Margonda: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(74 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox Person |
{{Infobox Person |
||
| |
|name = Margonda |
||
| |
|image = Margonda Kota Depok.jpg |
||
| |
|image_size = |
||
| |
|caption = |
||
| |
|birth_date = {{birth date|1918|03|01|mf=y}}<br> |
||
[[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]]<ref name="Raditya">{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Sejarah Jalan Margonda Raya Depok & Gugurnya Sang Pejuang Muda|url=https://tirto.id/sejarah-jalan-margonda-raya-depok-gugurnya-sang-pejuang-muda-dlCU|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-03-29}}</ref> |
|||
| |
|known_for = Pejuang [[Kemerdekaan Indonesia]] |
||
| death_date = [[16 November]] [[1945]] |
|||
|death_date = {{death date and age|1945|11|16|1918|03|01|mf=y}} |
|||
| death_place = Kalibata Depok |
|||
|death_place = [[Kota Depok|Depok]], [[Jawa Barat]]<ref name="Fakhri">{{Cite news|last=Fakhri|date=|title=Mengenal Margonda, Pejuang Gedoran Depok yang Gugur di Usia Muda|url=https://nasional.okezone.com/read/2021/02/06/337/2357783/mengenal-margonda-pejuang-gedoran-depok-yang-gugur-di-usia-muda|work=[[Okezone.com]]|language=|access-date=2022-03-29|first=Fakhrizal}}</ref> |
|||
| spouse = |
|||
| |
|spouse = Maemunah |
||
|children = Jopiatini |
|||
}} |
}} |
||
'''Margonda''' ( |
'''Margonda''' ({{lahirmati|[[Bogor]], [[Jawa Barat]]|01|03|1918|[[Depok]], [[Jawa Barat]]|16|11|1945}})<ref name="Raditya">{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Sejarah Jalan Margonda Raya Depok & Gugurnya Sang Pejuang Muda|url=https://tirto.id/sejarah-jalan-margonda-raya-depok-gugurnya-sang-pejuang-muda-dlCU|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-03-29}}</ref>, meninggal di usia 27 tahun dalam pertempuran ketika pasukannya menyerang tentara [[Inggris]] di Kali Bata pada [[16 November]] [[1945]])<ref name="Fakhri">{{Cite news|last=Fakhri|date=|title=Mengenal Margonda, Pejuang Gedoran Depok yang Gugur di Usia Muda|url=https://nasional.okezone.com/read/2021/02/06/337/2357783/mengenal-margonda-pejuang-gedoran-depok-yang-gugur-di-usia-muda|work=[[Okezone.com]]|language=|access-date=2022-03-29|first=Fakhrizal}}</ref> adalah salah seorang pejuang [[kemerdekaan]]. Namanya diabadikan sebagai nama jalan utama di [[Kota Depok]] yaitu [[Jalan Margonda Raya]].<ref name="Margonda">[http://depokgo.com/11875/margonda-margana-pahlawan-kota-depok.html# Margonda Pahlawan Kota Depok] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140520221049/http://depokgo.com/11875/margonda-margana-pahlawan-kota-depok.html |date=2014-05-20 }} depokgo.com,18 Desember 2013</ref> |
||
== Riwayat hidup == |
== Riwayat hidup == |
||
Margonda lahir dan besar di Bogor, ia dan keluarganya tinggal di Jalan Ardio Bogor. Waktu masih sekolah, Margonda terkenal sebagai atlet berprestasi. Nama aslinya adalah Margana. Dia menikah dengan keponakan |
Margonda lahir dan besar di [[Kota Bogor|Bogor]], pada usia 2 tahun ia dan keluarganya pindah dari [[Jonggol, Bogor|Jonggol]] untuk tinggal di Jalan Ardio (sekarang [[Bogor Tengah, Bogor|Bogor Tengah]]). Waktu masih sekolah, Margonda terkenal sebagai atlet berprestasi. Nama aslinya adalah Margana. Dia menikah dengan Maemunah, keponakan [[Mohammad Syafa'at Mintaredja|M.S. Mintaredja]] yang pernah menjadi [[Daftar Menteri Sosial Indonesia|menteri sosial]] dalam kabinet kepresidenan [[Soeharto]] sekaligus ketua umum [[Partai Persatuan Pembangunan]].<ref>{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Sejarah Hidup Margonda, Pejuang yang Mati Muda di Front Kalibata|url=https://tirto.id/sejarah-hidup-margonda-pejuang-yang-mati-muda-di-front-kalibata-bVlt|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-03-29}}</ref> |
||
Margonda adalah nama seorang pemuda yang belajar sebagai |
Margonda adalah nama seorang pemuda yang belajar sebagai [[Kimia analisis|analisis kimia]] dari Balai Penyelidikan Kimia Bogor. Lembaga ini dulunya bernama Analysten Cursus (sekarang [[SMK-SMAK Bogor|SMK–SMAK Bogor]]). Didirikan sejak permulaan [[Perang Dunia I]] oleh ''Indonesiche Chemische Vereniging'', perusahaan milik [[Belanda]]. |
||
Memasuki paruh pertama tahun 1940-an, Margonda mengikuti pelatihan penerbang cadangan di Luchtvaart Afdeeling, atau Departemen Penerbangan |
Memasuki paruh pertama tahun [[1940]]-an, Margonda mengikuti pelatihan penerbang cadangan di ''Luchtvaart Afdeeling'', atau Departemen Penerbangan Belanda. Namun tidak berlangsung lama, karena pada tanggal [[5 Maret]] [[1942]] Belanda menyerah kalah, dan bumi Nusantara beralih kekuasaannya ke [[Jepang]].<ref name="Kisah Margonda">[http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/04/15/mlam0y-kisah-margonda-dan-tole-iskandar Kisah Margonda dan Tole Iskandar] republika.co.id,Diakses 15 April 2013</ref> |
||
== Perjuangan == |
== Perjuangan == |
||
Saat Jepang takluk dengan [[bom atom |
Saat Jepang takluk dengan [[Serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki|bom atom Amerika di Nagasaki dan Hiroshima]] pada tahun [[1945]], Margonda ikut aktif dengan gerakan kepemudaan yang membentuk laskar-laskar. Margonda bersama tokoh-tokoh pemuda lokal di wilayah [[Kota Bogor|Bogor]] dan [[Kota Depok|Depok]] mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) yang bermarkas di Jalan Merdeka, Bogor, umur AMRI di bawah pimpinan Margonda relatif singkat. Mereka pecah dan anggotanya bergabung dengan [[Badan Keamanan Rakyat|Badan Keamanan Rakyat (BKR)]], [[Pemuda Sosialis Indonesia]], dan kelompok kecil sejenis lainnya. |
||
Margonda masuk anggota BKR di Bogor. Setelah mengikuti pendidikan kemiliteran secara singkat, ia dimasukkan ke |
Margonda masuk anggota BKR di Bogor. Setelah mengikuti [[Militer|pendidikan kemiliteran]] secara singkat, ia dimasukkan ke [[Batalyon|Batalyon Kota Bogor]] dengan pangkat letnan muda. Dari Bogor, ia naik [[kereta api]] dan bergabung dengan pasukan Batalyon I di Depok. Ketika gugur di Kali Bata, bersama rekannya [[Sutomo]], jenazahnya dibawa ke Bogor tempat kelahirannya. Keduanya dimakamkan di depan [[stasiun Bogor]]. Makam keduanya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Dreded, Bogor.<ref name="Pejuang Muda">[http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-margonda-pejuang-muda-yang-jadi-nama-jalan-di-depok.html Kisah Margonda, Pejuang Muda Yang Jadi Nama Jalan di Depok] merdeka.com,Diakses 8 April 2013</ref> |
||
== Gedoran Depok == |
== Gedoran Depok == |
||
⚫ | Peristiwa terjadinya Gedoran Depok tak lepas dari sejarah awal berdirinya Depok oleh [[Cornelis Chastelein]] saudagar ''[[Perusahaan Hindia Timur Belanda|Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)]]'' generasi awal yang memerdekakan orang Depok. Sejak itulah Cornelis Chastelein menjadi tuan tanah, yang kemudian menjadikan Depok memiliki pemerintahan sendiri, lepas dari pengaruh dan campur tangan dari luar.<ref name="Hari Ini">[http://beritagar.com/p/hari-ini-67-tahun-lalu-gedoran-depok-2 Hari Ini 67 Tahun Lalu: Gedoran Depok] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140521032300/http://beritagar.com/p/hari-ini-67-tahun-lalu-gedoran-depok-2 |date=2014-05-21 }} beritagar.com, Diakses 11 oktober 2012</ref> |
||
[[Berkas: Agus_Sutondo_Bersama_Wenri_Wanhar_Penulis_Gedoran_Depok.jpg |thumb|280px|Penulis Gedoran Depok Wenri Wanhar Bersama [[Agus_Sutondo|Agus Sutondo]] anggota Panitia Khusus Hari Jadi dan Lambang Kota Depok ]] |
|||
⚫ | Peristiwa terjadinya Gedoran Depok tak lepas dari sejarah awal berdirinya Depok oleh [[Cornelis Chastelein]] |
||
Cornelis Chastelein mewariskan seluruh tanahnya kepada 12 marga budaknya yang berasal dari berbagai Indonesia dan memerdekakan mereka dalam wasiat yang dibuatnya sebelum meninggal. Meski bermuka pribumi dan berkulit coklat, 12 marga dan keturunan mereka bergaya hidup seperti orang [[Eropa]], buah didikan sang tuan. Mereka inilah yang disebut sebagai 'Belanda Depok'. Sehari-hari mereka menggunakan [[bahasa Belanda]]. |
Cornelis Chastelein mewariskan seluruh tanahnya kepada 12 [[marga]] budaknya yang berasal dari berbagai [[Suku bangsa di Indonesia|suku di Indonesia]] dan memerdekakan mereka dalam wasiat yang dibuatnya sebelum meninggal. Meski bermuka pribumi dan berkulit coklat, 12 marga dan keturunan mereka bergaya hidup seperti orang [[Eropa]], buah didikan sang tuan. Mereka inilah yang disebut sebagai ''Belanda Depok''. Sehari-hari mereka menggunakan [[bahasa Belanda]]. |
||
Sejarah juga menyebut, Depok sudah lebih dulu merdeka sejak [[28 Juni]] [[1714]]. Mereka punya tatanan pemerintahan sendiri yakni Gemeente Bestuur Depok yang bercorak republik |
Sejarah juga menyebut, Depok sudah lebih dulu merdeka sejak [[28 Juni]] [[1714]]. Mereka punya tatanan pemerintahan sendiri yakni ''[[Gemeente Depok|Gemeente Bestuur Depok]]'' yang bercorak republik. |
||
[[Berkas:Depok.jpg|jmpl|250px]] |
|||
⚫ | Tak ayal jika mereka enggan bergabung dengan republik baru bernama Indonesia |
||
Pimpinannya seorang presiden yang dipilih tiga tahun sekali melalui [[pemilihan umum]]. [[Hindia Belanda|Pemerintah Belanda]] di ''[[Batavia]]'' menyetujui pemerintahan [[Cornelis Chastelein|Chastelein]] ini dan menjadikannya sebagai [[kepala negara]] Depok yang pertama. |
|||
⚫ | Karena Depok tidak mengakui [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan]] |
||
⚫ | Tak ayal jika mereka enggan bergabung dengan republik baru bernama [[Indonesia]]. Mengingat mereka sudah merdeka dan sudah punya presiden sendiri sebelum proklamasi [[17 Agustus]] [[1945]] yang dikumandangkan oleh [[Soekarno]]-[[Mohammad Hatta|Hatta]].<ref name="Gedoran Depok">[http://megapolitan.kompas.com/read/2011/11/08/23245050/Gedoran.Depok Tentang.Revolusi.Sosial Gedoran Depokl] megapolitan.kompas.com, Diakses 8 Nopember 2011</ref> |
||
⚫ | Huru-hara yang meletus pada tanggal [[11 Oktober]] 1945 itu |
||
⚫ | Karena Depok tidak mengakui [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan Indonesia]], akibatnya wilayah yang berjarak hanya beberapa kilometer dari [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] diserbu para pejuang kemerdekaan. Depok dikepung dari seluruh penjuru mata angin. Depok dijarah takluk di bawah todongan senjata, orang Depok dipaksa mengibarkan [[Bendera Indonesia|bendera merah putih]] dan teriak [[merdeka]]. Siapapun yang membangkang kena hantam, tak sedikit korban berjatuhan.<ref name="Peristiwa Gedoran Depok">[http://sikumbangtenabang.com/?tag=peristiwa-gedoran-depok Peristiwa Gedoran Depok] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140520221058/http://sikumbangtenabang.com/?tag=peristiwa-gedoran-depok |date=2014-05-20 }} sikumbangtenabang.com,Diakses 25 Februari 2014</ref> |
||
“Semenjak itu, kantor Gemeente Bestuur yang tadinya dijadikan markas TKR berubah menjadi markas NICA |
|||
⚫ | Memasuki bulan November, para pejuang yang tercerai-berai kembali menjalin koordinasi dan menyusun kekuatan. Mereka berencana merebut kembali Depok dari tangan NICA. |
||
⚫ | Huru-hara yang meletus pada tanggal [[11 Oktober]] [[1945]] itu dikenal dengan Peristiwa Gedoran Depok untuk merebut [[Kota Depok|Depok]] dari penjajah oleh para pejuang kemerdekaan. Namun tak berlangsung lama, ''[[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA)]]'' kembali menguasai Depok. Pasukan ''NICA'' yang datang membonceng sekutu menyerbu Depok untuk membebaskan orang Depok yang ditawan [[Tentara Keamanan Rakyat|Tentara Keamanan Rakyat (TKR)]]. Pejuang berhasil dipukul mundur. Tawanan wanita dan anak-anak Depok dibebaskan, dibawa ke kampung pengungsian di [[Kedunghalang, Bogor Utara, Bogor|Kedunghalang, Bogor]].<ref name="Revolusi Sosial">[http://www.inibuku.com/27922/gedoran-depok-revolusi-sosial-di-tepi-jakarta-1945-1955.html Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140520215823/http://www.inibuku.com/27922/gedoran-depok-revolusi-sosial-di-tepi-jakarta-1945-1955.html |date=2014-05-20 }} inibuku.com</ref> |
||
⚫ | Pada saat itulah Margonda berencana kembali merebut Depok bersama para pejuang lain. Diantara ratusan pejuang yang gugur hari itu, terdapat Margonda, pimpinan AMRI. Margonda gugur 16 November 1945 di |
||
⚫ | Semenjak itu, kantor ''Gemeente Bestuur Depok'' yang tadinya dijadikan markas TKR berubah menjadi markas ''NICA''. Memasuki bulan [[November]], para pejuang yang tercerai-berai kembali menjalin koordinasi dan menyusun kekuatan. Mereka berencana merebut kembali Depok dari tangan ''NICA''. Para pejuang bersepakat menyerbu Depok tanggal [[16 November]] [[1945]]. Sandi perangnya saat itu serangan kilat.<ref name="Serangan Kilat">[http://www.tokoh-lingkarberita.com/2011/12/cerita-sebuah-gerbang-kota-bernama.html Cerita Sebuah Gerbang Kota Bernama Margonda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140427041258/http://www.tokoh-lingkarberita.com/2011/12/cerita-sebuah-gerbang-kota-bernama.html |date=2014-04-27 }} tokoh-lingkarberita.com</ref> |
||
⚫ | Peristiwa Gedoran Depok ini sering disebut sebagai |
||
⚫ | Pada saat itulah Margonda berencana kembali merebut Depok bersama para pejuang lain. Diantara ratusan pejuang yang gugur hari itu, terdapat Margonda, pimpinan tentara Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Margonda gugur [[16 November]] [[1945]] di Kali Bata Depok. Daerah bersungai di kawasan [[Pancoran Mas, Depok|Pancoran Mas]] dan bermuara di [[Ci Liwung|Kali Ciliwung]] itu menjadi saksi gugurnya Margonda. |
||
⚫ | Peristiwa Gedoran Depok ini sering disebut sebagai revolusi sosial di pinggiran Jakarta. Melalui peristiwa inilah lahir tokoh-tokoh, seperti Margonda, [[Tole Iskandar]], dan Mochtar. Nama pejuang itu kini diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Depok.<ref name="Jalan Margonda">[http://ronywijaya.com/sejarah-jalan-margonda/ Sejarah Jalan Margonda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140521032343/http://ronywijaya.com/sejarah-jalan-margonda/ |date=2014-05-21 }} roniwijaya.com,Diakses 31 Maret 2012</ref> |
||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
* [[ |
* [[Margonda Dua]] |
||
* [[ |
* [[Jalan Margonda Raya]] |
||
* [[RTRW Kota Depok]] |
|||
* [[Hari Jadi Kota Depok]] |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
* [http://www.depok.go.id/ Situs Web Pemerintah Kota Depok] |
* [http://www.depok.go.id/ Situs Web Pemerintah Kota Depok] |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
* [http://depoknews.com/sejarah-kota-depok/ Sejarah Kota Depok Dari Masa ke Masa] |
* [http://depoknews.com/sejarah-kota-depok/ Sejarah Kota Depok Dari Masa ke Masa] |
||
* [https://historia.id/urban/articles/kisah-cinta-margonda-6m42P Kisah Cinta Margonda] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Depok]] |
[[Kategori:Tokoh dari Depok]] |
||
[[Kategori:Tokoh Sunda]] |
|||
[[Kategori:Tanggal kematian 16 November]] |
|||
[[Kategori:Kematian 1945]] |
Revisi terkini sejak 27 Mei 2023 02.17
Margonda | |
---|---|
Lahir | Bogor, Jawa Barat[1] | 1 Maret 1918
Meninggal | 16 November 1945 Depok, Jawa Barat[2] | (umur 27)
Dikenal atas | Pejuang Kemerdekaan Indonesia |
Suami/istri | Maemunah |
Anak | Jopiatini |
Margonda (01 Maret 1918 – 16 November 1945)[1], meninggal di usia 27 tahun dalam pertempuran ketika pasukannya menyerang tentara Inggris di Kali Bata pada 16 November 1945)[2] adalah salah seorang pejuang kemerdekaan. Namanya diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Depok yaitu Jalan Margonda Raya.[3]
Riwayat hidup
[sunting | sunting sumber]Margonda lahir dan besar di Bogor, pada usia 2 tahun ia dan keluarganya pindah dari Jonggol untuk tinggal di Jalan Ardio (sekarang Bogor Tengah). Waktu masih sekolah, Margonda terkenal sebagai atlet berprestasi. Nama aslinya adalah Margana. Dia menikah dengan Maemunah, keponakan M.S. Mintaredja yang pernah menjadi menteri sosial dalam kabinet kepresidenan Soeharto sekaligus ketua umum Partai Persatuan Pembangunan.[4]
Margonda adalah nama seorang pemuda yang belajar sebagai analisis kimia dari Balai Penyelidikan Kimia Bogor. Lembaga ini dulunya bernama Analysten Cursus (sekarang SMK–SMAK Bogor). Didirikan sejak permulaan Perang Dunia I oleh Indonesiche Chemische Vereniging, perusahaan milik Belanda.
Memasuki paruh pertama tahun 1940-an, Margonda mengikuti pelatihan penerbang cadangan di Luchtvaart Afdeeling, atau Departemen Penerbangan Belanda. Namun tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 5 Maret 1942 Belanda menyerah kalah, dan bumi Nusantara beralih kekuasaannya ke Jepang.[5]
Perjuangan
[sunting | sunting sumber]Saat Jepang takluk dengan bom atom Amerika di Nagasaki dan Hiroshima pada tahun 1945, Margonda ikut aktif dengan gerakan kepemudaan yang membentuk laskar-laskar. Margonda bersama tokoh-tokoh pemuda lokal di wilayah Bogor dan Depok mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) yang bermarkas di Jalan Merdeka, Bogor, umur AMRI di bawah pimpinan Margonda relatif singkat. Mereka pecah dan anggotanya bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Pemuda Sosialis Indonesia, dan kelompok kecil sejenis lainnya.
Margonda masuk anggota BKR di Bogor. Setelah mengikuti pendidikan kemiliteran secara singkat, ia dimasukkan ke Batalyon Kota Bogor dengan pangkat letnan muda. Dari Bogor, ia naik kereta api dan bergabung dengan pasukan Batalyon I di Depok. Ketika gugur di Kali Bata, bersama rekannya Sutomo, jenazahnya dibawa ke Bogor tempat kelahirannya. Keduanya dimakamkan di depan stasiun Bogor. Makam keduanya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Dreded, Bogor.[6]
Gedoran Depok
[sunting | sunting sumber]Peristiwa terjadinya Gedoran Depok tak lepas dari sejarah awal berdirinya Depok oleh Cornelis Chastelein saudagar Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) generasi awal yang memerdekakan orang Depok. Sejak itulah Cornelis Chastelein menjadi tuan tanah, yang kemudian menjadikan Depok memiliki pemerintahan sendiri, lepas dari pengaruh dan campur tangan dari luar.[7]
Cornelis Chastelein mewariskan seluruh tanahnya kepada 12 marga budaknya yang berasal dari berbagai suku di Indonesia dan memerdekakan mereka dalam wasiat yang dibuatnya sebelum meninggal. Meski bermuka pribumi dan berkulit coklat, 12 marga dan keturunan mereka bergaya hidup seperti orang Eropa, buah didikan sang tuan. Mereka inilah yang disebut sebagai Belanda Depok. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa Belanda.
Sejarah juga menyebut, Depok sudah lebih dulu merdeka sejak 28 Juni 1714. Mereka punya tatanan pemerintahan sendiri yakni Gemeente Bestuur Depok yang bercorak republik.
Pimpinannya seorang presiden yang dipilih tiga tahun sekali melalui pemilihan umum. Pemerintah Belanda di Batavia menyetujui pemerintahan Chastelein ini dan menjadikannya sebagai kepala negara Depok yang pertama.
Tak ayal jika mereka enggan bergabung dengan republik baru bernama Indonesia. Mengingat mereka sudah merdeka dan sudah punya presiden sendiri sebelum proklamasi 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta.[8]
Karena Depok tidak mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia, akibatnya wilayah yang berjarak hanya beberapa kilometer dari Jakarta diserbu para pejuang kemerdekaan. Depok dikepung dari seluruh penjuru mata angin. Depok dijarah takluk di bawah todongan senjata, orang Depok dipaksa mengibarkan bendera merah putih dan teriak merdeka. Siapapun yang membangkang kena hantam, tak sedikit korban berjatuhan.[9]
Huru-hara yang meletus pada tanggal 11 Oktober 1945 itu dikenal dengan Peristiwa Gedoran Depok untuk merebut Depok dari penjajah oleh para pejuang kemerdekaan. Namun tak berlangsung lama, Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) kembali menguasai Depok. Pasukan NICA yang datang membonceng sekutu menyerbu Depok untuk membebaskan orang Depok yang ditawan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pejuang berhasil dipukul mundur. Tawanan wanita dan anak-anak Depok dibebaskan, dibawa ke kampung pengungsian di Kedunghalang, Bogor.[10]
Semenjak itu, kantor Gemeente Bestuur Depok yang tadinya dijadikan markas TKR berubah menjadi markas NICA. Memasuki bulan November, para pejuang yang tercerai-berai kembali menjalin koordinasi dan menyusun kekuatan. Mereka berencana merebut kembali Depok dari tangan NICA. Para pejuang bersepakat menyerbu Depok tanggal 16 November 1945. Sandi perangnya saat itu serangan kilat.[11]
Pada saat itulah Margonda berencana kembali merebut Depok bersama para pejuang lain. Diantara ratusan pejuang yang gugur hari itu, terdapat Margonda, pimpinan tentara Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Margonda gugur 16 November 1945 di Kali Bata Depok. Daerah bersungai di kawasan Pancoran Mas dan bermuara di Kali Ciliwung itu menjadi saksi gugurnya Margonda.
Peristiwa Gedoran Depok ini sering disebut sebagai revolusi sosial di pinggiran Jakarta. Melalui peristiwa inilah lahir tokoh-tokoh, seperti Margonda, Tole Iskandar, dan Mochtar. Nama pejuang itu kini diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Depok.[12]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Raditya, Iswara N. "Sejarah Jalan Margonda Raya Depok & Gugurnya Sang Pejuang Muda". tirto.id. Diakses tanggal 2022-03-29.
- ^ a b Fakhri, Fakhrizal. "Mengenal Margonda, Pejuang Gedoran Depok yang Gugur di Usia Muda". Okezone.com. Diakses tanggal 2022-03-29.
- ^ Margonda Pahlawan Kota Depok Diarsipkan 2014-05-20 di Wayback Machine. depokgo.com,18 Desember 2013
- ^ Ahsan, Ivan Aulia. "Sejarah Hidup Margonda, Pejuang yang Mati Muda di Front Kalibata". tirto.id. Diakses tanggal 2022-03-29.
- ^ Kisah Margonda dan Tole Iskandar republika.co.id,Diakses 15 April 2013
- ^ Kisah Margonda, Pejuang Muda Yang Jadi Nama Jalan di Depok merdeka.com,Diakses 8 April 2013
- ^ Hari Ini 67 Tahun Lalu: Gedoran Depok Diarsipkan 2014-05-21 di Wayback Machine. beritagar.com, Diakses 11 oktober 2012
- ^ Tentang.Revolusi.Sosial Gedoran Depokl megapolitan.kompas.com, Diakses 8 Nopember 2011
- ^ Peristiwa Gedoran Depok Diarsipkan 2014-05-20 di Wayback Machine. sikumbangtenabang.com,Diakses 25 Februari 2014
- ^ Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955 Diarsipkan 2014-05-20 di Wayback Machine. inibuku.com
- ^ Cerita Sebuah Gerbang Kota Bernama Margonda Diarsipkan 2014-04-27 di Wayback Machine. tokoh-lingkarberita.com
- ^ Sejarah Jalan Margonda Diarsipkan 2014-05-21 di Wayback Machine. roniwijaya.com,Diakses 31 Maret 2012