Siratalmustakim: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(42 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Merge to|Jalan yang lurus|discuss=Talk:Jalan yang lurus#Diusulkan digabung dengan Siratalmustakim into Jalan yang lurus|date=Februari 2023}} |
|||
Shiratal Mustaqim berarti ''jalan yang lurus'' sesuai dengan ayat |
|||
{{Untuk|jembatan di [[akhirat]]|Shirath}} |
|||
'''Shirat al-Mustaqim''' ([[bahasa Arab|Arab]]: الصراط المستقيم, ''Ash-Shirāthal Mustaqiym'') adalah sebuah [[frasa]] dalam [[surat Al Fatihah]]. Kalimat ini secara harfiah memiliki arti "jalan (yang) lurus". Para [[ulama]] [[ahli tafsir]] baik dari kalangan [[sahabat nabi|sahabat]] ataupun dari para [[tabi'ut]] dan [[tabi'ut tabi'in]], telah banyak memberikan penjelasan tentang arti dari ''shiratal mustaqim''. |
|||
''Tunjukilah kami jalan yang lurus,'' ( Al-Fatihah / Pembukaan : 6 ) |
|||
== Etimologi == |
|||
Jalan yang lurus tersebut adalah jalan yang ditempuh oleh manusia dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip yang dijelaskan dalam surat Al-Fatihah hingga surat An-Naas (Manusia), yang berarti bagaimana mengaplikasikan kehendak [[Allah]] yang sudah terjadi di Alam Semesta, menjadi kehendak Allah yang juga terwujud dalam kehidupan manusia. |
|||
Kata ''ash-shiraath'' (الصراط) diambil dari kata ''saratha'' (سرط) dan karena huruf sin (س) dalam kata ini bergandengan dengan huruf ra (ر), maka huruf sin (س) diucapkan shad (ص). Asal kata ''ash-shiraath'' sendiri bermakna "menelan". Jalan yang lebar dinamakan ''shiraath'', karena sedemikian lebarnya sehingga jalan itu bagaikan menelan pejalannya. |
|||
Kata ''mustaqiim'' (مستقيم) diambil dari kata ''"qaama-yaquumu"'' (قام - يقوم) yang arti asalnya adalah "mengandalkan kekuatan betis" dan "memegangnya secara teguh sampai yang bersangkutan dapat berdiri." Karena itu kata قام dapat diterjemahkan "berdiri" atau "tegak lurus". Dalam surah al-Fatihah ini ''mustaqiim'' diartikan "lurus." Dengan demikian, ''shiraathal mustaqiim'' dapat diartikan "jalan luas, lebar dan terdekat menuju tujuan", "jalan luas lagi lurus itu adalah segala jalan yang dapat mengantar kepada kebahagiaan dunia dan akhirat."<ref>Tafsir al-Misbah jilid I hal.64-66, Prof. Quraisy Shihab, Penerbit: Lentera Hati.</ref> |
|||
Kata 'tunjukilah kami' ( ihdina ) adalah permohonan manusia secara komunal (jama'ah) itulah mengapa Islam bukan sekedar urusan pribadi / individu sebagaimana yang dikumandangkan kaum liberalis, tapi juga urusan yang melibatkan manusia secara menyeluruh. |
|||
== Makna ''shiratal mustaqim'' == |
|||
Adapun yang dimohon adalah petunjuk dalam mendapatkan , melaksanakan dan merealisasikan tujuan dari Shiratal Mustaqim yaitu Allah sebagai Pengajar/Pengatur( [[Rabb]] ) , Sang Raja ( [[Malik]] ) dan [[Ilah]] dalam kehidupan manusia. |
|||
Menurut [[Imam]] [[Abu Ja’far bin Juraih]] ia berkata, “Para ahli tafsir telah sepakat seluruhnya bahwa ''shiratal mustaqim'' adalah jalan yang jelas yang tidak ada penyimpangan di dalamnya”.<ref>Tafsir Al Qur’an Al ‘Azim.</ref> |
|||
Sedangkan menurut Imam [[Ibnul Jauzi]] menjelaskan bahwa ada empat perkataan ulama tentang makna ''shiratal mustaqim'', diantaranya adalah: |
|||
<b>Jalan Pembebasan</b> |
|||
* Menurut pendapat [[Ali bin Abi Thalib]] adalah [[kitabullah]]. |
|||
* Menurut pendapat [[Ibnu Mas'ud]], [[Ibnu ‘Abbas]], [[Al-Hasan]] dan [[Abul ‘Aliyah]] adalah [[agama Islam]]. |
|||
* Menurut pendapat [[Abu Shalih]] dari sahabat Ibnu ‘Abbas dan [[Mujahid]], adalah jalan petunjuk menuju agama [[Allah]]. |
|||
* Menurut pendapat Ibnu ‘Abbas, adalah jalan (menuju) surga.<ref>Lihat Zaadul Masiir.</ref> |
|||
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mejelaskan: “''Shiratal mustaqim'' adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju [[Allah]] dan [[surga]]-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya”.<ref>Taisirul Kariimir Rahman.</ref> |
|||
Shiratal Mustaqim disebut juga sebagai jalan yang sukar, yaitu usaha-usaha yang dilakukan Rasul dalam melaksanakan Qur'an untuk membebaskan manusia dari pengabdian atau penghambaan pada selain Allah. |
|||
Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan, “Yang dimaksud dengan ''shirat'' (jalan) di sini adalah [[Islam]], [[al Qur’an]], dan [[rasul]]. Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan kepada Allah. Sedangkan ''al-mustaqim'' maknanya jalan yang tidak bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat orang yang melaluinya”.<ref>Duruus min Al Qur’an 54.</ref> |
|||
<font size="12"> |
|||
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ |
|||
Perbedaan penjelasan para ulama tentang arti ''shiratal mustaqim'' tidaklah saling bertentangan satu dengan yang lainnya, bahkan penjelasan tersebut saling melengkapi. Maka dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan di atas ''shiratal mustaqim'' adalah agama Islam yang sangat jelas dan gamblang, yang harus diamalkan berdasarkan [[al-Qur’an]] dan [[Sunnah|as-sunnah]], sehingga menjadikan keyakinan para muslim akan membuat pelakunya masuk ke dalam surga Allah, dan jalan inil adalah jalan yang ditempuh oleh para [[nabi]] dan [[rasul]] serta para sahabatnya. |
|||
</font> |
|||
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? |
|||
== Referensi == |
|||
<font size="12"> |
|||
{{reflist}} |
|||
فَكُّ رَقَبَةٍ |
|||
</font> |
|||
== Pranala luar == |
|||
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, |
|||
* [http://muslim.or.id/manhaj/shirathal-mustaqim-petunjuk-jalan-yang-lurus.html Shiratal Mustaqim Petunjuk Jalan yang Lurus di Muslim.or.id] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141017224448/http://muslim.or.id/manhaj/shirathal-mustaqim-petunjuk-jalan-yang-lurus.html |date=2014-10-17 }} |
|||
* [http://www.jadipintar.com/2014/08/pengertian-shiratal-mustaqim-menurut-tafsir-al-qur-an.html Pengertian Shiratal Mustaqim menurut Tafsir Al-Qur'an di Jadipintar.com] |
|||
{{islam-stub}} |
|||
[[Kategori:Surah Al-Fatihah]] |
Revisi terkini sejak 20 Maret 2023 11.36
Shirat al-Mustaqim (Arab: الصراط المستقيم, Ash-Shirāthal Mustaqiym) adalah sebuah frasa dalam surat Al Fatihah. Kalimat ini secara harfiah memiliki arti "jalan (yang) lurus". Para ulama ahli tafsir baik dari kalangan sahabat ataupun dari para tabi'ut dan tabi'ut tabi'in, telah banyak memberikan penjelasan tentang arti dari shiratal mustaqim.
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Kata ash-shiraath (الصراط) diambil dari kata saratha (سرط) dan karena huruf sin (س) dalam kata ini bergandengan dengan huruf ra (ر), maka huruf sin (س) diucapkan shad (ص). Asal kata ash-shiraath sendiri bermakna "menelan". Jalan yang lebar dinamakan shiraath, karena sedemikian lebarnya sehingga jalan itu bagaikan menelan pejalannya.
Kata mustaqiim (مستقيم) diambil dari kata "qaama-yaquumu" (قام - يقوم) yang arti asalnya adalah "mengandalkan kekuatan betis" dan "memegangnya secara teguh sampai yang bersangkutan dapat berdiri." Karena itu kata قام dapat diterjemahkan "berdiri" atau "tegak lurus". Dalam surah al-Fatihah ini mustaqiim diartikan "lurus." Dengan demikian, shiraathal mustaqiim dapat diartikan "jalan luas, lebar dan terdekat menuju tujuan", "jalan luas lagi lurus itu adalah segala jalan yang dapat mengantar kepada kebahagiaan dunia dan akhirat."[1]
Makna shiratal mustaqim
[sunting | sunting sumber]Menurut Imam Abu Ja’far bin Juraih ia berkata, “Para ahli tafsir telah sepakat seluruhnya bahwa shiratal mustaqim adalah jalan yang jelas yang tidak ada penyimpangan di dalamnya”.[2]
Sedangkan menurut Imam Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa ada empat perkataan ulama tentang makna shiratal mustaqim, diantaranya adalah:
- Menurut pendapat Ali bin Abi Thalib adalah kitabullah.
- Menurut pendapat Ibnu Mas'ud, Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan dan Abul ‘Aliyah adalah agama Islam.
- Menurut pendapat Abu Shalih dari sahabat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid, adalah jalan petunjuk menuju agama Allah.
- Menurut pendapat Ibnu ‘Abbas, adalah jalan (menuju) surga.[3]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mejelaskan: “Shiratal mustaqim adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju Allah dan surga-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya”.[4] Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan, “Yang dimaksud dengan shirat (jalan) di sini adalah Islam, al Qur’an, dan rasul. Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan kepada Allah. Sedangkan al-mustaqim maknanya jalan yang tidak bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat orang yang melaluinya”.[5]
Perbedaan penjelasan para ulama tentang arti shiratal mustaqim tidaklah saling bertentangan satu dengan yang lainnya, bahkan penjelasan tersebut saling melengkapi. Maka dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan di atas shiratal mustaqim adalah agama Islam yang sangat jelas dan gamblang, yang harus diamalkan berdasarkan al-Qur’an dan as-sunnah, sehingga menjadikan keyakinan para muslim akan membuat pelakunya masuk ke dalam surga Allah, dan jalan inil adalah jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul serta para sahabatnya.