Lompat ke isi

Wijayakusuma (bunga): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kesalahan penulisan kata
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 1: Baris 1:
Banyak orang berpendapat dan sudah terlanjur menerima pemahaman bahwa bunga yang dibahas di sini sebagai bunga Wijayakusuma. Padahal nama Indonesia sebenarnya untuk [[Epiphyllum anguliger]] ini adalah bunga Ratu Malam. Jadi kepada anda, siapapun anda, jika anda seorang Botanist, dimohon untuk tidak ragu-ragu mengedit secara keseluruhan muatan laman ini agar tidak melanggengkan kesalahpemahaman masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat suku Jawa yang terlanjur mempercayai mitos di seputar bunga ini. {{Italic title}}
Banyak orang berpendapat dan sudah terlanjur menerima pemahaman bahwa bunga yang dibahas di sini sebagai bunga Wijayakusuma. Padahal nama Indonesia sebenarnya untuk [[Epiphyllum anguliger]] ini adalah bunga Ratu Malam. Jadi kepada anda, siapapun anda, jika anda seorang Botanist, dimohon untuk tidak ragu-ragu mengedit secara keseluruhan muatan laman ini agar tidak melanggengkan kesalahpemahaman masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat suku Jawa yang terlanjur mempercayai mitos di seputar bunga ini. {{Italic title}}
{{taxobox
{{taxobox
|name = Zig Zag Cactus
|name = Zig Zag Cactus
Baris 25: Baris 25:
|}}
|}}
'''Bunga Wijayakusuma''' ([[Epiphyllum anguliger]]) termasuk jenis [[tanaman]] [[kaktus]] yang mempunyai [[kelas]] [[dicotiledoneae]].<ref name="Thomas">A.N., Thomas (1989).''Tanaman Obat Tradisional''.Yogyakarta:Penerbit Kanisius. Hal 20-21 Cet 23</ref> Tanaman ini berasal dari [[Amerika]] tropika ([[Venezuela]] dan [[Caribia]]) dan dapat [[hidup]] pada [[daerah]] dengan [[iklim]] sedang sampai beriklim [[tropis]].<ref name="Thomas"/> Meskipun begitu, tidak semua jenis tanaman ini bisa berbunga karena hal ini dipengaruhi oleh keadaan [[iklim]], kesuburan [[tanah]] juga cara pemeliharaan.<ref name="Thomas"/>
'''Bunga Wijayakusuma''' ([[Epiphyllum anguliger]]) termasuk jenis [[tanaman]] [[kaktus]] yang mempunyai [[kelas]] [[dicotiledoneae]].<ref name="Thomas">A.N., Thomas (1989).''Tanaman Obat Tradisional''.Yogyakarta:Penerbit Kanisius. Hal 20-21 Cet 23</ref> Tanaman ini berasal dari [[Amerika]] tropika ([[Venezuela]] dan [[Caribia]]) dan dapat [[hidup]] pada [[daerah]] dengan [[iklim]] sedang sampai beriklim [[tropis]].<ref name="Thomas"/> Meskipun begitu, tidak semua jenis tanaman ini bisa berbunga karena hal ini dipengaruhi oleh keadaan [[iklim]], kesuburan [[tanah]] juga cara pemeliharaan.<ref name="Thomas"/>
Bunga Wijayakusuma hanya merekah beberapa saat saja dan dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tidak terlalu [[panas]].<ref name="Thomas"/> Pada umumnya tanaman jenis kaktus agak sulit ditentukan [[morfologi]]nya, berbeda halnya dengan wijayakusuma.<ref name="Thomas"/> Tanaman ini mudah diidentifikasi setelah berusia tua, kita dapat melihat mana [[daun]]nya, mana [[batang]]nya, dan bagian-bagian yang lain.<ref name="Thomas"/> Di kalangan [[masyarakat]] [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], khususnya [[keraton]], percaya bahwa seorang raja yang akan naik [[tahta]] haruslah memiliki bunga Wijayakusuma sebagai syarat.<ref name="Bangunjiwa">Bangunjiwa, Ki Juru (200).''Belajar Spiritual bersama The Thinking General''.Yogyakarta:Jogja Bangkit Publisher. Hal 95-96 Cet 1</ref> Bunga ini juga dipercaya sebagai [[pusaka]] keraton [[Dwarawati]] titisan [[Wisnu]] sang pelestari [[Alam]], [[Batara Kresna]].<ref name="Bangunjiwa"/>
Bunga Wijayakusuma hanya merekah beberapa saat saja dan dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tidak terlalu [[panas]].<ref name="Thomas"/> Pada umumnya tanaman jenis kaktus agak sulit ditentukan [[morfologi]]nya, berbeda halnya dengan wijayakusuma.<ref name="Thomas"/> Tanaman ini mudah diidentifikasi setelah berusia tua, kita dapat melihat mana [[daun]]nya, mana [[batang]]nya, dan bagian-bagian yang lain.<ref name="Thomas"/> Di kalangan [[masyarakat]] [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], khususnya [[keraton]], percaya bahwa seorang raja yang akan naik [[tahta]] haruslah memiliki bunga Wijayakusuma sebagai syarat.<ref name="Bangunjiwa">Bangunjiwa, Ki Juru (200).''Belajar Spiritual bersama The Thinking General''.Yogyakarta:Jogja Bangkit Publisher. Hal 95-96 Cet 1</ref> Bunga ini juga dipercaya sebagai [[pusaka]] keraton [[Dwarawati]] titisan [[Wisnu]] sang pelestari [[Alam]], [[Batara Kresna]].<ref name="Bangunjiwa"/>
==Bentuk Tanaman==
== Bentuk Tanaman ==
[[Image:Selenicereus anthonyanus00.jpg|thumb|300px|left|Lekukan-lekukan pada daun Wijayakusuma]]
[[Berkas:Selenicereus anthonyanus00.jpg|thumb|300px|left|Lekukan-lekukan pada daun Wijayakusuma]]
Batangnya terbentuk dari helaian daun yang mengeras dan mengecil yang mana bentuk batang induknya adalah silinder.<ref name="Thomas"/><ref name="Setiawan">Dalimartha, Setiawan (2007).''Atlas Tumbuhan Obat Indonesia''.Jakarta:Puspa Swara. Hal 182 Cet IV</ref> Tinggi batang dapat mencapai 2-3 [[meter]], sedang daunnya berkisar 13–15&nbsp;cm.<ref name="Setiawan"/> Helaian daunnya sendiri berbentuk [[pipih]] serta berwarna [[hijau]] dengan permukaan daun [[halus]] tanpa [[duri]] tidak seperti kaktus-kaktus yang lain.<ref name="Thomas"/> Kemudian setiap tepian daunnya terdapat lekukan-lekukan yang biasanya ditumbuhi [[tunas]] daun maupun [[bunga]].<ref name="Thomas"/> Adapun diameter bunganya adalah 10&nbsp;cm, berwarna [[putih]] dan hanya mekar di [[malam]] [[hari]].<ref name="Setiawan"/> Bentuk buahnya [[bulat]] yang mempunyai warna [[merah]] dan mempunyai [[biji]] yang berwarna [[hitam]].<ref name="Setiawan"/> Pembiakkan biasanya dilakukan dengan penyetekkan ataupun biji.<ref name="Setiawan"/>
Batangnya terbentuk dari helaian daun yang mengeras dan mengecil yang mana bentuk batang induknya adalah silinder.<ref name="Thomas"/><ref name="Setiawan">Dalimartha, Setiawan (2007).''Atlas Tumbuhan Obat Indonesia''.Jakarta:Puspa Swara. Hal 182 Cet IV</ref> Tinggi batang dapat mencapai 2-3 [[meter]], sedang daunnya berkisar 13–15&nbsp;cm.<ref name="Setiawan"/> Helaian daunnya sendiri berbentuk [[pipih]] serta berwarna [[hijau]] dengan permukaan daun [[halus]] tanpa [[duri]] tidak seperti kaktus-kaktus yang lain.<ref name="Thomas"/> Kemudian setiap tepian daunnya terdapat lekukan-lekukan yang biasanya ditumbuhi [[tunas]] daun maupun [[bunga]].<ref name="Thomas"/> Adapun diameter bunganya adalah 10&nbsp;cm, berwarna [[putih]] dan hanya mekar di [[malam]] [[hari]].<ref name="Setiawan"/> Bentuk buahnya [[bulat]] yang mempunyai warna [[merah]] dan mempunyai [[biji]] yang berwarna [[hitam]].<ref name="Setiawan"/> Pembiakkan biasanya dilakukan dengan penyetekkan ataupun biji.<ref name="Setiawan"/>
==Khasiat Tanaman==
== Khasiat Tanaman ==
Bunga wijayakusuma mempunyai [[khasiat]] untuk meredam rasa [[sakit]] serta me[[netral]]isir pembekuan [[darah]].<ref name="Thomas"/> Bunga ini juga mempunyai daya mempercepat penyembuhan [[luka abses]].<ref name="Thomas"/> Caranya mudah, tinggal menumbuk satu helai daun wijayakusuma lalu oleskan pada luka dan setelah itu gunakan [[perban]] untuk membungkus luka yang telah diolesi tumbukan daun.<ref name="Thomas"/> Selain itu, bunga ini juga dapat mengobati bisul, cukup menempelkan bunganya pada bisul tersebut sebelum tidur dan melakukannya secara teratur.<ref name="Riyanti">G.W., Riyanti (2007).''Muslimah Cerdas dan Kreatif''.Jakarta:Qultum Media. Hal 73 Cet 1</ref> Selain itu, Wijayakusuma bisa digunakan sebagai obat anti [[radang]], obat [[batuk]], juga [[pendarahan]] ([[hemostatis]]).<ref name="Setiawan"/> Khasiat lainnya adalah mengatasi tuberkulosis paru dengan batuk asma, batuk darah dan muntah darah.<ref name="Arief">Hariana, Arief.''Tumbuhan Obat dan Khasiatnya''.Depok:Penebar Swadaya. Hal 162</ref>
Bunga wijayakusuma mempunyai [[khasiat]] untuk meredam rasa [[sakit]] serta me[[netral]]isir pembekuan [[darah]].<ref name="Thomas"/> Bunga ini juga mempunyai daya mempercepat penyembuhan [[luka abses]].<ref name="Thomas"/> Caranya mudah, tinggal menumbuk satu helai daun wijayakusuma lalu oleskan pada luka dan setelah itu gunakan [[perban]] untuk membungkus luka yang telah diolesi tumbukan daun.<ref name="Thomas"/> Selain itu, bunga ini juga dapat mengobati bisul, cukup menempelkan bunganya pada bisul tersebut sebelum tidur dan melakukannya secara teratur.<ref name="Riyanti">G.W., Riyanti (2007).''Muslimah Cerdas dan Kreatif''.Jakarta:Qultum Media. Hal 73 Cet 1</ref> Selain itu, Wijayakusuma bisa digunakan sebagai obat anti [[radang]], obat [[batuk]], juga [[pendarahan]] ([[hemostatis]]).<ref name="Setiawan"/> Khasiat lainnya adalah mengatasi tuberkulosis paru dengan batuk asma, batuk darah dan muntah darah.<ref name="Arief">Hariana, Arief.''Tumbuhan Obat dan Khasiatnya''.Depok:Penebar Swadaya. Hal 162</ref>
==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

Revisi per 10 Oktober 2016 03.05

Banyak orang berpendapat dan sudah terlanjur menerima pemahaman bahwa bunga yang dibahas di sini sebagai bunga Wijayakusuma. Padahal nama Indonesia sebenarnya untuk Epiphyllum anguliger ini adalah bunga Ratu Malam. Jadi kepada anda, siapapun anda, jika anda seorang Botanist, dimohon untuk tidak ragu-ragu mengedit secara keseluruhan muatan laman ini agar tidak melanggengkan kesalahpemahaman masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat suku Jawa yang terlanjur mempercayai mitos di seputar bunga ini.

Zig Zag Cactus
Photo: Emma Lindahl
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
E. anguliger
Nama binomial
Epiphyllum anguliger
Sinonim

Phyllocactus anguliger Lem.
Phyllocactus serratus Brongnart
Phyllocactus angularis Labouret
Phyllocactus darrahii K.Schumann
Epiphyllum darrahii (K.Schumann) Britton & Rose

Bunga Wijayakusuma (Epiphyllum anguliger) termasuk jenis tanaman kaktus yang mempunyai kelas dicotiledoneae.[1] Tanaman ini berasal dari Amerika tropika (Venezuela dan Caribia) dan dapat hidup pada daerah dengan iklim sedang sampai beriklim tropis.[1] Meskipun begitu, tidak semua jenis tanaman ini bisa berbunga karena hal ini dipengaruhi oleh keadaan iklim, kesuburan tanah juga cara pemeliharaan.[1] Bunga Wijayakusuma hanya merekah beberapa saat saja dan dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tidak terlalu panas.[1] Pada umumnya tanaman jenis kaktus agak sulit ditentukan morfologinya, berbeda halnya dengan wijayakusuma.[1] Tanaman ini mudah diidentifikasi setelah berusia tua, kita dapat melihat mana daunnya, mana batangnya, dan bagian-bagian yang lain.[1] Di kalangan masyarakat Yogyakarta dan Surakarta, khususnya keraton, percaya bahwa seorang raja yang akan naik tahta haruslah memiliki bunga Wijayakusuma sebagai syarat.[2] Bunga ini juga dipercaya sebagai pusaka keraton Dwarawati titisan Wisnu sang pelestari Alam, Batara Kresna.[2]

Bentuk Tanaman

Lekukan-lekukan pada daun Wijayakusuma

Batangnya terbentuk dari helaian daun yang mengeras dan mengecil yang mana bentuk batang induknya adalah silinder.[1][3] Tinggi batang dapat mencapai 2-3 meter, sedang daunnya berkisar 13–15 cm.[3] Helaian daunnya sendiri berbentuk pipih serta berwarna hijau dengan permukaan daun halus tanpa duri tidak seperti kaktus-kaktus yang lain.[1] Kemudian setiap tepian daunnya terdapat lekukan-lekukan yang biasanya ditumbuhi tunas daun maupun bunga.[1] Adapun diameter bunganya adalah 10 cm, berwarna putih dan hanya mekar di malam hari.[3] Bentuk buahnya bulat yang mempunyai warna merah dan mempunyai biji yang berwarna hitam.[3] Pembiakkan biasanya dilakukan dengan penyetekkan ataupun biji.[3]

Khasiat Tanaman

Bunga wijayakusuma mempunyai khasiat untuk meredam rasa sakit serta menetralisir pembekuan darah.[1] Bunga ini juga mempunyai daya mempercepat penyembuhan luka abses.[1] Caranya mudah, tinggal menumbuk satu helai daun wijayakusuma lalu oleskan pada luka dan setelah itu gunakan perban untuk membungkus luka yang telah diolesi tumbukan daun.[1] Selain itu, bunga ini juga dapat mengobati bisul, cukup menempelkan bunganya pada bisul tersebut sebelum tidur dan melakukannya secara teratur.[4] Selain itu, Wijayakusuma bisa digunakan sebagai obat anti radang, obat batuk, juga pendarahan (hemostatis).[3] Khasiat lainnya adalah mengatasi tuberkulosis paru dengan batuk asma, batuk darah dan muntah darah.[5]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l A.N., Thomas (1989).Tanaman Obat Tradisional.Yogyakarta:Penerbit Kanisius. Hal 20-21 Cet 23
  2. ^ a b Bangunjiwa, Ki Juru (200).Belajar Spiritual bersama The Thinking General.Yogyakarta:Jogja Bangkit Publisher. Hal 95-96 Cet 1
  3. ^ a b c d e f Dalimartha, Setiawan (2007).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Jakarta:Puspa Swara. Hal 182 Cet IV
  4. ^ G.W., Riyanti (2007).Muslimah Cerdas dan Kreatif.Jakarta:Qultum Media. Hal 73 Cet 1
  5. ^ Hariana, Arief.Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Depok:Penebar Swadaya. Hal 162