Pangeran: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 27: | Baris 27: | ||
* [[Maharaja]] |
* [[Maharaja]] |
||
* [[Maharani]] |
* [[Maharani]] |
||
* [[Raja (gelar)|Raja]] |
|||
* [[Ratu (gelar)|Ratu]] |
* [[Ratu (gelar)|Ratu]] |
||
* [[Permaisuri]] |
* [[Permaisuri]] |
||
Baris 32: | Baris 33: | ||
* [[Sultan]] |
* [[Sultan]] |
||
* [[Sultanah]] |
* [[Sultanah]] |
||
* [[Pangeran]] |
|||
* [[Putra mahkota]] |
* [[Putra mahkota]] |
||
Revisi per 27 Maret 2017 10.14
Pangeran adalah gelar bagi keturunan laki-laki (utamanya putra) dari penguasa monarki (raja, sultan, kaisar). Gelar ini juga dapat merujuk kepada penguasa monarki yang tingkatannya berada di bawah raja dan sultan. Dalam bahasa Indonesia, gelar untuk wanita yang sejajar dengan pangeran adalah putri, dapat digunakan untuk keturunan perempuan penguasa monarki ataupun istri dari pangeran.
Dalam bahasa Melayu, gelar ini dilafalkan sebagai pengiran.
Makna
Pangeran berasa dari bahasa Jawa Kuno yang berarti pelindung. Hal ini berasal dari keyakinan Dewanata bahwa para bangsawan adalah titisan Tuhan Yang Maha Melindungi yang turun ke bumi. Ungkapan "pangeran" berasal dari kata ngher, yang bermakna melindungi.
Anggota dinasti
Dalam bahasa Indonesia, gelar pangeran lebih identik dengan gelar bagi keturunan laki-laki dari penguasa monarki. Dalam penggunaan resminya di Kesultanan Yogyakarta, gelar untuk anak laki-laki dengan permaisuri adalah Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH), sedangkan untuk anak laki-laki dengan istri-selir bergelar Bendara Pangeran Harya (BPH). Menantu pria sultan juga mendapat gelar pangeran, seperti suami GKR Mangkubumi yang bergelar Kanjeng Pangeran Harya. Sedangkan di Kasunanan Surakarta, gelar untuk anak laki-laki sunan dengan permaisuri adalah Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH), sedangkan anak laki-laki dari istri-selir bergelar Bendara Kanjeng Pangeran (BKP). Gelar ini diberikan saat sudah dewasa.
Brunei
Dalam bahasa Melayu, pelafalan kata pangeran adalah pengiran. Di Brunei, gelar pengiran disandang oleh orang yang telah menikah yang memiliki hubungan darah dan pernikahan dengan kerajaan, tidak hanya terbatas pada keturunan sultan. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya mengkhususkan pangeran (pengiran) hanya untuk laki-laki, di Brunei, gelar ini dapat disandang oleh laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadikan gelar pengiran dapat disejajarkan dengan putri dalam bahasa Indonesia.
Penguasa monarki
Gelar pangeran juga dapat merujuk pada penguasa monarki yang tingkatannya berada di bawah raja dan sultan, seperti pada Praja Mangkunegara. Kedudukannya yang berupa kadipaten berada di bawah Kasunanan dan Kesultanan, sehingga pemimpinan Mangkunegara tidak berhak menyandang gelar sultan, sunan, atau raja, melainkan Pangeran Adipati Arya. Di Eropa, monarki yang dipimpin oleh pangeran adalah Monako, Liechtenstein, dan Andorra. Meskipun ketiganya adalah negara berdaulat, tetapi sesuai tingkatan kebangsawanan Eropa, kedudukan mereka berada di bawah king (raja).
Penggunaan lain
Dalam bahasa Jawa, pangeran juga dapat digunakan untuk merujuk kepada Tuhan.