Lompat ke isi

Arahitogami: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
merapikan isi artikel
 
Baris 1: Baris 1:
{{Shinto}}
{{Shinto}}
{{nihongo|'''Arahitogami'''|現人神}} adalah sebuah kata [[bahasa Jepang|Jepang]] yang artinya adalah seorang ''[[kami]]'' (atau "dewa") yang menjadi seorang manusia. Kata tersebut pertama kali muncul dalam ''[[Kojiki]]'' (sekitar tahun 680), namun diyakini telah digunakan sebelum kemunculan buku tersebut.
{{nihongo|'''Arahitogami'''|現人神}} adalah sebuah istilah dalam [[bahasa Jepang]] yang merujuk kepada [[Kami (mitologi)|Kami]] yang menjadi seorang [[manusia]]. Kata ''arahitogami'' pertama kali muncul dalam buku ''[[Kojiki]]'' (sekitar tahun 680) tetapi diyakini telah digunakan sebelum penerbitan ''[[Kojiki]]''.


Penggunaan dari kata tersebut dikenal di [[Amerika Serikat]] sebelum akhir [[Perang Dunia Kedua]] pada 1945; misionaris-misionaris Kristen seperti [[D. C. Holtom]] menggunakan kata tersebut untuk mengklaim bahwa [[Kaisar Jepang|Kaisar]] dipandang sebagai seorang dewa di Jepang. Kata tersebut tidak digunakan di berbagai publikasi pemerintah Jepang.
Penggunaan dari kata tersebut dikenal di [[Amerika Serikat]] sebelum akhir [[Perang Dunia Kedua]] pada 1945; misionaris-misionaris Kristen seperti [[D. C. Holtom]] menggunakan kata tersebut untuk mengklaim bahwa [[Kaisar Jepang|Kaisar]] dipandang sebagai seorang dewa di Jepang. Kata tersebut tidak digunakan di berbagai publikasi pemerintah Jepang.


Pada 1946, atas permintaan [[Komandan Tertinggi Kekuatan Sekutu|GHQ]], [[Kaisar Shōwa]]<!-- DO NOT remove the term 'Shōwa Emperor' as deceased emperors are properly referred to by their era names. --> (Hirohito) menyatakan dalam ''[[Ningen-sengen]]'' bahwa ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang {{nihongo|''akitsumikami''|現御神|}}, dewa dalam wujud manusia, dan mengklaim hubungannya dengan rakyat tidak ada hubungannya dengan pemikiran [[mitologi]] namun berdasarkan pada hubungan yang sudah seperti keluarga yang telah berkembang sepanjang sejarah.
Pada 1946, atas permintaan [[Komandan Tertinggi Kekuatan Sekutu|GHQ]], [[Kaisar Shōwa]] (Hirohito) menyatakan dalam ''[[Ningen-sengen]]'' bahwa ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang {{nihongo|''akitsumikami''|現御神|}}, dewa dalam wujud manusia, dan mengklaim hubungannya dengan rakyat tidak ada hubungannya dengan pemikiran [[mitologi]] namun berdasarkan pada hubungan yang sudah seperti keluarga yang telah berkembang sepanjang sejarah.


Namun, beberapa akademisi Barat, seperti [[John W. Dower]] dan [[Herbert Bix]], menganggap bahwa ''Ningen-sengen'' dapat diinterpretasikan sebagai Kaisar Shōwa, sementara klaimnya sebagai seorang {{nihongo|''akitsumikami''|現御神|}}, tidak benar-benar diartikan bahwa ia merupakan keturunan ilahi dari [[Amaterasu Ōmikami]].
Namun, beberapa akademisi Barat, seperti [[John W. Dower]] dan [[Herbert Bix]], menganggap bahwa ''Ningen-sengen'' dapat diinterpretasikan sebagai Kaisar Shōwa, sementara klaimnya sebagai seorang {{nihongo|''akitsumikami''|現御神|}}, tidak benar-benar diartikan bahwa ia merupakan keturunan ilahi dari [[Amaterasu Ōmikami]].

Revisi terkini sejak 16 September 2023 07.57

Arahitogami (現人神) adalah sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang merujuk kepada Kami yang menjadi seorang manusia. Kata arahitogami pertama kali muncul dalam buku Kojiki (sekitar tahun 680) tetapi diyakini telah digunakan sebelum penerbitan Kojiki.

Penggunaan dari kata tersebut dikenal di Amerika Serikat sebelum akhir Perang Dunia Kedua pada 1945; misionaris-misionaris Kristen seperti D. C. Holtom menggunakan kata tersebut untuk mengklaim bahwa Kaisar dipandang sebagai seorang dewa di Jepang. Kata tersebut tidak digunakan di berbagai publikasi pemerintah Jepang.

Pada 1946, atas permintaan GHQ, Kaisar Shōwa (Hirohito) menyatakan dalam Ningen-sengen bahwa ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang akitsumikami (現御神), dewa dalam wujud manusia, dan mengklaim hubungannya dengan rakyat tidak ada hubungannya dengan pemikiran mitologi namun berdasarkan pada hubungan yang sudah seperti keluarga yang telah berkembang sepanjang sejarah.

Namun, beberapa akademisi Barat, seperti John W. Dower dan Herbert Bix, menganggap bahwa Ningen-sengen dapat diinterpretasikan sebagai Kaisar Shōwa, sementara klaimnya sebagai seorang akitsumikami (現御神), tidak benar-benar diartikan bahwa ia merupakan keturunan ilahi dari Amaterasu Ōmikami.

Beberapa orang Jepang menyamakan keilahian Kaisar dengan kepercayaan Buddha terhadap Dalai Lama dan tokoh-tokoh sejarah.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Inggris) Fukui Yoshihiko, Arahitogami, Encyclopedia of Shinto, Kokugaku-in, le 13 mars 2007
  • (Inggris) Fukui Yoshihiko, Akitsumikami, Encyclopedia of Shinto, Kokugaku-in, le 13 mars 2007