Lompat ke isi

Persentase lemak tubuh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Akuindo (bicara | kontrib)
 
Baris 18: Baris 18:
|-
|-
|Lemak Esensial
|Lemak Esensial
|10% to 13%
|10% ke 13%
|2% to 5%
|2% ke 5%
|-
|-
|Atlet
|Atlet
|14% to 20%
|14% ke 20%
|6% to 13%
|6% ke 13%
|-
|-
|Bugar
|Bugar
|21% to 24%
|21% ke 24%
|14% to 17%
|14% ke 17%
|-
|-
|Dapat diterima
|Dapat diterima
|25% to 31%
|25% ke 31%
|18% to 24%
|18% ke 24%
|-
|-
|Obesitas
|Obesitas

Revisi terkini sejak 9 Juni 2023 06.24

Alat pengukur lemak di tubuh

Secara sederhana, lemak adalah kumpulan dari energi yang tidak terpakai dan persentase lemak tubuh adalah rasio antara lemak tubuh terhadap total berat tubuh. Ketika seseorang ingin menentukan risiko penyakit, ia harus memastikan bahwa dirinya memiliki persentase lemak tubuh yang sehat, yaitu persentase total berat tubuh yang tersusun atas lemak tubuh dengan proporsi massa tanpa lemak, organ, jaringan dan air. Ada dua jenis lemak yang terdapat dalam tubuh, yaitu lemak esensial dan lemak yang disimpan. Lemak esensial sangat penting bagi tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan sehat. Jenis lemak yang lain adalah lemak yang disimpan, merupakan hasil dari kelebihan kalori. Ketika seseorang makan, kalori yang tidak terpakai untuk fungsi langsung, seperti respirasi dan menjaga agar jantung tetap berdetak, diubah menjadi trigliserida yang membuat lemak tersimpan dalam tubuh. Kelebihan kalori inilah yang menyebabkan simpanan lemak menumpuk dan mengakibatkan kenaikan berat badan.[1][2]

Karena perhitungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) hanya didasarkan pada tinggi dan berat badan, faktor jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dipertimbangkan. Padahal ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan perihal rentang persentase lemak tubuh. Persentase lemak tubuh perempuan dibagi menjadi beberapa kategori, seperti apakah ia seorang atlet dan berapa rentang yang dapat diterima, sedangkan yang lain dibagi berdasarkan rentang usia.[3]

Ada beragam cara untuk mengukur persentase lemak tubuh, mulai dari yang sederhana dengan menggunakan kaliper lipatan kulit hingga yang menggunakan teknologi canggih, seperti pemindaian DEXA (dual-energy X-ray absorptiometry).[2]

Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan persentase lemak tubuh

[sunting | sunting sumber]

Ada peningkatan jumah penelitian yang menunjukkan bahwa korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh cukup berbeda di antara populasi dan terdapat ketidakpastian dari temuan yang berbeda apakah hubungan ini linear atau berbentuk kurva melengkung. Misalnya, tidak ada perbedaan hubungan antara IMT dan persentase persentase lemak tubuh antara orang kulit putih dan kulit hitam di New York sedangkan hubungan antara IMT dan persentase lemak tubuh orang kulit hitam di Nigeria, Jamaika dan Amerika Serikat adalah sama. Hubungan non-linear antara orang dewasa kulit hitam dan kulit putih Amerika menunjukkan bahwa hubungan non-linear tidak terlepas dari usia dan jenis kelamin. Oleh karena itu, hubungan antara persentase lemak tubuh dan ukuran antropometrik lainnya tergantung pada etnis, usia dan jenis kelamin. Persentase lemak tubuh sangat berhubungan dengan risiko penyakit kronis, seperti hipertensi, dislipedemia, diabetes melitus dan penyakit jantung koroner. IMT, lingkar pinggang (WC), rasio pinggang-pinggul dan ketebalan lipatan kulit telah digunakan secara luas untuk mengukur kegemukan tubuh dalam studi epidemiologi dan klinis. IMT telah digunakan untuk menentukan kelebihan berat badan dan obesitas karena lebih sederhana, murah dan non-invasif. Namun, teknik tersebut tidak secara akurat dan tepat mencirikan orang berdasarkan komposisi tubuhnya (persentase lemak tubuh atau massa otot).[4]

American Council on Exercise (ACE) memberikan rentang nilai untuk populasi berbeda.[5]

Kriteria Persentase Lemak Tubuh ACE untuk Pria dan Wanita
Deskripsi Wanita Pria
Lemak Esensial 10% ke 13% 2% ke 5%
Atlet 14% ke 20% 6% ke 13%
Bugar 21% ke 24% 14% ke 17%
Dapat diterima 25% ke 31% 18% ke 24%
Obesitas > 32% > 20%

Atlet cenderung memiliki lemak tubuh yang lebih rendah sehingga lebih bermanfaat dalam olahraga, seperti lari dan bersepeda. Namun, memiliki lemak tubuh yang sangat rendah dapat menimbulkan masalah kesehatan. Pada atlet wanita, hal ini meningkatkan risiko cedera dan masalah kesehatan, termasuk gangguan makan, amenorea dan penurunan massa tulang dengan peningkatan risiko fraktur, dan osteoporosis.[5]

Metode pengukuran persentase lemak tubuh

[sunting | sunting sumber]

Secara garis besar ada tiga metode pengukuran persentase lemak tubuh, yaitu metode tidak langsung, metode langsung dan metode kriteria.[6]

Metode tidak langsung

[sunting | sunting sumber]

Antropometri

[sunting | sunting sumber]

Nilai antropometri berhubungan erat dengan nutrisi, susunan genetik, karakteristik lingkungan, kondisi sosial budaya, gaya hidup, status fungsional dan kesehatan. Evaluasi antropometri merupakan hal penting dari evaluasi nutrisi geriatri untuk menemukan adanya potensi malnutrisi, kelebihan berat badan, obesitas, kehilangan massa otot, penambahan massa lemak dan redistribusi jaringan adiposa. Indikator antropometri sering digunakan dalam evaluasi prognosis dari penyakit kronis dan akut serta untuk memberikan panduan intervensi medis pada lansia. Evaluasi antropometri banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan karena lebih murah, non-invasif dan mampu memberikan informasi rinci tentang berbagaai komponen struktur tubuh, terutama komponen otot dan lemak serta dapat membantu menilai status gizi dari suatu populasi.[7]

Berat badan, tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
[sunting | sunting sumber]

Berat badan adalah ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat obesitas. Secara umum, orang dengan berat badan tinggi memiliki jumlah lemak tubuh yang lebih tinggi. Berbagai timbangan yang tersedia untuk mengukur berat badan harus dikalibrasi secara teratur agar penilaian berat badan memperoleh hasil yang akurat. Perubahan berat badan berhubungan dengan perubahan air tubuh, lemak dan/atau jaringan tanpa lemak. Perubahan berat badan juga terkait dengan pertambahan usia, terutama pada masa kanak-kanak saat mereka tumbuh dan pada orang dewasa saat terjadi penumpukan lemak di tubuh. Namun, penilaian dengan berat badan tanpa mempertimbangkan ukuran tubuh lainnya bisa menghasilkan pengukuran yang menyesatkan karena ukuran berat badan seseorang terkait dengan tinggi badannya. Metode tambahan pun diperlukan untuk memprediksi tinggi badan yang tidak dapat dilakukan secara langsung, misalnya pada penyandang disabilitas atau orang dengan gangguan mobilitas.[6]

Lingkar perut
[sunting | sunting sumber]

Lingkar perut adalah penentu yang sederhana, tepat dan lebih dapat diandalkan untuk mengetahui obesitas perut atau kelebihan lemak viseral. Selain itu, penilaian dengan lingkar perut juga berfungsi untuk memprediksi obesitas dan risiko kesehatan yang ditimbulkannya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penilaian risiko kesehatan dengan lingkar perut lebih baik daripada Indeks Massa Tubuh (IMT). Lingkar perut dihitung sebagai bagian dari pengukuran awal untuk memantau efisiensi terapi penurunan berat badan pada individu yang mengalami obesitas dan kelebihan berat badan dengan IMT kurang dari 35 kg m-2 .[8]

Kaliper Lipatan kulit
[sunting | sunting sumber]

Kaliper lipatan kulit adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan kulit sehingga jumlah lemak tubuh dapat diprediksi. Metode ini didasarkan pada hipotesis bahwa lemak tubuh terdistribusi secara merata ke seluruh tubuh dan ketebalan lipatan kulit merupakan ukuran dari lemak subkutan. Estimasi jumlah lemak tubuh dapat diukur dari empat lipatan kulit, yaitu lipatan kulit pada bisep (bagian depan tengah lengan atas), lipatan kulit pada trisep (bagian belakang tengah lengan atas), lipatan kulit subskapula (di bawah titik terendah tulang belikat) dan lipatan kulit suprailiaka (di atas tulang pinggul bagian atas). Dari semua pengukuran lipatan kulit tersebut, pengukuran lipatan kulit trisep merupakan yang paling dapat diandalkan karena oedema seringkali tidak terlihat pada lengan atas. Hasil pengukuran menjadi kurang dapat diandalkan jika dilakukan pada lansia karena kulit dan otot mereka yang melemah. Hal yang sama juga berlaku apabila dilakukan pada pasien dengan penyakit otot kronis, dehidrasi dan oedema. Pengukuran ini harus dilakukan oleh seseorang yang terlatih karena akurasi pengukuran bergantung pada bagaimana prosedur tersebut dijalankan.[9]

Analisis impedansi bioelektrik (BIA)

[sunting | sunting sumber]

Penggunaan analisis impedansi bioelektrik (BIA) dalam studi komposisi tubuh manusia telah mengalami peningkatan secara cepat dalam kurun dua dekade terakhir. BIA adalah metode yang non-invasif, portabel, cepat dan terjangkau untuk mengukur komponen tubuh. Cara kerja BIA didasarkan pada hubungan antara volume konduktor dan hambatan listriknya. Karena otot rangka merupakan jaringan terbesar dalam tubuh dan kaya elektrolit dengan resistensi rendah, otot menjadi konduktor dominan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan erat antara resistensi BIA dengan pengukuran otot rangka pada lengan dan kaki. Namun, penelitian tersebut terbatas karena metode kriteria untuk mengukur otot rangka tidak digunakan, massa otot seluruh tubuh tidak diukur dan ukuran sampel yang digunakan kecil.[10]

Metode langsung

[sunting | sunting sumber]

Air tubuh total (TBW)

[sunting | sunting sumber]

Tubuh manusia terdiri dari 60% air. Air berperan penting bagi kesejatan tubuh, seperti membantu pengaturan suhu tubuh, menghidrasi kulit, sebagai pelumas sendi, mengatur tekanan darah, mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan sebagainya. Persentase air tubuh sendiri adalah persentase dari jumlah air dalam tubuh dibandingkan dengan berat tubuh total yang dinyatakan dalam persentase.[11]

Air tubuh total atau Total Body Water (TBW) berkorelasi dengan persentase lemak tubuh. Persentase lemak tubuh pada perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki sehingga air tubuh total perempuan lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh jaringan lemak yang memiliki persentase air paling rendah dibandingkan dengan jaringan lainnya, yaitu hanya 10%. Oleh karena itu, persentase air tubuh yang tinggi berkaitan dengan tubuh langsing sedangkan persentase air yang rendah berkaitan dengan obesitas.[12]

Penghitungan tubuh total dan aktivasi neutron

[sunting | sunting sumber]

Selain air tubuh total, dua metode langsung lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur persentase lemak tubuh adalah penghitungan tubuh total dan aktivasi neutron. Penghitungan tubuh total (bisa juga disebut penghitungan seluruh tubuh) dilakukan untuk mengukur jumlah radioaktif alami kalium 40 (40K) dalam tubuh. Hal ini dilakukan karena kalium bisa ditemukan hampir di seluruh sel tubuh sehingga pengukuran jumlah kalium dapat memberikan estimasi massa sel tubuh.[6]

Teknik aktivasi neutron telah dilaporkan memberikan hasil yang sangat akurat untuk mengetahui komposisi jaringan tubuh tertentu melalui pemindaian tubuh yang memakan waktu hingga 1 jam. Setelah subjek terpapar medan neutron, keluaran gamma dapat diukur saat inti sel mengendur dan kembali ke keadaan semula sebelum terpapar medan neutron. Banyak elemen tubuh yang dapat diukur dengan menerapkan metode ini, termasuk karbon, nitrogen, natrium dan kalsium. Pengukuran nitrogen tubuh dengan metode ini dapat dimanfaatkan untuk memprediksi jumlah protein dalam tubuh yang digunakan lebih lanjut untuk menganalisis komponen massa tanpa lemak. Kekhawatiran dari penerapan metode ini adalah penggunaan paparan radiasi neutron tingkat tinggi sehingga belum dapat digunakan pada penelitian populasi berskala besar.[6]

Metode kriteria

[sunting | sunting sumber]

Kepadatan tubuh

[sunting | sunting sumber]

Dalam fisika, kepadatan (density) didefinisikan sebagai massa suatu benda dibagi volumenya. Kepadatan tubuh pada dasarnya adalah seberapa berat seseorang untuk setiap inchi persegi ruang yang ia ambil. Mengetahui kepadatan tubuh total berguna dalam menghitung perkiraan persentase lemak tubuh.[13]

Kepadatan tubuh seseorang didasarkan pada berapa banyak massa lemak dan massa tanpa lemak yang terdapat dalam tubuhnya. Lemak dapat ditemukan di bawah kulit, sekeliling organ dalam, bagian esensial dari sistem saraf pusat, sebagai bagian dari struktur beberapa organ dalam dan di dalam sumsum tulang. Kepadatan lemak cukup konsisten pada 0,91 kg/liter dan kurang padat dibandingkan dengan sebagian besar massa tanpa lemak. Mengetahui kepadatan tubuh total tidak membuat seseorang mengetahui persentase lemak tubuhnya. Namun, hal itu dapat dihitung dengan persamaan berikut untuk mendapatkan gambaran umum, yaitu persentase lemak tubuh = (495: kepadatan tubuh) - 450.[13]

Dual energy X-ray absorptiometry

[sunting | sunting sumber]

Dual energy X-ray absorptiometry (DXA atau DEXA) adalah metode yang banyak digunakan untuk mengestimasikan lemak tubuh. Persentase lemak tubuh diprediksi melalui nilai estimasi RST DXA yang didefinisikan sebagai rasio redaman jaringan lunak pada dua energi foton (misalnya, 40 keV dan 70 keV).[14]

Secara teoretis, konsep RST bergantung pada massa dari setiap elemen mayor dalam tubuh manusia. Konsep yang mendasari estimasi DXA terhadap massa lemak tubuh relatif sederhana. Pertama, sistem DXA akan membagi seluruh tubuh menjadi dua kompartemen, yaitu mineral tulang (Mo) dan jaringan lunak (ST). Ketika foton pada dua energi yang berbeda (misal, 40 keV dan 70 keV untuk sistem GE Lunar DXA) dilewatkan melalui jaringan lunak, penyerap heterogen, penurunan nilai RST yang melewati rasio redaman foton pada energi yang lebih rendah (misal, pada energi 40 keV) menjadi redaman foton pada energi tingkat tinggi (pada energi 70 keV).[14]

Computed tomography (CT) and magnetic resonance imaging (MRI)

[sunting | sunting sumber]

Metode pencitraan lainnya, seperti CT dan MRI, semakin populer dan merepresentasikan teknik baru yang penting untuk penilaian komposisi tubuh. Sayangnya, metode ini kurang praktis untuk diterapkan pada orang dengan obesitas. CT mampu mengakomodasi ukuran tubuh yang besar tetapi memiliki paparan radiasi yang tinggi sehingga tidak sesuai untuk penilaian seluruh tubuh. Namun, ia dapat digunakan mengukur lemak intra abdomen. Dalam banyak kasus, MRI juga tidak dapat mengakomodasi ukuran tubuh yang besar tetapi dapat digunakan untuk penilaian seluruh tubuh pada orang dengan berat badan normal atau kelebihan berat badan moderat (moderately overweight). Kedua metode ini memerlukan tambahan waktu dan perangkat lunak untuk dapat mengukur jumlah lemak dan jaringan tanpa lemak di seluruh tubuh.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Fry, Nick Harris (14 Desember 2021). "What Is A Healthy Body Fat Percentage?". coachmaguk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Februari 2022. 
  2. ^ a b Acosta, Kim (7 Desember 2021). "Your Guide To Body Fat Percentage". Forbes Health (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Februari 2022. 
  3. ^ Lindberg, Sara (16 Agustus 2019). "Ideal Body Fat Percentage: For Men and Women". Healthline (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Februari 2022. 
  4. ^ Akindele, Mukadas O.; Phillips, Julie S.; Igumbor, Ehimario U. (2016). "The Relationship Between Body Fat Percentage and Body Mass Index in Overweight and Obese Individuals in an Urban African Setting". Journal of Public Health in Africa. 7 (1): 515. doi:10.4081/jphia.2016.515. ISSN 2038-9922. PMC 5349253alt=Dapat diakses gratis. PMID 28299149. 
  5. ^ a b Scott, Jennifer R. (4 September 2020). "Do You Know Your Body Fat Percent?". Verywell Fit (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 Februari 2022. 
  6. ^ a b c d e Duren, Dana L.; Sherwood, Richard J.; Czerwinski, Stefan A.; Lee, Miryoung; Choh, Audrey C.; Siervogel, Roger M.; Cameron Chumlea, Wm. (2008). "Body Composition Methods: Comparisons and Interpretation". Journal of diabetes science and technology (Online). 2 (6): 1139–1146. ISSN 1932-2968. PMC 2769821alt=Dapat diakses gratis. PMID 19885303. 
  7. ^ Sánchez-García, Sergio; García-Peña, Carmen; Duque-López, María Ximena; Juárez-Cedillo, Teresa; Cortés-Núñez, Alma Rosa; Reyes-Beaman, Sandra (2007). "Anthropometric measures and nutritional status in a healthy elderly population". BMC Public Health. 7 (1): 2. doi:10.1186/1471-2458-7-2. ISSN 1471-2458. PMC 1769489alt=Dapat diakses gratis. PMID 17201919. 
  8. ^ Ibrahim, Qassim; Ahsan, Mohammad (2019). "Measurement of Visceral Fat, Abdominal Circumference and Waist-hip Ratio to Predict Health Risk in Males and Females" (PDF). Pakistan Journal of Biological Sciences. 22 (4): 168–173. 
  9. ^ "Skinfold measurements | Nutritional assessment". nutritionalassessment.mumc.nl (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 8 Februari 2022. 
  10. ^ Janssen, Ian; Heymsfield, Steven B.; Baumgartner, Richard N.; Ross, Robert (2000). "Estimation of skeletal muscle mass by bioelectrical impedance analysis". Journal of Applied Physiology. 89 (2): 465–471. doi:10.1152/jappl.2000.89.2.465. ISSN 8750-7587. 
  11. ^ "Understanding body water percentage - Health insights | Withings". www.withings.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 Februari 2022. 
  12. ^ Mastria, Atika; Adyaksa, Gana (2014). "Hubungan Persentase Lemak Tubuh Dengan Total Body Water Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang". Jurnal Kedokteran Diponegoro. 3 (1): 105714. ISSN 2540-8844. 
  13. ^ a b Andrea, Boldt. "Definition of Body Density". LIVESTRONG.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 Februari 2022. 
  14. ^ a b Wang, ZiMian; Heymsfield, Steven B; Chen, Zhao; Zhu, Shankuan; Pierson, Richard N (2010-). "Estimation of percentage body fat by dual-energy x-ray absorptiometry: evaluation by in vivo human elemental composition". Physics in medicine and biology. 55 (9): 2619–2635. doi:10.1088/0031-9155/55/9/013. ISSN 0031-9155. PMC 2921899alt=Dapat diakses gratis. PMID 20393230.