Padi sawah dibudidayakan di berbagai negara seperti Bangladesh, China, Filipina, India, Indonesia, Iran, Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Korea Utara, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Padi sawah juga ditanam di Eropa seperti di Piedmont (Italia) dan Camargue (Prancis).[5]

Sawah merupakan salah satu sumber utama emisi metana atmosferik dan diperkirakan mengemisikan antara 50 hingga 100 juta ton gas metana per tahun.[6][7] Sebuah studi menunjukan dengan mengeringkan sawah untuk sementara sambil mengaerasikan tanah bermanfaat untuk mengganggu emisi gas metana dan juga meningkatkan hasil padi.[8]

Petani menanam padi di sawah di Kamboja.

Para pakar arkeologi sepakat bahwa pembudidayaan di lahan basah berawal di China. Bukti keberadaan sawah padi pertama ditemukan bertanggal 6280 tahun yang lalu berdasarkan penanggalan karbon dari biji padi dan materi organik tanah yang ditemukan di situs Chaodun di Kushan County.[9] Di sebuah situs Neolitik di Caoxieshan, arkeologis melakukan penggalian dan menemukan sebuah lokasi yang dipercaya dulunya merupakan sawah.[10] Diperkirakan situs di Caoxieshan bertanggal 4000 hingga 3000 SM.[11][12] Selain itu terdapat 10 lokasi arkeologi yang terkait dengan sawah di Korea. Dua diantaranya yang tertua berada di Okhyun dan Yaumdong, Ulsan, dibangun sejak Mumun pottery period.[13] Terdapat bukti arkeologis pula bahwa beras (padi yang sudah dihilangkan sekamnya) disimpan untuk keperluan militer dan prosesi pemakaman sejak zaman Neolitik hingga Dinasti Han di China.[14]

Ekosistem Sawah

[sunting | sunting sumber]

Sawah sebagai ekosistem disebut oleh seorang ahli antropologi berkebangsaan Amerika Serikat, Geertz yakni sawah sangat stabil atau tahan lama.[15] Sawah dapat terus menghasilkan panenan yang boleh dikatakan tidak berkurang dari tahun ke tahun, bahkan sering dua kali setahun.[16] Peranan air di dalam ekosistem sawah sangat berpengaruh terhadap dinamika kehidupan sawah. Di sini, karakter tanah tropis yang tipis diatasi dengan memasukkan zat hara ke sawah dengan air irigasi untuk menggantikan zat makanan yang diambil dari tanah; penyerapan nitrogen oleh ganggang hijau-biru yang berkembang biark dalam air hangat; pembusukan kimiawi bakteri dari bahan organik, termasuk sisa-sisa tanaman yang sudah dituai tertinggal dalam air; pengisian udara pada tanah dengan gerakan air sawah yang perlahan; dan tentu saja dengan fungsi-fungsi ekologis lainnya yang dilaksanakan oleh irigasi masih belum diketahui.[17][18]

Lebih lanjut, pada ekosistem sawah terdapat komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri atas faktor edafik atau kesuburan tanah yang dilihat dari parameter Kapasitas Pertukaran Kation (KTK), kandungan bahan organik tanah, kandungan N total, P tersedia, dan K tersedia dalam tanah; dan faktor hidrologik yang dilihat dari parameter kedalaman genangan air sawah. Sedangkan komponen biotik ekosistem sawah dioihat dari parameter keragaman hayati, populasi hama dan musuh alaminya, serta pola interaksi yang terjadi di antara tanaman dan serangga herbivora, serta antara serangga hama dan musuh alaminya.[19][sitasi tak relevan]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Indonesia) Arti kata carik (3) dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ (Indonesia) Arti kata bendang dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  3. ^ "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 2013-12-11. 
  4. ^ Molina, J.; Sikora, M.; Garud, N.; Flowers, J. M.; Rubinstein, S.; Reynolds, A.; Huang, P.; Jackson, S.; Schaal, B. A.; Bustamante, C. D.; Boyko, A. R.; Purugganan, M. D. (2011). "Molecular evidence for a single evolutionary origin of domesticated rice". Proceedings of the National Academy of Sciences. 108 (20): 8351. doi:10.1073/pnas.1104686108. 
  5. ^ "Riz de Camargue, Silo de Tourtoulen, Riz blanc de Camargue, Riz et céréales de Camargue". Riz-camargue.com. Diakses tanggal 2013-04-25. 
  6. ^ "Methane Sources - Rice Paddies". GHG Online. Diakses tanggal 28 Maret 2023. 
  7. ^ "Scientists blame global warming on rice". Sptimes.com. 2007-05-02. Diakses tanggal 2013-04-25. 
  8. ^ "Shifts in rice farming practices in China reduce greenhouse gas methane". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-01-11. Diakses tanggal 2002-12-19. 
  9. ^ Cao, Zhihong; Fu, Jianrong; Zou, Ping; Huang, Jing Fa; Lu, Hong; Weng, Jieping; Ding, Jinlong (2010). "Origin and chronosequence of paddy soils in China". Proceedings of the 19th World Congress of Soil Science: 39–42. Diakses tanggal 8 February 2013. 
  10. ^ Fujiwara, H. (ed.). Search for the Origin of Rice Cultivation: The Ancient Rice Cultivation in Paddy Fields at the Cao Xie Shan Site in China. Miyazaki: Society for Scientific Studies on Cultural Property, 1996. (In Japanese and Chinese)
  11. ^ Fujiwara 1996
  12. ^ Tsude, Hiroshi. Yayoi Farmers Reconsidered: New Perspectives on Agricultural Development in East Asia. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association 21(5):53-59, 2001.
  13. ^ Crawford, Gary W. and Gyoung-Ah Lee. Agricultural Origins in the Korean Peninsula. Antiquity 77(295):87-95, 2003.
  14. ^ "Expansion of Chinese Paddy Rice to the Yunnan-Guizhou Plateau". Diakses tanggal 2007-08-06. 
  15. ^ Geertz, Clifford (2016) [1974]. Involusi Pertanian [Agricultural Involution: The PRocesses of Ecological Changes in Indonesia]. Diterjemahkan oleh Triwira, Gatot (edisi ke-5). Depok: Komunitas Bambu. hlm. 218. ISBN 978-979-9542-38-3 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). 
  16. ^ Gourou, Pierre (1956). The Quality of Land Use of Tropical Cultivators. hlm. 336–349. 
  17. ^ Grist, D. H. (1959). Rice (edisi ke-3). London: Longmans Green. 
  18. ^ Pelzer, Karl Josef (1945). Pioneer Settlement in the Asiatic Tropics. New York: Institute of Pacific Relations. 
  19. ^ Aminatun, Tien; Widyastuti, Sri Harti (2014). "Pola Kearifan Masyarakat Lokal dalam Sistem Sawah Surjan untuk Konservasi Ekosistem Pertanian". Jurnal Penelitian Humaniora. 19 (1): 65–76. 

Bahan bacaan terkait

[sunting | sunting sumber]
  • Bale, Martin T. Archaeology of Early Agriculture in Korea: An Update on Recent Developments. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association 21(5):77-84, 2001.
  • Barnes, Gina L. Paddy Soils Now and Then. World Archaeology 22(1):1-17, 1990.
  • Crawford, Gary W. and Gyoung-Ah Lee. Agricultural Origins in the Korean Peninsula. Antiquity 77(295):87-95, 2003.
  • Kwak, Jong-chul. Urinara-eui Seonsa – Godae Non Bat Yugu [Dry- and Wet-field Agricultural Features of the Korean Prehistoric].In Hanguk Nonggyeong Munhwa-eui Hyeongseong [The Formation of Agrarian Societies in Korea]: 21-73. Papers of the 25th National Meetings of the Korean Archaeological Society, Busan, 2001.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]