Lompat ke isi

Sambas Mangundikarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1: Baris 1:
{{noref}}
{{noref}}
'''Sambas Mangundikarta''' Penyiar dan pencipta lagu, lahir di Bandung 21 September 1926 dan meninggal di Jakarta, 30 Maret 1999. Ia memulai kariernya sebagai penyiar di RRI Bandung pada bulan Agustus 1952. Bahkan jauh sebelum itu, pada tahun 1946 s/d 1949 sebagai anak buah Jenderal Dr. Mustopo ia sudah bertugas pada "Radio Perjuangan Jawa Barat" yang berkedudukan di Subang (Jawa Barat), kemudian pindah ke Madiun dan Blitar (Jawa Timur).
'''Sambas Mangundikarta''' ({{lahirmati|[[Kota Bandung|Bandung]], [[Jawa Barat]]|21|9|1926|[[Jakarta]]|30|3|1999}}) adalah seorang penyiar dan pencipta lagu asal Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penyiar di [[Radio Republik Indonesia|RRI]] Bandung pada bulan Agustus 1952. Bahkan jauh sebelum itu, pada tahun 1946 hingga 1949 sebagai anak buah Jenderal Dr. Mustopo ia sudah bertugas pada "Radio Perjuangan Jawa Barat" yang awalnya berkedudukan di [[Kabupaten Subang|Subang]], [[Jawa Barat]], kemudian pindah ke [[Kota Madiun|Madiun]] dan [[Kota Blitar|Blitar]] di [[Jawa Timur]].


Pada tahun 1950 dan 1951, walau saat itu ia belum bekerja pada Jawatan Radio (istilah dulu demikian), ia sudah sering membantu RRI Studio Jakarta dalam bidang seni suara. Bersama Ping Astono dan Hamid Arif ia menyanyi dalam "Orkes Dupa Nirmala" pimpinan Ping Astono di RRI. Yang merupakan kebanggaan baginya adalah, bahwa ketika RRl mengadakan Pemilihan Bintang Radio yang pertama (1951) ia berhasil memasuki babak final. Setelah itu ia berulang kali mengikuti pemilihan Bintang Radio sebagai wakil dari RRI Bandung, Samarinda (dua tahun di RRI Samarinda) dan Cirebon (3 tahun), ia mulai tertarik pada penciptaan lagu, baik lagu Indonesia maupun Sunda. Tapi ternyata, lagu-lagu daerah ciptaannya lebih berhasil dan banyak dinyanyikan oleh penyanyi terkenal pada zamannya, seperti Upit Sarimanah, Fenty Effendy, Etty Kusumah, dll. Lagu-lagu tersebut adalah: Manuk Dadali, Sapunyere, Pegat Simpay, Ka Huma, Pepeling, Peunyem Bandung, dll.
Pada tahun 1950 dan 1951, walau saat itu ia belum bekerja pada Jawatan Radio (istilah dulu demikian), ia sudah sering membantu RRI Studio Jakarta dalam bidang seni suara. Bersama Ping Astono dan Hamid Arif ia menyanyi dalam "Orkes Dupa Nirmala" pimpinan Ping Astono di RRI. Yang merupakan kebanggaan{{cn}} baginya adalah, bahwa ketika RRl mengadakan pemilihan ''[[Bintang Radio]]'' yang pertama (1951) ia berhasil memasuki babak final. Setelah itu ia berulang kali mengikuti pemilihan ''Bintang Radio'' sebagai wakil dari RRI Bandung, Samarinda (dua tahun di RRI Samarinda), dan Cirebon (3 tahun), ia mulai tertarik pada penciptaan lagu, baik lagu Indonesia maupun Sunda. Tapi ternyata, lagu-lagu daerah ciptaannya lebih berhasil dan banyak dinyanyikan oleh penyanyi terkenal pada zamannya, seperti Upit Sarimanah, Fenty Effendy, Etty Kusumah, dll. Lagu-lagu tersebut adalah: "Manuk Dadali", "Sapunyere", "Pegat Simpay", "Ka Huma", "Pepeling", "Peuyeum Bandung", dll.


Pada tahun 1962, dalam pemilihan tangga lagu-lagu baru, lagu Manuk Dadali selama 6 bulan menempati urutan teratas pada RRI Bandung, bahkan kesebelasan Persib menjadikan lagu pengiring setiap memasuki lapangan sepak bola di Stadion Siliwangi Bandung. Sebagai penyiar yang gemar olahraga, tahun 1953/1954 ia mulai menaruh minat pada bidang reportase olahraga yang saat itu masih terbatas pada cabang olahraga sepak bola dan bulu tangkis. Pada saat stadion Ikada masih ada, sering kali ia bertugas di sana sebagai reporter. Pengalaman yang paling berkesan baginya ia peroleh ketika meliput perebutan Piala Thomas yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia (1961), sebagai Juara Bertahan setelah merebut Piala itu dari Malaya (sekarang Malaysia).
Pada tahun 1962, dalam pemilihan tangga lagu-lagu baru, lagu "Manuk Dadali" selama 6 bulan menempati urutan teratas pada RRI Bandung, bahkan kesebelasan [[Persib]] menjadikan lagu pengiring setiap memasuki lapangan sepak bola di [[Stadion Siliwangi]] Bandung.{{cn}} Sebagai penyiar yang gemar olahraga, tahun 1953/1954 ia mulai menaruh minat pada bidang reportase olahraga yang saat itu masih terbatas pada cabang olahraga sepak bola dan bulu tangkis. Pada saat [[stadion Ikada]] masih ada, sering kali ia bertugas di sana sebagai reporter. Pengalaman yang paling berkesan baginya ia peroleh ketika meliput perebutan [[Piala Thomas]] yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia tahun 1961, sebagai juara bertahan setelah merebut piala itu dari Malaya (sekarang [[Malaysia]]).


Setelah lulus dari Akademi Penerangan di Jakarta (1962) ia dipindahkan ke RRl ke TVRI, dan menjabat Kepala Seksi Hiburan dan Olahraga sejak 1963 s/d 1967. Kemudian dia diserahi tugas sebagai Koordinator Penyiar selama lebih kurang Lima tahun. Selain sebagai reporter, ia juga pernah tampil sebagai pembaca Warta Berita. Beberapa peristiwa olahraga Internasional yang telah diliputnya selama ini, antara lain Thomas Cup di Kuala Lumpur (1970), All England (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di Singapura (1977) dan Uber Cup di Tokyo (1981). Sejak penyiaran iklan di TVRI dihapuskan (1981) ia bertugas sebagai Koordinator acara "Dari Desa Ke Desa" di samping reporter olahraga, dengan catatan tidak lagi membaca berita.
Setelah lulus dari Akademi Penerangan di Jakarta (1962) ia dipindahkan ke RRI ke [[Televisi Republik Indonesia|TVRI]], dan menjabat Kepala Seksi Hiburan dan Olahraga sejak 1963 s/d 1967. Kemudian dia diserahi tugas sebagai koordinator penyiar selama lebih kurang lima tahun. Selain sebagai reporter, ia juga pernah tampil sebagai pembaca ''Warta Berita''. Beberapa peristiwa olahraga Internasional yang telah diliputnya selama ini, antara lain Thomas Cup di [[Kuala Lumpur]] (1970), [[All England]] (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di [[Singapura]] (1977) dan [[Piala Uber]] di [[Tokyo]] (1981). Sejak penyiaran iklan di TVRI dihapuskan pada tahun 1981, ia bertugas sebagai koordinator acara ''[[Dari Desa ke Desa]]'' di samping reporter olahraga, dengan catatan tidak lagi membaca berita.
{{Penyiar TVRI}}
{{Penyiar TVRI}}
{{indo-bio-stub}}
{{indo-bio-stub}}

Revisi per 23 Januari 2022 22.28

Sambas Mangundikarta (21 September 1926 – 30 Maret 1999) adalah seorang penyiar dan pencipta lagu asal Indonesia. Ia memulai kariernya sebagai penyiar di RRI Bandung pada bulan Agustus 1952. Bahkan jauh sebelum itu, pada tahun 1946 hingga 1949 sebagai anak buah Jenderal Dr. Mustopo ia sudah bertugas pada "Radio Perjuangan Jawa Barat" yang awalnya berkedudukan di Subang, Jawa Barat, kemudian pindah ke Madiun dan Blitar di Jawa Timur.

Pada tahun 1950 dan 1951, walau saat itu ia belum bekerja pada Jawatan Radio (istilah dulu demikian), ia sudah sering membantu RRI Studio Jakarta dalam bidang seni suara. Bersama Ping Astono dan Hamid Arif ia menyanyi dalam "Orkes Dupa Nirmala" pimpinan Ping Astono di RRI. Yang merupakan kebanggaan[butuh rujukan] baginya adalah, bahwa ketika RRl mengadakan pemilihan Bintang Radio yang pertama (1951) ia berhasil memasuki babak final. Setelah itu ia berulang kali mengikuti pemilihan Bintang Radio sebagai wakil dari RRI Bandung, Samarinda (dua tahun di RRI Samarinda), dan Cirebon (3 tahun), ia mulai tertarik pada penciptaan lagu, baik lagu Indonesia maupun Sunda. Tapi ternyata, lagu-lagu daerah ciptaannya lebih berhasil dan banyak dinyanyikan oleh penyanyi terkenal pada zamannya, seperti Upit Sarimanah, Fenty Effendy, Etty Kusumah, dll. Lagu-lagu tersebut adalah: "Manuk Dadali", "Sapunyere", "Pegat Simpay", "Ka Huma", "Pepeling", "Peuyeum Bandung", dll.

Pada tahun 1962, dalam pemilihan tangga lagu-lagu baru, lagu "Manuk Dadali" selama 6 bulan menempati urutan teratas pada RRI Bandung, bahkan kesebelasan Persib menjadikan lagu pengiring setiap memasuki lapangan sepak bola di Stadion Siliwangi Bandung.[butuh rujukan] Sebagai penyiar yang gemar olahraga, tahun 1953/1954 ia mulai menaruh minat pada bidang reportase olahraga yang saat itu masih terbatas pada cabang olahraga sepak bola dan bulu tangkis. Pada saat stadion Ikada masih ada, sering kali ia bertugas di sana sebagai reporter. Pengalaman yang paling berkesan baginya ia peroleh ketika meliput perebutan Piala Thomas yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia tahun 1961, sebagai juara bertahan setelah merebut piala itu dari Malaya (sekarang Malaysia).

Setelah lulus dari Akademi Penerangan di Jakarta (1962) ia dipindahkan ke RRI ke TVRI, dan menjabat Kepala Seksi Hiburan dan Olahraga sejak 1963 s/d 1967. Kemudian dia diserahi tugas sebagai koordinator penyiar selama lebih kurang lima tahun. Selain sebagai reporter, ia juga pernah tampil sebagai pembaca Warta Berita. Beberapa peristiwa olahraga Internasional yang telah diliputnya selama ini, antara lain Thomas Cup di Kuala Lumpur (1970), All England (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di Singapura (1977) dan Piala Uber di Tokyo (1981). Sejak penyiaran iklan di TVRI dihapuskan pada tahun 1981, ia bertugas sebagai koordinator acara Dari Desa ke Desa di samping reporter olahraga, dengan catatan tidak lagi membaca berita.