Lompat ke isi

Es cendol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 28: Baris 28:


Minuman ini biasanya disajikan sebagai pencuci mulut atau sebagai makanan selingan. Minuman ini sesuai disajikan disiang hari pada saat hari panas.
Minuman ini biasanya disajikan sebagai pencuci mulut atau sebagai makanan selingan. Minuman ini sesuai disajikan disiang hari pada saat hari panas.

== Sejarah ==
Catatan tentang kata ''cendol'' atau ''tjendol'' dapat ditelusuri pada banyak kamus dan buku abad ke-19 di [[Hindia Belanda]]. Salah satu catatan tertua tentang kata ''tjendol'' yang diketahui tercantum pada ''Oost-Indisch kookboek'' atau buku resep Hindia Timur bertahun 1866. Buku ini memasukkan resep cendol dengan judul "''Tjendol of Dawet''" yang menandakan bahwa cendol dan dawet digunakan secara bersinonim pada masa itu.<ref>{{Cite book|date=1866|url=https://books.google.co.id/books?id=c-MwBf0NQsEC&pg=PP155&dq=tjendol&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwimx9-E_tLvAhU_8HMBHUdnB7I4MhDoATAAegQIAhAC#v=onepage&q=tjendol&f=false|title=Oost-Indisch kookboek: bevattende 456 beproefde recepten voor de hollandsche en inlandsche keuken : gebakken, confituren, zuren, sausen, enz|publisher=Van Dorp|language=nl}}</ref> Dalam kamus ''Supplement op het Maleisch-Nederduitsch Woordenboek'' (1869) oleh Jan Pijnappel (Gz.), ''tjendol'' dijelaskan sebagai semacam minuman atau pasta encer yang terbuat dari sagu, santan, gula dan garam.<ref>{{Cite book|last=Pynappel|first=Jan|date=1869|url=https://books.google.co.id/books?id=hN1GAAAAcAAJ&pg=PA99&dq=tjendol&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwim54nk_NLvAhXU4HMBHcJxCzk4KBDoATAIegQIAxAC#v=onepage&q=tjendol&f=false|title=Supplement op het Maleisch-Nederduitsch Woordenboek|publisher=Endschedé en Zonen|language=nl}}</ref>


== Perbedaan ==
== Perbedaan ==

Revisi per 28 Maret 2021 12.31

Cendol
Cendol Indonesia
Nama lain
  • es cendol (Jawa Barat, Indonesia)
  • dawet (Jawa Tengah dan Timur, Indonesia)
JenisMinuman
Tempat asalIndonesia
DaerahPulau Jawa
Hidangan nasional terkaitIndonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Es cendol adalah penganan yang dibuat dari tepung beras dan sebagainya yang dibentuk dengan penyaring, kemudian dicampur dengan air gula dan santan.[1] Cendol merupakan minuman penutup es manis yang mengandung tetesan tepung beras hijau,[2] santan, dan sirup gula aren.[3] Cendol populer di Indonesia [4] dan Asia Tenggara lainnya seperti Brunei, Cambodia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Myanmar.

Cendol sebagai minuman tradisional khas Indonesia ini dulunya terbuat dari tepung hunkwe, tetapi kini cendol terbuat dari tepung beras, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan. Minuman ini memiliki rasa yang manis dan gurih. Di daerah Sunda Jawa Barat, minuman ini dikenal dengan nama cendol, sedangkan di Jawa Tengah dikenal dengan nama es dawet, khususnya Kabupaten Banjarnegara dengan minuman khasnya es dawet "ayu". Berkembang kepercayaan populer dalam masyarakat Indonesia bahwa istilah "cendol" mungkin sekali berasal dari kata "jendol", yang ditemukan dalam bahasa Sunda dan Jawa hal ini merujuk pada sensasi jendolan yang dirasakan ketika butiran cendol melalui mulut kala meminum es cendol.

Pada saat membuat cendol, tepung beras diolah dengan diberi pewarna hijau dan dicetak melalui alat khusus, sehingga berbentuk buliran. Pewarna yang digunakan awalnya adalah pewarna alami dari daun pandan, tetapi saat ini telah digunakan pewarna makanan buatan. Es cendol merambah hingga ke penang Malaysia, cendol dibuat dengan cara mengayak kukusan tepung beras yang diwarnai dengan daun suji sehingga diperoleh bentuk bulat lonjong yang lancip di ujungnya. Di penang, minum cendol disebut 'nyendol'.

Minuman ini biasanya disajikan sebagai pencuci mulut atau sebagai makanan selingan. Minuman ini sesuai disajikan disiang hari pada saat hari panas.

Sejarah

Catatan tentang kata cendol atau tjendol dapat ditelusuri pada banyak kamus dan buku abad ke-19 di Hindia Belanda. Salah satu catatan tertua tentang kata tjendol yang diketahui tercantum pada Oost-Indisch kookboek atau buku resep Hindia Timur bertahun 1866. Buku ini memasukkan resep cendol dengan judul "Tjendol of Dawet" yang menandakan bahwa cendol dan dawet digunakan secara bersinonim pada masa itu.[5] Dalam kamus Supplement op het Maleisch-Nederduitsch Woordenboek (1869) oleh Jan Pijnappel (Gz.), tjendol dijelaskan sebagai semacam minuman atau pasta encer yang terbuat dari sagu, santan, gula dan garam.[6]

Perbedaan

Es cendol berasal dari Indonesia kemudian dijual dan terkenal hingga Pulau Pinang yaitu Malaysia, sedangkan Es dawet berasal dari Ipoh yaitu Perak. Perbedaan yang lainnya adalah pada bahan dasar es cendol dulunya terbuat dari tepung hunkwe, Sedangkan bahan dasar es dawet dulunya terbuat dari tepung beras ataupun tepung beras ketan. Dawet Jepara menggunakan tepung sagu aren. Sedangkan Dawet asal daerah selain Jepara menggunakan tepung beras atau beras ketan. Cendol minuman khas Jawa Barat itu terbuat dari tepung hunkwe. Dan juga di wilayah Sumatera Barat terdapat cindua yang terbuat dari tepung sagu yang diolah dan ditambahkan dengan santan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Arti kata cendol". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 14 Maret 2021. 
  2. ^ Jane Freiman (19 May 1986). "Underground Gourmet: Sampling Indonesia". New York. hlm. 119. 
  3. ^ Witton, Patrick (2002). Indonesia, Lonely planet: World food. Lonely Planet. hlm. 141. ISBN 9781740590099. 
  4. ^ "Recipe: Es cendol". Belindo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2011. Diakses tanggal 29 December 2009. 
  5. ^ Oost-Indisch kookboek: bevattende 456 beproefde recepten voor de hollandsche en inlandsche keuken : gebakken, confituren, zuren, sausen, enz (dalam bahasa Belanda). Van Dorp. 1866. 
  6. ^ Pynappel, Jan (1869). Supplement op het Maleisch-Nederduitsch Woordenboek (dalam bahasa Belanda). Endschedé en Zonen.