Wisnu (raja): Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi ''''Maharaja Wisnu''' adalah nama seorang raja dari Wangsa Sailendra yang berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Beberapa literatur menyebut tahun pemerintahanny...' |
|||
Baris 9: | Baris 9: | ||
Sejarawan Prof. George Coedes ([[1950]]) berbeda penafsiran dengan Dr. Chhabra. Ia berpendapat bahwa prasasti Ligor A dan B dikeluarkan oleh Wisnu pada saat yang bersamaan, yaitu pada tahun [[775]]. Menurutnya pula, dalam prasasti Ligor B terdapat dua orang raja, yaitu Wisnu dan Sri Maharaja. |
Sejarawan Prof. George Coedes ([[1950]]) berbeda penafsiran dengan Dr. Chhabra. Ia berpendapat bahwa prasasti Ligor A dan B dikeluarkan oleh Wisnu pada saat yang bersamaan, yaitu pada tahun [[775]]. Menurutnya pula, dalam prasasti Ligor B terdapat dua orang raja, yaitu Wisnu dan Sri Maharaja. |
||
Coedes berpendapat bahwa Wisnu adalah ayah dari Sri Maharaja yang tidak jelas namanya itu. Sri Maharaja sendiri dianggap identik dengan [[Dharanindra]] yang mengeluarkan [[prasasti |
Coedes berpendapat bahwa Wisnu adalah ayah dari Sri Maharaja yang tidak jelas namanya itu. Sri Maharaja sendiri dianggap identik dengan [[Dharanindra]] yang mengeluarkan [[prasasti Kelurak]] ([[782]]). Dengan kata lain, Maharaja Wisnu raja [[Sriwijaya]] adalah ayah dari [[Dharanindra]] raja [[Jawa]]. Tokoh [[Daranindra]] ini dianggap sebagai maharaja yang menaklukkan [[Rakai Panangkaran]] putra [[Sanjaya]]. |
||
==Teori Slamet Muljana== |
==Teori Slamet Muljana== |
Revisi per 28 April 2008 05.04
Maharaja Wisnu adalah nama seorang raja dari Wangsa Sailendra yang berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Beberapa literatur menyebut tahun pemerintahannya terjadi pada 775 – 782. Namun rentang waktu ini hanya bersifat dugaan yang kebenarannya masih perlu untuk dibuktikan.
Naskah Prasasti Ligor
Nama Wisnu terdapat dalam prasasti Ligor yang ditemukan di Semenanjung Malaya. Prasasti ini berupa batu yang bertulis pada kedua sisinya. Sisi pertama disebut prasasti Ligor A, dikeluarkan oleh raja Kerajaan Sriwijaya yang dipuji bagaikan Indra. Raja tersebut meresmikan bangunan Trisamaya Caitya pada tahun 775. Dengan kata lain daerah Ligor pada saat itu merupakan jajahan Sriwijaya.
Sisi kedua disebut prasasti Ligor B dikeluarkan oleh raja dari Wangsa Sailendra yang disebut Wisnu dan bergelar Sri Maharaja (terjemahan Dr. Chhabra). Sisi yang kedua ini berisi pujian terhadap raja tersebut sebagai Sarwwarimadawimathana, yang artinya “pembunuh musuh-musuh perwira”.
Teori Coedes
Sejarawan Prof. George Coedes (1950) berbeda penafsiran dengan Dr. Chhabra. Ia berpendapat bahwa prasasti Ligor A dan B dikeluarkan oleh Wisnu pada saat yang bersamaan, yaitu pada tahun 775. Menurutnya pula, dalam prasasti Ligor B terdapat dua orang raja, yaitu Wisnu dan Sri Maharaja.
Coedes berpendapat bahwa Wisnu adalah ayah dari Sri Maharaja yang tidak jelas namanya itu. Sri Maharaja sendiri dianggap identik dengan Dharanindra yang mengeluarkan prasasti Kelurak (782). Dengan kata lain, Maharaja Wisnu raja Sriwijaya adalah ayah dari Dharanindra raja Jawa. Tokoh Daranindra ini dianggap sebagai maharaja yang menaklukkan Rakai Panangkaran putra Sanjaya.
Teori Slamet Muljana
Sejarawan Slamet Muljana (1960) menganggap terjemahan Dr. Chhabra lebih benar, bahwa Wisnu dan Sri Maharaja bukan ayah dan anak, melainkan satu orang yang sama. Berdasarkan perbedaan tata bahasa, ia juga menolak anggapan bahwa prasasti Ligor A dan B ditulis pada waktu yang bersamaan.
Menurutnya Slamet Muljana, hanya prasasti A saja yang ditulis tahun 775 oleh raja Sriwijaya yang dipuji bagaikan Indra. Sedangkan prasasti B dikeluarkan oleh Maharaja Wisnu setelah Kerajaan Sriwijaya berhasil dikuasai Wangsa Sailendra.
Wisnu dan Dharanindra masing-masing dijuluki sebagai sarwwarimadawimathana (prasasti Ligor B) dan wairiwarawiramardana (prasasti Kelurak) yang artinya sama, yaitu pembunuh musuh-musuh perwira. Selain itu, nama Wisnu dan Dharanindra juga memiliki makna yang sama, yaitu "pelindung dunia". Dengan kata lain, Slamet Muljana menganggap Maharaja Wisnu dan Dharanindra adalah orang yang sama.
Slamet Muljana juga membantah teori bahwa Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya yang dikalahkan Dharanindra dari Wangsa Sailendra. Dalam prasasti Kalasan (778) Rakai Panangkaran disebut sebagai "permata wangsa Sailendra", jadi tidak mungkin kalau ia adalah putra Sanjaya. Justru menurutnya, Rakai Panangkaran merupakan raja Sailendra pertama yang berhasil mengalahkan keluarga Sanjaya dan merebut takhta Kerajaan Medang periode Jawa Tengah (atau lazim disebut Mataram Kuno).
Dharanindra kemudian menggantikan Rakai Panangkaran dan menaklukkan Kerajaan Sriwijaya dengan kekuatannya. Ligor yang merupakan jajahan Sriwijaya secara otomatis menjadi jajahan Wangsa Sailendra. Daerah itu dijadikannya sebagai pangkalan militer untuk menyerang Kamboja dan Campa. Sebagai tanda kekuasaan, Dharanindra menulisi bagian belakang prasasti Ligor A, sehingga lahir prasasti B yang isinya berupa puji-pujian untuk dirinya sebagai penjelmaan Wisnu.
Teori Slamet Muljana ini didasarkan pada sejarah Kamboja bahwa Campa pernah diserang Jawa tahun 787. Kemudian tahun 802 Raja Satyawarman berhasil memerdekakan Kamboja dari penjajahan Jawa.
Apabila teori ini benar, maka penulisan prasasti B merupakan tanda berkuasanya Wangsa Sailendra terhadap Ligor yang terjadi antara tahun 778 dan 787. Jadi, setelah menaklukkan Jawa, keluarga Sailendra menaklukkan Sriwijaya dan menjadikan Ligor sebagai batu loncatan untuk menyerang Kamboja.
Tahun Pemerintahan Wisnu
Apabila teori Slamet Muljana benar, maka tahun pemerintahan Maharaja Wisnu yang berlangsung dari 775 – 782 sebagaimana populer dalam beberapa literatur perlu untuk ditinjau ulang.
Alasan pertama ialah, tahun 775 merupakan tahun dikeluarkannya prasasti Ligor A oleh raja Sriwijaya sebelum berkuasanya Wangsa Sailendra. Slamet Muljana menganggap hanya prasasti B yang dikeluarkan oleh Wisnu dan itu pun ditulis sesudah tahun 775.
Alasan kedua ialah, andaikata prasasti A benar-benar dikeluarkan oleh Maharaja Wisnu tahun 775, tetap saja tidak ada bukti kuat kalau prasasti ini adalah prasasti pertamanya. Dengan kata lain, Wisnu belum tentu naik takhta tahun 775.
Alasan ketiga ialah, tahun 782 merupakan tahun dikeluarkannya prasasti Kelurak oleh Dharanindra. Apabila teori Coedes benar bahwa Dharanindra adalah putra Wisnu, tetap saja tidak ada bukti kuat kalau prasasti Kelurak adalah prasasti pertamanya. Dengan kata lain, Dharanindra mungkin saja naik takhta menggantikan Wisnu sebelum tahun 782.
Dengan demikian, masa pemerintahan Maharaja Wisnu tidak dapat dipastikan benar-benar terjadi pada tahun 775 – 782.
Kepustakaan
- Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
- Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
- Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS