Lompat ke isi

Try Sutrisno: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Achmad Suharto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(272 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Vice President
| honorific-prefix = <small>
| name = Try Sutrisno
[[Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Haji|H.]]</small>
| image =Try Sutrisno, 1993.jpg
| caption =Sutrisno pada tahun 1993
| name = Try Sutrisno
| order =[[Wakil Presiden Indonesia|6]]
| image = Try Sutrisno Official Portrait.jpg
| office =Wakil Presiden Indonesia
| order = ke-6
| term_start =11 Maret 1993
| office = Wakil Presiden Indonesia
| term_end =10 Maret 1998
| term_start = 11 Maret 1993
| president =[[Suharto]]
| term_end = 11 Maret 1998
| predecessor =[[Sudharmono]]
| president = [[Soeharto]]
| successor =[[Bacharuddin Jusuf Habibie]]
| predecessor = [[Sudharmono]]
| successor = [[B. J. Habibie]]
| birth_date ={{Birth date and age|1935|11|15|df=y}}
| office2 = Panglima Tentara Nasional Indonesia{{!}}Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
| birth_place =[[Surabaya]], [[Jawa Barat]], [[Hindia Belanda]]
| death_date =
| order2 = ke-9
| term_start2 = 27 Februari 1988
| death_place =
| party =[[Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia]]
| term_end2 = 19 Februari 1993
| spouse =Tuti Sutiawati
| president2 = Soeharto
| predecessor2 = [[Leonardus Benyamin Moerdani|L.B. Moerdani]]
| profession =Militer (pensiun)
| religion =Islam
| successor2 = [[Edi Sudradjat]]
| office3 = Kepala Staf TNI Angkatan Darat
| signature =
| footnotes =
| order3 = ke-15
| term_start3 = 7 Juni 1986
|}}
| term_end3 = 2 Februari 1988
| predecessor3 = [[Rudini]]
| successor3 = [[Edi Sudradjat]]
| office4 = Ketua Umum PBSI
| order4 = ke-6
| term_start4 = 1985
| term_end4 = 1993
| president4 =
| predecessor4 = [[Ferry Sonneville]]
| successor4 = [[Soerjadi (militer)|Soerjadi]]
| birth_date = {{birth date and age|1935|11|15|}}
| birth_place = [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Hindia Belanda]]
| allegiance = {{flag|Indonesia}}
| serviceyears = 1959–1993
| servicenumber = 18438
| rank = [[Berkas:22-TNI Army-GEN.svg|25px]] [[Jenderal]] [[TNI]]
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| unit = [[Zeni]]
| battles = [[Operasi 17 Agustus]]<br>[[Operasi Trikora]]<br>[[Konfrontasi Indonesia–Malaysia]]<br>[[Operasi Seroja]]{{br}}[[Pemberontakan di Aceh]]
| nationality = [[Indonesia]]
| party = [[Golkar]]<br>[[PKPI]]
| spouse = [[Tuti Sutiawati]]
| children = 7, termasuk [[Firman Santyabudi|Firman]] dan [[Kunto Arief Wibowo|Kunto]]
| relatives = {{bulleted list|[[Musannif Ryacudu]] (besan)|[[Ryamizard Ryacudu]] (menantu)|[[Danang Hadiwibowo]] (menantu)}}
| residence =
| alma_mater = [[Akademi Militer|Akademi Teknik AD]] (1959)
| profession = Tentara, Politisi
| signature = Signature of Try Sutrisno.svg
| caption = Foto Resmi Try Sutrisno Tahun 1993
}}
[[Jenderal]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Haji (gelar)|H.]] '''Try Sutrisno''' ({{lahirmati||15|11|1935||}}) adalah [[Wakil Presiden Indonesia]] ke-6 periode 1993–1998. Sebelum diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia, Try menjabat sebagai [[Panglima Tentara Nasional Indonesia|Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] ([[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]]).


== Kehidupan awal ==
'''Try Sutrisno''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]]|15|11|1935}}) adalah [[Wakil Presiden Indonesia]] ke-6 Periode 1993-1998.
Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya Subandi adalah sopir ambulans, dan ibunya Mardiyah adalah ibu rumah tangga. Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Belanda kembali untuk mengklaim kembali Indonesia sebagai koloni mereka. Try Sutrisno dan keluarganya pindah dari Surabaya ke Mojokerto. Ayahnya bekerja sebagai petugas medis untuk [[Batalyon]] Angkatan Darat Poncowati, memaksa Try Sutrisno untuk berhenti sekolah dan mencari nafkah sebagai penjual rokok dan penjual koran.


Pada usia 13, Try Sutrisno ingin bergabung dengan Batalyon Poncowati dan melawan tetapi tidak ada yang menganggapnya serius dan ia akhirnya dipekerjakan sebagai kurir.<ref>{{cite web|title = Try Sutrisno|publisher = pdat.co.id|url = http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/T/ads,20030618-01,T.html|access-date = 2014-04-02|archive-date = 2007-09-27|archive-url = https://web.archive.org/web/20070927014316/http://www.pdat.co.id/hg/apasiapa/html/T/ads,20030618-01,T.html|dead-url = yes}}</ref> Tugas Try Sutrisno adalah untuk mencari informasi ke daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Belanda serta mengambil obat untuk Angkatan Darat Indonesia. Akhirnya pada tahun 1949, Belanda mundur dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Try Sutrisno dan keluarganya kemudian kembali ke Surabaya di mana ia menyelesaikan pendidikannya di [[SMA Negeri 2 Surabaya|SMA Bagian B pada tahun 1956]].<ref name=":0">{{Cite web|date=2022-12-22|title=Try Sutrisno Harapan Djatikusumo|url=https://historia.id/militer/articles/try-sutrisno-harapan-djatikusumo-vJyRJ|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-04-15}}</ref>
==Awal kehidupan==
Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya Subandi adalah sopir ambulans, dan ibunya Mardiyah adalah ibu rumah tangga. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Belanda kembali untuk mengklaim kembali Indonesia sebagai koloni mereka. Try sutrisno dan keluarganya pindah dari Surabaya ke Mojokerto. Ayahnya bekerja sebagai petugas medis untuk Angkatan Darat Poncowati [[Batalyon]], memaksa Try Sutrisno untuk berhenti sekolah dan mencari nafkah sebagai penjual rokok dan penjual koran.


Setelah lulus dari SMA, Try Sutrisno ingin mendaftar di ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Dia berpartisipasi dan lulus dalam ujian masuk, sebelum gagal dalam pemeriksaan fisik. Meskipun demikian, Mayor Jenderal [[Djatikoesoemo|GPH Djatikusumo]] tertarik dengan Try dan memanggilnya kembali. Try Sutrisno berpartisipasi dalam pemeriksaan psikologis di Bandung, Jawa Barat, dan ia diterima di ATEKAD. Di ATEKAD pula ia berteman akrab dengan [[Leonardus Benyamin Moerdani|Benny Moerdani]].<ref name=":0" />
Pada usia 13, Try Sutrisno ingin bergabung dengan Batalyon Poncowati dan melawan tapi tidak ada yang menganggap-nya serius dan ia akhirnya dipekerjakan sebagai kurir. Tugas Try Sutrisno adalah untuk mencari informasi ke daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Belanda serta mengambil obat untuk Angkatan Darat Indonesia. Akhirnya pada tahun 1949, Belanda mundur dan mengakui Kemerdekaan Indonesia. Try Sutrisno dan keluarganya kemudian kembali ke Surabaya di mana ia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1956.


== Karier militer ==
Setelah lulus dari SMA, Try Sutrisno ingin terdaftar di ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Dia berpartisipasi dan lulus dalam ujian masuk, sebelum gagal pemeriksaan fisik. Meskipun demikian, Mayor Jenderal GPH Djatikusumo mengambil bunga Try dan memanggilnya kembali. Try Sutrisno berpartisipasi dalam [[pemeriksaan psikologis]] di Bandung, Jawa Barat, dan sekarang ia diterima menjadi ATEKAD.


=== Awal karier militer ===
==Karier Militer==
Pengalaman militer pertama Try Sutrisno adalah pada tahun 1957, ketika ia berperang melawan Pemberontakan [[PRRI]]. Pemberontakan PRRI adalah kelompok separatis di [[Sumatra]] yang ingin membentuk pemerintahan alternatif selain Presiden [[Soekarno]]. Try Sutrisno menyelesaikan pendidikan militernya pada tahun 1959, ketika ia lulus dari ATEKAD.


Pengalaman awal Try Sutrisno di [[ABRI]] termasuk menjalankan tugas di Sumatra, Jakarta, dan Jawa Timur. Pada tahun 1972, Try dikirim ke [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat]] (Seskoad). Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden [[Soeharto]]. Soeharto mulai menyukai Try dan sejak saat itu, karier militer Try akan meroket.
===Awal karier Militer===


=== KODAM XVI/Udayana dan KODAM II/Sriwijaya ===
Pengalaman Militer Try Sutrisno pertama adalah pada tahun 1957, ketika ia berperang melawan Pemberontakan PRRI. Pemberontakan PRRI adalah kelompok separatis di Sumatera yang ingin membentuk Pemerintah alternatif yang Presiden Sukarno. Try Sutrisno menyelesaikan pendidikan militernya pada tahun 1959, ketika ia lulus dari ATEKAD.
Pada tahun 1978, Try diangkat menjadi Kepala Staf di KODAM XVI/Udayana. Setahun kemudian, ia menjadi Panglima KODAM IV/Sriwijaya, di mana ia memulai kariernya. Sebagai Pangdam, Try Sutrisno pindah untuk menekan tingkat kejahatan serta menghentikan penyelundupan timah. Dia bahkan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan untuk mengembalikan [[gajah Sumatra]] ke habitat alami mereka.<ref>{{cite web
|title = Try Sutrisno, 6th Vice President of the Republic of Indonesia
|publisher = Tokohindonesia.com
|url = http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/t/try-sutrisno/index.shtml
|accessdate = 2006-10-28
|archive-date = 2004-06-06
|archive-url = https://web.archive.org/web/20040606154454/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/t/try-sutrisno/index.shtml
|dead-url = yes
}}</ref>


=== KODAM V/Jaya dan Peristiwa Tanjung Priok ===
Pengalaman Try Sutrisno awal ABRI termasuk menjalankan tugas di Sumatera, Jakarta, dan Jawa Timur. Pada tahun 1972, Try dikirim ke Angkatan Darat [[Staff College]] (Seskoad). Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Suharto. Suharto mengambil menyukai untuk Try dan sejak saat itu, karier Militer Try akan meroket.
Pada tahun 1982, Try diangkat menjadi Panglima KODAM V/Jaya dan ditempatkan di Jakarta.


Tahun 1984 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan semua organisasi apakah itu politik atau non-politik untuk mengadopsi ideologi nasional [[Pancasila]] sebagai prinsip tunggal (''Asas Tunggal''). Perbedaan pendapat di kalangan Islam mencapai puncaknya ketika para ulama mulai mengajarkan pertentangan penerapan Pancasila sebagai ideologi nasional, yang mereka anggap sebagai [[kristenisasi]] pemerintah, program keluarga berencana pemerintah, dan dominasi perekonomian Indonesia oleh populasi [[Tionghoa-Indonesia]].<ref name="elsam.or.id">{{cite web
===KODAM XVI/Udayana & KODAM IV/Sriwijaya===
|title = Kasus-Kasus Pelanggaran Berat HAM: Tragedi Tanjung Priok
|publisher = Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
|url = http://www.elsam.or.id/kkr/tanjung%20priok.html
|accessdate = 2006-10-28
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20090309074413/http://elsam.or.id/kkr/tanjung%20priok.html
|archivedate = 2009-03-09
|dead-url = yes
}}</ref>


Pada tanggal 7 September 1984, [[Sersan]] Satu Hermanu, melakukan pemeriksaan di Jakarta Utara, datang ke masjid yang terdapat poster yang meminta perempuan untuk mengenakan [[jilbab]]. Ini adalah poster atau selebaran yang mendorong Muslim yang membacanya untuk menentang kebijakan pemerintah untuk tidak membiarkan wanita mengenakan jilbab. Sertu Hermanu meminta selebaran untuk diturunkan tetapi perintahnya tidak diikuti.
Pada tahun 1978, Try diangkat ke posisi Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI / Udayana. Setahun kemudian, ia akan menjadi Panglima Daerah KODAM IV / Sriwijaya, di mana ia memulai kariernya. Sebagai Pangdam, Try Sutrisno pindah untuk menekan tingkat kejahatan serta menghentikan penyelundupan timah. Dia bahkan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan untuk mengembalikan gajah Sumatera ke habitat alami mereka.


Keesokan harinya, Hermanu kembali dan menghapus poster itu dengan koran yang dicelup air got. Entah bagaimana rumor mulai beredar di sekitar yang menyebutkan bahwa Hermanu telah mencemarkan masjid dengan masuk ke dalamnya tanpa membuka sepatunya.<ref name="elsam.or.id"/> Hal itu menyebabkan kemarahan warga dan sepeda motor Hermanu dibakar. Tentara kemudian kembali untuk menangkap 4 pemuda yang membakar sepeda motor.
=== KODAM V/Jaya & Insiden Tanjung Priok ===


Selama beberapa hari berikutnya ada protes yang meminta pembebasan 4 pemuda dan ulama mengambil keuntungan dari situasi untuk berkhotbah menentang pemerintah. Akhirnya pada tanggal 12 September 1984, kerumunan di [[Tanjung Priok, Jakarta Utara|Tanjung Priok]] mulai menyerang toko-toko yang dimiliki oleh orang Tionghoa serta mendatangi markas Kodim Jakarta Utara.
Pada tahun 1982, Try diangkat ke Panglima Daerah KODAM V / Jaya dan ditempatkan di Jakarta.


Try Sutrisno, bersama dengan [[Panglima ABRI]], [[Benny Moerdani]] setuju bahwa pasukan harus dikerahkan untuk menghadang perusuh. Kerusuhan terus memburuk, menurut tentara, massa menolak untuk mengindahkan tembakan peringatan dan melanjutkan penyerbuan mereka dengan mengacung-acungkan [[golok]] dan [[celurit]].<ref name="elsam.or.id"/> Akhirnya pasukan terpaksa [[Peristiwa Tanjung Priok|melepaskan tembakan]]. Pemerintah mengklaim bahwa 28 orang tewas namun korban tetap bersikeras bahwa sekitar 700 orang tewas.
1984 akan melihat pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan semua organisasi apakah itu politik atau non-politik untuk mengadopsi ideologi nasional [[Pancasila (politik)|Pancasila]] sebagai prinsip tunggal ('' Azas Tunggal''). Hal ini juga akan melihat perbedaan pendapat Islam mencapai puncaknya sebagai pengkhotbah mulai mengajar terhadap penerapan Pancasila sebagai ideologi nasional, apa yang mereka dianggap kristenisasi Pemerintah, program keluarga berencana pemerintah, dan dominasi Perekonomian Indonesia oleh [[Cina Indonesia]] populasi.


=== Wakil KSAD dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ===
Pada 7 September 1984, Sgt. Hermanu, berjalan pada pemeriksaan dijalankan di Jakarta Utara, datang di masjid dengan selebaran yang meminta perempuan untuk mengenakan [[jilbab]]. Ini adalah selebaran yang mendorong Muslim yang membacanya untuk menentang kebijakan pemerintah tidak membiarkan wanita mengenakan jilbab. Sersan Hermanu meminta selebaran untuk diturunkan tapi perintahnya tidak diikuti.
Karier Try Sutrisno terus meningkat. Pada tahun 1985, ia menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, sebelum menjadi [[Kepala Staf Angkatan Darat]] pada tahun 1986. Sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, Try memulai Badan Tabungan Wajib Perumahan [[TNI-AD]] untuk memudahkan bagi prajurit Angkatan Darat untuk membeli rumah bagi mereka sendiri.


=== Panglima ABRI dan Pembunuhan Massal Dili ===
Keesokan harinya, Hermanu kembali dan kertas terjebak dicuci di air kotor selama selebaran untuk menutupinya. Entah bagaimana rumor mulai terjadi di sekitar yang Hermanu telah mencemarkan Masjid dengan pergi ke ruang doa tanpa mengambil sepatunya. Ini menyebabkan banyak kemarahan dan sepeda motor Hermanu yang dibakar. Tentara kemudian kembali menangkap 4 pemuda yang membakar sepeda motor.
[[Berkas:Jenderal TNI Try Sutrisno.png|kiri|jmpl|Jenderal TNI Try Sutrisno saat sebagai Panglima ABRI]]
[[Berkas:Try Sutrisno Warga Kehormatan Baret Ungu.jpg|kiri|jmpl|Jenderal TNI Try Sutrisno diangkat sebagai warga kehormatan korps marinir pada 15 November 1990]]
Try Sutrisno akhirnya mencapai puncak karier militer pada tahun 1988, ketika ia ditunjuk sebagai [[Panglima ABRI]] untuk menggantikan [[L.B. Moerdani]]. Sebagai Panglima [[ABRI]], Sutrisno menghabiskan banyak waktu untuk menumpas pemberontakan di seluruh Indonesia. Target langsungnya adalah separatis di [[Aceh]], yang berhasil ditekan pada 1992. Pada tahun 1990, ada [[Peristiwa Talangsari 1989|Insiden Talangsari]], di mana Try Sutrisno mengulangi tindakannya pada tahun 1984 dengan menindak kelompok demonstran Islam.


Pada bulan November 1991, di Provinsi [[Timor Timur]], sekelompok mahasiswa menghadiri pemakaman seorang teman mereka yang telah ditembak mati oleh pasukan Indonesia dan mereka mengambil kesempatan untuk meluncurkan protes terhadap pendudukan Indonesia. Pada prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan [[Xanana Gusmão]]. Ketika prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak. Dari orang-orang yang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang.
Selama beberapa hari berikutnya ada protes meminta pembebasan 4 pemuda dan pengkhotbah mengambil keuntungan dari situasi untuk berkhotbah menentang pemerintah. Akhirnya pada 12 September 1984, kerumunan di Tanjung Priok mulai menyerang toko-toko yang dimiliki oleh orang Indonesia Cina serta mengejar markas Kodim Jakarta Utara (KODIM).


Insiden, yang dikenal sebagai [[Insiden Dili]] ini, memicu kecaman dari masyarakat internasional seluruh dunia. Try Sutrisno mengatakan dua hari setelah pembantaian: "Tentara tidak dapat diremehkan. Akhirnya kami harus menembak mereka. Berandalan seperti [[agitator]] ini harus ditembak, dan mereka akan .... ".<ref>Quoted in Carey, p. 52. A slightly different wording ("...and we will shoot them") is quoted in Jardine, p. 17.</ref> Try Sutrisno kemudian diundang untuk berbicara di hadapan [[Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR) untuk menjelaskan dirinya sendiri. Try Sutrisno memberikan pembelaan keputusannya dan menyatakan bahwa pengunjuk rasa memprovokasi tentara dan bahwa klaim bahwa protes yang damai adalah "omong kosong".<ref>{{cite web
Try Sutrisno, bersama dengan [[ABRI]] Panglima, [[Benny Moerdani]] setuju bahwa pasukan harus dikerahkan mengandung perusuh. Kerusuhan terus memburuk, menurut tentara, massa menolak untuk mengindahkan tembakan peringatan dan melanjutkan pengisian pada mereka dengan parang dan celurit. Akhirnya pasukan terpaksa [[pembantaian Tanjung Priok|api terbuka]]. Pemerintah mengklaim bahwa 28 orang tewas namun korban tetap bersikeras bahwa sekitar 700 orang tewas. Episode ini akan terus menghantui Try Sutrisno untuk sisa kariernya.
|title = Timor: Try Sutrisno's Bullshit
|publisher = Indonesia Publications/Taskforce
|url = http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1991/11/27/0010.html
|accessdate = 2006-10-28
|archive-date = 2006-09-17
|archive-url = https://web.archive.org/web/20060917134644/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1991/11/27/0010.html
|dead-url = yes
}}</ref>


Masa jabatan Try Sutrisno sebagai Panglima ABRI berakhir pada bulan Februari 1993.
===Wakil Kepala Staf Angkatan Darat dan Kepala Staf Angkatan Darat===


== Wakil Presiden Indonesia ==
Try's career continued to advance. In 1985, he became Deputy Army Chief of Staff, before becoming the Army Chief of Staff himself in 1986. As Army Chief of Staff, Try started the Badan TWP TNI-AD (Army Compulsory Saving for Housing Body) to make it easier for Army soldiers to buy their own house.


=== Pencalonan Sebagai Wakil Presiden ===
===Panglima ABRI dan Dili Pembunuhan Masal===
[[Berkas:Try Sutrisno oath of office.jpg|jmpl|250px|Try Sutrisno mengambil sumpah jabatan pada tanggal 11 Maret 1993 pada sesi Majelis Permusyawaratan Rakyat.]]


Pada bulan Februari 1993, bulan yang sama ketika Try berhenti dari posisinya sebagai Pangab dan sebulan sebelum [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR) dijadwalkan bertemu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden baru, anggota MPR dari fraksi ABRI mencalonkan Try Sutrisno untuk menjadi Wakil Presiden. Secara teknis, anggota fraksi MPR diizinkan untuk mengajukan calon mereka untuk Wakil Presiden. Tapi aturan tak tertulis dalam rezim Soeharto adalah menunggu Presiden untuk mengajukan calon yang dipilihnya.
Try Sutrisno akhirnya mencapai puncak karier militer pada tahun 1988, ketika ia ditunjuk untuk menggantikan Panglima ABRI Moerdani. Seperti [[ABRI]] Komandan Try Sutrisno menghabiskan banyak waktu meletakkan pemberontakan di seluruh Indonesia. Target langsungnya adalah separatis di Aceh, yang berhasil ditekan oleh 1992. Pada tahun 1990, ada Insiden Talangsari, di mana Try Sutrisno tindakan yang berulang pada tahun 1984 dengan menindak demonstran Islam.


Anggota dari [[Partai Persatuan Pembangunan]] dan [[Partai Demokrasi Indonesia]] dengan cepat menyetujui pencalonan Try sementara [[Golkar]] berjuang dalam memberitahu anggotanya bahwa Golkar tidak mencalonkan Try sebagai Wakil Presiden. Soeharto dilaporkan marah karena telah didahului oleh ABRI,<ref>{{cite web|last = Lane|first = Max|title = Suharto vs. ABRI at MPR – 1|publisher = Green Left|date = 24 Februari 1993|url = http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1993/03/10/0000.html|access-date = 2014-04-11|archive-date = 2008-01-19|archive-url = https://web.archive.org/web/20080119003855/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1993/03/10/0000.html|dead-url = unfit}}</ref> tetapi ia tidak ingin adanya perselisihan terbuka. Soeharto akhirnya menerima Try dan Golkar mencoba mengecilkan ketegangan dengan mengatakan telah membiarkan pihak lain dan ABRI mencalonkan kandidat Wakil Presiden mereka.<ref>{{cite web|title = Soeharto Picks Try As V-P|publisher = Radio Republik Indonesia|date = 28 Februari 1993|url = http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1991/11/27/0010.html|access-date = 2014-04-02|archive-date = 2008-01-19|archive-url = https://web.archive.org/web/20080119003833/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1991/11/27/0010.html|dead-url = unfit}}</ref>
Pada bulan November 1991, kemudian Provinsi [[Timor Timur]], sekelompok mahasiswa menghadiri pemakaman seorang teman sekolah yang telah ditembak mati oleh tentara Indonesia mengambil kesempatan untuk meluncurkan protes terhadap pendudukan Indonesia. Pada prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan [[Xanana Gusmão]]. Sebagai prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak. Dari orang-orang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang.


ABRI sudah membalaskan dendam mereka dari Sidang Umum MPR 1988 saat Soeharto memilih [[Sudharmono]], seseorang tidak menyukai ABRI sebagai Wakil Presiden. Benny Moerdani yang pada tahun 1993 adalah Menteri Pertahanan, dia bertekad bahwa ABRI akan memilih Wakil Presiden bagi Suharto pada Sidang Umum MPR 1993.
Insiden, yang dikenal sebagai [[Dili Massacre]], memicu kecaman dari seluruh dunia dari masyarakat internasional. Try Sutrisno mengatakan dua hari setelah pembantaian: ".. Tentara tidak dapat diremehkan Akhirnya kami harus menembak mereka nakal seperti ini [[agitator]] s harus ditembak, dan mereka akan ....". Try Sutrisno kemudian diundang untuk berbicara di hadapan [Perwakilan [Rakyat Dewan]] (DPR) untuk menjelaskan dirinya sendiri. Try Sutrisno memberikan pembelaan keputusannya dan menyatakan bahwa pengunjuk rasa memprovokasi tentara dan bahwa klaim bahwa protes yang damai adalah "omong kosong".


Berspekulasi bahwa tidak pernah mendahului, Soeharto akan memilih baik [[BJ Habibie]] sebagai Wakil Presidennya atau memilih kembali Sudharmono.
Try Sutrisno habis dari jabatannya sebagai Panglima ABRI pada bulan Februari 1993.


==Wakil Presiden==
=== Wakil Kepresidenan ===
[[Berkas:Try Sutrisno vice president indonesia portrait.jpg|jmpl|120px|ka|Versi lain dari foto resmi sebagai Wakil Presiden.]]
Meskipun ia telah menerima Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden, namun Soeharto merasa tidak senang pada Wakil Presidennya.<!--dia tidak meminta bersinar melalui sebagai anggota ABRI dalam Kabinet disimpan secara minimal. Untuk Try Sutrisno sendiri,--> Soeharto menunjukkan sedikit hal dan bahkan tidak berkonsultasi dengannya dalam proses pembentukan kabinet.{{fact}}
[[Berkas:Wakil Presiden Try Sutrisno dan Istri (Tuti Sutiawati).jpg|120px|thumb|Wakil Presiden Try Sutrisno dan istri]]
Saat Soeharto berkunjung ke [[Mesir]] tahun 1995, Try dalam sebuah pemberitaan di harian nasional menyatakan jika dalam bisnis, anak pejabat jangan pakai nama bapaknya, pihak penguasa marah dan sejak itu pemberitaan Try Sutrisno di harian manapun ditiadakan. Beberapa bulan kemudian [[Siti Hartinah|Ibu Negara]] wafat.


Pengabaian lainnya datang pada akhir 1997 ketika Soeharto harus pergi ke Jerman untuk menerima perawatan kesehatan. Alih-alih mendelegasikan Try Sutrisno untuk menjalankan tugas Presiden, Soeharto memerintahkan [[Daftar Menteri Sekretaris Negara Indonesia|Menteri Sekretaris Negara]], [[Moerdiono]] untuk datang ke kediamannya untuk menerima tugas Presiden.<ref>{{cite web|title = " Wapres Hanya Ban Serep Yang Tak Terpakai "|publisher = Tempo|date = 2 Januari 1998|url = http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/01/04/0001.html|access-date = 2014-04-11|archive-date = 2008-01-19|archive-url = https://web.archive.org/web/20080119003915/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/01/04/0001.html|dead-url = unfit}}</ref> Sebuah KTT [[APEC]] juga dihadiri oleh [[Daftar Menteri Luar Negeri Indonesia|Menteri Luar Negeri]], [[Ali Alatas]].
===Nominasi===


Try Sutrisno adalah figur yang sangat populer dan banyak yang mengira bahwa ia akhirnya akan menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.<ref>{{cite web |last = Manoharan |first = Moses |title = President Try Sutrisno? |publisher = Reuter |date = 23 April 1992 |url = http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1992/04/23/0004.html |access-date = 2014-04-11 |archive-date = 2008-01-19 |archive-url = https://web.archive.org/web/20080119003850/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1992/04/23/0004.html |dead-url = unfit }}</ref> Karena dia memiliki latar belakang militer, ia akan diterima oleh ABRI. Pada saat yang sama, dia juga seorang kandidat yang diterima elemen Islam di Indonesia, dibesarkan bersama sebuah sekolah Islam.
[[File:Try Sutrisno oath of office.jpg|thumb|250px|Try Sutrisno mengambil sumpah jabatan pada tanggal 11 Maret 1993 di sesi Majelis Permusyawaratan Rakyat.]]


Pada tahun 1998, pada Sidang Umum MPR lainnya yang akan diselenggarakan dan [[Asia Tenggara]] sedang menderita akibat [[Krisis finansial Asia 1997|Krisis Finansial Asia]], banyak yang ingin Try Sutrisno untuk mengemban masa jabatan kedua sebagai Wakil Presiden. Meskipun ada dukungan yang kuat, Try Sutrisno tidak menegaskan dirinya dan pilihan Soeharto untuk Wakil Kepresidenan diserahkan kepada Habibie.
Pada bulan Februari 1993, bulan yang sama bahwa Try dipecat dari posisinya dan sebulan sebelum [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] yang (MPR) dijadwalkan bertemu untuk memilih presiden baru dan Wakil Presiden, anggota MPR dari ABRI dicalonkan Try Sutrisno untuk menjadi Wakil Presiden. Secara teknis, anggota fraksi MPR diizinkan untuk mengajukan calon mereka untuk Wakil Presiden. Tapi aturan tak tertulis dalam rezim Soeharto telah menunggu Presiden untuk mengajukan calon yang dipilihnya.


== Setelah masa Wakil Kepresidenan ==
Anggota dari [[Partai Persatuan Pembangunan]] dan [[Partai Demokrasi Indonesia]] dengan cepat menyetujui nominasi Try sebagai [[Golkar]] berjuang dalam memberitahu anggotanya bahwa Golkar tidak dicalonkan Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden. Soeharto dilaporkan marah bahwa ia telah pra-empted oleh ABRI. tetapi tidak ingin perselisihan terbuka. Soeharto akhirnya menerima Try dan Golkar mencoba mengecilkan pra-emption dengan mengatakan telah membiarkan pihak lain dan ABRI mencalonkan mereka calon Wakil Presiden.
Pada Mei 1998, pada malam jatuhnya Soeharto, Try Sutrisno, bersama dengan [[Umar Wirahadikusumah]] dan Sudharmono mengunjungi Soeharto di kediamannya untuk membahas opsi yang memungkinkan.


Pada tahun 1998, Try terpilih menjadi Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri). Ia berhasil membuat Pepabri bersatu menjadi satu di bawah kepemimpinannya meskipun suasana lazim pada waktu itu setiap cabang dari Angkatan Bersenjata memiliki persatuan purnawirawan mereka sendiri. Try Sutrisno menyelesaikan masa jabatannya di posisi ini pada tahun 2003.
ABRI sudah balas dendam mereka dari tahun 1988 Sidang Umum MPR saat Soeharto memilih [[Sudharmono]], seseorang yang ABRI tidak suka sebagai Wakil Presiden. Benny Moerdani yang pada tahun 1993 adalah Menteri Pertahanan, dia bertekad bahwa ABRI akan memilih Wakil Presiden Suharto pada tahun 1993 Sidang Umum MPR.


Try juga menjabat sebagai sesepuh partai untuk partainya Jenderal [[Edi Sudrajat]], [[Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia]].
Berspekulasi bahwa ia tidak pernah pra-empted, Soeharto akan terpilih baik [[BJ Habibie]] sebagai Wakil Presiden nya atau terpilih kembali Sudharmono.


Pada bulan Agustus 2005, Try Sutrisno, bersama dengan [[Abdurrahman Wahid]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Wiranto]], dan [[Akbar Tanjung]] membentuk sebuah forum yang disebut Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu. Forum ini mengkritik pemerintahan [[Susilo Bambang Yudhoyono]] atas [[nota kesepahaman]] dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] (GAM). Hal ini diikuti pada bulan September 2005 dengan kritik terhadap keputusan Yudhoyono menaikkan harga BBM.
===Wakil Kepresidenan===


Try Sutrisno agak melunak sikapnya dengan pemerintah setelah pertemuan dengan Wakil Presiden [[Jusuf Kalla]] pada bulan September 2005. Kalla dikirim untuk menjelaskan alasan di balik kebijakan yang diambil terhadap GAM dan menaikkan harga BBM. Pada akhir pertemuan, Try mengatakan bahwa ia dapat memahami posisi pemerintah dan mendorong orang-orang untuk mendukung pemerintah dalam keputusan mereka.<ref>{{cite web
Meskipun ia telah menerima Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden, ketidaksenangan Soeharto pada memiliki Wakil Presiden dia tidak meminta bersinar melalui sebagai anggota ABRI dalam Kabinet disimpan secara minimal. Untuk Try Sutrisno dirinya, Soeharto menunjukkan sedikit hal dan bahkan tidak berkonsultasi dengannya dalam proses pembentukan kabinet.
|title = "Usai Dikritik, Wapres Kalla Temui Try "
|publisher = Pikiran Rakyat
|date = 25 September 2005
|url = http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/25/0102.htm
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20070509180059/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/25/0102.htm
|archivedate = 2007-05-09
|access-date = 2014-04-11
|dead-url = no
}}</ref>


== Kehidupan pribadi ==
Saat Soeharto berkunjung ke Mesir tahun 1995, Try Sutrisno dalam sebuah pemberitaan di harian nasional menyatakan jika dalam bisnis, anak pejabat jangan pakai nama bapaknya, pihak penguasa marah dan sejak itu pemberitaan Try Sutrisno di harian manapun ditiadakan. Beberapa bulan kemudian Ibu Negara wafat.
Pada 5 Februari 1961, Try Sutrisno mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi pujaan hatinya yaitu seorang guru kelahiran [[Bandung]] bernama [[Tuti Sutiawati]] dan dikaruniai 7 orang anak yaitu Nora Tristyana, Taufik Dwi Cahyono, [[Firman Santyabudi]], Nori Chandrawati, Isfan Fajar Satrio, [[Kunto Arief Wibowo]], dan Natalia Indrasari.<ref>{{Cite book|title=Try Sutrisno dari Tobang Menjadi Jenderal dan Wakil Presiden|url=https://www.google.co.id/books/edition/Try_Sutrisno_dari_Tobang_Menjadi_Jendera/aP3YDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=try+sutrisno+menikah&pg=PA23&printsec=frontcover|last=TEMPO Publishing|date=2020|publisher=Tempo Publishing|isbn=9786232629158|location=Jakarta|pages=23|access-date=2021-09-10|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325185356/https://www.google.co.id/books/edition/Try_Sutrisno_dari_Tobang_Menjadi_Jendera/aP3YDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=try+sutrisno+menikah&pg=PA23&printsec=frontcover|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/vice_president/?box=detail&id=2&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|title=Wakil Presiden: Jenderal (Purnawirawan) Try Soetrisno|access-date=10 September 2021|website=Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia|archive-date=2021-09-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20210910002138/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/vice_president/?box=detail&id=2&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|dead-url=yes}}</ref> Salah satu menantunya adalah [[Ryamizard Ryacudu]] yang menikah dengan Nora Tristyana.


== Penghargaan ==
Acara lain mengabaikan datang Pada akhir 1997 ketika Soeharto harus pergi ke Jerman untuk menerima perawatan kesehatan. Alih-alih meninggalkan Try Sutrisno untuk menjalankan tugas Presiden, Soeharto memerintahkan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono untuk datang ke kediamannya untuk menerima tugas Presiden .. Sebuah [[APEC]] KTT ini juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas.
=== Tanda jasa{{sfn|Dinas Sejarah TNI AD|2019|p=248-250}} ===
{| class="wikitable" style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
!colspan="3" align="center" |Dada kanan
!colspan="3" align="center" |Dada kiri
|-
|colspan="3"|
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
|align=center|[[File:Brevet Hiu Kencana (Kapal Selam).png|170px]]
|-
|align=center|[[File:Wing Penerbang Kelas I TNI AU.png|170px]]
|}
|colspan="3"|
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
|colspan="4"|[[File:Brevet Komando Kopassus.png|130px]]
|-
|colspan="4"|[[File:Brevet Para Utama TNI AD.png|215px]]
|-
| colspan="4"|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Adipradana.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipurna.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipradana.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Dharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Yudha Dharma Utama.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Utama.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Jalasena Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Bhayangkara Utama.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Pratama.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Nararya.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Kesetiaan XXIV.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana GOM VII.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Sapta Marga.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Satya Dharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Wira Dharma (1963).gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Penegak.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Seroja.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Wira Karya.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Medali Veteran Perdamaian.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=YU Order of the Yugoslav Flag with Sash (1st rank) Ribbon Bar.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Order for Merit in Defence and Security - 1st Class Ribbon Bar.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=GER Bundesverdienstkreuz 6 GrVK Stern Band.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Order of the Crown of Thailand - 1st Class (Thailand) ribbon.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Commander of Legion of Honour Ribbon Bar.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Darjah Mahkota Johor Ribbon Bar.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Decoration of Merit.jpg|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=US Legion of Merit Commander rib.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Nishan-e-Imtiaz Ribbon Bar.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Panglima Gagah Angkatan Tentera.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Panglima Mangku Negara (PMN) Ribbon Bar.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=ROK Order of National Security Merit (Tong-il) Ribbon.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Darjah Utama Bakti Cemerlang (Tentera) ribbon.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Order of the White Elephant - 1st Class (Thailand) ribbon.svg|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=DPKT Brunei.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=PHL Legion of Honor - Commander Ribbon Bar (Before 2003).png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Honour for Services 2.png|width=100}}
|-
|colspan="4"|[[File:Brevet Taipur Kostrad.png|130px]]
|}
|-
|colspan="3" |
{| class="wikitable" style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
|colspan="1"|Brevet Hiu Kencana
|-
|colspan="1"|Wing Penerbang TNI AU Kelas I<ref>{{Cite book|date=1992|url=https://books.google.co.id/books?id=Iy2x60j84u0C&pg=RA4-PA42&lpg=RA4-PA42&dq=brevet+kehormatan+try+sutrisno&source=bl&ots=lDx4oJSqcG&sig=ACfU3U1lxRJbxGZitQ_mE0IPWE_yKUMayg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjl-IT6yP-AAxU-yzgGHZ6SCqU4ChDoAXoECAcQAg#v=onepage&q=brevet%20kehormatan%20try%20sutrisno&f=false|title=Dharmasena|publisher=Pusat Penerangan HANKAM|language=id}}</ref>
|}
|colspan="3" |
{| class="wikitable" style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
!Brevet
| colspan="4"|Brevet Kualifikasi Komando Kopassus
|-
!Brevet
| colspan="4"|Brevet Para Utama
|-
!Baris ke-1
| colspan="4"|[[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] (17 Maret 1993)<ref>{{cite book|title= Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang|url= https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|access-date= 3 September 2021|archive-date= 2021-07-29|archive-url= https://web.archive.org/web/20210729004106/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|dead-url= no}}</ref>
|-
!Baris ke-2
| colspan="1"|[[Bintang Mahaputera Adipurna]] (17 Maret 1993)<ref name="Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003">{{cite book |title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf |access-date=3 September 2021 |archive-date=2022-08-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220805183645/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf |dead-url=no }}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Mahaputera Adipradana]] (12 Agustus 1992)<ref name="Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003"/>
| colspan="1"|[[Bintang Dharma]]
| colspan="1"|[[Bintang Yudha Dharma|Bintang Yudha Dharma Utama]]
|-
!Baris ke-3
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Jalasena|Bintang Jalasena Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Swa Bhuwana Paksa|Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bhayangkara Utama]] (1989)<ref>{{Cite web|last=Tempomedia|title=Menyematkan bintang jasa bintang jasa|url=https://majalah.tempo.co/read/album/20797/menyematkan-bintang-jasabintang-jasa|website=majalah.tempo.co|language=en|access-date=2023-04-18}}</ref>
|-
!Baris ke-4
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Pratama]] (1985)<ref>{{Cite book|last=Indonesia. Angkatan Bersenjata|first=Indonesia|date=1985|url=https://www.google.co.id/books/edition/Mimbar_kekaryaan_ABRI/PB65AAAAIAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=jenderal+terima+bintang&pg=RA4-PA69&printsec=frontcover|title=Mimbar kekaryaan ABRI.
Edisi 177-189|location=Indonesia|publisher=Departemen Pertahanan Keamanan, Staf Pembinan Karyawan|pages=69|url-status=live}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Nararya]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Kesetiaan]] 24 Tahun
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M VII]]
|-
!Baris ke-5
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Sapta Marga]]
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Satya Dharma]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Wira Dharma]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Penegak]]
|-
!Baris ke-6
| colspan="1"|[[Satyalancana Seroja]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Wira Karya]]
| colspan="1"|Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (1989)<ref>{{Cite web|last=Tempomedia|title=Penghargaan bintang LVRI|url=https://majalah.tempo.co/read/album/22261/penghargaan-bintang-lvri|website=majalah.tempo.co|language=en|access-date=2023-04-18}}</ref>
| colspan="1"|[[:en:Orders, decorations, and medals of the Socialist Federal Republic of Yugoslavia#Orders|First Rank of the Order of the Yugoslav Flag with Sash]] - Yugoslavia
|-
!Baris ke-7
| colspan="1"|[[:en:Orders, decorations, and medals of the Socialist Federal Republic of Yugoslavia#Orders|First Rank of the Order of Military Merits with Great Star]] - Yugoslavia
| colspan="1"|[[:en:Order of Merit of the Federal Republic of Germany|Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany]] - Jerman
| colspan="1"|[[:en:Order of the Crown of Thailand|Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand]] - Thailand (1986)<ref>{{Cite web|last=Administrator|date=1986-11-08|title=Mendapat penghargaan|url=https://majalah.tempo.co/read/album/36196/mendapat-penghargaan|website=Tempo|language=en|access-date=2023-04-18}}</ref><ref>{{cite book|title=ประกาศสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์ [พลโท ทรี สุทริสโน]|url= https://ratchakitcha.soc.go.th/documents/1575493.pdf|access-date= 15 Oktober 2024|language=TH}}</ref>
| colspan="1"|[[:en:Legion of Honour|Commander of the National Order of the Legion of Honour]] - Prancis<ref>{{Cite web|date=2020-04-17|title=Prof. John Ario Katili|url=https://aldoluthfan.wordpress.com/2020/04/17/prof-john-ario-katili/|website=Biografi Nasional|language=en|access-date=2023-11-26}}</ref>


|-
Try Sutrisno adalah angka yang sangat populer dan banyak yang mengira bahwa ia akhirnya akan menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Karena dia memiliki latar belakang militer, ia akan diterima oleh ABRI. Pada saat yang sama, dia juga seorang kandidat diterima elemen Islam di Indonesia, dibesarkan dengan sebuah sekolah Islam.
!Baris ke-8
| colspan="1"|[[:en:Order of the Crown of Johor|Sri Paduka Mahkota Johor (S.P.M.J.)]] - Johor
| colspan="1"|[[:en:Decoration of Merit|Gold Decoration of Merit]] - Belanda
| colspan="1"|[[:en:Legion of Merit|Commander of the Legion of Merit]] - Amerika Serikat
| colspan="1"|[[:en:Nishan-e-Imtiaz|Nishan-e-Imtiaz]] - Pakistan
|-
!Baris ke-9
| colspan="1"|[[:en:Orders, decorations, and medals of Malaysia#Military orders and medals|Pingat Panglima Gagah Angkatan Tentera (P.G.A.T.)]] - Malaysia (1988)<ref>{{Cite web|last=Administrator|date=1988-07-02|title=Menerima penghargaan|url=https://majalah.tempo.co/read/album/27627/menerima-penghargaan|website=Tempo|language=en|access-date=2023-04-18}}</ref><ref>{{Cite book|last=Departemen Pertahanan Keamanan, Staf Pembinan Karyawan|first=Indonesia|date=1987|url=https://www.google.co.id/books/edition/Mimbar_kekaryaan_ABRI/pOjKYnCN1o8C?hl=id&gbpv=1&dq=pangab+terima+penghargaan+singapura&pg=RA10-PA72&printsec=frontcover|title=Mimbar kekaryaan ABRI.
Edisi 201-211|location=Indonesia|publisher=Indonesia. Departemen Pertahanan-Keamanan. Staf Pembinan Karyawan|pages=72|url-status=live}}</ref>
| colspan="1"|[[Darjah Yang Mulia Pangkuan Negara|Panglima Mangku Negara (P.M.N.)]] - Malaysia (1988)<ref>{{cite web
|url=https://www.istiadat.gov.my/wp-content/uploads/2020/08/1988.pdf|title=Senarai Penuh Penerima Darjah Kebesaran, Bintang dan Pingat Persekutuan Tahun 1988}}</ref>
| colspan="1"|[[:en:Order of National Security Merit#Grades|Order of National Security Merit - 1st Class (Tong-il Medal)]] - Korea Selatan
| colspan="1"|[[:en:Darjah Utama Bakti Cemerlang (Tentera)|Darjah Utama Bakti Cemerlang - Tentera (D.U.B.C.)]] - Singapura (7 Agustus 1991)<ref>{{Cite web|title=The Commander-in-Chief of Indonesian Armed Forces General …|url=https://www.nas.gov.sg/archivesonline/photographs/record-details/4dd1eb98-1162-11e3-83d5-0050568939ad|website=www.nas.gov.sg|access-date=2023-02-06|archive-date=2023-02-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230205045241/https://www.nas.gov.sg/archivesonline/photographs/record-details/4dd1eb98-1162-11e3-83d5-0050568939ad|dead-url=no}}</ref>
|-
!Baris ke-10
| colspan="1"|[[:en:Order of the White Elephant|Knight Grand Cross of the Most Exalted Order of the White Elephant]] - Thailand (1991)<ref>{{Cite web|last=Administrator|date=1991-09-28|title=Penghargaan|url=https://majalah.tempo.co/read/album/15278/penghargaan|website=Tempo|language=en|access-date=2023-04-19}}</ref><ref>{{cite book|title=ประกาศสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์ (ประถมาภรณ์ช้างเผือกให้แก่ พลเอก ตรี สุทริสโน ผู้บัญชาการทหารสูงสุดอินโดนีเซีย)|url= https://ratchakitcha.soc.go.th/documents/1622685.pdf|access-date= 14 Oktober 2024|language=TH}}</ref>
| colspan="1"|[[:en:Order of Paduka Keberanian Laila Terbilang|Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang - Peringkat Pertama (D.P.K.T.)]] - Brunei
| colspan="1"|[[:en:Philippine Legion of Honor|Commander of the Philippine Legion of Honor]] - Filipina
| colspan="1"|[[:en:Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria#Classes|Grand Decoration of Honour in Gold with Sash of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria]] - Austria (1996)<ref name="recipients">{{cite web|url=https://www.parlament.gv.at/PAKT/VHG/XXIV/AB/AB_10542/imfname_251156.pdf|title=Eingelangt am 23.04.2012 : Dieser Text wurde elektronisch übermittelt. Abweichungen vom Original sind möglich. Bundeskanzler Anfragebeantwortung|website=Parlament.gv.at|access-date=10 February 2019}}</ref>
|-
!Brevet
|colspan="4"|Brevet Kualifikasi Intai Tempur (Taipur)
|}
|}


== Dalam budaya populer ==
Pada tahun 1998, dengan yang lain Sidang Umum MPR yang akan diselenggarakan dan [[Asia Tenggara]] menderita [[Krisis Keuangan Asia]], banyak yang ingin Try Sutrisno untuk melayani masa jabatan kedua sebagai Wakil Presiden. Meskipun ada dukungan yang kuat, Try Sutrisno tidak menegaskan dirinya dan pilihan Soeharto untuk Wakil Kepresidenan, Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden.
* Dalam film ''[[Susi Susanti: Love All]]'' (2019), Try Sutrisno diperankan oleh [[Muhammad Farhan]].


== Bibliografi ==
==Pos Wakil Kepresidenan==
* {{Citation|author=Dinas Sejarah TNI AD|date=2011|title=Profil Kepala Staf Angkatan Darat Ke-1 s.d.Ke-26|volume=I|pages=|url=https://drive.google.com/file/d/1Ih0ChoFC3Mm-wzOxnZxg12y2oNzBAlPq/view}}
* {{Citation|author=Dinas Sejarah TNI AD|date=2019|title=Jenderal TNI Try Sutrisno, Sosok Arek Suroboyo|volume=I|pages=|url=https://drive.google.com/file/d/1Xi-wAENeF9VqaFV-_gOOL_ZlkpBoCsAv/view}}


== Referensi ==
Pada Mei 1998, pada malam jatuhnya Soeharto, Try Sutrisno, bersama dengan [[Umar Wirahadikusumah]] dan Sudharmono mengunjungi Soeharto di kediamannya untuk membahas opsi yang memungkinkan.


{{reflist}}
Pada tahun 1998, Try terpilih menjadi Ketua ABRI Veteran 'Union (Pepabri). Ia berhasil terus Pepabri bersatu sebagai satu di bawah kepemimpinan nya meskipun suasana lazim pada waktu itu setiap cabang dari Angkatan Bersenjata mendapat serikat veteran mereka sendiri '. Try Sutrisno menyelesaikan masa jabatannya di posisi ini pada tahun 2003.


== Pranala luar ==
Try Sutrisno juga menjabat sebagai Partai Penatua untuk Umum Edi Sudrajat [[Keadilan Indonesia dan Partai Persatuan|Hukum dan Partai Persatuan]].
{{portal|Indonesia}}

* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/272-try-sutrisno Profil TokohIndonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140113045349/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/272-try-sutrisno |date=2014-01-13 }}
Pada bulan Agustus 2005, Try Sutrisno, bersama dengan [[Abdurrahman Wahid]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Wiranto]], dan [[Akbar Tanjung]] membentuk sebuah forum yang disebut Kebangkitan Nasional Gerakan Persatuan (Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu ). Forum ini dikritik [[Susilo Bambang Yudhoyono]] Pemerintah untuk perusahaan [[memorandum of understanding]] dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] (GAM). Hal ini diikuti pada bulan September 2005 dengan kritik terhadap keputusan Yudhoyono menaikkan harga BBM.
* {{id}} [https://web.archive.org/web/20090309074413/http://elsam.or.id/kkr/tanjung%20priok.html Info mengenai Peristiwa Tanjung Priok]

Try Sutrisno agak melunak sikapnya dengan Pemerintah setelah pertemuan dengan Wakil Presiden [[Jusuf Kalla]] pada bulan September 2005. Kalla dikirim untuk menjelaskan alasan di balik kebijakan yang diambil terhadap GAM dan menaikkan harga BBM. Pada akhir pertemuan, Try Sutrisno mengatakan bahwa ia dapat memahami posisi Pemerintah dan mendorong orang-orang untuk mendukung Pemerintah dalam keputusan mereka.

==Keluarga==

Try menikah dengan Tuti Sutiawati dengan siapa mempunyai 7 anak.


{{S-start}}
{{S-start}}
{{s-off}}
{{s-off}}
{{Succession box | jabatan = [[Wakil Presiden Republik Indonesia]] | tahun = 1993 - 1998 | pendahulu = [[Sudharmono]] | pengganti = [[BJ Habibie]]}}
{{Succession box |jabatan = [[Wakil Presiden Republik Indonesia]] |tahun = 1993–1998 |pendahulu = [[Sudharmono]] |pengganti = [[BJ Habibie]]}}
{{S-mil}}
{{S-mil}}
{{Succession box | jabatan = [[Komando Daerah Militer II/Sriwijaya#Pejabat Pangdam|Pangdam Sriwijaya]] | years = [[4 Mei]] [[1979]] - [[24 Desember]] [[1982]] | before = [[Obrin Satjakusumah]] | after = [[Arie Bandiyoko]] }}
{{Succession box|jabatan = [[Panglima ABRI]] |tahun = 1988–1993 |pendahulu = [[L.B. Moerdani]] |pengganti = [[Edi Sudradjat]]}}
{{Succession box|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Rudini]]|pengganti=[[Edi Sudradjat]]|tahun=1986-1988}}
{{Succession box|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Rudini]]|pengganti=[[Edi Sudradjat]]|tahun=1986–1988}}
{{Succession box| jabatan = [[Panglima ABRI]] | tahun = 1988 - 1993 | pendahulu = [[L.B. Moerdani]] | pengganti = [[Edi Sudradjat]]}}
{{Succession box|jabatan = [[Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta#Daftar Panglima|Pangdam V/Jayakarta]] |years = 1983–1985 |before = [[Norman Sasono]] |after = [[Soegito]] }}
{{Succession box|jabatan = [[Komando Daerah Militer II/Sriwijaya#Pejabat Pangdam|Pangdam IV/Sriwijaya]] |years = 1979–1982 |before = [[Obrin Satjakusumah]] |after = [[Arie Bandiyoko]] }}
{{S-end}}
{{S-end}}


{{Wakil Presiden Indonesia}}
{{Wakil Presiden Indonesia}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}
{{Kabinet Pembangunan V}}
{{Kabinet Pembangunan IV}}
{{Panglima TNI}}
{{Kepala Staf TNI Angkatan Darat}}
{{Authority control}}


{{DEFAULTSORT:Sutrisno, Try}}
{{DEFAULTSORT:Sutrisno, Try}}
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh TNI]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Tokoh Kopassus]]
[[Kategori:Panglima Tentara Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer II/Sriwijaya]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer Jaya]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Wakil Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Wakil Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Pangdam]]
[[Kategori:Tokoh Orde Baru]]
[[Kategori:Panglima TNI]]
[[Kategori:Politikus Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia]]
[[Kategori:KSAD]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipurna]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Penerima Bintang Dharma]]
[[Kategori:Penerima Bintang Kartika Eka Paksi]]


{{indo-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 26 Oktober 2024 17.08

Try Sutrisno
Foto Resmi Try Sutrisno Tahun 1993
Wakil Presiden Indonesia ke-6
Masa jabatan
11 Maret 1993 – 11 Maret 1998
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Sudharmono
Pengganti
B. J. Habibie
Sebelum
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-9
Masa jabatan
27 Februari 1988 – 19 Februari 1993
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
L.B. Moerdani
Pengganti
Edi Sudradjat
Sebelum
Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-15
Masa jabatan
7 Juni 1986 – 2 Februari 1988
Sebelum
Pendahulu
Rudini
Pengganti
Edi Sudradjat
Sebelum
Ketua Umum PBSI ke-6
Masa jabatan
1985–1993
Sebelum
Pengganti
Soerjadi
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir15 November 1935 (umur 88)
Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia
Partai politikGolkar
PKPI
Suami/istriTuti Sutiawati
Anak7, termasuk Firman dan Kunto
Kerabat
AlmamaterAkademi Teknik AD (1959)
ProfesiTentara, Politisi
Tanda tangan
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1959–1993
Pangkat Jenderal TNI
NRP18438
SatuanZeni
Pertempuran/perangOperasi 17 Agustus
Operasi Trikora
Konfrontasi Indonesia–Malaysia
Operasi Seroja
Pemberontakan di Aceh
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Jenderal TNI (Purn.) H. Try Sutrisno (lahir 15 November 1935) adalah Wakil Presiden Indonesia ke-6 periode 1993–1998. Sebelum diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia, Try menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya Subandi adalah sopir ambulans, dan ibunya Mardiyah adalah ibu rumah tangga. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Belanda kembali untuk mengklaim kembali Indonesia sebagai koloni mereka. Try Sutrisno dan keluarganya pindah dari Surabaya ke Mojokerto. Ayahnya bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Angkatan Darat Poncowati, memaksa Try Sutrisno untuk berhenti sekolah dan mencari nafkah sebagai penjual rokok dan penjual koran.

Pada usia 13, Try Sutrisno ingin bergabung dengan Batalyon Poncowati dan melawan tetapi tidak ada yang menganggapnya serius dan ia akhirnya dipekerjakan sebagai kurir.[1] Tugas Try Sutrisno adalah untuk mencari informasi ke daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Belanda serta mengambil obat untuk Angkatan Darat Indonesia. Akhirnya pada tahun 1949, Belanda mundur dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Try Sutrisno dan keluarganya kemudian kembali ke Surabaya di mana ia menyelesaikan pendidikannya di SMA Bagian B pada tahun 1956.[2]

Setelah lulus dari SMA, Try Sutrisno ingin mendaftar di ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Dia berpartisipasi dan lulus dalam ujian masuk, sebelum gagal dalam pemeriksaan fisik. Meskipun demikian, Mayor Jenderal GPH Djatikusumo tertarik dengan Try dan memanggilnya kembali. Try Sutrisno berpartisipasi dalam pemeriksaan psikologis di Bandung, Jawa Barat, dan ia diterima di ATEKAD. Di ATEKAD pula ia berteman akrab dengan Benny Moerdani.[2]

Karier militer

[sunting | sunting sumber]

Awal karier militer

[sunting | sunting sumber]

Pengalaman militer pertama Try Sutrisno adalah pada tahun 1957, ketika ia berperang melawan Pemberontakan PRRI. Pemberontakan PRRI adalah kelompok separatis di Sumatra yang ingin membentuk pemerintahan alternatif selain Presiden Soekarno. Try Sutrisno menyelesaikan pendidikan militernya pada tahun 1959, ketika ia lulus dari ATEKAD.

Pengalaman awal Try Sutrisno di ABRI termasuk menjalankan tugas di Sumatra, Jakarta, dan Jawa Timur. Pada tahun 1972, Try dikirim ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto. Soeharto mulai menyukai Try dan sejak saat itu, karier militer Try akan meroket.

KODAM XVI/Udayana dan KODAM II/Sriwijaya

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1978, Try diangkat menjadi Kepala Staf di KODAM XVI/Udayana. Setahun kemudian, ia menjadi Panglima KODAM IV/Sriwijaya, di mana ia memulai kariernya. Sebagai Pangdam, Try Sutrisno pindah untuk menekan tingkat kejahatan serta menghentikan penyelundupan timah. Dia bahkan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan untuk mengembalikan gajah Sumatra ke habitat alami mereka.[3]

KODAM V/Jaya dan Peristiwa Tanjung Priok

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1982, Try diangkat menjadi Panglima KODAM V/Jaya dan ditempatkan di Jakarta.

Tahun 1984 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan semua organisasi apakah itu politik atau non-politik untuk mengadopsi ideologi nasional Pancasila sebagai prinsip tunggal (Asas Tunggal). Perbedaan pendapat di kalangan Islam mencapai puncaknya ketika para ulama mulai mengajarkan pertentangan penerapan Pancasila sebagai ideologi nasional, yang mereka anggap sebagai kristenisasi pemerintah, program keluarga berencana pemerintah, dan dominasi perekonomian Indonesia oleh populasi Tionghoa-Indonesia.[4]

Pada tanggal 7 September 1984, Sersan Satu Hermanu, melakukan pemeriksaan di Jakarta Utara, datang ke masjid yang terdapat poster yang meminta perempuan untuk mengenakan jilbab. Ini adalah poster atau selebaran yang mendorong Muslim yang membacanya untuk menentang kebijakan pemerintah untuk tidak membiarkan wanita mengenakan jilbab. Sertu Hermanu meminta selebaran untuk diturunkan tetapi perintahnya tidak diikuti.

Keesokan harinya, Hermanu kembali dan menghapus poster itu dengan koran yang dicelup air got. Entah bagaimana rumor mulai beredar di sekitar yang menyebutkan bahwa Hermanu telah mencemarkan masjid dengan masuk ke dalamnya tanpa membuka sepatunya.[4] Hal itu menyebabkan kemarahan warga dan sepeda motor Hermanu dibakar. Tentara kemudian kembali untuk menangkap 4 pemuda yang membakar sepeda motor.

Selama beberapa hari berikutnya ada protes yang meminta pembebasan 4 pemuda dan ulama mengambil keuntungan dari situasi untuk berkhotbah menentang pemerintah. Akhirnya pada tanggal 12 September 1984, kerumunan di Tanjung Priok mulai menyerang toko-toko yang dimiliki oleh orang Tionghoa serta mendatangi markas Kodim Jakarta Utara.

Try Sutrisno, bersama dengan Panglima ABRI, Benny Moerdani setuju bahwa pasukan harus dikerahkan untuk menghadang perusuh. Kerusuhan terus memburuk, menurut tentara, massa menolak untuk mengindahkan tembakan peringatan dan melanjutkan penyerbuan mereka dengan mengacung-acungkan golok dan celurit.[4] Akhirnya pasukan terpaksa melepaskan tembakan. Pemerintah mengklaim bahwa 28 orang tewas namun korban tetap bersikeras bahwa sekitar 700 orang tewas.

Wakil KSAD dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat

[sunting | sunting sumber]

Karier Try Sutrisno terus meningkat. Pada tahun 1985, ia menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, sebelum menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1986. Sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, Try memulai Badan Tabungan Wajib Perumahan TNI-AD untuk memudahkan bagi prajurit Angkatan Darat untuk membeli rumah bagi mereka sendiri.

Panglima ABRI dan Pembunuhan Massal Dili

[sunting | sunting sumber]
Jenderal TNI Try Sutrisno saat sebagai Panglima ABRI
Jenderal TNI Try Sutrisno diangkat sebagai warga kehormatan korps marinir pada 15 November 1990

Try Sutrisno akhirnya mencapai puncak karier militer pada tahun 1988, ketika ia ditunjuk sebagai Panglima ABRI untuk menggantikan L.B. Moerdani. Sebagai Panglima ABRI, Sutrisno menghabiskan banyak waktu untuk menumpas pemberontakan di seluruh Indonesia. Target langsungnya adalah separatis di Aceh, yang berhasil ditekan pada 1992. Pada tahun 1990, ada Insiden Talangsari, di mana Try Sutrisno mengulangi tindakannya pada tahun 1984 dengan menindak kelompok demonstran Islam.

Pada bulan November 1991, di Provinsi Timor Timur, sekelompok mahasiswa menghadiri pemakaman seorang teman mereka yang telah ditembak mati oleh pasukan Indonesia dan mereka mengambil kesempatan untuk meluncurkan protes terhadap pendudukan Indonesia. Pada prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmão. Ketika prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak. Dari orang-orang yang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang.

Insiden, yang dikenal sebagai Insiden Dili ini, memicu kecaman dari masyarakat internasional seluruh dunia. Try Sutrisno mengatakan dua hari setelah pembantaian: "Tentara tidak dapat diremehkan. Akhirnya kami harus menembak mereka. Berandalan seperti agitator ini harus ditembak, dan mereka akan .... ".[5] Try Sutrisno kemudian diundang untuk berbicara di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menjelaskan dirinya sendiri. Try Sutrisno memberikan pembelaan keputusannya dan menyatakan bahwa pengunjuk rasa memprovokasi tentara dan bahwa klaim bahwa protes yang damai adalah "omong kosong".[6]

Masa jabatan Try Sutrisno sebagai Panglima ABRI berakhir pada bulan Februari 1993.

Wakil Presiden Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pencalonan Sebagai Wakil Presiden

[sunting | sunting sumber]
Try Sutrisno mengambil sumpah jabatan pada tanggal 11 Maret 1993 pada sesi Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pada bulan Februari 1993, bulan yang sama ketika Try berhenti dari posisinya sebagai Pangab dan sebulan sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dijadwalkan bertemu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden baru, anggota MPR dari fraksi ABRI mencalonkan Try Sutrisno untuk menjadi Wakil Presiden. Secara teknis, anggota fraksi MPR diizinkan untuk mengajukan calon mereka untuk Wakil Presiden. Tapi aturan tak tertulis dalam rezim Soeharto adalah menunggu Presiden untuk mengajukan calon yang dipilihnya.

Anggota dari Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia dengan cepat menyetujui pencalonan Try sementara Golkar berjuang dalam memberitahu anggotanya bahwa Golkar tidak mencalonkan Try sebagai Wakil Presiden. Soeharto dilaporkan marah karena telah didahului oleh ABRI,[7] tetapi ia tidak ingin adanya perselisihan terbuka. Soeharto akhirnya menerima Try dan Golkar mencoba mengecilkan ketegangan dengan mengatakan telah membiarkan pihak lain dan ABRI mencalonkan kandidat Wakil Presiden mereka.[8]

ABRI sudah membalaskan dendam mereka dari Sidang Umum MPR 1988 saat Soeharto memilih Sudharmono, seseorang tidak menyukai ABRI sebagai Wakil Presiden. Benny Moerdani yang pada tahun 1993 adalah Menteri Pertahanan, dia bertekad bahwa ABRI akan memilih Wakil Presiden bagi Suharto pada Sidang Umum MPR 1993.

Berspekulasi bahwa tidak pernah mendahului, Soeharto akan memilih baik BJ Habibie sebagai Wakil Presidennya atau memilih kembali Sudharmono.

Wakil Kepresidenan

[sunting | sunting sumber]
Versi lain dari foto resmi sebagai Wakil Presiden.

Meskipun ia telah menerima Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden, namun Soeharto merasa tidak senang pada Wakil Presidennya. Soeharto menunjukkan sedikit hal dan bahkan tidak berkonsultasi dengannya dalam proses pembentukan kabinet.[butuh rujukan]

Wakil Presiden Try Sutrisno dan istri

Saat Soeharto berkunjung ke Mesir tahun 1995, Try dalam sebuah pemberitaan di harian nasional menyatakan jika dalam bisnis, anak pejabat jangan pakai nama bapaknya, pihak penguasa marah dan sejak itu pemberitaan Try Sutrisno di harian manapun ditiadakan. Beberapa bulan kemudian Ibu Negara wafat.

Pengabaian lainnya datang pada akhir 1997 ketika Soeharto harus pergi ke Jerman untuk menerima perawatan kesehatan. Alih-alih mendelegasikan Try Sutrisno untuk menjalankan tugas Presiden, Soeharto memerintahkan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono untuk datang ke kediamannya untuk menerima tugas Presiden.[9] Sebuah KTT APEC juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri, Ali Alatas.

Try Sutrisno adalah figur yang sangat populer dan banyak yang mengira bahwa ia akhirnya akan menggantikan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.[10] Karena dia memiliki latar belakang militer, ia akan diterima oleh ABRI. Pada saat yang sama, dia juga seorang kandidat yang diterima elemen Islam di Indonesia, dibesarkan bersama sebuah sekolah Islam.

Pada tahun 1998, pada Sidang Umum MPR lainnya yang akan diselenggarakan dan Asia Tenggara sedang menderita akibat Krisis Finansial Asia, banyak yang ingin Try Sutrisno untuk mengemban masa jabatan kedua sebagai Wakil Presiden. Meskipun ada dukungan yang kuat, Try Sutrisno tidak menegaskan dirinya dan pilihan Soeharto untuk Wakil Kepresidenan diserahkan kepada Habibie.

Setelah masa Wakil Kepresidenan

[sunting | sunting sumber]

Pada Mei 1998, pada malam jatuhnya Soeharto, Try Sutrisno, bersama dengan Umar Wirahadikusumah dan Sudharmono mengunjungi Soeharto di kediamannya untuk membahas opsi yang memungkinkan.

Pada tahun 1998, Try terpilih menjadi Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri). Ia berhasil membuat Pepabri bersatu menjadi satu di bawah kepemimpinannya meskipun suasana lazim pada waktu itu setiap cabang dari Angkatan Bersenjata memiliki persatuan purnawirawan mereka sendiri. Try Sutrisno menyelesaikan masa jabatannya di posisi ini pada tahun 2003.

Try juga menjabat sebagai sesepuh partai untuk partainya Jenderal Edi Sudrajat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.

Pada bulan Agustus 2005, Try Sutrisno, bersama dengan Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, dan Akbar Tanjung membentuk sebuah forum yang disebut Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu. Forum ini mengkritik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atas nota kesepahaman dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Hal ini diikuti pada bulan September 2005 dengan kritik terhadap keputusan Yudhoyono menaikkan harga BBM.

Try Sutrisno agak melunak sikapnya dengan pemerintah setelah pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada bulan September 2005. Kalla dikirim untuk menjelaskan alasan di balik kebijakan yang diambil terhadap GAM dan menaikkan harga BBM. Pada akhir pertemuan, Try mengatakan bahwa ia dapat memahami posisi pemerintah dan mendorong orang-orang untuk mendukung pemerintah dalam keputusan mereka.[11]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Pada 5 Februari 1961, Try Sutrisno mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi pujaan hatinya yaitu seorang guru kelahiran Bandung bernama Tuti Sutiawati dan dikaruniai 7 orang anak yaitu Nora Tristyana, Taufik Dwi Cahyono, Firman Santyabudi, Nori Chandrawati, Isfan Fajar Satrio, Kunto Arief Wibowo, dan Natalia Indrasari.[12][13] Salah satu menantunya adalah Ryamizard Ryacudu yang menikah dengan Nora Tristyana.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]
Dada kanan Dada kiri
Brevet Hiu Kencana
Wing Penerbang TNI AU Kelas I[15]
Brevet Brevet Kualifikasi Komando Kopassus
Brevet Brevet Para Utama
Baris ke-1 Bintang Republik Indonesia Adipradana (17 Maret 1993)[16]
Baris ke-2 Bintang Mahaputera Adipurna (17 Maret 1993)[17] Bintang Mahaputera Adipradana (12 Agustus 1992)[17] Bintang Dharma Bintang Yudha Dharma Utama
Baris ke-3 Bintang Kartika Eka Paksi Utama Bintang Jalasena Utama Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama Bintang Bhayangkara Utama (1989)[18]
Baris ke-4 Bintang Kartika Eka Paksi Pratama (1985)[19] Bintang Kartika Eka Paksi Nararya Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun Satyalancana G.O.M VII
Baris ke-5 Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Satya Dharma Satyalancana Wira Dharma Satyalancana Penegak
Baris ke-6 Satyalancana Seroja Satyalancana Wira Karya Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (1989)[20] First Rank of the Order of the Yugoslav Flag with Sash - Yugoslavia
Baris ke-7 First Rank of the Order of Military Merits with Great Star - Yugoslavia Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany - Jerman Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand - Thailand (1986)[21][22] Commander of the National Order of the Legion of Honour - Prancis[23]
Baris ke-8 Sri Paduka Mahkota Johor (S.P.M.J.) - Johor Gold Decoration of Merit - Belanda Commander of the Legion of Merit - Amerika Serikat Nishan-e-Imtiaz - Pakistan
Baris ke-9 Pingat Panglima Gagah Angkatan Tentera (P.G.A.T.) - Malaysia (1988)[24][25] Panglima Mangku Negara (P.M.N.) - Malaysia (1988)[26] Order of National Security Merit - 1st Class (Tong-il Medal) - Korea Selatan Darjah Utama Bakti Cemerlang - Tentera (D.U.B.C.) - Singapura (7 Agustus 1991)[27]
Baris ke-10 Knight Grand Cross of the Most Exalted Order of the White Elephant - Thailand (1991)[28][29] Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang - Peringkat Pertama (D.P.K.T.) - Brunei Commander of the Philippine Legion of Honor - Filipina Grand Decoration of Honour in Gold with Sash of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria - Austria (1996)[30]
Brevet Brevet Kualifikasi Intai Tempur (Taipur)

Dalam budaya populer

[sunting | sunting sumber]

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Try Sutrisno". pdat.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2014-04-02. 
  2. ^ a b "Try Sutrisno Harapan Djatikusumo". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2022-12-22. Diakses tanggal 2023-04-15. 
  3. ^ "Try Sutrisno, 6th Vice President of the Republic of Indonesia". Tokohindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-06-06. Diakses tanggal 2006-10-28. 
  4. ^ a b c "Kasus-Kasus Pelanggaran Berat HAM: Tragedi Tanjung Priok". Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-09. Diakses tanggal 2006-10-28. 
  5. ^ Quoted in Carey, p. 52. A slightly different wording ("...and we will shoot them") is quoted in Jardine, p. 17.
  6. ^ "Timor: Try Sutrisno's Bullshit". Indonesia Publications/Taskforce. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-17. Diakses tanggal 2006-10-28. 
  7. ^ Lane, Max (24 Februari 1993). "Suharto vs. ABRI at MPR – 1". Green Left. Archived from the original on 2008-01-19. Diakses tanggal 2014-04-11. 
  8. ^ "Soeharto Picks Try As V-P". Radio Republik Indonesia. 28 Februari 1993. Archived from the original on 2008-01-19. Diakses tanggal 2014-04-02. 
  9. ^ "" Wapres Hanya Ban Serep Yang Tak Terpakai "". Tempo. 2 Januari 1998. Archived from the original on 2008-01-19. Diakses tanggal 2014-04-11. 
  10. ^ Manoharan, Moses (23 April 1992). "President Try Sutrisno?". Reuter. Archived from the original on 2008-01-19. Diakses tanggal 2014-04-11. 
  11. ^ ""Usai Dikritik, Wapres Kalla Temui Try "". Pikiran Rakyat. 25 September 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-09. Diakses tanggal 2014-04-11. 
  12. ^ TEMPO Publishing (2020). Try Sutrisno dari Tobang Menjadi Jenderal dan Wakil Presiden. Jakarta: Tempo Publishing. hlm. 23. ISBN 9786232629158. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2021-09-10. 
  13. ^ "Wakil Presiden: Jenderal (Purnawirawan) Try Soetrisno". Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-10. Diakses tanggal 10 September 2021. 
  14. ^ Dinas Sejarah TNI AD 2019, hlm. 248-250.
  15. ^ Dharmasena. Pusat Penerangan HANKAM. 1992. 
  16. ^ Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 3 September 2021. 
  17. ^ a b Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 3 September 2021. 
  18. ^ Tempomedia. "Menyematkan bintang jasa bintang jasa". majalah.tempo.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-18. 
  19. ^ Indonesia. Angkatan Bersenjata, Indonesia (1985). Mimbar kekaryaan ABRI. Edisi 177-189. Indonesia: Departemen Pertahanan Keamanan, Staf Pembinan Karyawan. hlm. 69.  line feed character di |title= pada posisi 23 (bantuan)
  20. ^ Tempomedia. "Penghargaan bintang LVRI". majalah.tempo.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-18. 
  21. ^ Administrator (1986-11-08). "Mendapat penghargaan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-18. 
  22. ^ ประกาศสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์ [พลโท ทรี สุทริสโน] (PDF) (dalam bahasa Thai). Diakses tanggal 15 Oktober 2024. 
  23. ^ "Prof. John Ario Katili". Biografi Nasional (dalam bahasa Inggris). 2020-04-17. Diakses tanggal 2023-11-26. 
  24. ^ Administrator (1988-07-02). "Menerima penghargaan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-18. 
  25. ^ Departemen Pertahanan Keamanan, Staf Pembinan Karyawan, Indonesia (1987). Mimbar kekaryaan ABRI. Edisi 201-211. Indonesia: Indonesia. Departemen Pertahanan-Keamanan. Staf Pembinan Karyawan. hlm. 72.  line feed character di |title= pada posisi 23 (bantuan)
  26. ^ "Senarai Penuh Penerima Darjah Kebesaran, Bintang dan Pingat Persekutuan Tahun 1988" (PDF). 
  27. ^ "The Commander-in-Chief of Indonesian Armed Forces General …". www.nas.gov.sg. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-05. Diakses tanggal 2023-02-06. 
  28. ^ Administrator (1991-09-28). "Penghargaan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-19. 
  29. ^ ประกาศสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์ (ประถมาภรณ์ช้างเผือกให้แก่ พลเอก ตรี สุทริสโน ผู้บัญชาการทหารสูงสุดอินโดนีเซีย) (PDF) (dalam bahasa Thai). Diakses tanggal 14 Oktober 2024. 
  30. ^ "Eingelangt am 23.04.2012 : Dieser Text wurde elektronisch übermittelt. Abweichungen vom Original sind möglich. Bundeskanzler Anfragebeantwortung" (PDF). Parlament.gv.at. Diakses tanggal 10 February 2019. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Didahului oleh:
Sudharmono
Wakil Presiden Republik Indonesia
1993–1998
Diteruskan oleh:
BJ Habibie
Jabatan militer
Didahului oleh:
L.B. Moerdani
Panglima ABRI
1988–1993
Diteruskan oleh:
Edi Sudradjat
Didahului oleh:
Rudini
Kepala Staf TNI Angkatan Darat
1986–1988
Diteruskan oleh:
Edi Sudradjat
Didahului oleh:
Norman Sasono
Pangdam V/Jayakarta
1983–1985
Diteruskan oleh:
Soegito
Didahului oleh:
Obrin Satjakusumah
Pangdam IV/Sriwijaya
1979–1982
Diteruskan oleh:
Arie Bandiyoko