Dudung Abdurachman: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pembatalan |
Informasi terkini dan perapihan tanda baca Tag: Menghilangkan referensi VisualEditor |
||
Baris 42: | Baris 42: | ||
== Kehidupan Awal == |
== Kehidupan Awal == |
||
Dudung Abdurachman dilahirkan di Bandung, 19 November 1965 merupakan putra pasangan Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi. Mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Ia Menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985). Lulus SMA tahun 1985 kemudian mendaftar Akabri Darat. |
Dudung Abdurachman dilahirkan di Bandung, 19 November 1965 merupakan putra pasangan Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi. Mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Ia Menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985). Lulus SMA tahun 1985 kemudian mendaftar Akabri Darat. |
||
Mulai 27 Juli 2020 ia menjabat sebagai Pangdam Jaya. Saat menjabat pangdam jaya banyak kontroversi yang terjadi. Ia dinilai beberapa kalangan terlalu memasuki ranah sipil seperti penurunan baleho ormas, statment pembubaran ormas dan yang terbaru datang pada konferensi pers tewasnya 6 anggota FPI. Dimana itu semua adalah ranah domain sipil. Bahkan Muhammadiyah sampai di Indonesia mengungkap kekecewaan. |
|||
Sejak kecil dia sudah membulatkan tekad ingin menjadi tentara. Profesi itu selalu memanggil karena dia hidup dan tinggal di barak. Profesi itu didambakan sebagai upaya meringankan beban ibunya untuk membiayai pendidikan delapan saudara kandungnya. Diceritakan, berbagai pekerjaan pernah dilakukannya untuk membantu ibundanya. Menjual kue tampah di perempatan Jalan Belitung di sekitar Kodam III/Siliwangi juga pernah dilakukan. Menjadi loper koran dia lakukan ketika duduk di bangku SMA Negeri 9 Bandung. |
|||
Disisi lain banyak yang mengusulkan agar mayjen Dudung dijadikan Mendagri mengingat hal yang dilakukan akan lebih cocok jika bukan sebagai TNI aktif. Hal ini didasarkan pada ketakutan masyarakat pada Dwifungsi ABRI dimasa Orba Presiden Soeharto. |
|||
Dalam usia belia, dia sadar hidup itu juga berisi kerja keras, tekad dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi. Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, sebetulnya hasil jatuh-bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya. Kepedihan hidupnya di masa kecil dan kepatuhan serta cintanya kepada kedua orang tua, justru menjadi pendorong semangatnya sampai ke titik tertinggi. |
|||
== Riwayat Pendidikan == |
== Riwayat Pendidikan == |
Revisi per 9 Desember 2020 05.53
Dudung Abdurachman | |
---|---|
Panglima Kodam Jaya ke-34 | |
Mulai menjabat 27 Juli 2020 | |
Pengganti Petahana | |
Gubernur Akmil | |
Masa jabatan 24 September 2018 – 27 Juli 2020 | |
Wakil Asisten Teritorial Kasad | |
Masa jabatan 27 Oktober 2017 – 24 September 2018 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 19 November 1965 Bandung, Jawa Barat |
Orang tua |
|
Almamater | Akademi Militer (1988) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1988—sekarang |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri |
Sunting kotak info • L • B |
Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M. (lahir 16 November 1965)[1] adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang sejak 27 Juli 2020 mengemban amanat sebagai Panglima Kodam Jaya.
Dudung, lulusan Akmil 1988 ini dari kecabangan Infanteri. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Gubernur Akmil.[2]
Kehidupan Awal
Dudung Abdurachman dilahirkan di Bandung, 19 November 1965 merupakan putra pasangan Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi. Mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Ia Menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985). Lulus SMA tahun 1985 kemudian mendaftar Akabri Darat.
Mulai 27 Juli 2020 ia menjabat sebagai Pangdam Jaya. Saat menjabat pangdam jaya banyak kontroversi yang terjadi. Ia dinilai beberapa kalangan terlalu memasuki ranah sipil seperti penurunan baleho ormas, statment pembubaran ormas dan yang terbaru datang pada konferensi pers tewasnya 6 anggota FPI. Dimana itu semua adalah ranah domain sipil. Bahkan Muhammadiyah sampai di Indonesia mengungkap kekecewaan.
Disisi lain banyak yang mengusulkan agar mayjen Dudung dijadikan Mendagri mengingat hal yang dilakukan akan lebih cocok jika bukan sebagai TNI aktif. Hal ini didasarkan pada ketakutan masyarakat pada Dwifungsi ABRI dimasa Orba Presiden Soeharto.
Riwayat Pendidikan
- Akmil (1988)
- Sesarcabif (1988)
- Diklapa-I
- Diklapa-II
- Seskoad
- Lemhannas
Riwayat Jabatan
- Dandim 0406/Musi Rawas
- Dandim 0418/Palembang
- Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010—2011)
- Danrindam II/Sriwijaya (2011)
- Dandenma Mabes TNI
- Wagub Akmil (2015—2016)
- Staf Khusus Kasad (2016—2017)
- Waaster Kasad[3] (2017—2018)
- Gubernur Akmil (2018—2020)
- Pangdam Jaya (2020—)
Referensi
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mayjen TNI Eko Margiyono |
Panglima Kodam Jaya 2020—Sekarang |
Petahana |
Didahului oleh: Mayjen TNI Eka Wiharsa |
Gubernur Akmil 2018—2020 |
Diteruskan oleh: Brigjen TNI Totok Imam Santoso |
Didahului oleh: Brigjen TNI Budi Sulistijono |
Waaster Kasad 2017—2018 |
Diteruskan oleh: Kolonel Kav Gathut Setyo Utomo |